DAN NARAPIDANA
DOSEN PENGAMPU :
Meti Agustini ,Ns.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Azmiza Arliana Putri : 2114201110087
Aulia Ramadha Putri : 2114201110086
Putri Fatmawati : 2114201110103
Thalita Aurellia : 2114201110113
Siti Maulida Rahmah : 2114201110112
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ Makalah JIWA PADA ANAK
JALANAN DAN NARAPIDANA ”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman baik pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….……………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………...……………………………….…………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 4
A. Asuhan keperawatan pada anak jalanan……………………………………… 4
1. Definisi……..…………………………………………………………….. 4
2. Faktor penyebab …………………………..……………………………....4
3. Tanda gejala ……………………………………………………………….5
4. Fenomena yang terjadi ………………………………………………...….6
5. Solusi………………………………………………………………………7
BAB II NARAPIDANA …………………………………………………………14
B. Asuhan keperawatan pada anak jalanan………………………………………14
6. Definisi……..……………………………………………………………..14
7. Faktor penyebab …………………………..……………………………...15
8. Tanda gejala ………………………………………………………………16
9. Fenomena yang terjadi ………………………………………………...….17
10. Solusi………………………………………………………………………17
BAB lll KESIMPULAN………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….24
3
BAB I
PENDAHULUAN
2. Penyebab
faktor penyebab anak menjadi anak jalanan yaitu terdapat dua faktor yakni
keinginan anak jalanan sendiri untuk membantu meringankan beban orang tua dalam
hal memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kondisi ekonomi yang dibawah (faktor
kemiskinan). Keinginan anak jalanan sendiri kemungkinan dipengaruhi oleh
pengalaman hidup mereka yang melihat kondisi orang tua yang berjuang keras dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan orang tua tersebut berdampak
terhadap kelangsungan hidup anak-anaknya, yang pada akhirnya merelakan anak-
anaknya terjun langsung ke jalanan (Sakman, 2016: 212). Hal ini pula diakibatkan oleh
kondisi keluarga yang ekonominya lemah (kemiskinan) sehingga menjadi dorongan
paling kuat untuk anak jalanan bekerja ataupun hidup dijalanan. Kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Sakman, 2016: 205).
Jika dilihat kedua faktor ini berpengaruh secara bersamaan artinya kedua faktor
ini mempunyai pengaruh terhadap alasan menjadi anak jalanan baik yang bekerja di
jalanan ataupun yang sudah hidup dijalanan.Akan tetapi kondisi ekonomi keluarga yang
dibawah mengakibatkan mereka harus hidup berjuang keras demi memenuhi kebutuhan
4
mereka sehari-hari. Dengan demikian dari kenyataan yang peneliti temui dilapangan,
dapat dikatakan bahwa yang melatar belakangi anak jalanan menjadi pelaku ekonomi
di jalanan adalah karena
kemiskinan, artinya kurangnya materi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
keperluan hidup mereka (Rahmadani, 2013: 28).
Hal ini karena rendahnya penghasilan orang tua mereka. Sehingga dari hasil
penelitian ini masalah kemiskinan merupakan faktor penyebab yang paling
mempengaruhi seorang anak menjadi anak jalanan.
3. Tanda Gejala
1. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sekitar yang juga banyak terdapat pemulung, pengemis, pengamen, dan
sebagainya, membuat mereka dengan Sekitar.
2. Minus kegiatan.
Anak jalanan terbina yang turun ke jalan biasanya disebabkan oleh kurangnya
kegiatan positit yang dapat dilakukan dalam keseharian mereka.
3. Pola Pikir
Mindset dan pola pengasuhan orang tua yang masih jauh dari "ideal", membuat
anak jalanan terbina mudah terpengaruh untuk turun ke jalan.
5. Solusi :
Rendahnya pendidikan anak jalanan membutuhkan beberapa solusi
penanganan, diantaranya:
5
1. Menggalang dana untuk membangun rumah singgah sebagai sarana
belajar mereka. Dan di waktu sore hari dapat digunakan sebagai tempat
belajar mengaji.
2. Adanya relawan sebagai pengajar, agar anak jalanan dapat memahami
pelajaran dan mengeluarkan pikiran kreatif mereka.
3. Donasi buku dan alat tulis yang masih layak pakai agar rasa ingin tahu
belajar semakin tinggi.
4. Menggalang dana untuk membuat gerobak sederhana yang dapat diisi
dengan berbagai buku pendidikan seperti perpustakaan kecil agar minat
anak jalanan dalam membaca meningkat.
6
Berhubungan Perilaku aneh Perilaku kacau
sosial Penarikan dan isolasi social
tidak bisa
berhubungan
sosial
d) Sumber koping
Disonasi kognitif( gangguan jiwa aktif)
Pencapaian wawasan
Kognitif yang konstan
Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
Menarik diri
Pengingkaran
A. DIAGNOSA
B. Intervensi keperawatan
Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
7
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3. Utamakan memberi pujian yang realistis
4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
5. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
8
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/ kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
9
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibatkerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan. Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
10
1. Beri pendidikan keschatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
2. Beri reinforcement positifatas ketertibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
11
o Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
o Berpakaian
o Menyisir rambut
o c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
Menjelaskan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
12
BAB ll
1. Definisi Narapidana
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya juga
mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1) huruf
a sampai m yang harus dipenuhi.
Syarat dan tata cara pemberian hak tersebut pun diatur dengan peraturan
pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pemenuhan hak-hak narapidana ini sangat penting
dikarenakan merupakan upaya dalam proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan
guna mencapai tujuan. Sehingga Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat lebih
memperhatikan hak narapidana sebagai
upaya pembinaan narapidana.
2. Penyebab
Faktor penyebab timbulnya kejahatan yang biasa terdapat pada diri manusia itu
sendiri yang meliputi faktor internal yaitu agama dan pendidikan, serta faktor eksternal
yang berasal dari luar diri manusia, antara lain faktor lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan faktor lingkungan ekonomi. Penyebab terjadinya narapidana
merupakan faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Baik karena faktor pendidikan,
masyarakat maupun ekonomi. Adapun upaya pemberantasan kejahatan terdiri dari dua
13
aspek yaitu dari segi sebelum terjadinya kejahatan yang sering dikenal dengan cara
preventif yaitu dalam upaya ini dilakukan melalui sistem abiolisionistik untuk
menghilangkan faktor-faktor penyebab suatu kejahatan dan sistem moralistik yaitu
penerangan atau penyebarluasan dalam masyarakat berarti memperkuat moral dan
mental seseorang agar terlayani dari keinginan untuk melakukan kejahatan.
Dari segi setelah terjadinya sejahtan yaitu melalui cara-cara represif dimana
segala tindakan yang dilakukan oleh narapidana tidak lepas dari pengaruh lingkungan
sekitar dan minimnya pengetahuan agama, serta rendahnya pendidikan, disamping
tidak adanya pendapatan yang diperoleh. setelah keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan. Karena seorang residivis telah dicap sebagai kriminal di masyarakat,
sehingga tidak ada lagi rasa percaya terhadap seorang narapidana.
3. Tanda Gejala
a. .Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikaN
14
b. .Faktor mental
1. Agama
c. Faktor Pribadi
1. Usia
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis
maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-
faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya
merupakan pengertian-pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi
kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan- lahan sampai
umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama
kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti pelanggaran
lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks,
dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.
15
4. Fenomena yang ditemukan dan solusi
Kasus kriminal di masyarakat diberitakan hampir setiap hari di surat kabar dan
televisi. Perkembangan peningkatan jumlah kejahatan di pedesaan dan perkotaan
sangat relatif. Kejahatan adalah perbuatan melawan hukum yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan sosial. Kejahatan atau kriminalitas bukanlah peristiwa genetik
(bawaan), juga bukan warisan biologis. Siapapun dapat melakukan kejahatan, baik laki-
laki maupun perempuan, baik pada usia anak-anak, dewasa maupun orang tua(Bkhori,
2012). Perilaku kriminal dapat disadari atau tidak disadari.
Biasanya pelaku melakukan kejahatan karena berbagai faktor, yaitu sosial,
ekonomi, dan lain-lain.Angka kriminalitas di Indonesia mengalami perubahan dari
tahun ke tahun dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 347.605 tindak
pidana di Indonesia. Kemudian turun sekitar 1,85% pada tahun 2012, tetapi
diperkirakan akan meningkat sebesar 0,27% kemarin pada tahun 2013. Selama ini
memang peningkatan atau penurunan kejahatan relatif kecil. Narapidana mengalami
berbagai masalah dalam kehidupannya di dalam Lapas, antara lain perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak yang semakin terbatas, mendapatkan label pidana
penjara, serta kehidupan dan kehidupannya di dalam Lapas, yang membuat mereka
harus Terpisah dari keluarganya. dan tinggal bersama tahanan lain. dan belum ada
peraturan yang dapat untuk mengatasi fenomena ini.
1. Identitas klien
Nomor
Usia
Jenis kelamin
Tanggal dirawat
Tanggal pengkajian
Nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi
16
Genetika
Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
Teori virus dan infeksi
3. Faktor presipitasi
Biologis
Sosial kutural
Psikologis
Penilaian terhadap stress
Sumber koping
Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif)
Pencapaian wawasan
Kognitif yang konstan
Bergerak menuju prestasi kerja
3. Mekanisme koping
Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
Penarikan
Pengingkaran
17
Perasaan tidak mampu.
Pandangan hidup yang pesimitis.
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas.
Penolakan tehadap kemampuan diri.
1. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
2. Kurang memperhatikan perawatan diri.
3. Jangan berpakaian rapi.
4. Nafsu makan menurun
5. Tidak berani menatap lawan bicara.
6. Lebih banyak menunduk.
7. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
8. Merusak atau melukai orang lain.
9. Sulit bergaul
10. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
11. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
Faktor presipitasi dalam HDR yang mana stressor pencetus dapat berasal dari internal
dan eksternal, yaitu:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Intervensi keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
18
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya salam terapeutik, perkenalan diri,
Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang.
Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
Utamakan memberi pujian yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
Klien dapat menetapkan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Berikan contoh bagaimana mengimplementasikan aktivitas yang dapat
dilakukan klien
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan:
Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
19
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
20
BAB lll
KESIMPULAN
Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan dengan jenis berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan
tempat-tempat umum. Suharto, (2008: 231) mendefenisikan Anak Jalanan adalah anak
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, bermain, atau beraktivitas
lain di jalanan karena dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak mampu
menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya.
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya juga
mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1) huruf
a sampai m yang harus dipenuhi. .
21
DAFTAR PUSTAKA
22