Anda di halaman 1dari 49

UJI STATISTIK By : Wyssie Ika Sari

BIVARIAT
DEFINISI
Metode yang digunakan untuk mengolah atau menganalisis data yang memiliki
dua variabel (variabel independen dan dependen)

 Statistika dalam pengolahan data hasil penelitian hanya merupakan alat, bukan
tujuan dari analisis.
 Pengujian statistik yang tidak sesuai menimbulkan penafsiran yang salah dan
hasil tidak dapat digeneralisasi.
SYARAT PEMILIHAN UJI
STATISTIK
PARAMETRIK/NONPARAMETRI
K
1. Distribusi data
2. Bentuk hipotesis
3. Jenis/ macam data (kategorik dan numerik)
4. Banyaknya variabel yang dianalisis
5. Jenis sampel (berpasangan/bebas)
6. Jumlah data yang dianalisis
UJI STATISTIK BIVARIAT
UJI HIPOTESIS KOMPARATIF
 Uji hipotesis komparatif numerik tidak berpasangan
 Uji hipotesis komparatif numerik berpasangan
 Uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan
 Uji hipotesis komparatif kategorik berpasangan
UJI HIPOTESIS KOMPARATIF NUMERIK
TIDAK BERPASANGAN

1. Uji hipotesis komparatif numerik dua kelompok tidak berpasangan:


 Berdistribusi normal: uji T tidak berpasangan
 Tidak berdistribusi normal: uji Mann-Whitney

2. Uji hipotesis komparatif numerik > dua kelompok tidak berpasangan:


 Berdistribusi normal: One-Way ANOVA
 Tidak berdistribusi normal: uji Kruskal-Wallis
UJI T TIDAK BERPASANGAN
Kasus
Peneliti ingin mengetahui pengaruh kehadiran suami pada saat istri dalam proses
melahirkan terhadap skor ansietas istri. Peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: apakah terdapat perbedaan rerata skor ansietas antara kelompok ibu-
ibu yang proses melahirkannya tidak didampingi suami?, dengan tingkat kesalahan
5%.
UJI T TIDAK BERPASANGAN
Langkah untuk menentukan uji hipotesis
UJI T TIDAK BERPASANGAN
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
1. Analisis 2. Interpretasi hasil
Jika hasil levene’s test (nilai sig) <
0,05 maka varian data berbeda,
kemudian menggunakan equal
varian not assumed (sig 2-tailed)
untuk melihat nilai p value, jika
p<0,05 maka terdapat perbedaan,
yang dapat didukung dengan adanya
nilai dari mean/ SD.
UJI MANN-WHITNEY
Kasus
Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat rerata malondialdehyde (MDA)
antarkelompok perokok dan bukan perokok, dengan tingkat kesalahan 5%.
UJI MANN-WHITNEY
Langkah untuk menetukan uji hipotesis

5. Jumlah kelompok?????
UJI MANN-WHITNEY
Interpretasi hasil:
Melihat nilai p value, jika < 0,05 maka hasilnya adalah ada perbedaan.
UJI ONE-WAY ANOVA
Kasus
Peneliti ingin mengetahui perbandingan kadar gula darah antarkelompok ekonomi
rendah, sedang, dan tinggi pada pasien diabetes melitus, dengan tingkat kesalahan
5%, perbedaan rerata yang dianggap bermakna antarkelompok adalah 25 mg/dl.
UJI ONE-WAY ANOVA
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI ONE-WAY ANOVA
Analisis Interpretasi hasil:
1. Nilai significancy test homogenity of
variances (p<0,05), maka “paling tidak
terdapat 2 kelompok yang mempunyai
varian berbeda”
2. Nilai significancy ANOVA (p<0,05), maka
“paling tidak terdapat 2 kelompok yang
mempunyai rerata gula darah yang
berbeda bermakna”
3. Hasil bermakna dan varian berbeda,
lakukan uji post hoc Tamhane’s untuk
mengetahui antar kelompok mana yang
mempunyai perbedaan.
UJI KRUSKAL-WALLIS
Kasus
Peneliti ingin mengetahui antara indeks Brinkman dengan montilitas sperma.
Montilitas sperma diklasifikasikan menjadi montilitas sperma buruk, sedang, dan
baik, dengan derajat kesalahan 5%. Selisih rerata minimal antarkelompok 15.
UJI KRUSKAL-WALLIS
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI KRUSKAL-WALLIS
Analisis Interpretasi hasil:
1. Nilai p < 0,05 (Asymp. sig.): “paling
tidak terdapat perbedaan indeks
Brinkman antara dua kelompok”
2. Antar kelompok mana yang
berbeda???
analisis post hoc
UJI HIPOTESIS KOMPARATIF
NUMERIK BERPASANGAN
1. Uji hipotesis komparatif numerik 2 kelompok berpasangan
 Berdistribusi normal: uji T berpasangan
 Berdistribusi tidak normal: uji Wilcoxon

2. Uji hipotesis komparatif numerik > 2 kelompok berpasangan


 Berdistribusi normal: uji Repeated ANOVA
 Berdistribusi tidak normal: uji Friedman
UJI T BERPASANGAN
Kasus
Peneliti ingin mengetahui indeks masa tubuh (IMT) sebelum dan sesudah terapi
sulih hormon. Peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: “apakah terdapat
perbedaan IMT sebelum dan sesudah 1 bulan penyuntikan testosteron?”. Dengan
tingkat kesalahan 5% dan selisih rerata yang dianggap bermakna 2.
UJI T BERPASANGAN
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI T BERPASANGAN

Interpretasi hasil (paired t test):


1. Nilai significancy p<0,05 (sig 2 tailed): “ terdapat perbedaan rerata IMT yang
bermakna sebelum dan sesudah 1 bulan penyuntikan tesosteron”.
2. Perbedaan yang bermakna dapat dilihat dari selisih sebelum dan sesudah
intervensi yang berpedoman dengan selisih rerata yang dianggap bermakna.
UJI WILCOXON
Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh penyuluhan terhadap skor
pengetahuan ibu. Peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: “ apakah terdapat
perbedaan rerata skor pengetahuan ibu2 (pengukuran numerik) tentang gizi sebelum
dan sesudah penyuluhan? Dengan tingkat kesalahan 5% dan selisih rerata yang
dianggap bermakna 5.
UJI WILCOXON
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI WILCOXON
Interpretasi hasil:
Bagian test statistic p<0,05 (sig 2 tailed), maka secara statistik adalah terdapat
perbedaan
UJI REPEATED ANOVA

Kasus
Peneliti ingin mengetahui perbandingan kadar gula darah sebelum dan selama
pengobatan. Kadar gula darah diukur tiga kali, yaitu: sebelum, bulan kedua, dan
bulan ketiga, dengan derajat kesalah 5%, dan selisih kadar gula darah yang dianggap
bermakna 10mg/dl.
UJI REPEATED ANOVA

Langkah untuk menetukan uji hipotesis


UJI REPEATED ANOVA

Analisis Interpretasi hasil


1. Multivariate test menunjukkan hasil
keseluruhan uji repeated ANOVA, nilai
significancy (sig) p < 0,05: paling tidak
terdapat dua pengukuran yang berbeda.
2. Pairwise comparisons pada nilai
sig<0,05: untuk mengetahui perbedaan/
perbadingan setiap pengukuran
3. Nilai selisih rerata juga perlu dilihat
(sesuai dg yg ditentukan peneliti
sebelumnya): melihat adanya perbedaan
secara klinis
UJI FRIEDMAN

Kasus
Peneliti ingin mengetahui perbandingan kadar testosteron sebelu dan selama
pengobatan. pengukuran dilakukan 3 kali, yaitu: sebelum, bulan pertama, dan bulan
kedua. Dengan derajat kesalahan 5%, dan selisih minimala kadar testosteron yang
dianggap bermakna 0,5 pg/ul.
UJI FRIEDMAN
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI FRIEDMAN

Interpretasi hasil:
1. Nilai significancy (asymp.sig) < 0,05: paling tidak terdapat dua pengukuran yang
berbeda
2. Pengukuran mana yang berbeda??? Post hoc wilcoxon
UJI HIPOTESIS KOMPARATIF
KATEGORIK TIDAK BERPASANGAN
1. Uji hipotesis komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan
 Tabel 2x2: uji chi square, uji fisher

2. Uji hipotesis komparatif kategorik > 2 kelompok tidak berpasangan


 Tabel 2xK: uji Mann-Whitney
 Tabel BxK
UJI CHI SQUARE
Kasus
Peneliti ingin mengetahui hubungan antara perilaku merokok (perokok dan bukan
perokok) dan status infertilitas seorang pria (infertil dan fertil). Peneliti merumuskan
pertanyaan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok
dengan status fertilitas seorang pria? Dengan tingkat kesalahan 5%.
UJI CHI SQUARE
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI CHI SQUARE
Analisis Interpretasi hasil
Bila tidak ada sel yg mempunyai nilai  nilai chi square dengan continuity
expected < 5, gunakan chi square; bila correction nilai significancynya < 0,05
ada, gunakan fisher (Asymp.sig): terdapat hubungan antara
variabel indepen dan dependen
 Nilai OR (odds ratio): parameter
kekuatan hubungan, misal: pria
perokok mempunyai kemungkinan
(odds) 21,9 kali untuk mengalami
infertil dibandingan dengan pria yang
bukan perokok.
UJI HIPOTESIS KOMPARATIF
KATEGORIK BERPASANGAN
1. Uji hipotesis komparatif kategorik 2 kelompok berpasangan
 Prinsip 2x2: uji Mcnemar

2. Uji hipotesis komparatif kategorik > 2 kelompok berpasangan


 Prinsip 2 x (>2): uji Marginal
 Prinsip (>2) x 2: uji Conhran
UJI MCNEMAR
Peneliti ingin mengetahui hubungan antara merokok dengan kanker paru. Perilaku
merokok diklasifikasikan menjadi ya dan tidak. Dengan tingkat kesalahan 5%.
UJI MCNEMAR
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI MCNEMAR
Interpretasi hasil
Nilai p uji Mcnemar < 0,05: terdapat perbedaan perilaku merokok antara kasus
dengan kontrol
UJI HIPOTESIS KORELATIF
1. Uji hipotesis korelatif numerik distribusi normal: uji korelasi pearson
2. Uji hipotesis korelatif numerik distribusi tidak normal: uji korelasi spearman
3. Uji hipotesis korelatif kategorik: uji koefisien kontingensi
UJI KORELASI PEARSON
Kasus
Peneliti ingin mengetahui korelasi antara skor depresi dan skor ansietas. Dengan
kesalahan 5%.
UJI KORELASI PEARSON
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI KORELASI PEARSON
Interpretasi hasil:
 Nilai p < 0,05 (sig. (2-tailled)): menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
bermakna
 Nilai korelasi pearson: menunjukkan kekuatan korelasi dan hubungan positif/
negatif
UJI KORELASI SPEARMAN
Kasus
Peneliti ingin mengetahui korelasi antara skor keluhan somatik dengan skor masalah
sosial, dengan derajat kesalahan 5%.
UJI KORELASI SPEARMAN
Langkah untuk menetukan uji hipotesis
UJI KORELASI SPEARMAN
Interpretasi hasil
 Nilai p < 0,05 (sig.(2-tailed)): terdapat korelasi yang bermakna
 Nilai korelasi spearman: menunjukkan kekuatan korelasi dan arah hubungan yang
positif/negatif
CONTOH KASUS
Peneliti ingin mengetahui korelasi antara symptom cluster dan quality of life pada
pasien kanker. Dengan derajat kesalahan 5%. Subjek yang diperlukan adalah 111
orang.
CONTOH KASUS
Peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi bernyanyi terhadap kecerdasan emosi
anak. Peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut: apakah terdapat perbedaan
rerata skor kecerdasan emosi anak ADHD sebelum dan sesudah terapi bernyanyi?
Dengan derajat kesalahan 5%, penelitian memerlukan subjek 30 orang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai