Anda di halaman 1dari 16

NAMA : Thania Rahmayana D JUDUL MATERI PRAKTIKUM :

NPM : 21033010073 Uji Aktivitas Enzim Proteolitik


TANGGAL PRAKTIKUM : PEMBIMBING PRAKTIKUM :
16 November 2022 Ir. ULYA SAROFA, MM

PENDAHULUAN :
DASAR TEORI :
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam
reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang
dihasilkan oleh sel yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan
tersebut. Suatu enzim dapat bekerja lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa
katalis. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktifasi sehingga laju reaksi
meningkat. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Oleh karena itu, enzim merupakan elemen penting dalam tubuh yang sangat
banyak membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam proses sintesis dan
reparasi DNA, pembentukan energi, dan sintesis protein (Poedjiadi 2006).
Kerja enzim dipengaruhi ole beberapa factor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau
pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan
mengalami kerusakay. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya
sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain.

TUJUAN :
1. Untuk melakukan pengujian aktivitas enzim proteolitik
2. Untuk menghitung persentase protein terlarut
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi
kimia dalam system biologis. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas
strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari
reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga
mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan
energy pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya
reaksi (Anna Poedjiadi, 2012).

Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan


peptide pada protein. Untuk mensekresikan protease yang dapat
mendegradasikan protein, maka pada medium disertakan susu skim yang
mengandung kasien. Kasein merupakan protein utama susu, suatu mikromolekul
yang tersusun atas sub unit asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida.
Kasein berfungsi sebagai substrat bagi enzim protease (Puspita, 2012).
Enzim papain atau enzim proteolitik berfungsi untuk mengkatalisis
pemecahan ikatan peptida, polipeptida dan protein dengan menggunakan reaksi
hidrolisis menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana seperti peptida rantai
pendek dan asam amino. Hidrolisis ikatan peptida adalah reaksi penambahan-
penghilangan, dimana protease bertindak sebagai nukleofilik atau bereaksi
dengan membentuk satu molekul air. Secara umum nukleofilik membentuk
tetrahedral dengan atom karbon karbonil pada ikatan peptida. Satu gugus amina
dilepaskan dan dikeluarkan dari sisi aktif, yang digantikan secara bersamaan
dengan satu molekul air (Savitri, 2014).
Berdasarkan sisi aktif dalam proses pemutusan ikatan peptida, terdapat dua
jenis enzim protease, yaitu yang bersifat eksopeptidase dan endopeptidase.
Eksopeptidase memutus ikatan peptida pada ujung atau dekat ujung rantai
polipeptida baik pada gugus amino maupun gugus karboksilnya, sehingga akan
dihasilkan asam amino dan fragmen peptida. Sedangkan endopeptidase memutus
ikatan peptida tidak pada ujung rantai polipeptida melainkan pada bagian ‘dalam’
sehingga akan dihasilkan sejumlah peptida dan polipeptida. Laju suatu reaksi
enzimatis sangat dipengaruhi oleh ion-ion logam tertentu yang diperlukan untuk
meningkatkan aktivitasnya. Disamping itu terdapat faktor-faktor lain seperti
temperatur, konsentrasi enzim, pH, substrat, dan sebagainya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim menurut sutrisno et al
(2017), antara lain :
a. Temperatur
Meningkatnya temperatur akan membuat molekul-molekul memiliki energi
kinetik yang semakin besar. Hal ini mengakibatkan kecepatan reaksi meningkat.
kecepatan reaksi akan mecapai titik maksimal pada suatu titik tertentu. Jika
penaikkan temperatur diatas itu, kecepaan reaksi akan mengalami penurunan
karena terjadinya denaturasi. Rata - rata enzim memiliki suhu optimum pada titik
30-40C. Sopiah and Prayudi (2002) menyatakan bahwa kemampuan enzim
mengikat substrat juga ditentukan oleh struktur tersier enzim yang berperan
penting dalam membentuk ruang tiga dimensi pada sisi aktif. Struktur tersier ini
dipengaruhi antara lain oleh suhu.
b. pH
Enzim sebagian besar aktif dalam pH kisaran 4,5-8, namun beberapa aktif pada
pH rendah. perubahan pH secara drastis menyebabkan ikatan enzim pecah
sehingga mengubah konformasi (bentuk) enzim, termasuk aktivitasnya. Adapun
efek pH ekstrem yaitu terjadinya denaturasi.
c. Inhibitor
Beberapa bahan kimia seperti ion logam dapat menghambat aktivitas enzim.
Komponen ini disebut dengan inhibitor. Ada beberapa jenis inhibitor, antara lain:
− Inhibitor kompetitif : bersaing dengan substrat "merebut" situs aktif. − Inhibitor
Non-kompetitif: tidak merebut situs aktif, tetapi terikat pada tempat lain pada
enzim yang mengakibatkan perubahan bentuk situs aktif. Hal ini menyebabkan
terhambatnya aktivitas enzim.
d. Konsentrasi enzim dan substrat
Laju kecepaan enzimatis juga dipengaruhi oleh adanya kosentrasi enzim dan
substrat. Kecepatan reaksi akan berpengaruh jika peningkatan adanya konsentrasi
enzim atau substrat. Akan tetapi, pada konsentrasi tertentu, kecepatan enzimatis
akan tidak meningkat atau bahkan melambat ketika konsentrasi substrat
ditambahkan, karena enzim mengalami "kejenuhan".
Enzim proteolitik dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu protease asam,
protease serin, protease sulfhidril, dan protease yang mengandung logam. Enzim
yang termasuk protease asam adalah pepsin, renin dan beberapa protease mikroba
dan fungi. Enzim yang termasuk protease serin adalah tripsin, thrombin,
subtilisin, kimotripsin dan elastase. Enzim yang termasuk protease yang
mengandung logam adalah carboxypeptidase. Enzim yang termasuk protease
sulfhidril dari hewan adalah katepsin (Deman et al., 2018).
Getah pepaya (Carica papaya) mengandung kelompok enzim sistein
protease seperti papain dan kimopapain. (Konno et al, 2004). Pepain tergolong
enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat mengurai dan memecah protein
(Robert and Bryony, 2010). Menurut Pudjiwati et al (2019), enzim proteolitik
ekstraseluler bakteri menyebabkan kasein (protein dalam susu skim pada media)
terhidrolisis menjadi peptida dan asam amino yang larut. Menurut Khaeriyah et
al (2020), penambahan enzim papain untuk pemecahan atau penguraian secara
sempurna ikatan peptida protein menjadi ikatan peptida yang lebih sederhana.
Enzim papain dapat merusak keseimbangan atau konfigurasi dari protein.
Dengan adanya penambahan enzim ini membantu menghasilkan asam amino
lebih banyak. Namun, enzim papain tidak bekerja dalam proses hidrolisis lemak.
Sumarlin et al (2013) menyatakan bahwa buah papaya mengandung konsentrasi
enzim lypase yang sangat rendah sehingga aktifitas enzimnya juga sangat rendah
jika dibanding dengan buah lainnya seperti alpukat dan buah pisang. Disamping
itu, keunggulan papain yaitu mempunyai kestabilan yang relatif tinggi terhadap
faktor suhu, pH dan pelarut alkohol. Papain relatif lebih tahan terhadap panas jika
dibandingkan dengan enzim proteolitik lainnya seperti fisin dan bromelin
(Khoerunnisa, 2002)
Neta et al (2012) menyatakan bahwa nanas mengandung enzim proteolitik
yang disebut bromelain. Enzim bromelain terdapat dalam semua jaringan
tanaman nanas. Sekitar setengah dari protein dalam nanas mengandung protease
bromelain. Enzim ini mengdegradasi protein dengan memutus ikatan peptida dan
menghasilkan protein yang lebih sederhana. Dalam jurnal Tominik (2018)
terdapat pernyataan bahwa enzim bromelin memiliki sifat yang mirip dengan
enzim proteolitik, yakni memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein
lainnya, seperti enzim rennin (renat), papain, dan fisin. Ilyas et al (2020)
menyatakan aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim bromelain
meningkat seiring dengan kenaikan suhu dan di atas 37˚C aktivitas enzim
menurun. Hasil penelitian bahwa pada suhu 37˚C menghasilkan nilai aktivasi
enzim bromelain sebesar 12,52 U/ml. Haslaniza et al (2010) menyatakan bahwa
apabila persentase bromelin yang digunakan meningkat, tingkat hidrolisis protein
juga akan meningkat. Beberapa peptida akan dihidrolisis oleh enzim menjadi
asam amino dan peptida lebih kecil seiring penambahan konsentrasi bromelin
meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian Susanto and Sopiah (2003), dapat disimpulkan


bahwa pada konsentrasi substrat yang rendah (8~16%), pH media cenderung
rendah/menurun pada kisaran 5~6 sebagai akibat dari proses pemecahan glukosa
menjadi asam-asam organik. Sedangkan pada konsentrasi substrat tinggi
(24~40%), pH media cenderung stabil pada pH 8, karena pada konsentrasi
substrat yang tinggi, disamping terjadi pemecahan glukosa menjadi asam-asam
organik, juga terjadi proses hidrolisis protein yang menghasilkan amoniak.
Kedua hasil proses ini akan saling menetralkan, sehingga pH media relatif stabil
dibanding dengan media yang menggunakan konsentrasi substrat rendah.

Susu skim

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil
sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan susu,
sedikit lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim seringkali disebut
sebagai susu bubuk tak berlemak yang banyak mengandung protein dan kadar air
sebesar 5% (Setya, 2012: 38). Susu skim adalah bagian susu yang banyak
mengandung protein, sering disebut “serum susu”. Susu skim dapat digunakan
oleh orang yang menginginkan nilai kalori rendah di dalam makanannya, karena
susu skim mengandung hanya 55% dari seluruh energi susu dan susu juga
digunakan dalam bahan baku dalam pembuatan keju berlemak rendah, yoghurt
rendah lemak dan produk bakery (Laksmi, 2010)

Kelemahan susu skim adalah susu skim mengandung sedikit lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak serta susu skim tidak memiliki beta karoten.
Betakaroten merupakan salah satu senyawa karotenoid yang mempunyai
aktivitas vitamin A sangat tinggi. Dalam saluran pencernaan, betakaroten
dikonversi oleh sistem enzim menjadi retinol, yang selanjutnya berfungsi sebagai
vitamin A. Betakaroten dan karotenoid lain yang tidak terkonversi menjadi
vitamin A, mempunyai sifat antioksidan, sehingga dapat menjaga integritas sel
tubuh (Eli budi dkk, 2013)

Oleh karena itu, susu skim tidak baik bagi pertumbuhan mata dan kulit.
Manfaat susu skim adalah susu skim dapat digunakan oleh orang yang
menginginkan kalori rendah dalam makanannya, Karena susu skim hanya
mengandung 55 % dari seluruh energi susu dan susu juga digunakan dalam
pembuatan keju dan yoghurt dengan kadar lemak rendah (Laksmi, 2010).
ALAT :
1. Gelas ukur
2. Gelas beaker
3. Erlenmeyer
4. Pengaduk
5. Waterbath
6. Buret
7. Pipet mohr

BAHAN :
1. Larutan susu skim
2. Papain 20%
3. Papain 40%
4. Bromelin 20%
5. Bromelin 40%
6. Air
7. NaOH 0,1N
8. Formaldehid
9. Indikator PP

CARA KERJA

Menyiapkan 5 erlenmeyer kemudian masing-


masing erlenmeyer diisi dengan

Memasukkan 4 erlenmeyer
40 ml larutan susudalam
skim waterbath
suhu 37°C (kira-kira selama 10 menit).
Erlenmeyer yang satu tidak dimasukkan dalam
waterbath (sebagai kontrol/blanko).
Memasukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer 10 ml larutan enzim

dengan konsentrasi yang berbeda.


Untuk perlakuan kontrol/blanko tidak
ditambahkan enzim tetapi ditambahkan

10 ml aquades, dan tidak perlu diinkubasi


Menginkubasi keempat erlenmeyer pada suhu
37°C selama 1 jam.

Sesudah itu, mengambil 10 ml sampel (lakukan


2 kali ulangan) pada masing- masing
erlenmeyer

Menambahkan dengan 2 ml formaldehid dan


indikator PP 3 tetes, lalu dititrasi dengan 0,1 N
NaOH

Mencatat jumlah ml NaOH dan menghitung


aktivitas enzim proteolitiknya
HASIL PENGAMATAN

Sampel Substrat V NaOH (ml) Aktivitas Enzim


Bromelin 20% 0,85 0,158%
Bromelin 40% 1,35 0,333%
Papain 20% Susu Skim 1,07 0,235%
Papain 40% 1,50 0,385%
Kontrol 0,4 0%

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum tentang uji aktivitas
enzim proteolitik. Pengujian dilakukan dengan tujuan agar praktikan mampu
melakukan dan menghitung aktivitas enzim proteolitik, dimana enzim proteolitik
yang digunakan adalah enzim papain dan enzim bromelin. Substrat yang
digunakan berupa susu skim, karena susu skim mengandung kasein yang dapat
digunakan sebagai substrat. Menurut Puspita (2012) untuk mensekresikan
protease yang dapat mendegradasikan protein, maka pada medium disertakan
susu skim yang mengandung kasien. Kasein merupakan protein utama susu,
suatu mikromolekul yang tersusun atas sub unit asam amino yang dihubungkan
dengan ikatan peptida. Kasein berfungsi sebagai substrat bagi enzim protease.

Enzim merupakan protein yang dapat meningkatkan reaksi-reaksi baik di


dalam sel maupun di luar sel. Enzim yang mengkatalis reaksi hidrolisis protein
dinamakan proteinase, atau lebih umum disebut protease (Hadi, et al., 2006).
Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan
peptida pada protein (Puspita, 2012). Enzim proteolitik dapat dibagi menjadi 4
kelompok yaitu protease asam, protease serin, protease sulfhidril, dan protease
yang mengandung logam. Enzim yang termasuk protease asam adalah pepsin,
renin dan beberapa protease mikroba dan fungi. Enzim yang termasuk protease
serin adalah tripsin, thrombin, subtilisin, kimotripsin dan elastase. Enzim yang
termasuk protease yang mengandung logam adalah carboxypeptidase. Enzim
yang termasuk protease sulfhidril dari hewan adalah katepsin (Deman et al.,
2018). Bromelin, fisin, dan papain merupakan enzim protease yang didapatkan
dari tanaman (Lukin, 2020).

Perlakuan pengujian dilakukan sama, yaitu penggunaan substrat susu skim


sebanyak 40ml dan kemudian dimasukkan kedalam waterbath bersuhu 37C.
Penggunaan suhu ini sangat mempengaruhi hasil besarnya aktivitas enzim papain
dan bromelin. Hal ini karena suhu yang ekstrem akan membuat konformasi
enzim berubah atau bahkan terdenaturasi. Pernyataan ini sejalan dengan ().
Setelah dimasukkan dalam waterbath selama 10 menit, penambahan 10ml enzim
dan menginkubasi pada suhu 37C selama satu jam. Untuk prinsip kerja
selanjutnya, pengambilan 10 ml sampel yang telah diinkubasi dan kemudian
menambahkan 3 tetes indikator pp dan formaldehid sebanyak 2 ml. dan setelah
itu dilakukan pentitrasian. Penambahan formaldehid ini akan bertujuan akhir
sebagai penentuan kadar protein yang terhidrolisis karena peran formaldehid
yaitu untuk memblokade gugus basa asam amino agar tidak menggangu rekasi
antara NaOH dengan gugus asam dari asam amino. Hal ini didukung oleh
Estiasih et al (2012) bahwa Adanya penambahan formaldehid yaitu untuk
membrokade gugus basa asam amino membentuk gugus dimethilol sehingga
tidak mengganggu reaksi antara NaOH dengan gugus asam dari asam amino dan
konsentrasi protein dapat ditentukan. Titrasi formol ini digunakan untuk
menunjukkan proses hidrolisis protein.

Berdasarkan hasil pengamatan enzim bromelin, pemberian konsentrasi


enzim 20% memiliki aktivasi enzim sebesar 0,158% dan pemberian konsentrasi
enzim 40% menghasilkan aktivasi enzim sebesar 0,333%. Persentase tersebut
mengindikatorkan besarnya protein yang terdegradasi oleh enzim bromelin.
Jumlah protein yang terhidrolisis dari penambahan konsentrasi enzim 40% lebih
besar daripada jumlah protein yang terhidrolisis dari penambahan konsentrasi
enzim 20%. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak substrat yang
ditambahkan maka hidrolisis protein akan semakin banyak. Pernyataan ini
sejalan dengan Sutrisno et al (2017) bahwa kecepatan reaksi akan berpengaruh
jika peningkatan adanya konsentrasi enzim atau substrat. Maka dapat
disimpulkan bahwa enzim papain berpengaruh nyata terhadap pengkatalisan
substrat protein. Pernyataan tersebut didukung Khaeriyah et al (2020) bahwa
penambahan enzim papain untuk pemecahan atau penguraian secara sempurna
ikatan peptida protein menjadi ikatan peptida yang lebih sederhana. Selain itu,
enzim papain juga merusak keseimbangan atau konfigurasi dari kasein. Hal inilah
yang membuat susu terdegradasi menjadi asam amino oleh enzim papain.

Untuk mencapai titik ekivalen dengan perubahan warna menjadi putih keruh
sedikit merah , konsentrasi enzimt 20% memerlukan titran NaOH sebanyak
0,85ml. Sedangkan untuk konsentrasi enzim 40%, titran NaOH yang dibutuhkan
hingga mengalami perubahan warna menjadi putih keruh sedikit merah yaitu
sebanyak 1,35ml. perubahan warna tersebut mengindikasikan enzim mengaktalis
protein. Hal ini didukung oelh Puspitasari (2018) bahwa adanya perubahan warna
oleh penambahan indikator phenol red karena terjadi reaksi hidrolisis substrat.
Jika ditinjau dari banyaknya volume titran, konsentrasi enzim 20% mempunyai
kecepatan reaksi yang cepat daripada konsentrasi enzim 40%. Hal ini karena
subtrat 20% menghidrolisis protein lebih sedikit dibandingkan konsentrasi enzim
40% sehingga aktivitas enzim semakin cepat dengan menurunkan energi
aktivasinya. Energi aktivasi rendah membuat enzim dapat mengkatalis dengan
cepat. Pernyataan tersebut sejalan dengan Sutrisno et al (2017) bahwa prinsip
kerja enzim mempercepat reaksi biokimia yaitu dengan cara mengkatalisis semua
reaksi yang berlangsung dalam sel dengan menurunkan energi aktivasinya.

Pada pengujian sampel menggunakan enzim papain, hasil yang didapat tidak
berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan enzim bromelin.
Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan konsentrasi enzim 20%
menghasilkan aktivitas enzim sebesar 0,23% dan pada konsentrasi enzim 40%
menghasilkan aktivitas enzim sebesar 0,38%. Dari kedua perlakuan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa protein yang terdegradasi oleh enzim berkonsentrasi
40% lebih banyak dibandingkan enzim berkonsentrasi 20%. Penambahan
konsentrasi enzim yang banyak juga berpengaruh nyata terhadap banyaknya
substrat yang terdegradasi. Hal ini sejalan dengan Haslaniza et al (2010) bahwa
bahwa apabila persentase bromelin yang digunakan meningkat, tingkat hidrolisis
protein juga akan meningkat. Beberapa peptida akan dihidrolisis oleh enzim
menjadi asam amino dan peptida lebih kecil seiring penambahan konsentrasi
bromelin meningkat. Adapun sebagai pembanding, satu perlakuan yang tidak
diberikan enzim yaitu sebagai kontrol. Aktivitas enzim terhadap penghidrolisis
protein pada susu tidak terlihat jika ditinjua dari perhitungan, sebesaar 0%.

Selain indikator besarnya aktivitas enzim dan persentase pemecahan protein,


volume titrasi juga menjadi indikator berjalannya reaksi enzimatis dalam suatu
larutan. berdasarkan tabel pengamatan, konsentrasi enzim 20% membutuhkan
volume NaOh sebanyak 1,07ml dan konsentrasi enzim 40% membutuhkan
volume NaOH sebanyak 1,50ml. Hal ini menandakan bahwa enzim
berkonsentrasi 40% menghidrolisis protein lebih banyak dibanding enzim
berkonsentrasi 20%. Hal ini didukung oleh Susanto dan Sopiah (2003) bahwa
konsentrasi substrat yang rendah (8~16%), pH media cenderung
rendah/menurun. Sedangkan pada konsentrasi substrat tinggi (24~40%), pH
media cenderung stabil pada pH 8, karena pada konsentrasi substrat yang tinggi,
disamping terjadi pemecahan glukosa menjadi asam-asam organik, juga terjadi
proses hidrolisis protein yang menghasilkan amoniak. Kalau pH bernilai rendah,
enzim akan mengalami kerusakan sehingga kerja enzimatis tidak akan optimal.
Dari hasil pengujian enzim, pemberian konsentrasi enzim bromelin dan papain
yang tinggi berpengaruh nyata terhadap banyaknya protein yang terhidrolisis.
Hal ini juga berkaitan bahwa aktivitas enzim yang terjadi pada reaksi
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh pratikan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Penambahan enzim bromelin dan papain dengan substrat susu skim
berpengaruh nyata terhadap hidrolisis protein yang terkandung dalam
susu
2. Penambahan konsentrasi enzim papain dan bromelin yang tinggi
membuat substrat protein yang terhidrolisis semakin banyak
3. Nilai persentase protein yang terhidrolisis semakin tinggi berbanding
lurus dengan penambahan konsentrasi enzim bromelin dan papain.

DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi. 2012. Dasar-dasar Biokimia. UI. Jakarta.

Estiasih T, Novita W, Indria P, Wenny BS, Nurcholis M, Feronika H. 2012.


Modul Praktikum Biokimia dan Analisis Pangan. Malang: Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Hal: 41-44

Haslaniza H, MY Maskat, WM Wan Aida, S Mamot. 2010. The effect of enzyme


concentration, temperature and incubation time on nitrogen content and
degree of hydrolysis of protein precipitate from cockle (Anadara granosa)
meat wash water. International Food Research Journal, 17: 147-152

Ilyas NM, Setiasih S, Hudiyono S. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Bromelain


dari Bonggol dan Daging Buah Nanas (Ananas comosus). Jurnal
Chemica, 21(2) : 133- 141

Khaeriyah A, Insana N, Ikbal M. 2020. Aplikasi Pemanfaatan Tepung Keong


Mas Terfermentasi Enzim Papain Dalam Pakan Sebagai Biopermentor
Untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa Striata).
Jurnal Harpodon Borneo, 13(1) : 19-29.
Konno K, Hirayama C, Nakamura M, Tateishi K, Tamura Y, Hattori M, K
Kohno. 2004. Papain Protecs Papaya Trees from Herbivorous Insects:
Role of Cysteine Proteases in Latex. Blackwell Publishing Ltd. The Plant
Journal, 37: 370-378

Neta JLV. 2012. Bromelain Enzyme from Pineapple: In-vitro Activity Study
under Different Micropropagation Conditions. Brazil: Springer Science.

Pudjiwati EH, Zahara S, Sartika D. 2019. Isolasi Dan Karakterisasi Rhizobakteri


Yang Berpotensi Sebagai Agen Pemacu Pertumbuhan Tanaman. Jurnal
Borneo Saintek, 2(2) : 1-10.

Puspitasari YA. 2018. Pengembangan Time Temperature Indicator Berbasis


Enzim Lipase Untuk Pemonitoran Kesegaran Susu. [skripsi]. Jember :
Universitas Jember

Poedjiadi A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. Platinum.


Robert LH, and CB Bryony. 2010. Proteases as insecticidal agents. Toxins, 2:
935-953.
Sutrisno A. 2017. Teknologi Enzim. Malang : UB press
Tominik VI and Haiti M. 2018. Analisis Kematian Larva Nyamuk Aedes agypti
Akibat Pemberian Perasan Buah Nanas (Ananas comosus). Jurnal
Kesehatan, 9(3) : 412-418
LAMPIRAN
APPENDIX

Anda mungkin juga menyukai