Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Anastasya Tuhumury (192102108)
Nurul Elizatus Safarida (192102114)
Shafa Karenina Sindawati (192102125)
1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK membuat tasbih dari manik-manik yaitu peserta dapat
meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali
kemampuan motoric halus.
2.1 Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk
membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat,
2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
6. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas permukaan
bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan
terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
2) Data Objektif
a) Bicara atau tertawa sendiri
b) Marah marah tanpa sebab
c) Mengarahkan telinga kearah tertentu
d) Menutup telinga
e) Menunjuk kearah tertentu
f) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h) Menutup hidung
i) Sering meludah
j) Menggaruk garuk permukaan kulit
2.7 Patofisiologi
Menurut (Yosep dalam Setyani, 2019) tahapan halusinasi ada lima fase yaitu:
1. Stage I (Sleep Disorder)
Fase awal seorang sebelum muncul halusinasi. Karakteristik:
Klien merasa banyak masalah, ingin mengindar dari lingkungan, takut diketahui
orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena
berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terliat narkoba, dikhianati
kekasih, masalah dikampus, di drop out. Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa menghayal.
Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
2. Stage II (Comforming Moderate Level Of Anxiety )
Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami. Karakteristik:
Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas, kesepian,
perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan pemikiran pada
timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahapan ini ada kecenderungan
klien merasa nyaman dengan halusinasinya. Perilaku yang muncul biasanya dalah
menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa
menimbulkan suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban, diam dan
dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety)
Secara umum halusinasi sering mendatangi klien. Karakteristik:
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai
merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya untuk menjaga jarak
antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien. Klien mungkin merasa malu
karena pengalaman sensorinya tersebut dan menarik diri dari orang lain dengan
intensitas watu yang lama. Perilaku yang muncul adalah terjadinya peningkatan
sistem syaraf otonom yang menunjukkan ansietas atau kecemasan, seperti:
pernafasan meningkat, tekanan darah dan denyut nadi menurun, konsentrasi
menurun.
4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety )
Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan. Karakteristik:
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Klien
individu cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety )
Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya. Karakteristik:
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama
minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi
terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat. Perilaku yang muncul adalah perilaku
menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh, dan kegiatan fisik yang
merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi, menarik diri).
2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Marasmis dalam Ilham, 2017) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,
disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif
dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Struat dalam Ilham, 2017) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang
mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
(Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah:
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut (Keliat dalam Setyani, 2019) tindakan keperawatan yang dilakukan:
1) Melatih klien mengontrol halusinasi:
a) Strategi Pelaksanaan 1: menghardik halusinasi
b) Strategi Pelaksanaan 2: menggunakan obat secara teratur
c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
d) Strategi Pelaksanaan 4: melakukan aktivitas yang terjadwal
2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga
keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga: mengenal masalah dalam merawat
klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan
menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga: melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan enam benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga: melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan.
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga: melatih keluarag memnafaatkan
fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi
b. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong
klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi aktivitas
Meliputi: terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi
sosial, terapi kelompok, terapi lingkungan.
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
Proses Seleksi:
1. Mengobservasi klien dengan riwayat halusinasi
2. Mengumpalkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah halusinasi
untuk mengikuti TAK
F K K
K
L
K
O K K
Keterangan:
L: Leadar
O: Obsever
F: Fasilitator
K: Klien
F. Alat
1. Gunting
2. Lem
3. Sedotan
G. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader
memperkenalkan diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/Vasilidasi Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien
saat ini
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main yaitu:
a) Berkenalan dengan anggota kelompok
b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada pemimpin TAK
c) Lama Kegiatan 45 menit
d) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b. Hidupkan music dan edarkan kotak korek api sesuai dengan arah jarum jam
c. Pada saat musik berhenti, anggota kelompok yang memegang kotak korek
api, mendapat giliran untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang ada
di sebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby. 3
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Setelah memperkenalkan diri klien menebak gambar dan SP yang terdapat
pada gambar tersebut. Klien akan bercerita sesuai gambar yang dipilih dan
setelah itu memperagakan SP yang tyerdapat pada gambar tersebut.
e. Ulangi musik kembali, dan klien kembali mengoper kotak korek api, ketika
musik berhenti, klien yang memegan kotak korek api, kembali
memperagakan point c dan d
4. Tahap Terminasi
1) Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerjasama kelompok
2) Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan Pasien setelah mengikuti
kegiatan TAK
3) Fasilitator membagikan Snack
4) Leader atau Co.Leader menganjurkan Pasien untuk sering bersosialisasi,
selalu bekerjasama, dan memasukkan kegiatan mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasan ke dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
5) Observer mengumumkan pemenang
6) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
1) Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
2) Kerja sama Pasien dalam kegiatan
3) Pasien merasa senang selama mengikuti kegiatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Dalam terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi aktivitas yang digunakan adalah aktivitas
mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan,
khususnya untuk klien mengalami halusinasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi
yang tidak dapat dipisahkan yaitu, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengenal halusinasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi mengusir
atau menghardik halusinasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap dan terapi aktivitas kelompok
stimulasi perepsi mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat (Putri, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dapat
membantu membangun hubungan dengan orang lain, dengan terapi aktifitas
kelompok, pasien dapat bersosialisasi, mengetahui koteks realitas, menyalurkan
energi, meningkatkan harga diri (Pardede & Ramadia, 2021).
4.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah
gangguan jiwa khusunya pasien Halusianasi karena menurut penelitian
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa . Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan Kedua.
Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Ilham, T. V. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Di Kelurahan Surau
Gafang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Jurnal Keperawatan.
Program Studi D-III Keperawatan. Poltekkes Kemenkes Padang .
Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa . Jakarta: EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI
Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta:
Badan PPSDM Kesehatan.
Setyani, S. D. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Halusinasi Pendengaran
Terintegrasi Dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda.
Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan. Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Samarinda.
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media