1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Kognitif Behavioral Bagi Remaja
Pmks” pada tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas, selain itu penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca umumnya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek psikologis yang penting agar remaja menjadi remaja yang
berkualitas adalah aspek emosi dan jika emosi ini tidak bisa dikendalikan oleh remaja
maka emosi ini merupakan masalah sosial bagi remaja itu sendiri, dimana individu
diharapkan dapat menjadi generasi yang berkepribadian baik, salah satunya yakni
mempunyai kematangan memiliki dan bertindak dengan integritas. Jika seseorang
memiliki integritas, maka sikap dan perilakunya matang secara emosi.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja PMKS di kalangan remaja?
2. Apa faktor penyebabnya?
3. Bagaimana Pencegahan dan penanggulangannya?
4. Apa Pendekatan kognitif Behavioral?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pmks di kalangan remaja.
2. Untuk mengatahui faktor penyebabnya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan penanggulangannya.
4. Untuk mengetahui pendekatan kognitif behavioral.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang
bekerja di jalanan, dan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang
menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari. Kriterianya sebagai berikut:
1. Menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan maupun
ditempat-tempat umum.
2. Mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat-
tempat umum.
7
2. Dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan yang buruk
atau diskriminasi.
3. Korban perdagangan manusia.
4. Korban kekerasan, baik fisik dan atau mental dan seksual.
B. Faktor-Faktor Penyebabnya
Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya pmks di kalangan remaja, yaitu:
Keluarga yang tidak harmonis
Kurangnya kasih sayang
Pendidikan yang terlalu keras
Komunikasi yang buruk
Lingkungan pergaulan yang salah
Faktor religi
Faktor lingkungan tempat tinggal
Ketidakmampuan keluarga
Ketidakperdulian yang menyebabkan keterlantaran
Kestabilan jiwa yang rendah
8
Dijelaskan pada ayat di atas bahwa umat islam diperintahkan oleh Allah SWT
untuk menjadi penolong bagi orang lain, dan Allah SWT menjanjikan rahmatNya
kepada manusia yang menjalankan segala perintahNya, sungguh Allah SWT Maha
Perkasa dan Maha Bijaksana. Senantiasa bersabar dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan dan memberikan solusi pada penyandang masalah
kesejahteraan sosial, karena sesungguhnya itu bagian dari ujian, serta menjadikan
perbuatan tersebut sebagai jihad (perjuangan dengan sungguh) dijalan Allah SWT
dalam bentuk praktik pelayanan sosial dan pengabdian di masyarakat. Permasalahan
kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga
negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum
memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang
mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani
kehidupan secara layak dan bermartabat.
9
proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir, merasa dan bertindak.
Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk
menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang irasional
dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku yang menyimpang, maka CBT
diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan
peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan
kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat
mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.
Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka CBT adalah pendekatan
konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang
menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis.
CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat
kesehatan mental. Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir,
merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil
keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali.
Sedangkan, pendekatan pada aspek behavior diarahkan untuk membangun
hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan. Tujuan dari CBT yaitu mengajak individu untuk belajar mengubah
perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih
jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan
CBT diharapkan dapat membantu konseli dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan
bertindak. Tujuan dari konseling Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003) yaitu
mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang
masalah yang dihadapi. Konselor diharapkan mampu menolong konseli untuk
mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri konseli dan secara kuat
mencoba menguranginya. Oleh sebab itu CBT dalam pelaksanaan konseling lebih
menekankan kepada masa kini dari pada masa lalu, akan tetapi bukan berarti
mengabaikan masa lalu.
CBT tetap menghargai masa lalu sebagai bagian dari hidup konseli dan
mencoba membuat konseli menerima masa lalunya, untuk tetap melakukan perubahan
pada pola pikir masa kini untuk mencapai perubahan di waktu yang akan datang. Oleh
sebab itu, CBT lebih banyak bekerja pada status kognitif saat ini untuk dirubah dari
10
status kognitif negatif menjadi status kognitif positif. CBT merupakan konseling yang
menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang
akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis dan lebih
melihat ke masa depan dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain
mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi
konseli belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan
aspek behavioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.
pendekatan kognitif behavioral ini cocok untuk menjadi salah satu penanganan bagi
pmks di kalangan remaja.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di kalangan remaja adalah seorang
remaja yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang
serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Pencegahan dan
penanggulangan penyandang masalah kesejahteraan sosial memiliki kaitan khusus
dengan konsep keagamaan, yaitu semangat tolong menolong. Pada dasarnya
menjadikan agama sebagai pondasi untuk menumbuhkan jiwa kepedulian, rasa
empati, cinta kasih dan sayang sebagai hal yang utama dalam praktik pelayanananya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://dinsos.riau.go.id/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=514&Itemid=174
https://dosenpsikologi.com/penyebab-kenakalan-anak
https://dinsos.bantenprov.go.id/membantu-orang-lain-melalui-pendekatan-penanganan-
masalah-kesejahteraan-sosial
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/dakwah/article/download/4432/2172
13