Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH JIWA PADA ANAK

JALANAN DAN NARAPIDANA

DOSEN PENGAMPU :
Meti Agustini
,Ns.,M.Kep DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 3

Muhammad Zainuddin 2114201310150


Gita Nor Alifah Ramadhia 2114201310151
Vitria 2114201310180

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU
KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ Makalah JIWA PADA ANAK
JALANAN DAN NARAPIDANA ”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman baik pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Banjarmasin, 24 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Asuhan keperawatan pada anak jalanan............................................................4
1. Definisi.........................................................................................................4
2. Faktor penyebab...........................................................................................4
3. Tanda gejala.................................................................................................5
4. Fenomena yang terjadi................................................................................5
5. Solusi...........................................................................................................5
BAB II NARAPIDANA........................................................................................14
B. Asuhan keperawatan pada anak jalanan...........................................................14
6. Definisi........................................................................................................14
7. Faktor penyebab..........................................................................................15
8. Tanda gejala................................................................................................16
9. Fenomena yang terjadi.................................................................................17
10. Solusi............................................................................................................17
BAB lll KESIMPULAN.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

ASKEP JIWA PADA ANAK JALANAN

1. Definisi Anak Jalanan


Anak Jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
bekerja, bermain, atau beraktivitas lain di jalanan karena dicampakkan atau tercampak
dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan
kehancuran keluarganya.

2. Penyebab

a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus,
berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
b. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan
kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah,
kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga, terpisah dengan orang tua,
sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang
mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini
dipengaruhi pula oleh meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh
kemiskinan pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam
keluarga.
c. Melemahnya keluarga besar,dimana keluarga besartidak mampu lagi membantu
terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh pergeseran nilai, kondisi
ekonomi, dan kebijakan pembangunan pemerintah.
d. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua sudah tidak
mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak, telah menyebabkan anak-
anak mencari kebebasan.

4
3. Tanda Gejala

a. Ciri-ciri fisik :
1) Penampilan dan warna kulit kusam
2) Rambut kemerah-merahan
3) Kebanyakan berbadan kurus
4) Pakaian tidak terurus

b. Ciri-ciri psikis :
a. Mobilitas tinggi
b. Acuh tak acuh
c. Penuh curiga
d. Sangat sensitif
e. Berwatak keras
f. Kreatif

4. Fenomena yang ditemukan dan solusi

a. Polisi mengamankan sejumlah anak jalanan yang dilaporkan memalak pemotor di


kawasan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). Mulanya, polisi menerima
laporan dari warga. Baca artikel detiknews, "Polisi Tangkap Sejumlah Anak Jalanan
Diduga Palak Pemotor di Bogor" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-
6813123/polisi-tangkap-sejumlah-anak-jalanan-diduga-palak-pemotor-di-bogor.
b. Belasan pengamen, anak jalanan dan gelandangan terjaring razia petugas gabungan di
beberapa titik Kabupaten Kediri. Petugas gabungan itu terdiri dari Satpol PP, polisi
dan TNI. Baca artikel detikjatim, "Meresahkan, Belasan Pengamen dan Anak Jalanan
di Kediri Diamankan" selengkapnya
https://www.detik.com/jatim/berita/d-6778285/meresahkan-belasan-pengamen-dan-
anak-jalanan-di-kediri-diamankan

5. Solusi :

Rendahnya pendidikan anak jalanan membutuhkan beberapa solusi


penanganan, diantaranya:

5
1. Menggalang dana untuk membangun rumah singgah sebagai sarana
belajar mereka. Dan di waktu sore hari dapat digunakan sebagai tempat
belajar mengaji.
2. Adanya relawan sebagai pengajar, agar anak jalanan dapat memahami
pelajaran dan mengeluarkan pikiran kreatif mereka.
3. Donasi buku dan alat tulis yang masih layak pakai agar rasa ingin tahu
belajar semakin tinggi.
4. Menggalang dana untuk membuat gerobak sederhana yang dapat diisi
dengan berbagai buku pendidikan seperti perpustakaan kecil agar
minat anak jalanan dalam membaca meningkat.

2. Masalah keperawatan yang mungkin


muncul Asuhan keperawatan pada anak
jalanan Pengkajian
a) Faktor predisposisi
 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi
b) Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
c) Penilaian terhadap stressor

Respon Adiktif Respon Maladapif


 Berfikir logis  Pemikiran  Gangguan
 Persepsi akurat sesekali pemikiran
 Emosi  Terdistorsi  Waham/halusinasi
konsisten  Ilusi  Kesulitan
dengan  Reaksi pengolahan
pengalaman berlebih Dan  Emosi
 Perilaku sesuai tidak bereaksi

6
 Berhubungan  Perilaku aneh  Perilaku kacau
sosial  Penarikan dan isolasi social
tidak bisa
berhubungan
sosial
d) Sumber koping
 Disonasi kognitif( gangguan jiwa aktif)
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran

A. DIAGNOSA

1. Harga Diri Rendah


2. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri

B. Intervensi keperawatan

Diagnosa 1 Harga Diri Rendah

Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.

7
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3. Utamakan memberi pujian yang realistis
4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
5. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

4. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat


digunakan Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

8
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2 Perilaku kekerasan

Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya. Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan. Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/ kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.

9
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan. Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan. Tindakan:
1. Bicarakan akibatkerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan. Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku


kekerasan. Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari
keluarga. Tindakan :

10
1. Beri pendidikan keschatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
2. Beri reinforcement positifatas ketertibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program). Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa 3 Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,


BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan,
makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.


 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
o Berpakaian
o Menyisir rambut

11
o Bercukur
 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
o Berpakaian
o Menyisir rambut
o c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
 Menjelaskan cara makan yang tertib
 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

12
BAB ll

ASKEP JIWA PADA NARAPIDANA

1. Definisi Narapidana

Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya
juga mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1)
huruf a sampai m yang harus dipenuhi.

Syarat dan tata cara pemberian hak tersebut pun diatur dengan peraturan
pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pemenuhan hak-hak narapidana ini
sangat penting dikarenakan merupakan upaya dalam proses pembinaan dalam sistem
pemasyarakatan guna mencapai tujuan. Sehingga Pemerintah dan masyarakat
diharapkan dapat lebih memperhatikan hak narapidana sebagai
upaya pembinaan narapidana.

2. Penyebab
Faktor penyebab timbulnya kejahatan yang biasa terdapat pada diri manusia itu
sendiri yang meliputi faktor internal yaitu agama dan pendidikan, serta faktor
eksternal yang berasal dari luar diri manusia, antara lain faktor lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, dan faktor lingkungan ekonomi. Penyebab terjadinya
narapidana merupakan faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Baik karena
faktor pendidikan, masyarakat maupun ekonomi. Adapun upaya pemberantasan
kejahatan terdiri dari dua
13
aspek yaitu dari segi sebelum terjadinya kejahatan yang sering dikenal dengan cara
preventif yaitu dalam upaya ini dilakukan melalui sistem abiolisionistik untuk
menghilangkan faktor-faktor penyebab suatu kejahatan dan sistem moralistik yaitu
penerangan atau penyebarluasan dalam masyarakat berarti memperkuat moral dan
mental seseorang agar terlayani dari keinginan untuk melakukan kejahatan.
Dari segi setelah terjadinya sejahtan yaitu melalui cara-cara represif dimana
segala tindakan yang dilakukan oleh narapidana tidak lepas dari pengaruh
lingkungan sekitar dan minimnya pengetahuan agama, serta rendahnya pendidikan,
disamping tidak adanya pendapatan yang diperoleh. setelah keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan. Karena seorang residivis telah dicap sebagai kriminal di
masyarakat, sehingga tidak ada lagi rasa percaya terhadap seorang narapidana.
3. Jenis Narapidana
Penggolongan Narapidana
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menentukan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar:
a. Umur
b. jenis kelamin
c. lama pidana yang dijatuhkan
d. jenis kejahatan.
e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
f. Pembinaan Narapidana Wanita di LAPAS dilaksanakan di LAPAS Wanita.

Dalam standar registrasi dan klasifikasi narapidana dan tahanan yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor: Pas- 170.Pk.01.01.02 Tahun 2015 tentang Standar
Registrasi dan Klasifikasi Narapidana dan Tahanan.
Penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri atas:
a. Anak (12 s.d. 18 tahun)
b. Dewasa (diatas 18 tahun)
Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas:
a. Laki –laki
b. Wanita
Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana, terdiri atas:

14
a. Pidana 1 hari sd 3 bulan ( Register B.II b )
b. Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a)
c. Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun keatas ) (Register B.I)
d. Pidana Seumur Hidup (Register Seumur Hidup)
e. Pidana Mati (Register Mati)
Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kejahatan, terdiri atas:
a. Jenis kejahatan umum
b. Jenis kejahatan khusus
Penggolongan berdasarkan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau
perkembangan pembinaan. Rahmat Hi. Abdullah (hal. 54)

4. Tanda Gejala

a. .Faktor ekonomi

1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.

2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikaN

15
b. .Faktor mental

1. Agama

Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila


dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif, memang merupakan
fakta bahwa norma-norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan
agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungan- kecenderungan kriminal.

c. Faktor Pribadi

1. Usia
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis
maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-
faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya
merupakan pengertian-pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti
bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama
masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan- lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada
hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung
dari irama kehidupan manusia.

2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti pelanggaran
lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks,
dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.

16
5. Fenomena yang ditemukan dan solusi
Kasus kriminal di masyarakat diberitakan hampir setiap hari di surat kabar dan
televisi. Perkembangan peningkatan jumlah kejahatan di pedesaan dan perkotaan
sangat relatif. Kejahatan adalah perbuatan melawan hukum yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan sosial. Kejahatan atau kriminalitas bukanlah peristiwa genetik
(bawaan), juga bukan warisan biologis. Siapapun dapat melakukan kejahatan, baik
laki- laki maupun perempuan, baik pada usia anak-anak, dewasa maupun orang
tua(Bkhori, 2012). Perilaku kriminal dapat disadari atau tidak disadari.
Biasanya pelaku melakukan kejahatan karena berbagai faktor, yaitu sosial,
ekonomi, dan lain-lain.Angka kriminalitas di Indonesia mengalami perubahan dari
tahun ke tahun dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 347.605 tindak
pidana di Indonesia. Kemudian turun sekitar 1,85% pada tahun 2012, tetapi
diperkirakan akan meningkat sebesar 0,27% kemarin pada tahun 2013. Selama ini
memang peningkatan atau penurunan kejahatan relatif kecil. Narapidana mengalami
berbagai masalah dalam kehidupannya di dalam Lapas, antara lain perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak yang semakin terbatas, mendapatkan label pidana
penjara, serta kehidupan dan kehidupannya di dalam Lapas, yang membuat mereka
harus Terpisah dari keluarganya. dan tinggal bersama tahanan lain. dan belum ada
peraturan yang dapat untuk mengatasi fenomena ini.
Solusi :
Pencegahan merupakan kebijakan yang cukup dapat dipertanggung jawabkan terhadap
bahaya anca- man tingginya tingkat kejahatan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
Mardjono Reksodiputro :
Dengan bersandar pada pendapat Emile Durkheim kami berpendapat bahwa kejahatan
adalah suatu gejala normal di dalam setiap masyarakat yang bercirikan heterogem'tas
dan perkembangan sosial dan karena itu tidak muiigkin dimusnahkan habis. Mungkin
istilah yang lebih tepat adalah "Pencegahan Kejahatan".
Menyinggung tentang pencegahan kejahatan, Mu- hammad Kemal Darmawan dalam
bukunya Strategi Pencegahan Kejahatan 3 dikenal tiga bentuk pencega- han
kejahatan :
• Pencegahan kejahatan melalui pendekatan so- sial,
• Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situa- sional,
• Pencegahan kejahatan melalui pendekatan ke- masyarakatan.
Berbagai pemikiran dan pendapat yang berkem- bang baik pada kalangan akademisi
17
maupun praktisi selalu menghendaki kebijakan pencegahan kejahatan melalui
pendekatan kemasyarakatan, hal ini dapat kita lihat di Indonesia seperti adanya
siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan). Bentuk ini dianggap lebih praktis dan
tidak memerlukan sarana yang banyak. Masalahnya adalah perlu ada kejelasan di
masyarakat untuk konsisten mempertahankan pola tersebut. Pence- gahan kejahatan
itu sendiri dapat diusahakan melalui beberapa hal, seperti :
• Mempersiapkan petugas profesional di setiap wilayah (pemukiman/tempat tinggal)
masyarakat secara efektif dan efisien;
• Memberikan penerangan di sekitar wilayah rawan ancaman kejahatan;
• Membentuk kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk meiigorganisasikan
kegiatan- kegiatan sosial yang berdampak terhadap keaman- an lingkungan;
• Menghargai prestasi-prestasi warga masyarakat yang mempunyai minat terhadap
lingkungan;

6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


 Asuhan keperawatan pada narapidana
Pengkajian

1. Identitas klien
 Nomor
 Usia
 Jenis kelamin
 Tanggal dirawat
 Tanggal pengkajian
 Nomor rekam medis

2. Faktor predisposisi

18
 Genetika
 Neurobiologis: penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi

3. Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
 Penilaian terhadap stress
 Sumber koping
 Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif)
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja

3. Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Penarikan
 Pengingkaran

 Diagnosa keperawatan yang muncul pada narapidana


1. Harga Diri Rendah
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.
Tanda dan gejala dari HDR meliputi DS dan DO yaitu:
DS:
 Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
 Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
 Menunda keputusan.
 Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.

19
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimitis.
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan tehadap kemampuan diri.

1. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
2. Kurang memperhatikan perawatan diri.
3. Jangan berpakaian rapi.
4. Nafsu makan menurun
5. Tidak berani menatap lawan bicara.
6. Lebih banyak menunduk.
7. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
8. Merusak atau melukai orang lain.
9. Sulit bergaul
10. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
11. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.

Dalam HDR juga terdapat faktor predisposisi yaitu:


 Faktor yang mempengaruhi harga diri
 Faktor yang mempengaruhi peran
 Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
 Faktor biologis

Faktor presipitasi dalam HDR yang mana stressor pencetus dapat berasal dari internal
dan eksternal, yaitu:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

 Intervensi keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah

20
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya salam terapeutik, perkenalan diri,
 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang.
 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
 Utamakan memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
 Klien dapat menetapkan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki

Tindakan:
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Berikan contoh bagaimana mengimplementasikan aktivitas yang dapat
dilakukan klien
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan:
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

21
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

22
BAB lll

KESIMPULAN

Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma
yang tinggal di wilayah jalanan dengan jenis berjenis kelamin perempuan dan laki-
laki yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di
jalanan dan tempat-tempat umum. Suharto, (2008: 231) mendefenisikan Anak Jalanan
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, bermain,
atau beraktivitas lain di jalanan karena dicampakkan atau tercampak dari keluarga
yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran
keluarganya.
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani masa hukuman atau pidana
dalam Lembaga Pemasyarakatan, namun HAM terhadap narapidana juga harus
dilindungi. Sebagai landasan tugas dan fungsi dari petugas pemasyarakatan adalah
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang didalamnya
juga mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada Pasal 14 ayat (1)
huruf a sampai m yang harus dipenuhi. .

23
DAFTAR PUSTAKA

Windayani, Windayani. “HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN STATUS GIZI


DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSU BAHTERAMAS PROVINSI
SULAWESI TENGGARA.” PhD Thesis, POLTEKKES KEMENKES KENDARI, 2023.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/3822/.
Wahyuni, Sri Eka, Wardiyah Daulay, Mahnum Lailan Nasution, and Jenny Marlindawani Purba.
“ASERTIF TRAINING BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU AGRESIF
NARAPIDANA REMAJA” 9, no. 2 (2021).
Yulani, Clarista, Dyan Evita Santi, and Aliffia Ananta. “Agresivitas anak jalanan: Adakah peranan
self control dan risk taking behavior?” 3, no. 3 (2023).
Aisa, Siti, and Lukna Ahmad. “SEFL-CONTROL NARAPIDANA REMAJA” 4 (2023).
Maulidiah, Puteri Silvina. “PENGALAMAN HIDUP ANAK JALANAN USIA REMAJA,” 2021.
Kusuma, Febriana Putri. “IMPLIKASI HAK-HAK NARAPIDANA DALAM UPAYA
PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN” 2, no. 2 (2013).
Kusuma, Febriana Putri. “IMPLIKASI HAK-HAK NARAPIDANA DALAM UPAYA
PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN” 2, no. 2 (2013).
Bertus, Dhea Claudia, Wenny Hulukati, and Irvan Usman. “Faktor-faktor Penyebab Menjadi Anak
Jalanan di Kota Gorontalo.” Student Journal of Guidance and Counseling 2, no. 1 (October
31, 2022): 66–75. https://doi.org/10.37411/sjgc.v2i1.1343.
Ain, Dwi Nur Attira, Dhiva Shahilla Saragih, and Arneta Widia. “Layanan Bimbingan Konseling
Islam pada Anak Jalanan Usia Dini” 7 (2023).
Bertus, Dhea Claudia, Wenny Hulukati, and Irvan Usman. “Faktor-faktor Penyebab Menjadi Anak
Jalanan di Kota Gorontalo.” Student Journal of Guidance and Counseling 2, no. 1 (October
31, 2022): 66–75. https://doi.org/10.37411/sjgc.v2i1.1343.
Mareta, J. Rehabilitasi dalam Upaya Derradikalisasi Narapidana Terorisme. Masalah-masalah
Hukum, 47(4), 338-356
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/tora/article/download/1169/998/

24

Anda mungkin juga menyukai