Anda di halaman 1dari 41

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK, BERMAIN, PENCEGAHAN

KECELAKAAN DAN ANTICIPATORY GUIDANCE

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Hj. Iyam Mariam S.Sos.,S.Kep.,Ners.,M.Si.,M.Kep.

Disusun Oleh :

Ade Wirahmat C1AB23052


Ai Susi Salsiah C1AB23055
Ridwan Firdaus C1AB23138
Ulung Rubito C1AB23161
Neni Haryani Karmana C1AB23125
Yayu Yulia Hamidah C1AB23166

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha


Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "Konsep Tumbuh
Kembang Anak, Bermain, Pencegahan Kecelakaan dan Anticipatory Guidance".
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "Keperawatan Anak" di
Program Studi Alih Jenjang S1 Keperawatan dengan Dosen Pengampu Hj. Iyam
Mariam S.Sos.,S.Kep.,Ners.,M.Si.,M.Kep.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan
bagi semua pihak yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah
selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Sukabumi. 13 September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak.................................................................5
A. Pengertian tumbuh kembang..................................................................5
B. Kebutuhan dasar anak............................................................................5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak...................6
D. Ciri-ciri tumbuh kembang anak..............................................................7
E. Tahap-tahap tumbuh kembang anak.......................................................9
F. Deteksi dini tumbuh kembang anak.....................................................12
2. Konsep Bermain.........................................................................................14
A. Pengertian bermain...............................................................................14
B. Fungsi bermain.....................................................................................15
C. Karakteristik bermain...........................................................................17
D. Pedoman keamanan bermain................................................................18
E. Kecendrungan sifat anak......................................................................18
3. Konsep Pencegahan Kecelakaan................................................................21
A. Pengertian pencegahan kecelakaan......................................................21
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan...................22
C. Klasifikasi tipe kecelakaan...................................................................23
4. Konsep Anticipatory Guidance..................................................................25
A. Pengertian Anticipatory guidience.......................................................25
B. Tahap usia anticipatory guidence.........................................................25
C. Pencegahan kecelakaan pada anak.......................................................30
D. Pendidikan kesehatan untuk orang tua.................................................33

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................35
B. Saran.....................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUA
N

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang
berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal
dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan, psikologi, sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia
berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak
akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak
pada berbagai tahap perkembangan.
Belajar melalui bermain merupakan satu teknik pengajaran dan
pembelajaran yang berkesan kepada anak usia dini. Bermain sendiri merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga dapat diartikan sebagai perantara
pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan
menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik dengan
mudah diikuti oleh anak. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain
sangat berpengaruh besar dalam perkembangan jiwa anak.

1
Seorang anak harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya
sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.Untuk itu, kegiatan bermain
anak perlu mendapatkan perhatian serius oleh para pendidik anak usia dini
karena bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak, seperti
perkembangan fisik motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, dan emosional.
Usia lahir sampai dengan memasuki usia sekolah merupakan masa-
masa keemasan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa
ini merupakan masa yang tepat untuk melestarikan dasar-dasar pengembangan-
pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, seni,
moral dan nilai-nilai agama.
Potter and Perry (2005) menjelasakan bahwa pada dasarnya ketika
anak berusia 3-6 tahun atau yang biasa disebut dengan usia prasekolah, anak
mengalami beberapa tahap perkembangan. Perkembangan tersebut meliputi
perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan
sensoris, perkembangan kognitif dan perkembangan yang lainya. Pada
perkembangan motorik kasar anak dapat melakukan banyak hal baru seperti,
berjalan mundur, naik turun tangga, melompat dan memanjat, melempar bola
dengan cukup baik, melompati tali atau bermain lompat tali, berlari tanpa
kesulitan, mulai naik sepeda, dan bermain bersama-sama. Pada perkembangan
motorik halus hal-hal yang dapat kita lihat seperti, anak akan menggunakan
gunting, mengunting gambar sederhana, memukul kepala paku dengan palu,
mengikat tali sepatu, dapat menulis beberapa huruf alfabet, dapat memakai
garpu, dan mulai memakai pisau. Rasa ingin tahu yang besar, banyak bergerak,
serta kurangnya pengetahuan anak usia prasekolah tentang bahaya yang dapat
ditimbulkan merupakan faktor yang menimbulkan resiko kecelakaan
(Soetjiningsih, 1995., Schulte 1997).
Pada umumnya faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya cedera atau
kecelakaan adalah faktor sosio-budaya, tingkat pendidikan seseorang atau
masyarakat yang kemudian menetukan tinggi rendahnya disiplin dan
pengertian tentang berbagai macam tatacara dan prosedur dalam pencegahan
kecelakaan. Faktor tersebut ditambah dengan minimnya sarana dan prasarana
yang ada. Dalam hal kecelakaan pada anak, orang sering menganggap bahwa
itu hanya

2
sebuah kebetulan dan merupakan hal yang tidak dapat dicegah, namun
sebenarnya faktor-faktor penyebab kecelakaan itu dapat dicegah.
Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan sehubungan
dengan masalah dependensi/ketergantungan, disiplin, meningkatkan mobilitas
dan keamanan bagi anak. Rang tua sering keliru dalam memberlakukan anak
karena ketidaktahuan mereka akan cara membimbing dan mengasuh yang
benar. Apabila hal ini terus berlanjut, maka pertumbuhan anak dapat
terhambat.
Saat ini terjadi pergeseran peran orang tua, misalnya kedua orang tua lebih
banyak beraktifitas di luar rumah dan tingginya mobilitas di masyarakat. Untuk
itu diperlukan keseimbangan bagi model peran tradisional dalam pendidikan
anak. Orang tua pada masa sekarang memerlukan tenaga professional untuk
memberikan bimbingan guna merawat dan memelihara anak.
Sebagai bagian dari tenaga professional perawatan kesehatan, perawat
mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu memberikan
bimbingan dan pengarahan pada orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan
anak yang kemungkinan mengalami trauma, seperti latihan buang air
besar/kecil (toilet training) dan ketakutan yang abstrak pada usia prasekolah
dapat dibimbing secara bijaksana.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak
A. Apa pengertian tumbuh kembang
B. Apa kebutuhan dasar anak
C. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
D. Apa ciri-ciri tumbuh kembang anak
E. Bagaimana tahap-tahap tumbuh kembang anak
F. Bagaimana deteksi dini tumbuh kembang anak
2. Konsep Bermain
A. Apa pengertian bermain
B. Apa fungsi bermain
C. Apa karakteristik bermain
D. Apa pedoman keamanan bermain
E. Apa kecendrungan sifat anak

3
3. Konsep Pencegahan Kecelakaan
A. Apa pengertian pencegahan kecelakaan
B. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan
C. Apa klasifikasi tipe kecelakaan
4. Konsep Anticipatory Guidance
A. Apa pengertian Anticipatory guidience
B. Tapa tahap usia anticipatory guidence
C. Bagaimana pencegahan kecelakaan pada anak
D. Bagaimana pendidikan kesehatan untuk orang tua

5. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak
A. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang
B. Untuk mengetahui kebutuhan dasar anak
C. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak
D. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang anak
E. Untuk mengetahui tahap-tahap tumbuh kembang anak
F. Untuk mengetahui deteksi dini tumbuh kembang anak
2. Konsep Bermain
A. Untuk mengetahui pengertian bermain
B. Untuk mengetahui fungsi bermain
C. Untuk mengetahui karakteristik bermain
D. Untuk mengetahui pedoman keamanan bermain
E. Untuk mengetahui kecendrungan sifat anak
3. Konsep Pencegahan Kecelakaan
A. Untuk mengetahui pengertian pencegahan kecelakaan
B. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan
C. Untuk mengetahui klasifikasi tipe kecelakaan
4. Konsep Anticipatory Guidance
A. Untuk mengetahui pengertian Anticipatory guidience
B. Untuk mengetahui tahap usia anticipatory guidence
C. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan pada anak
D. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan untuk orang tua

4
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK


A. Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel organ maupun individu (Kuantitatif).
2. Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (Skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
sebagai hasil dari proses pematangan (Kualitatif).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda,
namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara bersamaan.
Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan anak

B. Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh), meliputi:
a. Pangan /gizi
b. Perawatan kesehatan dasar
c. Tempat tinggal yang layak
d. Sanitasi
e. Sandang
f. Kesegaran jasmani / rekreasi
2. Kebutuhan emosi / kasih sayang (Asih)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan
selaras antara ibu / pengganti ibu dengan anak meruakan syarat mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikososial. Berperannya dan kehadiran orang tua terutama ibu sedini dan

5
selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan
dengan kontak fisik (kulit / mata) dan psikis sedini mungkin. Kasih saying
dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan
kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan anak akan stimuli mental ( Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan
dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan
perkembangan mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi
banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang. Faktor genetik ini meliputi :
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa atau bangsa
2. Faktor Lingkungan
a. Faktor Pranatal
1) Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio
2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot.
3) Toksin/zat kimia, radiasi
4) Kelainan endokrin
5) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual
6) Kelainan imunologi

6
7) Psikologis ibu
b. Faktor Postnatal
1) Faktor Lingkungan Biologis, meliputi : Ras, jenis kelamin, umur, gizi,
kepekaan terhadap penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis,
dan hormone.
2) Faktor Lingkungan Fisik, meliputi : Cuaca, musim, sanitasi,keadaan
rumah.
3) Faktor Lingkungan Sosial, meliputi : Stimulasi, motivasi belajar,
stress, kelompok sebaya, hukuman yang wajar, cinta dan kasih
sayang.
4) Faktor Lingkungan Keluarga dan Adat Istiadat, meliputi : Pekerjaan,
pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga,
kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma.

D. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


1. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain :
A. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,tinggi
badan, lingkar kepala , dll.
b. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran - ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi.Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila
dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik
pusat terdapat kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang
dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis.
Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan dua bulan sampai
dewasa.
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan–lahan,
seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dengan
hilangnya refleks primitif.
d. Timbulnya ciri-ciri baru

7
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi-fungsi
organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti
rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dll.

2. Ciri-ciri perkembangan, antara lain :


a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai
dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan ini
meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi
tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai
tanda pematangan.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seseorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia berdiri. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan
kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimoldistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur berurutan,
tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih
dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar
kotak, berdiri sebelum berjalan dll.

8
e. Perkembangan mempunyai kacepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda – beda. Kaki
dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja. Sedangkan bagian
tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.
f. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat perkembanganpun demikian,
terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

E. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak


Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting dalam mengetahui taraf
perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone”
perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada
umur tertentu).
1. Milestone perkembangan
Adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu.
Milestone ini terdiri dari :
a. Milestone motorik kasar
1) Lahir- 3bulan :
a) Belajar mengangkat kepala
b) Kepala bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya tergantung
stimulasi
2) 3-4 bulan :
a) Menegakkan kepala 900 dan mengangkat dada
b) Menoleh ke arah suara
3) 6-9 bulan :
a) Duduk tanpa dibantu
b) Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
c) Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4) 9-12 bulan :
a) Merangkak
b) Berdiri sendiri tanpa dibantu
c) Dapat berjalan dengan dituntun

9
5) 12-13 bulan : Berjalan tanpa bantuan
6) 12-18 bulan : Berjalan mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
7) 18-24 bulan: Naik turun tangga
8) 2-3 tahun : belajar melompat, memanjat, melompat dengan satu kaki
dan mengayuh sepeda roda tiga
9) 3-4 tahun: berjalan dengan jari-jari kaki
10) 4-5 tahun: melompat dan menari

b. Milstone motorik halus

1) Lahir- 3 bulan:
a) mengikuti obyek dengan matanya
b) menahan barang yang dipegangnya
2) 3-6 bulan:
a) menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya
b) belajar meraih benda dalam dan di luar jangkauannya
c) menaruh benda di mulut
3) 6-9 bulan:
a) memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
b) memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
c) bergembira dengan melempar benda-benda
4) 9- 12 bulan: ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda ke
mulut
5) 12-18 bulan: menyusun 2-3 balok/kubus
6) 18-24 bulan:
a) menyusun 6 kubus
b) menunjuk mata dan hidung
c) belajar makan sendiri
d) menggambar garis dikertas atau pasir
7) 2-3 tahun:
a) menggambar lingkaran
b) membuat jembatan dengan 3 balok
8) 3-4 tahun:
a) belajar berpakaian dan membuka pakaiannya sendiri

10
b) menggambar orang hanya kepala dan badan
9) 4-5 tahun:
a) menggambar orang terdiri dari kepala,badan, dan lengan
b) mampu menggambar segiempat dan segitiga

c. Milestone bahasa atau kognitif


1) Lahir usia 3bulan : mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
(cooing).
2) 3-6 bulan : tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
3) 6-9 bulan : mengeluarkan kata-kata tanpa arti (bubbling), da-da, ta-ta
4) 9- 12 bulan :
a) menirukan suara
b) dapat mengulang bunyi yang didengarnya
c) belajar menyatakan satu atau dua kata
5) 12-18 bulan : mengatakan 5-10 kata
6) 18-24 bulan:
a) menyusun dua kata mebentuk kalimat
b) menguasai sekitar 50-200 kata
7) 2-3 tahun:
a) mampu menyusun kalimat lengkap
b) menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya
8) 3-4 tahun:
a) mampu berbicara dengan baik
b) mampu menyebut namanya,jenis kelamin, dan umur
c) banyak bertanya
9) 4-5 tahun:
a) pandai bicara
b) mampu menyebut hari-hari dalam seminggu
c) berminat/ tertarik pada kata baru dan artinya
d) mampu menghitung jari
e) memprotes bila dilarang apa yang diinginkan

11
f) mendengar dan mengulang hal penting dan cerita

d. Milestone social
1) 3-4 bulan:
a) mampu menatap mata
b) tersenyum bila diajak bicara/senyum
c) tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
2) 6-9 bulan : mulai berpartisipasi dalam tepuk tangan
3) 9-12 bulan : berpartisipasi dalam permainan
4) 18-24 bulan: memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain
dengan mereka
5) 2-3 tahun: bermain bersama anak lain dan menyadari adanya
lingkungan lain diluar keluarganya
6) 4-5 tahun: bermain bersama anak lain dan dapat mengikuti aturan
permainan

e. Milestone Emosi
1) Lahir-3bulan : bereaksi terhadap suara atau bunyi
2) 3-6 bulan:
a) tersenyum melihat gambar atau mainan lucu
b) tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
3) 6-9 bulan : mengenal anggota keluarga dan takut terhadap orang asing
4) 9-12 bulan : memperlihatkan minat yang besar terhadap sekitarnya
5) 12-18 bulan : memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
6) 18-24 bulan : memperlihatkan minat yang besar terhadap apa yang
dikerjakan orang dewasa
7) 3-4 tahun : menunjukkan rasa sayang terhadap saudaranya

F. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

1. Deteksi Pertumbuhan dan Standar Normalnya


Menurut Nursalam (2005) parameter untuk pertumbuhan yang sering
digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita adalah :

12
a) Ukuran antropometri
1) Berat badan
2) Panjang badan
3) Lingkar kepala
4) Lingkar lengan atas
5) Lingkar dada
b) Keseluruhan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari
pemeriksaan fisik adalah :
1) Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota gerak,
ada tidaknya odema, anemia, dan ada tanda gangguan lainnya.
2) Jaringan otot
Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat, dan paha
untuk mengetahui lemak subcutan.
3) Jaringan lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di bawah triceps dan
subskapular.
4) Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal / tipisnya rambut, serta apakah
akar rambut mudah dicabut atau tidak.
5) Gigi geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi
permanen.

2. Deteksi Perkembangan dan Standar Normalnya


Terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu :
a) Kepribadian/tingkah laku social (personal social)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
b) Motorik halus (fine motor adaptive)

13
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang
tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya memasukkan
manik-manik ke dalam botol, menempel dan menggunting.
c) Motorik kasar (gross motor)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang
lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan
berlari.
d) Bahasa (language)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara secara spontan.
Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan
akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan atau gerakan.
Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu
dengan berbicara.

II. KONSEP BERMAIN


A. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik intelektual, emosional dan
sosial. Dimana bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungans, melakukan apa yang dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta
suara (Wong,2000). Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan
Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah “Cara
alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari, kegiatan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak dan
dalam bermain anak secara kontinu mempraktikan proses hidup yang rumit dan
penuh

14
stres, komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang
lain”.
B. Fungsi Bermain pada Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga
tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan cinta kasih.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan
diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi
dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak, diantaranya:
1. Membantu Perkembangan Sesnsorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil, audio dan visual. Melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak
lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih
cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka
daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang
dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat
terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan
seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,
mampu

15
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model demikian
akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana
pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang
lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak
sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-
main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia
prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak
akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar
pasang , mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar
mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini
dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di
rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada
beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
tidak boleh dilanggar.

16
C. Karakteristik Bermain
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang
melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang
anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga
dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur
tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak:
1. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex,
melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan,
melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan
gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Jenis permainan ini
permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan)
aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan
suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
2. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan
untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih
melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis
permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil
berwarna, dan lain-lain.
3. Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan
kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang
dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan
sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian

17
yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi
serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn
pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah
anak- anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

D. Pedoman Keamanan Bermain pada Anak


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan
maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
3. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di
tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
6. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih
akrab.
E. Kecenderungan Sifat pada Anak
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya
bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis
permainan

18
yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam
permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi
jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons
secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan
respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam
dari permainan diantaranya:
1. Berdasarkan isinya:
a) Bermain Afektif Sosial
Hal ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan
orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya
sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons
seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain
ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan
bagi anak.
b) Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak
selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk
selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar,
kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
c) Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk
berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan
seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat
aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan
stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan
kecerdasan anak.
2. Berdasarkan jenis permainan :
a) Permainan

19
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya
dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan
ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada
temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi
memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan
emosi pada anak.
b) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya
atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan
tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu
yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan
onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
3. Berdasarkan karakteristik sosial :
a) Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri
atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena
keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif
akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri
dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu
untuk menciptakan kemandirian pada anak.
b) Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang
bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam
satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan
tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
c) Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari
usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan
permainan

20
dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum
terorganisir secara formal.
d) Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e) Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut
bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya
dimulai pada usia toddler.
f) Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini,
2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat
menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-
anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

III. Konsep Pencegahan Kecelakaan


A. Pengertian Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan biasa dikatakan sebagai suatu tindakan untuk
menghindari perbuatan-perbuatan berbahaya yang bisa terjadi pada anak dan
memberinya pengertian tentang bahaya tanpa harus menakutnakutinya,
(Kartono, 2005).
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak terkehendaki,
namun menimbulkan nasib buruk (Heru 2002). Menurut The world health
Organization (WHO), kecelakaan adalah kejadian di luar kemampuan manusia
yang disebabkan oleh kekuatan jasmani maupun rohani. Pengertian lainnya

21
menurut Dorland (1994), kecelakaan adalah kejadian yang tidak diduga
sebelumnya khususnya yang bersifat merugikan. Yudistira (2001) mengatakan
bahwa kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengancam keselamatan atau kesehatan seseorang.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada Anak


Menurut Motti cit Khasanah (2009), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak dapat dikatagorikan menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Karakterisitik anak Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting
untuk mengetahui insidensi, tipe dan resiko cidera yang dialami anak.
Karakteristik anak meliputi umur dan tingkat perkembangan, jenis kelamin,
kemampuan kognitif, afektif dan motorik serta tingkat aktivitas anak. Secara
naluri anak mempunyai rasa ingin tahu dan mereka akan belajar dari apa
yang mereka lihat, sentuh, dengar, cium dan mereka rasakan.
2. Karakteristik agen penyebab Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk
diketahui adalah air, api, mainan, tempat bermain dan bahan beracun.
Menghindari kemungkinan kecelakaan dapat dilakukan dengan melibatkan
anak dengan memberikan pemahaman terhadap agen penyebab dan bahaya
yang bisa terjadi sehingga anak mengerti dan dapat menghindarinya.
3. Karakteristik lingkungan Lingkungan fisik dan sosiokultural dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi
lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan sosiokultural
meliputi pola asuh, respon keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau
masyarakat sekitar.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan
anak prasekolah menurut Potter and Perry (2005) yaitu:
1. Gunakan mainan yang besar dan lunak tanpa mata, hidung atau mulut yang
terbuat dari plastik.
2. Gunakan besi penjaga jendela untuk semua jendela yang ada dirumah.
3. Gunakan kata-kata tidak dan jangan untuk menunjukkan bahwa benda atau
tindakan tersebut dapat meningkatkan resiko cedera pada anak.

22
4. Ajarkan anak berenang pada usia muda namun selalu dengan pengawasan.
5. Ajarkan anak menyebrang jalan dan berjalan ditempat parkir.
6. Ajarkan anak untuk tidak berbicara dan menerima pemberian dari orang
asing dan ajarkan untuk memberitahu orang tua atau oarang dewasa yang
bersamanya bila didekati orang asing.
7. Jangan biarkan anak berlari sambil makan permen atau es krim yang
bergagang dalam mulutnya.
8. Ingatkan anak untuk tidak memakan apapun yang mereka temukan dijalan
atau rumput.

C. Klasifikasi Tipe Kecelakaan


Menurut Wong (2009) pencegahan cedera atau kecelakaan berdasarkan
klasifikasi tipe kecelakaan yang biasa terjadi sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor
a) Gunakan restrain mobil yang tersedia atau gunakan sabuk pengaman
pangkuan.
b) Awasi anak saat bermain diluar.
c) Jangan biakan anak bermain di pinggir jalan atau belakang mobil yang
sedang parkir.
d) Awasi saat bermain sepeda roda tiga.
e) Kunci pagar dan pintu bila tidak bisa mengawasi anak secara langsung.
f) Ajarkanlah anak untuk mematuhi peraturan keamanan pejaan kaki.
2. Tenggelam
a) Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat sumber air, termasuk ember.
b) Jaga pintu kamar mandi dan toilet agar tetap tertutup.
c) Pasang pagar di sekeliling kolam renang dan kunci gerbangnya.
d) Ajari berenang dan keamanan dalam air.
3. Luka Bakar
a) Putar pegangan teko kea rah belakang kompor.
b) Simpan korek api dan pematik api rokok di daerah yang terkunci atau
tidak dapat dijangkau.

23
c) Letakkan lilin dan obat nyamuk bakar yang menyala, makanan panas dan
rokok di luar jangkauan.
d) Tutup soket listrik dengan penutup plasik pengaman.
e) Letakkan kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat dijangkau.
f) Jangan mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik, kabel, atau
korek api.
g) Tekankan bahaya api yang terbuka, ajari tentang apa artinya panas.
h) Selalu periksa suhu air mandi, atur suhu air 48,9o C, atau lebih rendah,
jangan biarkan anak bermain keran air.
4. Keracunan
a) Letakkan semua bahan yang berpotensi beracun di luar jangkauan atau
didalam lemari terkunci.
b) Waspada terhadap memakan bahan makanan yang tidak bisa dikunyah,
seperti tanaman.
c) Letakkan kembali obat atau bahan beracun dengan segera, pasang
penutup obat bertakaran secara tepat.
d) Berikan obat sebagai obat, bukan sebagai permen.
e) Ajari anak untuk tidak bermain-main dalam wadah sampah.
f) Jangan melepas label dari wadah beracun.
g) Cari tahu nomor dan lokasi pusat pengendali racun terdekat.
5. Jatuh
a) Pasang jarring-jaring pada jendela, paku dengan aman, dan pasang terali
pelindung.
b) Pasang gerbang diatas dan bawah tangga.
c) Ganti karpet yang sudah robek atau sudah tidak aman.
d) Jaga pintu pagar tetap terkunci agar tidak bisa terbuka oleh anak.
e) Pasang karpet dibawah tempat tidur dan di kamar mandi.
f) Awasi tempat bermain, pilih tempat bermain denagn lantai dilapisi bahan
yang lembut dan aman.
g) Kenakan pakaian yang aman.
6. Tersedak atau sufokasi
a) Hindari potongan daging yang besar dan bulat.

24
b) Hindari buah yang ada bijinya, ikan berduri, buncis kering, permen keras,
permen karet, kacang, popcorn dan anggur.
c) Pilih mainan yang besar dan kuat tanpa tepi yang tajam atau bagian kecil
yang bias dilepas.
7. Kerusakan tubuh
a) Hindari benda tajam atau rucing seperti pisau, gunting atau tusuk gigi
terutama jika bejalan atau berlari.
b) Ajarkan tindakan kewaspadaan keamanan.
c) Simpan semua peralatan berbahaya, peralatan berkebun dalam tempat
yang terkunci.
d) Waspada terhadap bahaya dari binatang yang diawasi dan binatang
peliharaan.
e) Ajari nama, alamat, dan nomor telepon serta meminta bantuan dari
orang yang benar jika tersesat, pasang identifikasi pada anak.
f) Ajari tindakan keaman terhadap orang asing.
g) Jangan pergi bersama orang asing.
h) Selalu mendengarkan kekhawatiran anak mengenai perilaku orang lain

IV. Konsep Anticipatory Guidance


A. Pengertian Anticipatory Guidance
Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui
terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya
secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara
normal. Pemberian bimbingan kepada orang tua untuk mengantisipasi hal-hal
yang terjadi pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan
perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.

B. Tahapan Usia Anticipatory Guidance


1. Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12 Bulan)

25
a. Usia 6 (enam) bulan pertama
1) Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan
bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan/asuhan
pada masa setelah melahirkan.
2) Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang
mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi
mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan.
3) Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja
dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
4) Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan
orang tuanya.
5) Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap
stimulasi lingkungan.
6) Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat petumbuhan dan
perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan mengamati
respon social anak misalnya dengan tertawa/tersenyum.
7) Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan
kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi.
8) Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan makanan
padat.
b. Usia 6 (enam) bulan kedua
1) Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang
belum dikenal (stranger anxiety).
2) Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan
ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama
dengan anak tersebut.
3) Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan
semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi).
4) Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak
mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak
berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau tangannya.

26
5) Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian
ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika ia menangis.
6) Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan
motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat.
7) Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat
dengan pengganti ibu yang menyusui.
8) Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan.
9) Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.

2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)


Usia 12-18 bulan
1) Menyiapkan orang tua untuk antisipasi adanya perubahan tingkah laku
dari toodler terutama negativism.
2) Mengkaji kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari botol
serta peningkatan asupan makanan padat.
3) Menyediakan makanan selingan antara 2 waktu makan dengan rasa
yang disukai.
4) Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang
merupakan penyebab utama gigi berlubang.
5) Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah.
6) Perlu ketentuan – ketentuan atau disiplin dengan lembut untuk
meminimalkan negativism, tempertantrum serta penekanan akan
kebutuhan yang positif dan disiplin yang sesuai.
7) Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek
perkembangan anak.
i. Usia 18-24 bulan
1) Menekankan pentingnya persahabatan dalam bermain.
2) Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran adik baru.
3) Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap kesehatan gigi dan
kebiasaan-kebiasaan pencetus gigi berlubang.
4) Mendiskusikan metode disiplin yang ada.
5) Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet training.

27
6) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut anak.
7) Menyiapkan orang tua akan adanya tanda regresi pada waktu
mengalami stress.
8) Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orang tua.
9) Memberi kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kelelahan,
frustasi dan kejengkelan dalam merawat anak usia toodler.
ii. Usia 24-36 bulan
1) Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk
dilibatkan dalam kegiatan.
2) Mendiskusikan pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training.
3) Menekankan keunikan dari proses berfikir toodler terutama untuk
bahasa yang diungkapkan.
4) Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan nyata,
hindari kebingungan dan salah pengertian.
5) Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play group.

3. Anticipatory Guidance Pada Masa Preschool (3-5 Tahun)


Pada masa ini petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun
kesulitannya jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebelumnya, pencegahan kecelakaan dipusatkan pada pengamatan
lingkungan terdekat, dan kurang menekankan pada alas an-alasannya.
Sekarang proteksi pagar, penutup stop kontak disertai dengan penjelasan
secara verbal dengan alas an yang tepat dan dapat dimengerti.
Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua
maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam
melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang
tinggal di rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanak-
kanak, maka ibu mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga,
seperti keterlibatannya dalam masyarakat atau mengembangkan karier.
Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan pada anak
umur 3, 4, 5 tahun.
i. Usia 3 tahun

28
1) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam
hubungan yang luas.
2) Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan.
3) Mengantisipasi perubahan perilaku agresif.
4) Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternative-alternatif
pilihan pada saat anak bimbang.
5) Perlunya perhatian ekstra
ii. Usia 4 tahun
1) Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk
aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2) Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap
kekuasaan orang tua.
3) Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
4) Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti
menempatkan anak pad ataman kanak-kanak selama setengah hari.
5) Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin
tahu seksual pada anak.
6) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah laku.
7) Mendiskusikan disiplin.
8) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun,
dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya”
(bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam permainan
yang membutuhkan imajinasi.
9) Menyarankan pelajaran berenang.
10) Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya.
Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak
perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu dibiasakan
tidur terpisah dengan orang tuanya.
11) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan
menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari
mimpi yang menakutkan.
iii. Usia 5 tahun

29
1) Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang
relative lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya.
2) Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah.
3) Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
4) Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak.

4. Anticipatory Guidance Pada Masa Usia Sekolah (6-12 Tahun)


i. Usia 6 tahun
1) Bantu orang tua memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi
dengan teman.
2) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
3) Siapkan orang tua akan peningkatan interst anak ke luar rumah.
4) Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy
dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
ii. Usia 7-10 tahun
1) Menakankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
2) Tertarik beraktifitas diluar rumah.
3) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas.
iii. Usia 11-12 tahun
1) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh
pubertas.
2) Anak wanita pertumbuhan cepat.
3) Sex education yang adekuat dan informasi yang adekuat

B. Pencegahan Terhadap Kecelakaan Pada Anak


Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian pada
anak. Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.
Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari
karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-
faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
A. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan :

30
a. Jenis kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di
rumah.
b. Usia, pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin
tahu mana yang bahaya.
c. Lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh.
B. Cara Pencegahan :
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
C. Bahaya umum yang harus diperhatikan ortu:
a. Lantai rumah yang basah atau licin
b. Rumah dengan tangga yang curam 7 tidak ada pegangan
c. Alat makan dari bahan pecah belah
d. Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau anak
e. Adanya sumur yang terbuka
f. Adanya parit di depan/samping rumah
g. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
h. Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
i. Kabel listrik yang berantakan
j. Stop kontak yang tidak tertutup
D. Upaya yang dapat dilakukan ortu di rumah:
a. Benda tajam disimpan di tempat yang aman
b. Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup
c. Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci
d. Amankan kompor dan berikan penutup yang aman
e. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
f. Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga
g. Sekring listrik harus tertutup
h. Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen
i. Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya da pintu pagar yang
tertutup rapat
j. Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak

31
k. Bila bayi tidur, berikan p[engaman di pinggir tempat tidur

F. Pencegahan Terhadap Kecelakaan:


1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan:
Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan, kurang O2.
Pencegahan:
Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).
Kurang O2 : plastic, sarung bantal.
Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi.
Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.
Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
2. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :

a. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.


b. Tenggelam.
c. Keracunan atau terbakar.
d. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
e. Aspirasi dan asfiksia.

Pencegahan :
a. Awasi jika dekat sumber air.
b. Ajarkan berenang.
c. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
d. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
e. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
f. Cek air mandi sebelum dipakai.
g. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
h. Jangan biarkan kabel listrik menggantung mudah ditarik.
i. Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras.
j. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.

32
3. Pra Sekolah
Jenis Kecelakaan:
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya :
obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari
mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara:
Mengontrol lingkungan dan Mendidik anak terhadap keamanan dan
potensial bahaya.
4. Usia Sekolah
Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang.
Pencegahan :
Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
Aturan yang aman dalam berenang
Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat
listrik.
Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.
5. Remaja
Jenis Kecelakaan :
Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka pada
kepala.
Kecelakaan karena olah raga.
Pencegahan:
Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor sebelumnya ada
negosiasi antara orang tua dengan remaja.
Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olahraga.

D. Pendidikan Kesehatan Untuk Orang Tua


Upaya pencegahan kecelakaan pada anak, orang tua harus diberikan bimbingan
dan antisipasi pendidikan kesehatan.
Prinsip pendidikan kesehatan:

33
a. Diberikan berdasarkan kebutuhan spesifik klien.
b. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus bersifat menyeluruh
c. Hanya terjadi interaksi timbal balik antara perawat dan orang tua dan bukan
hanya perawat sefihak yang aktif memberikan materi pendidikan kesehatan
d. Pendidikan kesehatan diberikan dengan mempertimbangkan usia klien yang
menerimanya.
e. Proses pendidikan kesdehatan harus memperhatikan prinsip belajar dan
mengajar.
f. Perubahan perilaku pada orang tua menjadi tujuan utama pendidikan
kesehatan yang diberikan

34
BAB III
PENUTU
P

A. KESIMPULAN
Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu (Kuantitatif).
Pertumbuhan ditandai dengan adanya perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Sedangkan
perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (Skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, sebagai hasil
dari proses pematangan (Kualitatif).
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu : kebutuhan fisik-biomedis
(Asuh), kebutuhan emosi / kasih sayang (Asih),dan kebutuhan anak akan
stimuli mental ( Asah). Kemudian tumbuh kembang anak secara garis besar
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: Faktor genetic dan faktor
lingkungan.Menurut milestone, tahapan tumbuh kembang anak meliputi:
Milestone motorik kasar, Milstone motorik halus, Milestone bahasa atau
kognitif, Milestone social, Milestone Emosi.
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka
orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak
yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,
mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang
membutuhkan stimulasi dalam memncapai puncKNY seperti masa kritis
optimal dan sensitif
Pemberian bimbingan pada orang tua untuk mengantisipasi hal-hal
yang terjadi pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Memberitahukan/upaya
bimbingan kepada orang tua tentang tahap perkembangan sehingga orang
tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan anak.

35
B. SARAN
Penting untuk diketahui tahap – tahap pada pertumbuhan dan
perkembangan secara normal agar dapat mendeteksi dan mencegah
ketidaknormalan yang terjadi pada tahap tahap tersebut.

36
DAFTAR PUSTAKA

Faizah, Nur R. Deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang anak.


http://file.upi.edu/direktori/Flp/JUR._PGTK/197011292003122-
NUR_FAIZAH_ROMADONA/DETEKSI_DINI_TUMB_KEMBANG/DETE
KSI_DINI_DAN_STIMULASI_TUMBUH_KEMBANG_ANAK.pdf
<diakses tanggal 28 Noveber 2016>

http://id.scribd.com/mobile/doc/152961430/Perkembangan-Milestone
<diakses tanggal 28 november 2016>

Hidayat, Taufik, dkk. (2014). PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR


BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI
KELURAHAN KEMAYORAN
SURABAYA. Surabaya: Sumber Daya Manusia Kesehatan Vol.1 No. 1.

Marsuki. H. (2014). DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK.


Makassar: Poltekkes Makassar.

Kania, Nia. (2006). STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK


MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL. Bandung: Stimulasi
Tumbuh Kembang Anak.

Alifiani, Hervira, Maharani. Pusat Tumbuh Kembang Anak. Bandung: Jurnal


Tingkat Sarjana Bidang Senirupa dan Desain.

Sukamti, Rini, Endang. (1994). Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan


Perkembangan Anak.

Ash-Shubbi, M. A. (2012). Seni Mendidik Dan Mengatasi Masalah Perilaku


AnakSecara Islami. Pustaka Al-Fadhilah.

iii
Ekomadyo, I. J. (2009). 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Fitriah dan Hasinuddin, M. (2010). Modul Anticipatory Guidance Terhadap


Ball, David. 2012. “Risk and Safety.” Berada pada laman Children’s Play
Council website at http://www.ncb.org.uk/cpc. Diunduh 3 Juli 2012

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : Grasindo.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indonesia.

iv

Anda mungkin juga menyukai