Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI

MERKURI

Oleh:
Oky Fauzul Zakina
2106797563

Pembimbing:
Dr. dr. Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA, 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Merkuri” ini ditulis
dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah Toksikologi Industri sebagai bagian dari
pengajaran untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (Sp.Ok) pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr.
Dewi S. Soemarko, MS, Sp.Ok, Subsp. PsikoKO (K) atas waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
pada makalah ini, oleh karena itu segala bentuk masukan dan kritik yang membangun akan sangat
berharga bagi penulis untuk perbaikan penulisan makalah atau ilmiah berikutnya. Akhir kata,
semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di Kedokteran Okupasi.

Jakarta, 9 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TUGAS MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI ......................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Permasalahan .......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 2

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Sejarah .................................................................................................................... 3

2.2 Sumber dan Kegunaan ............................................................................................ 4

2.3 Sifat Fisik dan Kimia .............................................................................................. 5

2.3.1 Logam Merkuri ................................................................................................ 6

2.3.2 Merkuri Inorganik ............................................................................................ 7

2.3.3 Gabungan Merkuri Organik ............................................................................. 7

2.3.4 Asesmen Resiko Merkuri ................................................................................ 8

2.4 Toksikokinetik ........................................................................................................ 9

2.4.1 Absorpsi ........................................................................................................... 9

2.4.2 Distribusi........................................................................................................ 10

2.4.3 Metabolisme .................................................................................................. 11

2.4.4 Eliminasi dan Ekskresi .................................................................................. 11

iii
2.5 Toksikodinamik .................................................................................................... 13

2.5.1 Efek Akut ....................................................................................................... 13

2.5.2 Efek Kronik ................................................................................................... 14

2.6 Human Biomonitoring .......................................................................................... 14

2.7 Nilai Ambang Batas .............................................................................................. 15

BAB III PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI MERKURI ................................... 16

3.1 Respon Pertolongan Pertama ................................................................................ 16

3.2 Penatalaksanaan Lain............................................................................................ 16

3.3 Pengendalian di Tempat Kerja.............................................................................. 17

3.3.1 Health Safety Program ................................................................................... 17

3.3.2 Framework Kontrol Pajanan .......................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 19

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merkuri (Hg; Cas #7439-97-6) merupakan satu-satunya logam berat yang berbentuk cair
di suhu ruangan. Wujud alaminya berupa merkuri sulfida dan memiliki titik didih yang rendah,
Meskipun memiliki bentuk anorganik dan organik, efek toksik merkuri berasa dari kation
divalennya (Hg2+). Ion divalen memiliki afinitas tinggi terhadap gugus sulfhidril dan mampu
dengan cepat bereaksi dan berpindah antar gugus yang mengandung tiol. Ion merkuri Hg2+
berperan sebagai pengendap protein dan menghambat gugus sulfhidril yang mengandung enzim.
Terlepas dari bentuk merkuri yang terpapar pada seseorang, pada akhirnya toksisitas bergantung
pada akumulasi senyawa merkuri di jaringan sensitif.
Beberapa bentuk merkuri ditemukan secara alami di lingkungan. Bentuk merkuri alami
yang paling umum ditemukan di lingkungan adalah logam merkuri, merkuri sulfida (bijih
cinnabar), merkuri klorida, dan metil merkuri. Beberapa mikroorganisme dan proses alami dapat
mengubah merkuri dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Senyawa merkuri organik paling umum
dihasilkan oleh mikroorganisme dan proses alami adalah metil merkuri. Metil merkuri menjadi
perhatian khusus karena dapat terakumulasi di ikan air tawar dan air asin tertentu yang dapat
dimakan mamalia laut ke tingkat yang berkali-kali lebih tinggi daripada tingkat di air sekitarnya,
sehingga mengakibatkan paparan di antara populasi pemakan ikan, seringkali melebihi ambang
batas aman.
Pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah nyata dengan meratifikasi UU No 11
Tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention On Mercury (Konvensi Minamata
Mengenai Merkuri) yang kemudian dtindaklanjuti dengan RAN PPM. Indonesia yang menjadi
tuan rumah pada Pertemuan ke-4 Konferensi Para Pihak (COP-4) Konvensi Minamata Tentang
Merkuri yang diadakan pada November 2021 secara virtual dan Maret 2022 secara tatap muka di
Bali. Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan keracunan akut merkuri
yang data menyebabkan kelumpuhan dan gangguan kognitif maupun serebral palsi pada bayi.2
Hal yang berhubungan dengan keracunan merkuri pada tahun 1950-1960 di Teluk Minamata
Jepang akibat pembuangan limbah plastik dan kimia yang mengandung merkuri. Hingga saat ini,
merkuri masih digunakan dalam proses industry, terutama penambangan emas tradisional. Pekerja
tambang yang bekerja dengan alat seadanya dan minim pemahaman serta pelindung diri menjadi
populasi rentan terpapar merkuri yang dapat merugikan pekerja.

1.2 Permasalahan
Merkuri masih digunakan terutama pada industri kecil menengah untuk pengolahan
bahan mentah seperti bijih emas secara tradisional.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang merkuri.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Mengetahui sifat-sifat merkuri baik sifat fisika maupun sifat kimianya.
• Mengetahui toksikokinetik serta toksikodinamik dari merkuri.
• Mengetahui metabolisme merkuri.
• Mengetahui gejala-gejala keracunan merkuri.
• Mengetahui pemeriksaan biomonitoring keracunan merkuri.
• Mengetahui langkah-langkah pencegahan keracunan merkuri.
• Mengetahui tatalaksana keracunan merkuri secara tepat.

1.4 Manfaat
• Bagi Pekerja
Menambah pengetahuan tentang merkuri sehingga dapat menghindari efek buruk
penggunaan merkuri yang berlebihan dan dapat melakukan tatalaksana dari keracunan
merkuri
• Bagi Perusahaan
Memahami merkuri sebagai salah satu bahaya potensial di lingkungan kerja dan dapat
menentukan pengendalian dan pencegahan penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja
akibat dampak negatif dari merkuri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Akhir abad pertengahan, orang yang terkenal dalam ilmu dan kedokteran adalah P.A.T.B
von Hohenheim-Paracelcus (1493–1541). Dia menyatakan bahwa “semua zat atau substansi
adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis yang tepatlah yang membedakan racun dari obat”.
Menurutnya, uji toksisitas sangat penting dalam mempelajari respons tubuh terhadap zat kimia
untuk menjelaskan hubungan dosis-respons. Ia menulis buku yang berjudul Bergsucht, yang berisi
penjelasan tentang gangguan kesehatan yang timbul akibat keracunan arsen kronik dan merkuri
serta rincian serangan asma dan gejala saluran pencernaan pada para pekerja tambang.
Merkuri adalah unsur kimia dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Merkuri umumnya
dikenal sebagai quicksilver dan sebelumnya bernama hydrargyrum (/haɪˈdrɑːrdʒərəm/ hy-DRAR-
jər-əm). Sebuah elemen blok-d yang berat dan berwarna keperakan, merkuri adalah satu-satunya
elemen logam yang berbentuk cair pada kondisi standar untuk suhu dan tekanan.

Merkuri Elemental
Merkuri di Jepang pada 1950-an dan 1960-an, limbah dari pabrik kimia dan plastik
mengandung merkuri dibuang ke Teluk Minamata. Merkuri itu diubah menjadi metilmerkuri yang
mudah diserap oleh bakteri dalam sedimen akuatik. Konsumsi ikan dan kerang oleh penduduk
setempat mengakibatkan banyak kasus keracunan merkuri, atau penyakit Minamata. Pada tahun

3
1970, setidaknya 107 kematian telah dikaitkan dengan keracunan merkuri, dan 800 kasus penyakit
Minamata dikonfirmasi. Meskipun para ibu tampak sehat, banyak bayi yang lahir dari ibu-ibu ini
yang telah makan ikan yang terkontaminasi mengembangkan cerebral palsy - seperti gejala dan
defisiensi mental.

2.2 Sumber dan Kegunaan


Merkuri tersedia sebagai komoditas di pasar dunia dari beberapa sumber. Produksi
tambang merkuri primer (diekstraksi dari bijih) masih dilakukan di Aljazair, Kyrgyzstan, dan baru-
baru ini di Spanyol dan Cina. Ada juga laporan pertambangan skala kecil merkuri di Cina, Rusia
(Siberia), Mongolia Luar, Peru dan Meksiko, terutama melayani permintaan lokal. Merkuri juga
terjadi sebagai produk sampingan dari penambangan atau pemurnian logam lainnya (seperti seng,
emas, dan perak) atau mineral, serta pemurnian gas alam. Pengolahan ulang atau penambangan
sekunder tailing tambang bersejarah yang mengandung merkuri terjadi. Merkuri daur ulang
diambil dari produk bekas dan limbah dari proses industri. Stok pribadi termasuk merkuri yang
digunakan dalam chloralkali dan industri lainnya.
Beberapa bentuk merkuri ditemukan secara alami di lingkungan. Bentuk merkuri alami
yang paling umum ditemukan di lingkungan adalah logam merkuri, merkuri sulfida (bijih
cinnabar), merkuri klorida, dan metil merkuri. Beberapa mikroorganisme dan proses alami dapat
mengubah merkuri dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Senyawa merkuri organik paling umum
dihasilkan oleh mikroorganisme dan proses alami adalah metil merkuri. Metil merkuri menjadi
perhatian khusus karena dapat terakumulasi di ikan air tawar dan air asin tertentu yang dapat
dimakan mamalia laut ke tingkat yang berkali-kali lebih tinggi daripada tingkat di air sekitarnya,
sehingga mengakibatkan paparan di antara populasi pemakan ikan, seringkali melebihi ambang
batas aman.
Merkuri metalik masih digunakan dalam beberapa obat herbal atau agama di Amerika
Latin dan Asia, dan dalam ritual atau praktik spiritual di beberapa agama Amerika Latin dan
Karibia seperti Voodoo, Santeria, dan Espiritismo. Penggunaan ini dapat menimbulkan risiko
kesehatan dari paparan merkuri baik untuk pengguna maupun untuk orang lain yang mungkin
terpapar uap merkuri elemental di udara yang terkontaminasi.

4
Tabel 2.1 Penggunaan Merkuri pada Industri
Industri Pekerjaan Penggunaan Cara Masuk
Pabrik instrument Staf rumah sakit, Thermometer, Inhalasi, ingesti
laboratorium dan teknisi instrumen pacemaker, melalui tangan atau
medis sphygmomanometer kulit yang
terkontaminasi
Industri listrik Tukang listrik Lampu fluoroscens, Inhalasi, ingesti
electrical meter melalui tangan atau
kulit terkontaminasi
Proses amalgamasi Dokter gigi Dental amalgam Inhalasi, ingesti
melalui tangan atau
kulit yang
terkontaminasi
Pertambangan Pekerja tambang dan Pertambangan zinc, Inhalasi, ingesti
pengilangan emas, perak melalui tangan atau
kulit yang
terkontaminasi
Industri minyak dan Industri minyak Eksplorasi/ produksi, Inhalasi, ingesti
gas pengilangan gas melalui tangan atau
kulit yang
terkontaminasi

2.3 Sifat Fisik dan Kimia


Merkuri (Hg; Cas #7439-97-6) merupakan satu-satunya logam berat yang berbentuk cair
di suhu ruangan. Wujud alaminya berupa merkuri sulfida dan memiliki titik didih yang rendah,
Meskipun memiliki bentuk anorganik dan organik, efek toksik merkuri berasa dari kation
divalennya (Hg2+). Ion divalen memiliki afinitas tinggi terhadap gugus sulfhidril dan mampu
dengan cepat bereaksi dan berpindah antar gugus yang mengandung tiol. Ion merkuri Hg2+
berperan sebagai pengendap protein dan menghambat gugus sulfhidril yang mengandung enzim.
Terlepas dari bentuk merkuri yang terpapar pada seseorang, pada akhirnya toksisitas bergantung
pada akumulasi senyawa merkuri di jaringan sensitif.

5
Tabel Periodik Peletakan Merkuri
Hg memiliki titik beku 38,83 °C dan titik didih 356,73 °C, keduanya merupakan logam
stabil terendah, meskipun percobaan awal pada copernicium dan flerovium telah menunjukkan
bahwa mereka memiliki titik beku yang lebih rendah. Saat membeku, volume merkuri berkurang
3,59% dan densitasnya berubah dari 13,69 g/cm3 saat cair menjadi 14,184 g/cm3 saat padat.
Koefisien pemuaian volume adalah 181,59 × 10−6 pada 0 °C, 181,71 × 10−6 pada 20 °C dan
182,50 × 10−6 pada 100 °C (per °C). Merkuri padat dapat ditempa dan dapat dipotong dengan
pisau.
Merkuri dalam bentuk uap merkuri, hampir seluruhnya diserap oleh sistem pernapasan,
sedangkan unsur merkuri yang tertelan tidak mudah diserap dan relatif berbahaya. lebih sedikit.
Setelah diserap, unsur merkuri dapat melewati sawar darah – otak ke dalam sistem saraf. Sebagian
besar paparan unsur merkuri cenderung berasal dari pekerjaan.
2.3.1 Logam Merkuri
Logam merkuri adalah logam berat, berkilau, perak-putih yang berbentuk cair pada suhu
kamar. Merkuri logam adalah unsur atau bentuk murni dari merkuri. Logam merkuri adalah logam
cair yang digunakan dalam termometer dan beberapa sakelar listrik. Pada suhu kamar, sebagian

6
logam merkuri akan menguap dan membentuk uap merkuri. Uap merkuri tidak berwarna dan tidak
berbau.
2.3.2 Merkuri Inorganik
Mayoritas garam merkuri divalen (Hg21) mudah larut dalam air, seperti merkuri sublimat
(HgCl2), dan dengan demikian sangat beracun. Sebaliknya, kelarutan HgS (cinnabar) dalam air
sangat rendah, dan karenanya, HgS jauh lebih tidak beracun daripada HgCl2. Afinitas Hg21 yang
sangat tinggi untuk gugus sulfhidril asam amino seperti sistein dan metionin dalam enzim
menjelaskan toksisitasnya yang tinggi. Merkuri monovalen hanya ditemukan dalam garam dimerik
seperti Hg2Cl2 (kalomel), yang sedikit larut dalam air dan, sekali lagi, jauh lebih tidak beracun
dari HgCl2 (menyublim).
2.3.3 Gabungan Merkuri Organik
Senyawa merkuri “organik” atau organomerkuri terbentuk ketika merkuri bergabung
dengan karbon. Ada sejumlah besar senyawa merkuri organik; namun, sejauh ini senyawa merkuri
organik yang paling umum di lingkungan adalah monometil merkuri (dikenal sebagai metil
merkuri). Istilah '' metil merkuri '' digunakan di seluruh teks ini untuk mewakili senyawa
monometil merkuri. Dalam banyak kasus, identitas lengkap senyawa ini tidak diketahui kecuali
kation monometil merkuri, CH3Hg1, yang berasosiasi dengan anion sederhana, seperti klorida,
atau molekul bermuatan besar (misalnya protein). Di masa lalu, senyawa merkuri organik aril fenil
merkuri digunakan dalam beberapa produk komersial. Etil merkuri digunakan sebagai pengawet
dalam vaksin. Senyawa merkuri organik lain yang disebut dimetil merkuri juga digunakan dalam
jumlah kecil sebagai standar referensi untuk beberapa uji kimia. Dimetil merkuri sangat berbahaya
bagi manusia dan hewan lainnya.
Tabel 2.2 Sumber Merkuri Berdasarkan Bentuk Senyawa
Senyawa Sumber
Merkuri Elemental Barometer, baterai, tembaga, kalibrasi alat, produksi chlor alki, dental
amalgams, produk fingerprint, lampu fluoresen, detektor infrared,
industri perhiasan, manometer, lampu neon, produksi bubur kertas,
produksi emas dan perak, sel semikonduktor, termometer
Merkuri Inorganik Antisiphilis, produksi asetaldehid,pekerja lab kimia, kosmetik,
disinfektan, peledakan, pabrik tinta,industri parfum, photografi, tinta
tato, gel spermisida, produksi vinil chloride, pengawetan kayu

7
Merkuri Organik Antiseptik, bakterisida, pembalseman, fungisida, germisida, produk
insektisida, produk laundri, produk diaper, pabrik kertas, pengawetan
benih, pengawetan kayu
Thimerosal Vaksin DPT, HIB, hepatitis B ( thimerasol sebagai bahan tambahan
untuk cegah kontaminasi bakteri )

2.3.4 Asesmen Resiko Merkuri


2.3.4.1 ATSDR
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) telah menetapkan tingkat
risiko minimal atau minimal risk level (MRL) untuk paparan kronis dan akut merkuri.
1. Inhalasi: Penghirupan MRL durasi kronis 0,2 μg/m3 dihitung berdasarkan paparan inhalasi
industri durasi kronis (365 hari atau lebih) terhadap uap merkuri logam selama rata-rata
15,3 tahun.
2. Oral: MRL durasi akut merkuri sebesar 7 μg/kg/hari didasarkan pada tingkat efek samping
yang tidak diamati atau no-observed-adverse effect level (NOAEL) sebesar 0,93 mg
merkuri/kg untuk efek ginjal pada tikus yang terpapar merkuri klorida selama 2 minggu.
BMR durasi menengah 2 μg/kg/hari didasarkan pada NOAEL 0,23 mg merkuri/kg untuk
efek ginjal pada tikus MRL oral durasi kronis 0,3 μg / kg / hari didasarkan hasil
perkembangan saraf dalam studi oleh Davidson et al. (1998) pada paparan metil merkuri
dalam rahim ibu yang mengonsumsi ikan.

8
2.3.4.2 Kategori GHS

2.3.4.3 ACGIH
American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) telah
mencantumkan merkuri sebagai karsinogen A4: tidak dapat diklasifikasikan sebagai karsinogen
manusia (ACGIH, 1996), dengan notasi pernyerapan di kulit yang mengindikasikan potensi
kerusakan kulit.

2.4 Toksikokinetik
2.4.1 Absorpsi
Tingkat penyerapan merkuri bergantung pada bentuk merkuri dan rute masuknya ke
dalam tubuh. Logam merkuri yang dihirup dan uap merkuri berdifusi dengan cepat melalui paru-
paru dan melintasi membran alveolar, sedangkan senyawa merkuri anorganik sulit diserap paru-
paru. Perbedaan ini terjadi akibat clearance partikel merkuri anorganik yang lebih besar di saluran
napas atas. Uap merkuri yang dihirup adalah gas monoatomik yang dilepaskan dari merkuri logam
cair. Uap merkuri yang diserap juga dapat diubah menjadi kation divalen beracun, dan ketika
disimpan ke dalam jaringan dapat memberikan efek toksik yang sama seperti yang diamati pada
merkuri merkuri anorganik. Karena sifatnya sebagai uap, bentuk merkuri ini akan mudah berdifusi
melalui jaringan dan larut dalam lemak. Uap merkuri bersifat lipofilik, larut di aliran darah dan
mampu melalui sawar darah otak.

9
Merkuri organic dan inorganic secara garis besar memiliki absorpsi yang buruk di saluran
cerna akibat solubilitas yang rendah. Penyerapan logam dan uap merkuri di saluran pencernaan
buruk. Diperkirakan logam merkuri diubah menjadi bentuk divalen, yang kemudian mampu
mengikat gugus sulfhidril dan menghasilkan efek. Penyerapan merkuri anorganik di saluran
pencernaan bergantung pada kelarutan, disosiasi molekul, dan konsentrasi lumen usus.
Studi yang dilakukan di Finlandia pada tahun 1970-an membuktikan bahwa memiliki
waktu paruh merkuri dua hari dan t1/2 41 hari. Hanya 7% dosis merkuri yang diabsorpsi oleh
tubuh. Mekanisme absorpsi hingga saat ini tidak diketahui. Merkuri yang tidak mampu diabsorpsi
akan tetap berada di jaringan, sedangkan merkuri yang masuk ke aliran darah masuk ke hati dan
keluar Bersama garam empedu. Deposit merkuri yang bersirkulasi terjadi di ginjal, hati, limpa,
dinding usus, jantung, otot rangka dan paru-paru.
Paparan metil merkuri yang paling berbahaya terjadi pada janin sebelum lahir. Gangguan
psikomotor dan keterbelakangan mental parah disertai kerusakan struktur otak permanen terjadi
akibat paparan metil merkuri saat fase perkembangan otak. Ambang janin prenatal 10-20mg Hg/g
rambut ditemukan, hampir 1/5 lebih besar dari ambang batas orang dewasa.

2.4.2 Distribusi
Karena sifat lipofiliknya, logam merkuri didistribusikan ke seluruh tubuh dan dapat
melewati sawar darah-otak dan plasenta dengan sangat mudah. Ini didistribusikan di semua
jaringan dan mencapai tingkat puncak dalam waktu 24 jam, kecuali di otak di mana tingkat puncak
dicapai dalam 2-3 hari.13 Konsentrasi merkuri dalam sel darah merah pada manusia dua kali lipat
dari yang diukur dalam plasma.24 Ginjal adalah organ utama pengendapan merkuri setelah
paparan inhalasi tikus terhadap uap merkuri logam.25,26 Dalam paparan kerja kronis jangka
panjang terhadap uap merkuri oleh penambang merkuri, organ yang menumpuk dan
mempertahankan konsentrasi tertinggi adalah tiroid dan otak, dan ini dikaitkan dengan rasio molar
merkuri : selenium 1 : 1,27 Berbeda dengan merkuri metalik, merkuri anorganik hampir tidak
melintasi penghalang pusat. Dalam plasma, ion merkuri berikatan dengan albumin dan globulin.
Setelah pemberian garam merkuri, kadar ion merkuri dalam plasma mirip dengan ion merkuri
dalam sel darah merah. Pengikatan juga terjadi di jaringan, dengan otak menahan merkuri paling
lama.20 Setelah paparan oral merkuri klorida, penelitian pada hewan menunjukkan tingkat
tertinggi di ginjal.28,29 Penyerapan garam merkuri oleh ginjal terjadi dari membran luminal di

10
tubulus proksimal ginjal di bentuk sistein S-konjugat (Cys-S-Hg-S-Cys), atau dari membran
basolateral melalui pengangkut anion organik.
2.4.3 Metabolisme
Ketika uap logam merkuri dihirup melalui paru-paru dan dengan cepat memasuki aliran
darah, uap terlarut dapat mengalami oksidasi cepat menjadi bentuk divalen anorganiknya oleh
hidrogen peroksida katalase.39 Karena etanol adalah substrat kompetitif untuk katalase hidrogen
peroksida, oksidasi logam merkuri dapat dihambat oleh etanol.40 Oksidasi logam merkuri dapat
terjadi di otak, hati, paru-paru dan mungkin jaringan lain sampai tingkat tertentu. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kation merkuri anorganik divalen dapat direduksi oleh jaringan
mamalia menjadi logam merkuri setelah oksidasinya. Setelah penyerapan, metil merkuri dapat
diubah menjadi merkuri anorganik di jaringan, terutama kation divalen. Setelah paparan metil
merkuri, beberapa penelitian telah melaporkan kadar merkuri anorganik yang tinggi dalam
jaringan dan feses. Flora usus juga dapat mengubah metil merkuri menjadi merkuri anorganik.
2.4.4 Eliminasi dan Ekskresi
Jalur ekskresi utama merkuri logam dan anorganik pada manusia adalah urin dan feses,
dengan waktu paruh sekitar 1-2 bulan.41 Dalam sebuah penelitian terhadap mantan pekerja klor-
alkali dengan paparan jangka panjang terhadap merkuri logam, eliminasi merkuri dalam urin
dicirikan dengan baik dengan model satu kompartemen, dengan perkiraan waktu paruh 55 hari.
Kecenderungan waktu paruh yang lebih lama dengan durasi paparan yang lebih pendek
dibandingkan dengan paparan jangka panjang juga diamati. Oleh karena itu ekskresi merkuri
tergantung pada durasi paparan. Selanjutnya, setelah paparan merkuri akut pada manusia, ekskresi
urin menyumbang 13% dari total beban tubuh, sedangkan setelah paparan jangka panjang ekskresi
urin meningkat menjadi 58%. Penghapusan logam merkuri juga terjadi melalui udara kedaluwarsa.
Setelah manusia terpapar uap merkuri kurang dari satu jam, ekskresi melalui udara kedaluwarsa
mencapai 7%. Waktu paruh untuk jalur eliminasi ini diperkirakan 14-25 jam. Pada sekelompok
pekerja klor-alkali dengan paparan logam merkuri jangka panjang, model dua kompartemen
digunakan untuk memperkirakan waktu paruh dalam darah lengkap. dan plasma. Dalam whole
blood waktu paruh masing-masing adalah 3,8 dan 45 hari untuk fase cepat dan lambat, sedangkan
untuk plasma waktu paruh masing-masing adalah 2 dan 36 hari untuk fase cepat dan lambat.
Setelah paparan akut merkuri klorida tingkat tinggi, waktu paruh eliminasi dalam urin diperkirakan
25,9 hari. Waktu paruh keseluruhan merkuri anorganik dari tubuh diperkirakan 60 hari dan

11
dieliminasi pada tingkat yang sama seperti dari ginjal, di mana sebagian besar beban tubuh
terlokalisasi.

Penyerapan, distribusi, metabolisme, dan media untuk pemantauan biologis dalam kasus paparan
merkuri unsur dan anorganik.
GI, gastrointestinal; SSP, sistem saraf pusat.
Jalur ekskresi utama metil merkuri adalah jalur feses, dengan kurang dari sepertiga total
ekskresi merkuri terjadi melalui urin. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan empat orang
Jepang, ekstraksi metil merkuri ke dalam feses dikonfirmasi, tetapi mereka menemukan
konsentrasi metil merkuri yang serupa dalam urin dibandingkan dengan konsentrasi dalam feses.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa metil merkuri disekresikan dalam empedu dan dapat
diserap kembali di usus. Jarak waktu paruh lebih lama dengan metil merkuri dibandingkan dengan
senyawa anorganik. Waktu paruh dalam darah diperkirakan 50 hari. Penghapusan senyawa metil

12
merkuri umumnya mengikuti kinetika orde pertama karena ekskresi berbanding lurus dengan
beban tubuh dan tidak bergantung pada rute pemberian. Durasi pemaparan dapat mempengaruhi
ekstraksi proses merkuri. Model dua kompartemen dibuat untuk dosis oral tunggal pada monyet,
sementara mengikuti dosis berulang selama 2 tahun, model satu kompartemen dianggap lebih
cocok untuk data. Oleh karena itu, rata-rata kadar merkuri darah dalam keadaan tunak setelah
durasi kronis paparan tidak boleh diperkirakan berdasarkan data paparan jangka pendek.

2.5 Toksikodinamik
Efek paparan merkuri dalam tubuh dipengaruhin jumlah konsentrasi, durasi dan
frekuensi. Target organ merkuri adalah ginjal dan otak. Gejala umum iritasi mata, kulit; batuk,
nyeri dada, dispnea (kesulitan bernapas), bronkitis, pneumonitis; tremor, insomnia, lekas marah,
keragu-raguan, sakit kepala, kelesuan (kelemahan, kelelahan); stomatitis, air liur; gangguan
gastrointestinal, anoreksia, penurunan berat badan; proteinuria.
2.5.1 Efek Akut
Minamata adalah kontaminasi merkuri terburuk sepanjang sejarah. Pada tahun 1956,
kelainan saraf ditemukan pada lebih dari 30 penduduk Minamata. Ikan-ikan mati dalam jumlah
besar, sangat besar hingga tersapu ke tepi pantai akibat merkuri yang digunakan sebagai katalis di
perusahaan Chisso, Inc., Jepang, dibuang ke sungai Minamata.
Efek pajanan singkat atau akut biasanya disebabkan oleh pajanan merkuri dengan
konsentrasi yang tinggi.
1. Paru: sesak, nyeri dada pleuritik, pneumonitis. Inhalasi : Batuk, sakit tenggorokan, sesak
napas, demam, muntah, diare, sakit perut, sakit kepala, rasa lemah
2. Saluran pencernaan: hematoskezia, nyeri abdomen akut, muntah, rasa metalik, stomatitis,
iritasi gingiva.
3. Reproduksi: dismenorrhea, abortus.
4. Kulit: Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi kering dan
kemerahan. Reaksi kulit ruam yang berhubungan dengan kontak kulit dengan cairan atau
uap unsur merkuri jarang terjadi.

13
2.5.2 Efek Kronik
Beberapa tahun setelah kejadian Minamata, jejak merkuri masih dapat ditemukan di tanah
dan menyebabkan herbivora seperti sapi dan kelinci mati atau sekarat. Paparan merkuri kronik
mayoritas terdeposit dalam ginjal dan sel saraf.
1. Saraf: ataksia, gangguan psikiatri, parestesi kronik dan gangguan sensoris, keterlambatan
perkembangan yang berat, BBLR dan gangguan kognitif persisten.
2. Ginjal: nekrosis tubular ginjal
Resiko keselamatan: R26-61-48/23-50/53: Merkuri sangat beracun jika terhirup. Dapat
membahayakan bayi yang belum lahir. Berbahaya: bahaya kerusakan serius pada kesehatan jika
terdedah lama melalui penghirupan. Sangat beracun bagi organisme akuatik dan dapat
menyebabkan efek buruk jangka panjang pada lingkungan akuatik. S45-53-60-61 : Dalam kasus
kecelakaan atau jika merasa tidak enak badan, segera dapatkan bantuan medis. Hindari
pemaparan—dapatkan petunjuk khusus sebelum digunakan. Bahan ini dan wadahnya harus
dibuang sebagai limbah berbahaya. Hindari pembuangan ke lingkungan.

2.6 Human Biomonitoring


Paparan merkuri dilakukan dengan mengukur merkuri dalam jaringan manusia (rambut,
darah, urin). Pengukuran ini juga dikenal sebagai biomarker paparan. Pemilihan media tergantung
pada senyawa merkuri, pola paparan (misalnya kronis, akut) dan waktu pengambilan sampel
setelah paparan. Keberadaan merkuri dalam darah menunjukkan paparan merkuri baru-baru ini
atau saat ini dan tidak memberikan informasi tentang riwayat paparan dan variasi musiman (atau
puncak lainnya). Pada populasi umum, metil merkuri dari ikan dan uap merkuri dari tambalan
amalgam gigi mempengaruhi konsentrasi merkuri yang diukur dalam darah, tetapi hal ini tidak
berlaku untuk orang yang terpajan di tempat kerja – dalam hal ini uap merkuri adalah kontributor
utama konsentrasi merkuri dalam darah. Paparan unsur merkuri diwakili dengan baik oleh adanya
merkuri dalam urin. Mengingat bahwa merkuri anorganik secara perlahan dikeluarkan dari ginjal
melalui urin, merkuri urin tidak hanya mencerminkan paparan unsur merkuri baru-baru ini, tetapi
juga juga eksposur yang terjadi pada beberapa waktu di masa lalu.
Di lingkungan kerja tertentu pekerja terpapar merkuri dengan menghirup uap logam
merkuri. Paparan di lingkungan kerja dipantau dengan mengukur merkuri anorganik dalam urin
atau darah. Urin telah digunakan sebagai matriks pilihan karena logam merkuri sebagian besar

14
diekskresikan melalui urin dan juga karena pengumpulan urin bersifat non-invasif. Konsentrasi
merkuri urin maksimum yang ditetapkan oleh WHO (1991) adalah 50 mg/g kreatinin. Kadar
merkuri urin jarang melebihi 5 mg/g kreatinin pada orang yang tidak terpajan merkuri di tempat
kerja.

Langkah Penentuan Senyawa Merkuri Organik.


AED, atomic emission detector; CV AAS, cold vapour atomic absorption spectrometry; CV
AFS, cold vapour atomic fluorescence spectrometry; GC-ECD, gas chromatography–electron
capture detector; HPLC, high performance liquid chromatography; ICP-MS, inductively coupled
mass spectrometry.

2.7 Nilai Ambang Batas


Batas pemaparan di tempat kerja: OSHA PEL 0.1mg/m3 (8 jam hari kerja). NIOSH REL
0,05 mg/m3 (TWA 10 jam). ACGIH TLV 0.01mg/m3 (bentuk alkil merkuri). STEL 0,03mg/ m3
(merkuri anorganik). TWA 0,0025 mg/m3 (anorganik air raksa). TWA 0,1 mg/m3 (bentuk aril
merkuri).

15
BAB III
PERTOLONGAN PADA INTOKSIKASI MERKURI

3.1 Respon Pertolongan Pertama


1. Kontak mata: Segera basuh mata dengan air mengalir selama minimal 15 menit, sesekali
angkat kelopak mata bawah dan atas. Segera rujuk ke fasilitas medis terdekat.
2. Kontak kulit: Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Basuh kulit dengan air
mengalir selama minimal 15 menit. Segera rujuk ke fasilitas medis terdekat. Cuci pakaian
yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu secara menyeluruh
sebelum digunakan kembali.
3. Tertelan: JANGAN memuntahkan merkuri yang tertelah. Jangan pernah memasukkan
apapun, baik makanan padat maupun cairan melalui mulut kepada orang yang tidak sadar
untuk menghindari resiko aspirasi. Segera rujuk ke fasilitas medis terdekat.
4. Terhirup: Segera jauhkan korban. Pindahkan korban ke tempat terbuka dan terpapar udara
segar. Dapatkan bantuan medis segera dan bila sulit bernapas, berikan terapi oksigen.

3.2 Penatalaksanaan Lain


Pada setting Pre Hospital, lakukan tindakan penanganan Airway dan Breathing. Pastikan
tidak ada zat yang tersisa di mulut dan hidung. Keluarkan zat sisa bila ada. Berikan terapi oksigen
adekuat dan cairan salin intravena. Pada setting Emergensi dapat dipertimbangkan:
• Gastric lavage direkomendasi bila tertelan merkuri inorganik, terutama bila komponen
tampak pada radiologi abdomen.
• Irigasi usus
• Activated charcoal diindikasikan untuk dekontaminasi GIT
• Penggunaan chelating agent berupa:
o Dimercaprol ( BAL) – DOC untuk keracunan merkuri akut
o Penicillamine( cuprimine, Depen), tidak digunakan pada gagal ginjal
o Succimer (Chemet)-DMSA( 2,3 dimercaptosuccinic acid) pada keracunan merkuri
organik dan inorganik.
• Hemodialisis pada kasus toksisitas dengan fungsi ginjal yang buruk

16
• Neostigmin digunakan pada toksisitas metilmerkuri ( menyebabkan defisiensi asetilkolin)

3.3 Pengendalian di Tempat Kerja


3.3.1 Health Safety Program
Pengendalian efek toksik merkuri di tempat kerja dilakukan melalui mekanisme kontrol
terhadap Health and Safety Program meliputi 4 komponen:

Komitmen Manajemen Identifikasi Potensi Bahaya


• Pencegahan sakit dan cedera • Penyimpanan data dan analisis
• Staf OHS yang kompeten kecelakaan dan kejadian near misses
• Budget adekuat • Investigasi kecelakaan kerja

Peningkatan Kemampuan Pekerja Implementasi Kontrol

3.3.2 Framework Kontrol Pajanan


1. Mengumpulkan informasi seputar pekerjaan yang berkaitan dengan pajanan merkuri.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan diantaranya:
✓ Membuat list semua lokasi kerja yang mungkin terpapar merkuri
✓ Membuat list semua pekerja tiap shift yang bekerja dekat atau dengan bahan merkuri.
✓ Memastikan bahan yang digunakan perusahaan memiliki Safety Data Sheet (SDS)
2. Melakukan mekanisme pengontrolan melalui:
✓ Isolasi area yang menggunakan bahan merkuri dengan cara:
o Menutup pintu
o Membatasi area kerja bagi pekerja tertentu
o Pekerja bekerja dalam waktu tertentu
o Kontrol pergerakan udara di area kerja dengan sistem ventilasi
✓ Kontrol teknologi/ design tempat kerja:
o Glove box
o Local exhaust ventilation

17
o Jaga temperatur di bawah 20oC
o Pembelian bahan merkuri dalam kotak yang terpisah pisah dan tertutup
o Penyimpanan dan transfer dalam tempat tertutup
o Lantai berwarna hitam untuk memudahkan visualisasi merkuri
o Menjaga merkuri tidak bocor dan tetap tertutup dalam tempatnya.
✓ Standar prosedur kerja
✓ Housekeeping equipment and procedures:
o Pembersihan lantai secara teratur
o Larangan makan dan minum di area kerja
o Pembersihan tumpahan dengan vakum khusus merkuri
o Sistem laundry terintegrasi agar baju pekerja tidak dibawa kerumah
✓ Personal Protective Equipment;
o Proteksi mata dan wajah
o Mengganti baju dan sarung tangan secara teratur
o Menggunakan APD system pernafasan yang sesuai
✓ Fasilitas loker dan ruang ganti:
o Penyediaan baju dan sepatu khusus hanya untuk bekerja.
o Penyediaan tempat penyimpanan baju, sepatu dan barang pribadi selama
bekerja
✓ Fasilitas tempat mandi dan mencuci tangan
✓ Fasilitas tempat makan:
o Memastikan tangan pekerja bersih sebelum memasuki ruang makan
o Ruang makan terpisah dari area kerja
o Vakum ruang makan secara teratur dengan vakum merkuri
✓ Medical surveillance
✓ Biological monitoring
✓ Hazard communication:
o Labelisasi tempat penyimpanan
o Pemasangan tanda peringatan

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Merkuri adalah unsur kimia dengan simbol Hg dan nomor atom 80, umumnya dikenal
sebagai quicksilver dan sebelumnya bernama hydrargyrum. Merkuri (Hg; Cas #7439-97-6)
merupakan satu-satunya logam berat yang berbentuk cair di suhu ruangan. Pabrik laboratorium
dan medis, industry pertambangan, kelistrikan, minyak dan gas, bahkan dokter gigi kerap
menggunakan merkuri baik untuk proses amalgamasi, pengilangan, atau sebagai bagian dari alat
medis seperti pacemaker dan sphygmomanometer.
Meskipun memiliki bentuk anorganik dan organik, efek toksik merkuri berasa dari kation
divalennya (Hg2+). Ion divalen memiliki afinitas tinggi terhadap gugus sulfhidril dan mampu
dengan cepat bereaksi dan berpindah antar gugus yang mengandung tiol. Merkuri dalam bentuk
uap merkuri, hampir seluruhnya diserap oleh sistem pernapasan, sedangkan unsur merkuri yang
tertelan tidak mudah diserap dan relatif berbahaya. lebih sedikit. Setelah diserap, unsur merkuri
dapat melewati sawar darah – otak ke dalam sistem saraf. Toksisitas bergantung pada akumulasi
senyawa merkuri di jaringan sensitive seperti ginjal, otak, hati, limpa dan jantung. Sebagian besar
paparan unsur merkuri cenderung berasal dari pekerjaan.
Merkuri di lingkungan terbagi menjadi tiga bentuk. Pertama, merkuri elemental atau
logam merkuri yang merupakan unsur murni merkuri. Wujudnya perak-putih, berkilau yang
berbentuk cair pada suhu kamar. Merkuri elemental kerap digunakan dalam termometer dan
beberapa sakelar listrik. Kedua, merkuri inorganik dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+
(Mercurous). Mayoritas garam merkuri inorganik divalen (Hg21) mudah larut dalam air, seperti
merkuri sublimat (HgCl2) yang sangat beracun, kaustik, dan digunakan sebagai desinfektan.
Adapun jenis lain merkuri inorganic adalah merkuri klorida (HgCl) yang digunakan untuk teething
powder dan laksansia (calomel) serta merkuri fulminat yang bersifat mudah terbakar. Terakhir,
organomerkuri atau merkuri organic, misalnya metil-merkuri dan etil-merkuri yang larut air dan
kerap menjadi kontaminan lingkungan. Metil atau etil-merkuri yang terdapat di lingkungan –
biasanya larut di air – dapat masuk dan terdeposit di jaringan tubuh ikan, sehingga konsumsinya
dapat membahayakan manusia.

19
BAB V
KESIMPULAN

Merkuri adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair di suhu ruangan. Merkuri
berwujud perak-putih berkilau, dapat mengeluarkan uap tidak berbau, serta sangat mudah
dibentuk, bahkan dapat dipotong dengan pisau dapur. Merkuri merupakan logam stabil rendah
dengan titik beku 38,83 °C dan titik didih 356,73 °C. merkuri dapat bereaksi dengan senyawa
karbon, hydrogen, klorida, metil dan etil.
American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) telah
mencantumkan merkuri sebagai karsinogen A4: tidak dapat diklasifikasikan sebagai karsinogen
manusia (ACGIH, 1996), dengan notasi pernyerapan di kulit yang mengindikasikan potensi
kerusakan kulit.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) telah menetapkan tingkat
risiko minimal atau minimal risk level (MRL) untuk paparan kronis dan akut merkuri.
1. Inhalasi: Penghirupan MRL durasi kronis 0,2 μg/m3 dihitung berdasarkan paparan inhalasi
industri durasi kronis (365 hari atau lebih) terhadap uap merkuri logam selama rata-rata
15,3 tahun.
2. Oral: MRL durasi akut merkuri sebesar 7 μg/kg/hari didasarkan pada tingkat efek samping
yang tidak diamati atau no-observed-adverse effect level (NOAEL) sebesar 0,93 mg
merkuri/kg untuk efek ginjal pada tikus yang terpapar merkuri klorida selama 2 minggu.
BMR durasi menengah 2 μg/kg/hari didasarkan pada NOAEL 0,23 mg merkuri/kg untuk
efek ginjal pada tikus MRL oral durasi kronis 0,3 μg / kg / hari didasarkan hasil
perkembangan saraf dalam studi oleh Davidson et al. (1998) pada paparan metil merkuri
dalam rahim ibu yang mengonsumsi ikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawidjaja, L. M., Lestari, F., Tejamaya, M. & Ramdhan, D. H. Konsep Dasar


Toksikologi Industri. Edisi 1. Depok: Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas
Indonesia, 2021.
2. NIOSH. The National Institute for Occupational Safety and Health. 3–5
https://www.cdc.gov/niosh/topics/mercury/ (2004).
3. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Mercury [Internet]. Accessed: December2022. Available
from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Mercury#section=Absorption-
Distribution-and-Excretion (2021).
4. Stephen FD. Mercury. In: Hamilton and Hardy’s Industrial Toxicology. Editor: Harbison
RD, Bourgeois MM, Johnson GT. Sixth Ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2015.
5. Horvat M, Tratnik JS, Miklavcic A. Mercury: Biomarkers of Exposure and Human
Biomonitoring. Chapter 3H. In: Biomarkers and Human Biomonitoring Volume 1:
Ongoing Programs and Exposures. Editor: Knudsen LE, Merlo DF. United Kingdom:
The Royal Society of Chemistry, 2012.
6. Department of Health and Human Services Center Disease of Control and Prevention.
NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards. 2007.
7. Agency of Toxin Subtances and Disease Registry CDC. Toxicological Profile for
Mercury. ATSDR’s Toxicological Profiles. 2002. doi:10.1201/9781420061888_ch109
8. Badan Standarisasi Nasional. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat
kerja. Nilai ambang batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja. 2005. 31 p. Available
from: http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/SNI 19-0232-2005.pdf
9. Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Permenaker no. 5 tahun 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai