Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makna Hidup

1. Pengertian Makna Hidup

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang penuh arti, makna, dan

fungsi. Frankl mengungkapkan bahwa kebermaknaan hidup sebagai keadaan yang

menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati

keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri (dalam Anggriany

2006:52). Apabila seseorang telah mampu membuat sebuah keputusan dalam

hidupnya diantara pilihan-pilihan yang ada, maka orang tersebut sudah mencapai

kebermaknaan hidup (Ancok dalam Frankl 2006:vii). Kebermaknaan hidup dapat

diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang yang berguna untuk

orang lain. Makna yang baik akan mengembangkan setiap insan menjadi orang

yang berguna tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain.

Pernyataan Frankl di atas menunjukkan bahwa sesuatu dinilai bermakna

atau tidak tergantung penilaian individu masing-masing. Makna hidup merupakan

sesuatu yang unik dan khusus artinya hanya bisa dipenuhi oleh orang yang

bersangkutan sehingga bisa memiliki arti yang bisa memuaskan keinginan orang

tersebut untuk mencari makna hidup (Frankl 2006:110). Selanjutnya dikatakan

bahwa upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama

14
15

dalam hidupnya dan bukan rasionalisasi sekunder yang muncul karena dorongan-

dorongan naluriahnya (Frankl 2006:110).

Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini

sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup yang harus

diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

seseorang dirasakan penting dan berharga yang pada gilirannya akan

menimbulkan penghayatan bahagia (Bastaman, 2000 : 73). Frankl mengartikan

rnakna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan

yang dilatarbelakangi oleh realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan

pada situasi tertentu (Frankl, 2004:221).

Menurut Abraham Maslow (dalam Sumanto 2006:122) kebermaknaan

hidup adalah meta motives atau meta needs atau kebutuhan yang berkembang,

yang bekerja sesuai dengan aturan. Meta motives memerlukan pemenuhan utnuk

fungsi kesehatan dan menghasilkan sakit dan penyakit jika tidak terpenuhi.

Pemenuhan kebermaknaan hidup secara total adalah idealisme. Setiap individu

bebas memilih kebermaknaannya. Maslow menambahkan bahwa kodrat alamiah

manusia adalah kemampuan spiritual kemampuan spiritual dapat diwujudkan

dalam bentuk penggalian diri individu berupa aktualisasi diri melalui keputusan-

keputusan yang nantinya akan meningkatkan mutu dan isinya.

Yalom (dalam Sumanto 2006:123) menjelaskan bahwa kebermaknaan

hidup tidak muncul di luar individu, individu sendiri yang menciptakan

kebermaknaan hidupnya masing-masing. Kebermaknaan hidup bersumber pada

keyakinan dalam diri sehingga seharusnya manusia berjuang untuk


16

mengaktualisasikan dirinya bahkan seharusnya manusia membaktikan dirinya

untuk merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki.

Menurut Schultz (dalam Oktafia, 2008:3), makna hidup adalah memberi

suatu maksud bagi keberadaan seseorang dan memberi seseorang kepada suatu

tujuan untuk menjadi manusia seutuhnya. Menurutnya keberadaan seseorang

(manusia) adalah bagaimana cara dalam menerima nasib dan keberaniannya dalam

menahan penderitaan. Schultz juga menyatakan manusia dapat memkanai

hidupnya dengancara bekerja, karena dengan bekerja individu dapat

merealisasikan dirinya dan mentransendenkan diri mereka.

2. Aspek – aspek Makna Hidup

Frankl (Bastaman, 2005:194) mengungkapkan bahwa orang yang

menghayati hidup bermakna menunjukkan kehidupan yang mereka jalani penuh

dengan semangat, optimis, tujuan hidup jelas, kegiatan yang mereka lakukan lebih

terarah dan lebih disadari, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, luwes,

dalam bergerak tetapi tidak terbawa atau kehilangan identitas diri, tabah apabila

dihadapkan pada suatu penderitaan dan menyadari bahwa ada hikmah di balik

penderitaan serta mencintai dan menerima cinta.

Frankl (Bastaman, 2007:41) juga menambahkan tiga aspek dari

kebermaknaan hidup yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu :

a. Kebebasan Berkehendak

Kebebasan yang dimaksud tidak bersifat mutlak dan tidak terbatas.

Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk menentukan sikap terhadap


17

kondisi biologis, psikologis, sosiokultural dan kesejarahannya namun harus di

imbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan.

Kualitas diatas menunjukkan bahwa manusia adalah individu yang dapat

mengambil jarak dari kondisi dari luar dirinya (sosiokultural dan kesejarahannya)

dan kondisi yang datang dari dalam dirinya (biologis dan psikologis).

b. Kehendak Hidup Bermakna

Kehendak untuk hidup bermakna merupakan keinginan manusia untuk

menjadi orang yang berguna dan berharga bagi dirinya, keluarga, dan lingkungan

sekitarnya yang mampu memotivasi manusia untuk bekerja, berkarya dan

melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya agar hidupnya berharga dan dihayati

secara bermakna, hingga akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan

dalam menjalani kehidupan.

c. Memaknai Hidup

Memaknai hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar, dan

didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Proses pemaknaan

tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari dan ditemukan

sendiri. Dalam makna hidup terkandung pula tujuan hidup, yaitu hal-hal yang

ingin dicapai dan dipenuhi dalam hidup.

Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dan penjelasan oleh Bastaman

(2007:238) yang memaparkan bahwa hidup bermakna pada dasarnya tidak

berbeda dengan mengembangkan pribadi yaitu mengaktualisasikan potensi diri

dan melakukan transformasi dirikearah kondisi yang lebih baik yang memiliki
18

beberapa aspek sebagai berikut :

a. Potensi

Setiap manusia memiliki potensi yang luar biasa yaitu berupa potensi

disik, mental, sosial, dan spiritual. Sebagian besar potensi tersebut belum

teraktualisasi. Salah satu khas manusiawi adalah akal (kecerdasan), religiusitas,

dan kemampuan mengubah diri.

b. Asas-asas Sukses

Agar pengembangan hidup bermakna berhasil optimal, selain menyadari

berbagai potensi positif yang ada pada diri dan lingkungan juga perlu dipahami

berbagai aspek kesuksesan yang telah teruji keberhasilannya seperti dicontohkan

oleh mereka yang berhasil dalam kehidupannya.

c. Usaha

Usaha atau kerja keras merupakan syarat penting keberhasilan. Selain

kerja keras diperlukan kerja cerdas, yaitu bekerja menggunakan sistem, metode,

dan sarana yang tepat serta kerja sama dengan orang lain.

d. Metode

Metode dan sistem yang tidak benar akan membuat pekerjaan tidak terarah

dan tujuan sulit dicapai. Kegiatan pengembangan hidup yang

bermakanadiaplikasikan juga pendekatan untuk memperluas kesadaran dan

merangsang berpikir inovatif.

e. Sarana
19

Sarana mencakup sarana fisik (antara tokoh teladan, masukan-masukan

positif, buku-buku bermanfaat, kelompok yang positif) dan sarana mental (potensi

diri, akal, iman, kemampuan merubah nasib). Sarana-sarana ini khususnya secara

mental yang merupakan anugerah khusus dari Tuhan pada manusia.

f. Lingkungan

Mengembangkan pribadi dan meraih hidup bermakna tidak mudah

sehingga perlu adanya dukungan dari lingkungan dan dukungan sosial, orang-

orang terdekat, keluarga dan sahabat.

g. Ibadah

Mengambangkan hidup bermakna perlu menyertakan bimbingan Tuhan

melalui ibadah kepada-Nya agar lebih terarah pada tujuan yang baik dan tahan

menghadapi berbagai hambatan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh ahli tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa aspek makna hidup adalah menjalani hidup dengan optimis,

menghayati makna dalam hidup, memiliki tujuan dan menyadari bahwa hidup

perlu dinikmati berpatokan pada kebebasan berkehendak, kehendak hidup

bermakna, dan memaknai hidup serta mengisinya dengan hal yang membuat hati

bahagia.

Selain aspek yang di jelaskan oleh Bastaman diatas, Joseph B. Fabry

(1980:34) juga menuturkan inti dari ajaran logoterapi sebagai berikut : 1) Hidup

itu bermakna dalam kondisi apapun, 2) Kita memiliki kehendak dan menjadi

bahagia hanya ketika kita merasa telah memenuhinya, 3) Kita memiliki kebebasan
20

dengan segala keterbatasan untuk memenuhi makna hidup kita. Sedangkan ada

tiga langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk mendapatkan makna hidup

menurut Fabry, yaitu :

a. Aktivitas yang Bermakna (Meaningful Activities)

Meskipun Frankl telah membantu seseorang dalam menemukan

kebermaknaan dengan aktivitas kreatif (pekerjaan, kegemaran, atau pengabdian

terhadap tugas), pengalaman (penemuan akan karya seni, kejadian yang alami,

atau keinginan manusia yang bermacam-macam) dan sikap seperti (ketika

seseorang ada dalam kondisi tanpa harapan, kebebasan untuk menyikapi perasaan

pada nasib yang tidak dapat dirubah). Namun yang menjadi masalah pada saat ini

adalah dalam mencari kebermaknaan yang ada dalam pekerjaan itu semakin sulit.

Hal ini dikarenakan semakin sedikitnya pekerjaan yang memberikan aktivitas

bermakna, para pemberi kerja tidak menantang kita untuk bekerja sebagai

layaknya manusia namun memberikan kesempatan hanya sebatas dari bagian dari

mesin (Fabry, 1980:42).

b. Makna akan Pengalaman Pribadi (The Meaning of Personal Experience)

Cara kedua yang dianut dalam logoterapi, kita dapat menemukan

kebermaknaan akan pengalaman dari hal-hal seperti keindahan, kejujuran, atau

cinta. Hal ini dapat dicontohkan apabila kita mendengarkan penampilan yang

sempurna dari sebuah simfoni musik favorit kemudian ada seseorang yang

menanyakan “apakah hidup memiliki arti”, maka tidak ada keraguan lagi atas

jawaban tersebut. Hal ini dicontohkan dengan pecinta alam yang ada di gunung,
21

seseorang yang religius dalam pelayanan agama, seseorang mahasiswa dalam

kuliah impiannya, seorang seniman di depan maha karyanya, atau seorang

ilmuwan disaat proses penelitian (Fabry, 1980:44-45).

c. Makna dalam Bersikap (The Meaning of Attitudes)

Makna akan aktivitas dan makna akan pengalaman adalah makna yang

mudah dirasakan. Hal ini sulit apabila membandingkan tentang pertentangan

Frankl yang menyebutkan bahwa arti juga dapat ditemukan dalam menyikapi

ketika seseorang menghadapi penderitaan yang tidak dapat dihindari. Dalam

menemukan makna hidup tidak membutuhkan pengalaman akan penderitaan

sebagai sumber maknanya, hal tersebut hanya akan menjadi kebermaknaan

seorang masokis. Seseorang akan lebih mendapatkan makna dari merubah

pandangan dari situasi yang tidak memungkinkan, tidak dengan merubah situasi

namun merubah cara dalam menyikapinya (Fabry, 1980:45-46).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dan aspek makna

hidup adalah seseorang yang bisa memenuhi dan memaksimalkan semua

kemampuannya dalam memaknai hidup melalui pekerjaan yang di lakukan,

menghayati, dan memberikan kontribusi bagi orang lain dalam bentuk kebaikan.

Selain itu makna hidup juga dapat ditemukan melalui keindahan, kejujuran, dan

cinta. Dan makna hidup juga dapat di temukan pada pemaknaan akan aktivitas

yang kita jalani, apabila seseorang mempunyai masalah di kehidupannya, dia tidak

hanya berdiam diri saja, tetapi bertahan pada situasi yang tidak memungkinkan,

bukan dengan merubah situasi, tetapi bagaimana caranya menyikapi masalahnya

dan menyelesaikannya dengan baik.


22

3. Nilai-nilai yang Mewujudkan Makna Hidup

Frankl (dalam Semiun, 2006 : 455), menyatakan bahwa makna itu dicapai

melalui bermacam-macam nilai, yakni nilai daya cipta (kreatif), nilai-nilai

eksperensial (nilai-nilai pengalaman), dan nilai-nilai bersikap.

a. Nilai-nilai daya cipta (kreatif)

Nilai-nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif.

Biasanya hal ini berkenaan dengan suatu macam pekerjaan meskipun nilai-nilai

daya cipta dapat diungkapkan dalam semua bidang kehidupan. Makna diberikan

melalui tindakan yang menciptakan suatau hasil yang kelihatan atau suatu ide

yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang lain yang merupakan suatu

ungkapan individu.

b. Nilai-nilai eksperensial (pengalaman)

Menyangkut penerimaan dari dunia, penghayatan, penerimaan ini dapat

memberikan makna sebanyak seperti kreativitas. Ini tercapai dengan menemukan

keindahan, kebenaran dan sesama.

c. Nilai-nilai bersikap

Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai bersikap (attitudinal) adalah

situasi dimana kita tidak mampu untuk mengubahnya atau menghindari kondisi-

kondisi nasib yang tidak dapat diubah. Apabila kita berhadapan dengan situasi

tersebut, satu-satunya cara untuk memberikan respon terhadapnya ialah

menerimanya.

Dan selain 3 poin yang sudah disebutkan diatas, Bastaman (2007 : 50)
23

menambahkan terdapat beberapa nilai lagi yang menjadikan hidup ini bermakna

yaitu harapan (hope). Nilai harapan (hope values) adalah keyakinan akan

terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian

hari. Harapan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang

menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Pengharapan

mengandung makna hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan

yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap

menyongsong masa depan.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk mencapai makna hidup diperlukan

beberapa aspek yang berupa nilai daya cipta (kreatif), nilai eksperensial

(pengalaman), dan nilai bersikap. Selain ketiga nilai yang sudah disebutkan, nilai

harapan juga salah satu hal yang menunjang perubahan dalam hidup menjadi lebih

bermakna dengan memberikan peluang dan solusi, serta menimbulkan keyakinan

dalam diri untuk selalu semangat dan optimis.

4. Faktor yang Mempengaruhi Makna Hidup

Ada banyak faktor yang mempengaruhi Makna Hidup, disebutkan oleh

Baumeister (dalam Santrock, 2011:97) mengemukakan makna hidup dapat

dipahami menurut empat kebutuhan akan makna, yang merupakan faktor yang

membimbing seseorang membuat makna hidup mereka yaitu :

a. Kebutuhan akan keterarahan

“Peristiwa-peristiwa yang berlangsung saat ini dapat memperoleh makna

dari keterkaitannya dengan peristiwa-peristiwa masa depan”. Keterarahan dapat


24

dibagi kedalam tujuan dan pemenuhan. Hidup dapat diorientasikan ke kondisi di

masa depan yang diantisipasikan, seperti hidup bahagia selamanya atau dicintai.

b. Kebutuhan akan nilai

Hal ini dapat menggiring pada penghayatan mengenal kebajikan dan

membenarkan rangkaian-rangkaian tindakan tertentu. Nilai-nilai memungkinkan

seseorang untuk memutuskan apakah tindakan-tindakan tersebut benar atau salah.

c. Kebutuhan akan penghayatan terhadap efikasi

Hal ini mencakup keyakinan bahwa seseorang dapat membuat perubahan.

Hidup yang memiliki arah dan nilai namun tidak memiliki efikasi akan menjadi

hidup yang tragis.

d. Kebutuhan akan nilai diri (self-worth)

Sebagian besar individu ingin menjadi pribadi baik dan berharga. Self

worth dapat dikejar secara individual. Para peneliti semakin sering mempelajari

faktor-faktor yang terlibat dalam proses eksplorasi seseorang akan pemaknaan

dalam hidup dan apakah mengembangkan rasa pemaknaan dalam hidup berkaitan

dengan hasil perkembangan yang positif.

Kemudian dilanjutkan dengan pendapat dari Frankl (2003:127), ada tiga

makna hidup yang dapat membawa manusia kepada makna hidupnya, yaitu :

a. Makna Kerja

Makna hidup bukanlah untuk dipertanyakan tetapi untuk dijawab, karena

kita bertanggung jawab atas hidup ini. Jawaban ini diberikan dalam kata-kata
25

tetapiyang utama adalah dengan berbuat dan dengan melakukannya. Aktualisasi

nilai-nilai kreatif memberikan makna kepada kehidupan seseorang biasanya

terkandung dalam pekerjaan seseorang.

b. Makna Penderitaan

Penderitaan memberikan satu makna manakala individu menghadapi

situasi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Bilamana suatu keadaan sungguh-

sungguh tidak bisa diubah dan individu tidak lagi memiliki peluang untuk

merealisasikan nilai-nilai kreatif, maka saatnya untuk merealisasikan nilai-nilai

bersikap. Dalam penderitaan individu berada dalam ketegangan atas apa yang

seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan. Nilai-

nilai dalam bersikap teraktualisasi ketika individu diharapkan pada sesuatu yang

sudah menjadi takdirnya. Dalam menghadapi masalah ini, individu bersikap

menerima kesulitan-kesulitan hidupnya dan disanalah teraktualisasi potensi-

potensi nilai yang tidak terkira banyaknya.

c. Makna Cinta

Eksistensi manusia didasari oleh keunikan dan keistimewaan individu

tersebut. Cinta berarti mengalami hidup bersama orang lain dengan segala

keunikan dan keistimewaannya. Dalam cinta terjadi penerimaan penuh akan nilai-

nilai, tanpa kontribusi maupun usaha dari yang dicintai, cinta membuat si pecinta

menerima segala keunikan dan keistimewaan orang yang dicintainya. Cinta

memungkinkan individu untuk melihat inti spiritual orang lain, nilai-nilai

potensial dan hakekatyang dimilikinya. Cinta memungkinkan kita untuk


26

mengalami kepribadian orang lian dalam dirinya sendiri dan dengan demikian

memperluas dunia kita sendiri. Bahkan pengalaman kita dalam cinta berubah

menjadi kisah yang menyedihkan, kita tetap diperkaya dengan diberikan makna

yang lebih mendalam akan hidup. Manusia rela menanggung resiko mengalami

sekian banyak kisah cinta yang menyedihkan asalkan ia dapat mengalami satu

kisah yang membahagiakan.

Demikian uraian tentang makna hidup yang di uraikan oleh beberapa tokoh

dapat disimpulkan, beberapa faktor yang mempengaruhi makna hidup,

diantaranya adalahKebutuhan akan keterarahan, Kebutuhan akan nilai, Kebutuhan

akan penghayatan terhadap efikasi, Kebutuhan akan nilai diri (self-worth).

Keempat faktor ini merupakan kebutuhan-kebutuhan yang merefleksikan manusia

dan memberi pengaruh besar dalam kebermaknaan hidup seseorang.

B. Wanita Dewasa Madya

1. Pengertian Wanita Dewasa Madya

Menurut sumber yang peneliti kutip dari (Santrock, 2010 : 139) Usia

dewasa tengah (middle adult-hood) sebagai periode perkembangan yang dimulai

kira-kira pada usia 35-45 tahun hingga memasuki usia 60-an. Karena bagi banyak

orang, paruh kehidupan adalah suatu masa menurunnya ketrampilan fisik dan

semakin besarnya tanggung jawab.Suatu periode dimana orang menjadi semakin

sadar akan polaritas muda – tua dan semakin berkurangnya jumlah waktu yang

tersisa dalam kehidupan.Suatu titik ketika individu berusaha meneruskan sesuatu


27

yang berarti pada generasi berikutnya dan suatu masa ketika orang mencapai dan

mempertahankan kepuasan dalam karirnya.

Wanita dewasa madya menurut Hurlock(2007:203) adalah rentang

kehidupan manusia yang terbagi menjadi dua bagian, meliputi: usia madya dini

dari usia 40 tahun sampai dengan 50 tahun dan usia dewasa usia madya lanjut

yang dimulai dari usia 50 tahun sampai dengan 60 tahun. Pada masa dewasa

madya akan terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang tampak pada awal

usia 40 tahun.

Berdasarkan keterangan diatas, wanita yang masuk dalam kategori usia

dewasa madya adalah yang berusia dari 35 tahun sampai dengan 60 tahun. Dengan

ciri perubahan fisik dan psikologis yang ditandai dengan menurunnya ketrampilan

fisik dan semakin besarnya tanggung jawab. Semakin sadar akan kemampuan diri

dan sebuah masa dimana usia tersebut sudah mencapai puncak karier atau

kemerosotan keinginan dalam karier.

2. Karakteristik Wanita Dewasa Madya

Masa dewasa madya memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan

pada masa dewasa awal, berikut ini karakteristik dewasa madya (Hurlock, 2007 :

320):

a. Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti

Ciri pertama dari usia madya adalah bahwa masa tersebut merupakan

periode yang sangat menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua,

periode usia madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh
28

kehidupan manusia. Kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda

mereka dan berharap dapat kembali ke masa itu. (Hurlock, 2007 : 320)

b. Usia Madya Merupakan Masa Transisi

Ciri yang kedua dari usia madya adalah bahwa usia ini merupakan masa

transisi. Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola

perilaku yang baru. Pada usia madya, cepat atau lambat, semua orang dewasa

harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani dan harus

menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara

radikal. (Hurlock, 2007 : 321)

c. Usia Madya Adalah Masa Stress

Hurlock, (2007 : 321) Ciri ketiga dari usia madya adalah bahwa usia ini

merupakan masa stress. Kategori stress pada usia madya antara lain :

(1) Stress Somatik

Stress yang disebabkan oleh keadaan jasmani yang menunjukan usia tua.

(2) Stress Budaya

Stress yang berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada kemudaan,

keperkasaan dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu.

(3) Stress Ekonomi

Stress yang diakibatkan oleh beban keuangan dari mendidik anak dan

memberikan status simbol bagi seluruh anggota keluarga.

(4) Stress Psikologis


29

Stress yang diakibatkan oleh kematian suami atau istri, kepergian anak

dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, atau rasa hilangnya masa muda dan

mendekati ambang kematian.

d. Usia madya adalah “Usia yang Berbahaya”

Ciri keempat dari usia madya adalah bahwa umumnya usia ini dianggap

atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa

menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin

melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia

lanjut. (Hurlock, 2007:322)

e. Usia Madya adalah Usia Canggung

Ciri kelima usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung

(awkward age”. Sama seperti remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa,

demikian juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tapi bukan juga

tua. (Hurlock, 2007: 322)

f. Usia Madya adalah Masa Berprestasi

Ciri keenam dari usia madya adalah bahwa usia tersebut adalah masa

berprestasi. Menurut erikson, usia madya merupakan masa kritis dimana baik

“generativitas”, kecenderungan untuk menghasilkan maupun stagnansi,

kecenderungan untuk berhenti akan dominan. (Hurlock, 2007:322).

g. Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi.

Ciri ketujuh dari usia madya adalah bahwa usia ini terutama sebagai masa

evaluasi diri. Karena usia madya ini pada umumnya merupakan saar pria dam
30

wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga

merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka

semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman.

(Hurlock, 2007:323).

h. Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda

Ciri kedelapan dari usia madya adalah bahwa masa itu dievaluasi dengan

standar ganda, satu standar bagi pria dan satu bagi wanita. Yang pertama adalah

aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani, dan yang kedua adalah aspek

yang berkaitan dengan cara mereka menyatakan sikap terhadap usia tua. (Hurlock,

2007:324).

i. Usia Madya Merupakan Masa Sepi

Ciri kesembilan dari usia madya adalah bahwa masa ini dialami sebagai

masa sepi (emptyness), masa ketika anak-anak tidak tinggal lagi dengan orang tua.

Kecuali dalam beberapa kasus dimana pria dan wanita menikah lebih lambat

dibandingkan usia rata-rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih

mapan dalam karier, atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya

merupakan masa sepi dalam kehidupan perkawinan. (Hurlock, 2007 : 324)

j. Usia Madya Merupakan Masa Jenuh

Ciri kesepuluh usia madya adalah bahwa seringkali periode ini merupakan

masa yang penuh dengan kejenuhan. Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita

mengalami kejenuhan pada akhir usia tiga puluhan dan empat puluhan.(Hurlock,

2007 : 324)
31

Berdasarkan uraian yang sudah di sebutkan diatas, aspek usia dewasa

madya terbagi menjadi sepuluh bagian, Usia Madya Merupakan Periode yang

Sangat Ditakuti,Usia Madya Merupakan Masa Transisi, Usia Madya Adalah Masa

Stress, Usia madya adalah “Usia yang Berbahaya”, Usia Madya adalah Usia

Canggung, Usia Madya adalah Masa Berprestasi, Usia Madya Merupakan Masa

Evaluasi, Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda, Usia Madya Merupakan

Masa Sepi, Usia Madya Merupakan Masa Jenuh. Aspek-aspek inilah yang

mewakili dinamika perkembangan dalam usia dewasa madya.

3. Tugas Perkembangan Pada Usia Madya

Hurlock, (2007 : 325) menyatakan, ada beberapa tugas perkembangan

pada usia madya, sebagai berikut :

a. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik.

Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan

penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia

madya.

b. Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat.

Orang yang berusia madya seringkali mengasumsikan tanggungjawab

warga negara dan sosial, serta mengembangkan minat pada waktu luang yang

berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang berorientasi

pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini.

c. Tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejujuran.


32

Tugas ini hanya berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup

yang relatif mapan.

d. Tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.

Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan

dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan orangtua yang

lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang

bertanggungjawab dan bahagia.

Berdasarkan uraian diatas, tugas perkembangan pada usia dewasa madya

di bagi menjadi empat bagian, Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik,

Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat, Tugas yang berkaitan dengan

penyesuaian kejujuran, dan Tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.

Tugas perkembangan tersebut harus dijalani oleh individu yang sudah masuk

dalam kategori usia dewasa madya.

C. Pekerja Seks Komersial

1. Pengertian Pekerja Seks Komersial

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit

masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha

pencegahan dan perbaikannya. Pelacur atau prostitusi berasal dari bahasa latin

pro- stitueren atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zina,

melakukan persundalan, pencabulan, pergendakan. Sedangkan prostitute


33

adalah pelacur atau sundal, dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna

susila kemudian diperhalus lagi menjadi pekerja seks komersial atau yang lebih

dikenal dengan sebutan PSK (Kartini Kartono, 2007:207).

Begitu juga diterangkan dalam keterangan yang diungkapkan (Kartini

Kartono, 2009:216)PSK diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi

seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan

seksual dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. PSK

merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan

memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang

untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.

Pekerja Seks Komersial adalah perempuan yang pekerjaannya menjual diri

kepada siapa saja atau banyak laki – laki yang membutuhkan pemuasnafsu

seksual. Selain itu para PSK adalah perempuan yang melakukanhubungan

seksual dengan banyak laki – laki diluar pernikahan dan sang perempuan

memperoleh imbalan uang dari laki – laki yang menyetubuhinya (Susanti, 2006:

9).

Berdasarkan definisi diatas, pekerja seks komersial adalah perempuan yang

pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki – laki yang

membutuhkan pemuasnafsu seksual dan mendapatkan bayaran atas jasanya.

2. Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial

Di desa-desa hampir tidak ada pelacur. Jika ada mereka adalah pendatang-
34

pendatang dari kota yang singgah untuk beberapa hari atau pulang ke desanya.

Juga perbatasan desa yang dekat dengan kota-kota dan tempat-tempat sepanjang

jalan besar yang dilalui truk-truk ldan kendaraan umum seringdi jadikan lokasi-

lokasi oleh para PSK. Sedang di kota-kota besar, jumlah pelacur diperkirakan 1-

2% dari jumlah penduduknya. (Kartini Kartono, 2009 : 238). Ciri-ciri khas pelacur

ialah sebagai berikut :

a. Wanita lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).

b. Cantik, ayu rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun

tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.

c. Masih muda-muda 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah

usia 30 tahun. Yang terbanyak ialah usia 17-25 tahun

d. Pakaiannya sangat menyolok, beraneka warna, sering aneh-

aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria.

e. Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir

secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau afeksi.

f. Bersifat sangat mobile, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu

tepat/kota lainnya. Dan biasanya mereka memakai nama samaran dan

sering berganti nama.

g. Pelacur-pelacur professional dari kelas rendah dan menengah

kebanyakan berasal dari strata ekononomi dan strata sosial rendah.

h. 60-80% dari jumlah pelacur ini memiliki intelek yang normal. Kurang

dari 5% adalah mereka yang lemah ingatan (feeble minded).


35

Selebihnya adalah mereka yang pada garis-batas yang tidak menentu

atau tidak jelas derajat intelegensinya.

Berdasarkan uraian diatas, ciri-ciri pelacur secara garis besar adalah,

berparas cantik dengan penampilan memikat pria, memakai nama samaran,

bersifat sangat mobile / sering berpindah-pindah tempat, berasal dari strata

ekonomi dan strata sosial rendah.

3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perempuan Menjadi Pekerja

Seks Komersial

Banyak faktor yang melatarbelakangi perempuan menjadi seorang Pekerja

Seks Komersial. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang

perempuanmenjadi pekerja seks komersial (PSK) seperti yang disebutkan dalam

(Kartini Kartono, 2009 : 245), antara lain sebagai berikut:

a. Adanya kecendrungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk

menghindarkandiri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan

melalui jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan, dan buta

huruf sehingga menghalalkan pelacuran.

b. Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam

kepribadian, dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak

merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.

c. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan,ada pertimbangan-pertimbangan

ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya


36

dalam usaha mendapatkan status sosial yang baik.

d. Rasamelitdan ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada

masalah seks, yang kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh

bujukan-bujukan bandit seks.

e. Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih

dahulu dalam dunia pelacuran.

f. Ada kebutuhan seks yang normal, akan tetapi tidak dipuaskan oleh

pihak suami. Misalnya karena suami impoten, lama menderita sakit,

banyak istri- istri lain sehingga sang suami jarang mendatangi isteri

yang bersangkutan, lama bertugas di tempat yang jauh, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, beberapa faktor yang melatarbelakangi

seseorang menjadi PSK sangat beragam, diantaranya yaitu mendapatkan

kesenangan pribadi, penyaluran nafsu seksual yang berlebih, tekanan ekonomi,

ajakan teman yang sudah terjun lebih dulu ke dunia pelacuran, dan lain

sebagainya.
37

D. Kerangka Teori Pemikiran

Pekerja Seks Komersial

Usia Dewasa Madya

Makna Hidup

Aspek-aspek Makna Hidup Faktor-faktor Makna Hidup


1. Kebebasan berkehendak 1. Kebutuhan akan
2. Kehendak hidup bermakna keterarahan

3. Memaknai hidup 2. Kebutuhan akan nilai

3. Kebutuhan akan
penghayatan terhadap efikasi

4. Kebutuhan akan nilai diri


(self worth)

Gambar 1. Kerangka Teori


38

Tersebut dalam kerangka teori diatas, seorang Pekerja Seks Komersial

dapat diketahui aspek – aspek makna hidupnya melalui kerangka pemikiran

seperti yang sudah disebutkan. Aspek-aspek makna hidup dan faktor-faktor

makna hidup diatas akan menjadi acuan peneliti untuk membuat kerangka

penelitian, pertanyaan penelitian, dan pedoman observasi peneliti terhadap subjek

dan informan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai