Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH JIWA PADA ANAK JALANAN

DAN NARAPIDANA

DOSEN PENGAMPU :
Meti Agustini ,Ns.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Azmiza Arliana Putri : 2114201110087
Aulia Ramadha Putri : 2114201110086
Putri Fatmawati : 2114201110103
Thalita Aurellia : 2114201110113
Siti Maulida Rahmah : 2114201110112

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ Makalah JIWA PADA ANAK
JALANAN DAN NARAPIDANA ”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman baik pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 12 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….……………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………...……………………………….…………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 4
A. Asuhan keperawatan pada anak jalanan……………………………………… 4
1. Definisi……..…………………………………………………………….. 4
2. Faktor penyebab …………………………..……………………………....4
3. Tanda gejala ……………………………………………………………….5
4. Fenomena yang terjadi ………………………………………………...….6
5. Solusi………………………………………………………………………7
BAB II NARAPIDANA …………………………………………………………14
B. Asuhan keperawatan pada anak jalanan………………………………………14
6. Definisi……..……………………………………………………………..14
7. Faktor penyebab …………………………..……………………………...15
8. Tanda gejala ………………………………………………………………16
9. Fenomena yang terjadi ………………………………………………...….17
10. Solusi………………………………………………………………………17
BAB lll KESIMPULAN………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….24

3
BAB I

PENDAHULUAN

ASKEP JIWA PADA ANAK JALANAN

1. Definisi Anak Jalanan


Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan dengan jenis berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan
tempat-tempat umum. Suharto, (2008: 231) mendefenisikan Anak Jalanan adalah anak
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, bermain, atau beraktivitas
lain di jalanan karena dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak mampu
menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.

2. Penyebab
faktor penyebab anak menjadi anak jalanan yaitu terdapat dua faktor yakni
keinginan anak jalanan sendiri untuk membantu meringankan beban orang tua dalam
hal memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kondisi ekonomi yang dibawah (faktor
kemiskinan). Keinginan anak jalanan sendiri kemungkinan dipengaruhi oleh
pengalaman hidup mereka yang melihat kondisi orang tua yang berjuang keras dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan orang tua tersebut berdampak
terhadap kelangsungan hidup anak-anaknya, yang pada akhirnya merelakan anak-
anaknya terjun langsung ke jalanan (Sakman, 2016: 212). Hal ini pula diakibatkan oleh
kondisi keluarga yang ekonominya lemah (kemiskinan) sehingga menjadi dorongan
paling kuat untuk anak jalanan bekerja ataupun hidup dijalanan. Kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Sakman, 2016: 205).
Jika dilihat kedua faktor ini berpengaruh secara bersamaan artinya kedua faktor
ini mempunyai pengaruh terhadap alasan menjadi anak jalanan baik yang bekerja di
jalanan ataupun yang sudah hidup dijalanan.Akan tetapi kondisi ekonomi keluarga yang
dibawah mengakibatkan mereka harus hidup berjuang keras demi memenuhi kebutuhan

4
mereka sehari-hari. Dengan demikian dari kenyataan yang peneliti temui dilapangan,
dapat dikatakan bahwa yang melatar belakangi anak jalanan menjadi pelaku ekonomi
di jalanan adalah karena
kemiskinan, artinya kurangnya materi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
keperluan hidup mereka (Rahmadani, 2013: 28).
Hal ini karena rendahnya penghasilan orang tua mereka. Sehingga dari hasil
penelitian ini masalah kemiskinan merupakan faktor penyebab yang paling
mempengaruhi seorang anak menjadi anak jalanan.

3. Tanda Gejala
1. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sekitar yang juga banyak terdapat pemulung, pengemis, pengamen, dan
sebagainya, membuat mereka dengan Sekitar.
2. Minus kegiatan.
Anak jalanan terbina yang turun ke jalan biasanya disebabkan oleh kurangnya
kegiatan positit yang dapat dilakukan dalam keseharian mereka.
3. Pola Pikir
Mindset dan pola pengasuhan orang tua yang masih jauh dari "ideal", membuat
anak jalanan terbina mudah terpengaruh untuk turun ke jalan.

4. Fenomena yang ditemukan dan solusi


Permasalahan anak jalanan merupakan masalah yang sudah menjadi
permasalahan di setiap kota, terutama kota-kota besar seperti Makassar. Permasalahan
yang hadir sebenarnya muncul pada anak-anak dalam kelompok usia di bawah umur
yang harus merasakan kerasnya hidup di jalanan. Mengamen, mengemis, berjualan,
hingga tindak kriminal mereka lakukan untuk bertahan hidup. Menjadi anak jalanan
bukan pilihan yang diinginkan setiap orang, terutama untuk masalah keamanan. Anak
jalanan sering dianggap sebagai sebuah masalah, dan belum ada peraturan yang dapat
untuk mengatasi fenomena ini.

5. Solusi :
Rendahnya pendidikan anak jalanan membutuhkan beberapa solusi
penanganan, diantaranya:

5
1. Menggalang dana untuk membangun rumah singgah sebagai sarana
belajar mereka. Dan di waktu sore hari dapat digunakan sebagai tempat
belajar mengaji.
2. Adanya relawan sebagai pengajar, agar anak jalanan dapat memahami
pelajaran dan mengeluarkan pikiran kreatif mereka.
3. Donasi buku dan alat tulis yang masih layak pakai agar rasa ingin tahu
belajar semakin tinggi.
4. Menggalang dana untuk membuat gerobak sederhana yang dapat diisi
dengan berbagai buku pendidikan seperti perpustakaan kecil agar minat
anak jalanan dalam membaca meningkat.

6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


Asuhan keperawatan pada anak jalanan
Pengkajian
a) Faktor predisposisi
 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi
b) Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
c) Penilaian terhadap stressor

Respon Adiktif Respon Maladapif


 Berfikir logis  Pemikiran  Gangguan
 Persepsi akurat sesekali pemikiran
 Emosi  Terdistorsi  Waham/halusinasi
konsisten  Ilusi  Kesulitan
dengan  Reaksi pengolahan
pengalaman berlebih Dan  Emosi
 Perilaku sesuai tidak bereaksi

6
 Berhubungan  Perilaku aneh  Perilaku kacau
sosial  Penarikan dan isolasi social
tidak bisa
berhubungan
sosial
d) Sumber koping
 Disonasi kognitif( gangguan jiwa aktif)
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran

A. DIAGNOSA

1. Harga Diri Rendah


2. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri

B. Intervensi keperawatan

Diagnosa 1 Harga Diri Rendah

Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.

7
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3. Utamakan memberi pujian yang realistis
4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
5. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

4. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

8
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2 Perilaku kekerasan

Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/ kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.

9
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibatkerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan. Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.


Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :

10
1. Beri pendidikan keschatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
2. Beri reinforcement positifatas ketertibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa 3 Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,


BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan,
makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.


 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
o Berpakaian
o Menyisir rambut

11
o Bercukur
 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
o Berpakaian
o Menyisir rambut
o c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
 Menjelaskan cara makan yang tertib
 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

12
BAB ll

ASKEP JIWA PADA NARAPIDANA

1. Definisi Narapidana

Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya juga
mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1) huruf
a sampai m yang harus dipenuhi.

Syarat dan tata cara pemberian hak tersebut pun diatur dengan peraturan
pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pemenuhan hak-hak narapidana ini sangat penting
dikarenakan merupakan upaya dalam proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan
guna mencapai tujuan. Sehingga Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat lebih
memperhatikan hak narapidana sebagai
upaya pembinaan narapidana.

2. Penyebab
Faktor penyebab timbulnya kejahatan yang biasa terdapat pada diri manusia itu
sendiri yang meliputi faktor internal yaitu agama dan pendidikan, serta faktor eksternal
yang berasal dari luar diri manusia, antara lain faktor lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan faktor lingkungan ekonomi. Penyebab terjadinya narapidana
merupakan faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Baik karena faktor pendidikan,
masyarakat maupun ekonomi. Adapun upaya pemberantasan kejahatan terdiri dari dua

13
aspek yaitu dari segi sebelum terjadinya kejahatan yang sering dikenal dengan cara
preventif yaitu dalam upaya ini dilakukan melalui sistem abiolisionistik untuk
menghilangkan faktor-faktor penyebab suatu kejahatan dan sistem moralistik yaitu
penerangan atau penyebarluasan dalam masyarakat berarti memperkuat moral dan
mental seseorang agar terlayani dari keinginan untuk melakukan kejahatan.
Dari segi setelah terjadinya sejahtan yaitu melalui cara-cara represif dimana
segala tindakan yang dilakukan oleh narapidana tidak lepas dari pengaruh lingkungan
sekitar dan minimnya pengetahuan agama, serta rendahnya pendidikan, disamping
tidak adanya pendapatan yang diperoleh. setelah keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan. Karena seorang residivis telah dicap sebagai kriminal di masyarakat,
sehingga tidak ada lagi rasa percaya terhadap seorang narapidana.

3. Tanda Gejala

a. .Faktor ekonomi

1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.

2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikaN

14
b. .Faktor mental

1. Agama

Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila


dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif, memang merupakan fakta
bahwa norma-norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama
dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungan- kecenderungan kriminal.

c. Faktor Pribadi

1. Usia
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis
maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-
faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya
merupakan pengertian-pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi
kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan- lahan sampai
umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama
kehidupan manusia.

2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti pelanggaran
lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks,
dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.

15
4. Fenomena yang ditemukan dan solusi
Kasus kriminal di masyarakat diberitakan hampir setiap hari di surat kabar dan
televisi. Perkembangan peningkatan jumlah kejahatan di pedesaan dan perkotaan
sangat relatif. Kejahatan adalah perbuatan melawan hukum yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan sosial. Kejahatan atau kriminalitas bukanlah peristiwa genetik
(bawaan), juga bukan warisan biologis. Siapapun dapat melakukan kejahatan, baik laki-
laki maupun perempuan, baik pada usia anak-anak, dewasa maupun orang tua(Bkhori,
2012). Perilaku kriminal dapat disadari atau tidak disadari.
Biasanya pelaku melakukan kejahatan karena berbagai faktor, yaitu sosial,
ekonomi, dan lain-lain.Angka kriminalitas di Indonesia mengalami perubahan dari
tahun ke tahun dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 347.605 tindak
pidana di Indonesia. Kemudian turun sekitar 1,85% pada tahun 2012, tetapi
diperkirakan akan meningkat sebesar 0,27% kemarin pada tahun 2013. Selama ini
memang peningkatan atau penurunan kejahatan relatif kecil. Narapidana mengalami
berbagai masalah dalam kehidupannya di dalam Lapas, antara lain perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak yang semakin terbatas, mendapatkan label pidana
penjara, serta kehidupan dan kehidupannya di dalam Lapas, yang membuat mereka
harus Terpisah dari keluarganya. dan tinggal bersama tahanan lain. dan belum ada
peraturan yang dapat untuk mengatasi fenomena ini.

5. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


 Asuhan keperawatan pada narapidana
Pengkajian

1. Identitas klien
 Nomor
 Usia
 Jenis kelamin
 Tanggal dirawat
 Tanggal pengkajian
 Nomor rekam medis

2. Faktor predisposisi

16
 Genetika
 Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi

3. Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
 Penilaian terhadap stress
 Sumber koping
 Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif)
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja

3. Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Penarikan
 Pengingkaran

 Diagnosa keperawatan yang muncul pada narapidana


1. Harga Diri Rendah
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.
Tanda dan gejala dari HDR meliputi DS dan DO yaitu:
DS:
 Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
 Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
 Menunda keputusan.
 Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.

17
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimitis.
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan tehadap kemampuan diri.

1. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
2. Kurang memperhatikan perawatan diri.
3. Jangan berpakaian rapi.
4. Nafsu makan menurun
5. Tidak berani menatap lawan bicara.
6. Lebih banyak menunduk.
7. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
8. Merusak atau melukai orang lain.
9. Sulit bergaul
10. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
11. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.

Dalam HDR juga terdapat faktor predisposisi yaitu:


 Faktor yang mempengaruhi harga diri
 Faktor yang mempengaruhi peran
 Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
 Faktor biologis

Faktor presipitasi dalam HDR yang mana stressor pencetus dapat berasal dari internal
dan eksternal, yaitu:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

 Intervensi keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah

18
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya salam terapeutik, perkenalan diri,
 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang.
 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
 Utamakan memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
 Klien dapat menetapkan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki

Tindakan:
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Berikan contoh bagaimana mengimplementasikan aktivitas yang dapat
dilakukan klien
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan:
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

19
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

20
BAB lll

KESIMPULAN

Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan dengan jenis berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan
tempat-tempat umum. Suharto, (2008: 231) mendefenisikan Anak Jalanan adalah anak
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, bermain, atau beraktivitas
lain di jalanan karena dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak mampu
menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya juga
mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1) huruf
a sampai m yang harus dipenuhi. .

21
DAFTAR PUSTAKA

Windayani, Windayani. “HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN STATUS GIZI


DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSU BAHTERAMAS PROVINSI
SULAWESI TENGGARA.” PhD Thesis, POLTEKKES KEMENKES KENDARI, 2023.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/3822/.
Wahyuni, Sri Eka, Wardiyah Daulay, Mahnum Lailan Nasution, and Jenny Marlindawani Purba.
“ASERTIF TRAINING BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU AGRESIF
NARAPIDANA REMAJA” 9, no. 2 (2021).
Yulani, Clarista, Dyan Evita Santi, and Aliffia Ananta. “Agresivitas anak jalanan: Adakah peranan
self control dan risk taking behavior?” 3, no. 3 (2023).
Aisa, Siti, and Lukna Ahmad. “SEFL-CONTROL NARAPIDANA REMAJA” 4 (2023).
Maulidiah, Puteri Silvina. “PENGALAMAN HIDUP ANAK JALANAN USIA REMAJA,” 2021.
Kusuma, Febriana Putri. “IMPLIKASI HAK-HAK NARAPIDANA DALAM UPAYA
PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN” 2, no. 2 (2013).
Kusuma, Febriana Putri. “IMPLIKASI HAK-HAK NARAPIDANA DALAM UPAYA
PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN” 2, no. 2 (2013).
Bertus, Dhea Claudia, Wenny Hulukati, and Irvan Usman. “Faktor-faktor Penyebab Menjadi Anak
Jalanan di Kota Gorontalo.” Student Journal of Guidance and Counseling 2, no. 1 (October 31,
2022): 66–75. https://doi.org/10.37411/sjgc.v2i1.1343.
Ain, Dwi Nur Attira, Dhiva Shahilla Saragih, and Arneta Widia. “Layanan Bimbingan Konseling
Islam pada Anak Jalanan Usia Dini” 7 (2023).
Bertus, Dhea Claudia, Wenny Hulukati, and Irvan Usman. “Faktor-faktor Penyebab Menjadi Anak
Jalanan di Kota Gorontalo.” Student Journal of Guidance and Counseling 2, no. 1 (October 31,
2022): 66–75. https://doi.org/10.37411/sjgc.v2i1.1343.

22

Anda mungkin juga menyukai