Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“UPAYA UPAYA UNTUK PENCEGAHAN PRIMER SEKUNDER DAN


TERSIER PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah 2 “
Yang di ampu oleh Bapak Heri Suroso, S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun oleh kelompok 6:

Anastasya Tuhumury (192102108)


Indifaroh Badi`ah (192102129)
Halimah Renhoat (192102130)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA

PROGRAM STUDI S1 - ILMU KEPERAWATAN

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
pertolongan Nya-lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai Upaya
Upaya Pencegahan Primer Sekunder dan Tersier Pada Masalah Gangguan Sistem
Perkemihan. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Heri Suroso, S.Kep.,Ns.,
M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 di STIKes Widya
Cipta Husada yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan warga negara dan negara secara
keseluruhan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, 17 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu
uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini bisa terdiri dari
batu kalsium, batu struvit, batu asam urat dan batu jenis lainnya yang didalamnya
terkandung batu sistin, batu Xanthin, dan batu silikat. Penyebab tersering terjadinya
batu saluran kemih ini adalah adalah sumbatan pada saluran kemih baik itu terjadi
secara herediter maupun karena factor dari luar. (Purnomo, 2011 ed.3).
Penyakit batu saluran kemih ini sudah dikenal sejak zaman babilonia dan zaman
mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukannnya batu pada kandung
kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak diberbagai belahan
dunia. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai pasien dengan batu kandung
kemih sedangkan dinegara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh status gizi da aktivitas pasien
sehari-hari. (Purnomo, 2011 ed.3).
Di Amerika Serikat, 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Selain infeksi saluran kemih dan Pembesaran prostat benigna, penyakit batu saluran
kemih juga merupakan tiga penyakit terbanyak pada system urologi sehingga perlu
untuk dipahami terkait penjelaskan maupun factor resiko terjadinya batu saluran kemih
agar penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. (Purnomo, 2011 ed.3).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Sistem Perkemihan?
1.2.2 Apa Saja Fungsi Sistem Pekemihan?
1.2.3 Apa Saja Organ-Organ Sistem Perkemihan?
1.2.4 Apa Pengertian Pencegahan Pada Masalah Sistem Perkemihan?
1.2.5 Apa Saja Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada
Masalah Sistem Perkemihan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Sistem Perkemihan.
1.3.2 Untuk Mengetahui Fungsi Sistem Pekemihan.
1.3.3 Untuk Mengetahui Organ-Organ Sistem Perkemihan.
1.3.4 Untuk Mengetahui Pengertian Pencegahan Pada Masalah Sistem
Perkemihan.
1.3.5 Untuk Mengetahui Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier Pada Sistem Perkemihan.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi Sistem Perkemiha
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam
melakukan eskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan
mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setia
substansi yang tidak dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011).

2.2 Fungsi Sistem Perkemihan

Sistem Perkemihan mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :

a. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah


cairan ke dalam urin dan melepaskan eritropoietin, serta melepas rennin.
b. Melakukan konstribusi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah
keluarnya ion hidrogen bikarbonat ke dalam urin.
c. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran
nutrisi tersebut pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.
d. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan, deaminasi
asam amino yang dapat merusak jaringan (Muttaqin & Sari 2014).

2.3 Organ-Organ Sistem Pekerjaan

Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sistem
perkemihan mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi ekskresi. Organ ini
memproduksi urin yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa solute yang kecil.
Urin meinggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter menuju dan ditampung
sementara pada kandung kemih, selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang
dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraindikasi dari otot-otot kandung kemih
menekan urin untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh (Muttaqin & Sari,
2014).
2.4 Pengertian Pencegahan Pada Masalah Sistem Perkemihan

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu


sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan
pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi.
Pencegahan penyakit berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya
ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti
yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk mencegah
penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena non-
penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan keluarga berencana.

Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu


dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi, atau
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi
diartikan sbegai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun,
2005 : 145).

Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan


yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan
ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas,
sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan
masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan
pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.

Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan


kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya pencegahan penyakit
ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat
kesehatan yang setinggitingginya.
2.5 Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada Sistem
Perkemihan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) merupakan suatu


usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor –
faktor risiko (risk factors) dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Pencegahan tingkat pertama ini
didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent/pemapar), lingkungan, dan proses kejadian penyakit. Usaha pencegahan
tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan
derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. (Nur Nasry, 2008).Seperti
melakukan Penyuluhan Kesehatan atau promosi kesehatan agar mencegah
seseorang yang sehat terkena penyakit gangguan sistem perkemihan.

2. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini serta
pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat
kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit dan untuk
menghentikan proses penyakit lebih lanjut, serta mencegah komplikasi. Dengan
pengertian lain pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau
memperlambat progresifitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi
kemungkinan kecacatan. (Nur Nasry, 2008).Seperti diagnosis dan pengobatan
dini penyakit pada gangguan sistem perkemihan.
3. Pencegahan Tersier

Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan sehingga tidak


menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat
atau kelainan akibat penyakit. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah
bersifat irreversible, tidak bisa diperbaiki lagi. (Bustan, 2006).

Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti


pengobatan dan perawatan khusus penderita gangguan sistem perkemihan dan
lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab
tertentu, serta usaha rehabilitasi.

Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan


sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi
mental, dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan berdaya guna. (Nur Nasry, 2008).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih
dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah
didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis dari
epidemiologi. Pencegahan penyakit berkembang secara terus menerus dan
pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan
penyakit non-infeksi, seperti yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur
dan buah segar untuk mencegah penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan
dilakukan pada fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan
penduduk dengan keluarga berencana.
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2
liter per hari.
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan
penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran
Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB, I. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN. Hak Cipta© dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang,
118.
BAB, IV. "ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN." Hak Cipta© dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang:
118.
BAB, I. V. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN. Hak Cipta© dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang,
118.
Borley, P. A. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Bustan.M.N.2006.Pengantar Epidemiologi Revisi.Jakarta:Rineka Cipta
Chang, Esther. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4436/1/Keperawatan%20Medikal%20Bedah%20II.pdf
https://xdocs.cz/doc/makalah-kep-medikal-bedah-simulasi-pendkes-dgn-kasus-
gangguan-sistem-pencernaan-dan-perkemihan-leonardodocx-280lzgpkp98w
https://id.scribd.com/presentation/365162251/Pencegahan-Primer-Sekunder-Dan-
Tersier
http://eprints.umpo.ac.id/5366/3/BAB%202%20pdf.pdf
http://stikescnd.ac.id/files2/Kurikulum_Aipni_2010.pdf
Nur Nasry Noor.2008.Epidemiologi.Jakarta:Rineka Cipta Nursalam .2006. Sistem
Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika
Sinaga, Sarma Eko Natalia, and Dian Harumawati Putri. "Asuhan Keperawatan Tn.” A”
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Post Operasi Prostatektomy." Jurnal
Obstretika Scientia 2.2 (2015): 179-194.

Anda mungkin juga menyukai