Anda di halaman 1dari 18

Makalah

JAMINAN SOSIAL

Oleh:

Gadis Tazkia

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................... Kesalahan! Bookmark tidak didefinisikan.


BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN..................................................................................................... 5
A. Definisi PMKS kategori anak.................................................................... 5
1) Anak Balita Terlantar.............................................................................5
2) Anak Terlantar........................................................................................ 6
3) Anak yang Berhadapan Dengan Hukum.............................................. 6
4) Anak Jalanan........................................................................................... 6
5) Anak dengan Kedisabilitasan (ADK).................................................... 7
6) Anak yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan
Salah.................................................................................................................7
7) Anak yang memerlukan perlindungan khusus.....................................8
B. Data Penyandang PMKS Kategori Anak................................................. 9
C. Program Pemerintah Dalam Mengatasi PMKS Kategori Anak............ 9
D. Kasus PMKS Anak................................................................................... 10
BAB III..................................................................................................................17
KESIMPULAN.....................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupkan karunia yang di berikan oleh tuhan untuk kita jaga
karena didalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai
manusia yang harus di junjung tinggi. Negara juga telah melindungi hak-
hak tersebut di dalam undang-undang. Anak merupakan generasi muda
yang perlu di lindungi karena merekalah penerus bangsa di masa depan.
Faktanya, di indonesia masih banyak anak-anak yang tidak
mendapatkan haknya dengan baik. Masih banyak di temukan anak-anak
yang tidak sekolah, peminta-minta, pengamen maupun perilaku
menyimpang lainnya.
Anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua ataupun
lingkungannya dapat menyebabkan perilaku anak menjadi tidak taat akan
aturan yang ada. Hal seperti itu masusk kedalam masalah sosial. hal
tersebut masuk ke dalam masalah sosial karena masalah sosial adalah
semua bentuk tingkah laku yang melanggar adat istiadat yang berlaku di
masyarakat.
Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia, anak terlantar atau
tanpa orang tua yakitu anak dengan umur 6-18 tahun, meliputi anak yang
mendapatkan perlakuan yang salah dan ditelantarkan oleh orang tuanya,
keluarga maupun kehilangan hak asuh dari orang tua maupun keluarga.
Pemerintah juga telah memberikan bantuan untuk Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) anak salah satunya adalah dengan
didirikannya panti asuhan untuk memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial pada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang
tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik.
Remaja pelaku kejahatan dan kekerasan adalah remaja yang
berasal dari lingkungan rumah yang tidak harmonis. Masalah tersebut
dalat muncul lebih pesat ketika mereka memasuki usia remaja. Yaitu masa

3
dimana semua aspek dalam diri seseorang mengalami pertumbuhan dan
kematangan sehingga ini adalah masa untuk seorang remaja mencari jati
dirinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, dimakalah ini penulis akan
membahas mengenai kasus Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) pada anak di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) pada anak!
2. Bagaimana data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
pada anak di Indonesia dan di Kalimantan Barat?
3. Apa saja dan bagaimana program yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada
anak?
4. Berikan contoh kasus Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) pada anak!

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi dari Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial pada anak
2. Untuk mengetahu jumlah PMKS anak di Indonesia
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam PMKS kategori anak
4. Untuk mengetahui kasus-kasus dari PMKS kategori anak di Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi PMKS kategori anak


PMKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan
hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
Pengertian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial kategori anak
adalah anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua, keluarga, ataupun
yang telah kehilangan hak asuh. Dia bisa saja tinggal di jalanan atau bisa
juga tinggal di panti asuhan. PMKS kategori anak-anak usianya mulai dari
6-18 tahun.
Berikut adalah jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
pada anak:

1) Anak Balita Terlantar


Anak balita telantar adalah seorang anak berusia 5 tahun ke bawah
yang ditelantarkan orang tuanya atau berada di dalam keluarga tidak
mampu oleh orang tua atau keluarga yang tidak memberikan
pengasuhan, perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak
sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak
dieksploitasi untuk tujuan tertentu.
Kriteria anak balita terlantar:
a. Terlantar/ tanpa asuhan yang layak.
b. Berasal dari keluarga sangat miskin / miskin.
c. Kehilangan hak asuh dari orangtua/ keluarga.
d. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan
oleh orang tua/keluarga.

5
e. Anak balita yang dieksploitasi secara ekonomi seperti anak
balita yang disalahgunakan orang tua menjadi pengemis di
jalanan, dan
f. Anak balita yang menderita gizi buruk atau kurang.

2) Anak Terlantar
Anak terlantar adalah seorang anak yang berusia 6 (enam) tahun
sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang
mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/keluarga
atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.
Kriteria anak terlantar:
a. Berasal dari keluarga fakir miskin.
b. Anak yang dilalaikan oleh orang tuanya, dan
c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

3) Anak yang Berhadapan Dengan Hukum


Anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan
belas) tahun, meliputi anak yang disangka, didakwa, atau dijatuhi
pidana karena melakukan tindak pidana dan anak yang menjadi korban
tindak pidana atau yang melihat atau mendengar sendiri terjadinya
suatu tindak pidana.
Kriteria anak yang berhadapan dengan hukum:
a. Disangka.
b. Didakwa, atau
c. Dijatuhi pidana.

4) Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang
bekerja di jalanan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang

6
menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari.
Kriteria anak jalanan:
a. Menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan maupun
ditempat- tempat umum, atau
b. Mencari nafkah dan/atau berkeliaran di jalanan maupun
ditempat- tempat umum.

5) Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)


Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun yang mempunyai kelainan fisik atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani
maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari anak dengan
disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan anak dengan
disabilitas fisik dan mental.
Kriteria anak dengan kedisabilitasan:
a. Anak dengan disabilitas fisik: tubuh, netra, rungu wicara.
b. Anak dengan disabilitas mental: mental retardasi dan eks
psikotik.
c. Anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda.
d. Tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari.

6) Anak yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan atau


Diperlakukan Salah
Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
adalah anak yang terancam secara fisik dan nonfisik karena tindak
kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan
keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun
sosial.

7
Kriteria anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan
salah:
a. Anak (laki-laki/perempuan) dibawah usia 18 (delapan belas)
tahun;
b. Sering mendapat perlakuan kasar dan kejam dan tindakan yang
berakibat secara fisik dan/atau psikologis;
c. Pernah dianiaya dan/atau diperkosa; dan
d. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya).

7) Anak yang memerlukan perlindungan khusus


Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak yang berusia
6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun dalam situasi
darurat, dari kelompok minoritas dan terisolasi, dieksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, diperdagangkan, menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (napza), korban penculikan, penjualan, perdagangan, korban
kekerasan baik fisik dan/atau mental, yang menyandang disabilitas,
dan korban perlakuan salah dan penelantaran.
Kriteria anak yang memerlukan perlindungan khusus:
a. Berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas)
tahun.
b. Dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan yang
buruk/diskriminasi.
c. Korban perdagangan manusia.
d. Korban kekerasan, baik fisik dan/atau mental dan seksual.
e. Korban eksploitasi, ekonomi atau seksual.
f. Dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas
adat terpencil.
g. Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), dan
h. Terinfeksi HIV/AIDS.

8
B. Data Penyandang PMKS Kategori Anak
Berikut data PMKS anak di Indonesia
Kategori PMKS 2017 2018 2019
Balita terlantar 1.309 762 620
Anak terlantar 13.960 11.009 9.607
Anak berhadapan dengan hukum 1.403 1.434 1.251
Anak jalanan 16.416 16.000 12.000
Anak dengan disabilitas 29.530 29.025 27.129
Anak yang menajdi korban tindak 829 762 697
kekerasan atau diperlakukan salah
Anak yang memerlukan 338 445 100
perlindungan khusus

Berikut data PMKS anak di Kalimantan Barat


Kategori PMKS 2017 2018 2019
Balita terlantar 148 9
Anak terlantar 2.987 6.817
Anak berhadapan dengan hukum 194 254 168
Anak jalanan 477 348
Anak dengan disabilitas 2.593 582
Anak yang menajdi korban tindak 477 20
kekerasan atau diperlakukan salah
Anak yang memerlukan 588 53
perlindungan khusus

C. Program Pemerintah Dalam Mengatasi PMKS Kategori Anak


Program pemerintah Indonesia dalam menangani PMKS ini adalah dengan
adanya program Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

9
PKSA adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak yang termasuk
kedalam Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PKSA
dibagi menjadi 5 komponen utama program, yaitu:

1. Program Kesejahteraan Sosial Anak Batita (PKS-AB)


2. Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar/Jalanan (PKS-
Antar/PKS Anjal)
3. Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (PKS-ABH)
4. Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan (PKS-
ADK)
5. Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Perlindungan
Khusus (PKS-AMPK)
Program pemerintah Kalimantan Barat dalam mengatasi PMKS anak
adalah dengan
Kalimantan barat memiliki Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak
Daerah (KPPAD) dalah sebagai Komisi Perlindungan Anak daerah terbaik
dalam Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Kalimantan barat juga memiliki Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Prov Kalbar.

D. Kasus PMKS Anak


Beberapa contoh kasus PMKS anak di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pengemis Bawa Anak Kecil (www.riaupos.jawapos.com)

10
MASYARAKAT Kota Pekanbaru meminta Pemerintah Kota segera
menertibkan pengemis, gelandangan dan pedagang asongan di sejumlah
lokasi. Karena menjelang akhir tahun ini keberadaan mereka semakin
ramai dan mersahkan. Bahkan lebih mirisnya, adalah pengemis ini
dilakukan oleh anak-anak dibawah umur yang masih balita. Aksi
mengemis dan dengan modus menjual tisu, jualan kue-kue basah, kerupuk
di perempatan lampu pengatur lalu lintas terlihat di Jalan Gajah Mada,
lampu merah Simpang Mal SKA, lampu merah Tabek Gadang dan di
sejumlah persimpangan lampu merah lainnya. Sejumlah pengemis dari
kalangan anak-anak itu dikoordinasikan oleh orang dewasa. Aksi mereka
selalu dipantau, sehingga anak-anak pengemis itu tidak takut.
Sementara itu, sebelumnya Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)
Kota Pekanbaru menyoroti masih banyaknya eksploitasi anak di
Pekanbaru. Hal tersebut karena masih banyaknya anak dibawah umur yang
masih terlihat mengemis, menjajakan dagangannya seperti tisu dan juga
minuman di persimpangan lampu merah. "Kami dari LPAI mendesak
seluruh pihak untuk mendukung Kota Pekanbaru untuk menjadi kota yang
layak anak, terutama eksploitasi anak. Kami mengajak seluruhnya untuk

11
mengatasi permasalahan ini," ujarnya. Ketua LPAI Riau, Ester Yuliani
Manurung.
2. Ibu di Malang Cambuki Anaknya karena Tak Kunjung Paham
Saat Diajari Matematika (www.kompas.com)

Sebuah video yang menampilkan seorang ibu beberapa kali tampak


mencambuki anaknya lantaran tak kunjung mengerti saat diajari
Matematika viral di media sosial. Berdasarkan pantauan Kompas.com,
unggahan video tersebut dibagikan oleh beberapa akun media sosial
Facebook.

Kejadian tersebut bermula ketika sang anak berinisial RSK yang baru
berusia 8 tahun mengerjakan tugas sekolah dibantu oleh ibunya, yang
berinisial MA. Meski telah diajari berulang kali, RSK tetap saja merasa
kesulitan dalam mengerjakan tugas Matematika dari sekolah tersebut.
Diduga geram dengan anaknya, sang ibu mencambuk kaki korban dengan
menggunakan selang. "MA ini merasa jengkel dan melakukan
penganiayaan terhadap korban dengan cara memukul kaki sebelah kiri
dengan menggunakan selang, lalu menggigit tangan sebelah kanan
korban," jelas Andaru.

3. Tujuh Orang Anak Jalanan di Bawah Umur Diamankan Satpol


PP Pekanbaru (www.riauaktual.com)

Tindaklanjuti laporan masyarakat yang mengaku resah terhadap


keberadaan anak jalanan di depan Kantor Bapelkes Jalan HR Subrantas,
Satpol PP Kota Pekanbaru, Selasa (1/9/2020), turun kelokasi. Diarea itu,
petugas berhasil mengamankan 7 orang anak jalanan dibawah umur.

Terkait anak jalanan yang diamankan, setelah dilakukan pendataan, pihak


Satpol PP akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial. Salah seorang anak

12
yang terjaring petugas kepada media mengaku, dirinya berasal dari
Sumatera Utara.

"Kami ada yang dari Sumbar, dan ada juga yang dari Medan. Datang ke
Pekanbaru menumpang mobil sayur. Di Pekanbaru ini kami baru dua
hari," ujarnya enggan menyebutkan nama.

Berdasarkan pantauan, sebagian besar anak jalanan yang masih dibawah


umur ini tidak menggunakan masker. Seperti diketahui, kasus positif virus
Corona di Kota Pekanbaru terus meningkat setiap harinya.

Beberapa contoh kasus PMKS anak di Kalimantan Barat adalah sebagai


berikut:

1. Ibu Aniaya Anak Kandung Usia 4 Tahun, Dipukuli dengan


Sendok dan Piring hingga Kaki Patah (www.Kompas.com)
Seorang perempuan berinisial NT (47) asal Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, menganiaya anak kandung
berusia 4 tahun hingga memar dan kaki patah. Kasatreskrim Polres
Mempawah AKP Muhamad Resky Rizal mengatakan, saat ini NT
telah diamankan dan tengah menjalani proses pemeriksaan untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Saat itu, pagi sekitar pukul 07.00 WIB, ayah korban Herryanto melihat
NT menyuapi korban makan sambil memukulinya menggunakan
sendok. “Ayah korban berusaha menghentikan dan menasehati NT,
namun dia tidak peduli bahkan memukul kepala korban dengan
menggunakan piring seng ke bagian kepala,” ujar Rizal. Berdasarkan
keterangan sejumlah saksi, NT sudah kerapkali menganiaya korban.
Bahkan, pada 9 Agustus 2020, korban mengalami patah kaki sebelah
kiri. “Selama ini diketahui NT memang sudah sering melakukan
kekerasan terhadap korban dan kemarin korban sampai mengalami
patah kaki sebelah kiri,” terang Riza

13
Rizal menegaskan, kepolisian telah mengamankan pelaku NT dan
sejumlah barang bukti berupaka pakaian korban dan tersangka.
Tersangka NT juga dijerat dengan Undang-undang tentang
Perlindungan Anak. “Terhadap tersangka dilakukan penahanan karena
dikhawatirkan akan melakukan perbuatan serupa. Sementara korban
dirawat inap di rumah sakit,” tutup Rizal.

2. Kasus Eksploitasi Anak di Pontianak, Ibu Paksa Anak Jadi


Pengemis (www.Suarapemred.com)

PONTIANAK, SP – Dua ibu rumah tangga berinisial AG dan LE


diamankan petugas gabungan Komisi Perlindungan Perempuan dan
Anak Daerah (KPPAD Kalbar) dan Dinas Sosial Pontianak. Keduanya
diduga kuat mengekploitasi anaknya dengan menyuruh mereka
menjadi pengemis di simpang empat Jalan DR Soetomo dan Danau
Sentarum, Senin (17/2) malam.Komisioner KPPAD Kalbar Devisi
Data Informasi dan Pelayanan Pengaduan, Alik R Rosyad
menyebutkan kedua ibu rumah tangga ini merupakan warga Pontianak
Timur. Penertiban ini merupakan yang keempat kalinya, sebelumnya

14
oleh Dinas Sosial Pontianak pernah mengamakan satu di antara mereka
dengan kasus yang sama. “Bahkan oleh Dinsos sudah pernah dibina.
Jadi kami berkesimpulan bahwa ibu ini tidak ada efek jera, karena
ketika diamankan dan dibina tapi tidak pernah berhenti” kata Alik.
Atas dasar ini, sebetulnya KPPAD Kalbar ingin mendorong agar kasus
ini diproses secara hukum, sebab jika mengacu pada Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, terutama pada
pasal 76 I, keduanya dapat dikatakan secara sah dan terbukti
melanggar peraturan anak di bidang ekonomi. Adapun ancaman
pidananya adalah kurungan badan selama 10 tahun dan denda sebesar
Rp200 juta.
Di lain pihak, salah seorang pedagang kaki lima yang berjualan di
sekitar lokasi ini bercerita, sebetulnya aktivitas itu sudah sejak lama
terjadi. Biasanya, anak-anak datang diantar oleh seorang laki-laki
dewasa. Selama anak-anak beraktivitas, laki-laki dewasa itu akan
menunggu mereka di sekitar halte atau langsung beranjak pergi.

3. 7 Anak di Kalbar Jadi Korban Perdagangan Manusia Selama


Agustus (www.inews.id)
Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD)
Kalimantan Barat (Kalbar) mencatat tujuh kasus perdagangan manusia
(human trafficking) yang terjadi selama Agustus 2020. Salah satu yang
menonjol yakni penjualan bayi di Kabupaten Kubu Raya.

Komisioner KPPAD Kalbar Alik Rosyad mengatakan, ketujuh kasus


itu ditemukan di tiga daerah yakni Kota Pontianak, Kabupaten
Mempawah, dan Kabupaten Kubu Raya.
Untuk Kabupaten Mempawah ditemukan satu kasus. Sedangkan di
Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya masing-masing ditemukan
tiga kasus.

15
"Tragisnya dari tiga kasus di Kubu Raya, satu kasus merupakan
penjualan bayi," ujarnya di Pontianak, Kamis (3/9/2020)
Selain perdagangan anak, KPPAD Kalbar juga mencatat sejumlah
kasus yang melibatkan anak. Di antaranya kasus kejahatan seksual
sebanyak enam kasus, kasus kekerasan fisik tiga kasus. Berikutnya
kasus narkoba satu kasus, dan kasus anak hilang dua kasus.
Sementara kasus dengan pelaku anak atau Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH) tercatat sebanyak 14 kasus.
"Dari 14 kasus ini tujuh kasus di Kota Pontianak terbagi lima kasus
trafficking, satu kasus narkoba dan satu kasus pencurian. Di Kabupaten
Mempawah itu ada enam kasus semuanya terkait kasus kekerasan. Dan,
di Kabupaten Kubu Raya ada satu kasus yaitu kasus pencurian,"
katanya.
Dia menambahkan, kasus-kasus yang terungkap sepanjang kuartal
pertama 2020 itu ada yang berasal dari pengaduan, namun juga ada
yang non-pengaduan.
"Total keseluruhan sebanyak 262 pengaduan," ujarnya.

16
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah saya pahami materi tentang PMKS, dapat disimpulkan
bahwa anak-anak yang turun kejalanan banyak yang melakukan hal
tersebut karena di paksa oleh orang tua mereka hal tersebut bisa dipastikan
karena faktor ekonomi yang rendah. Anak anak yang menjadi turun
kejalanan juga bisa terjadi karena kurangnya rasa saying dan kurangnya
kepedulian orang tua mereka pada saat dirumah.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://riaupos.jawapos.com/pekanbaru/17/12/2019/217457/pengemis-bawa-anak-
kecil.html Diakses pada 23 September 2020 pukul 09.00WIB

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/03/133100265/viral-video-ibu-di-
malang-cambuki-anaknya-karena-tak-kunjung-paham-saat?page=all Diakses pada
23 September 2020 pukul 09.20WIB

https://riauaktual.com/news/detail/61120/tujuh-orang-anak-jalanan-di-bawah-
umur-diamankan-satpol-pp-pekanbaru.html Diakses pada 23 September 2020
pukul 09.45WIB

https://regional.kompas.com/read/2020/09/14/18164811/ibu-aniaya-anak-
kandung-usia-4-tahun-dipukuli-dengan-sendok-dan-piring Diakses pada 23
September 2020 pukul 10.05WIB

https://www.suarapemredkalbar.com/read/ponticity/18022020/kasus-eksploitasi-
anak-di-pontianak-ibu-paksa-anak-jadi-pengemis Diakses pada 24 September
2020 pukul 10.10WIB

https://kalbar.inews.id/berita/7-anak-di-kalbar-jadi-korban-perdagangan-manusia-
selama-agustus Diakses pada 24 September 2020 pukul 10.30WIB

http://puspensos.kemsos.go.id/kesejahteraan-sosial-anak Diakses pada 24


September 2020 pukul 11.00WIB

18

Anda mungkin juga menyukai