: INAYAH NOVIANDARI
NPM
: 260110130160
TUGAS PENDAHULUAN
PERCOBAAN I
CARA PENANGANAN DAN PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN
PERCOBAAN
Pertanyaan :
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut di
atas!
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di
laboratorium. Mengapa ?
3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan
yang berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus?
4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik lingkungan
fisiologis, anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah kontak mula antara
obat dan tubuh :
a. Jumlah suplai darah yang berbeda: Contoh dan Akibatnya
b. Struktur anatomi yang berbeda: Contoh dan Akibatnya
c. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda : Contoh dan Akibatnya
5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang menentukan rute
pemberian obat yang dipilih!
6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat (umpamanya
persyaratan sediaan farmasi yang diberikan dengan rute tertentu, dosis obat jika
dipilih rute pemberian tertentu dsb)!
Jawaban:
1. Keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan uji adalah sebagai
berikut :
-
Mencit:
Keuntungan
Kerugian
Tikus:
Keuntungan
Kerugian
infeksi
-
Kelinci:
Keuntungan
Kerugian
Marmot:
Keuntungan
Kerugian
:-
Keuntungan
:-
Kerugian
Katak:
2. Mencit mempunyai fisiologis yang sama dengan manusia dan hewan lainnya,
seperti mamalia. Selain itu, mencit juga mudah ditangani, memiliki siklus hidup
pendek, dan pola reproduksinya singkat. Hal ini yang menyebabkan mencit sering
digunakan untuk percobaan. (Katzung,1997)
3. Faktor-faktor yang diperlukan dalam memilih spesies hewan percobaan:
-
Status kesehatan
Umur penyapihan
4. -
Oral
Rute pemberian yang paling umum dipakai karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat
dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet
ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan
(solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
Sublingual
Obat sublingual diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah
diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif, Dari selaput di bawah
lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat.
Hanya untuk obat yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah lidah
tidak boleh ditelan.
Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat
di membran mukosa pipi sampai obat larut. Pasien harus diajarkan untuk
menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya
mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat
atau minum air bersama obat. Kelebihannya onset cepat, untuk pasien yang
kesulitan untuk menelan, mencegah first-pass effect .
Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam
jaringan tubuh, obat yang cara pemberiannya tanpa melalui mulut (tanpa
melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya
sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju
sasaran. Rute ini digunakan untuk pasien yang sedang tidak sadarkan diri,
untuk pasien yang sering muntah, biasanya obat bersifat mengiritasi lambung.
Dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati serta bekerja
secara cepat. Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:
Intravena (iv) :
Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke pembuluh
darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat
dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Untuk pasien
yang membutuhkan efek obat yang cepat.
Intramuscular (im) :
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan
mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat,
tidak lengkap dan tidak teratur. Dapat digunakan untuk pemberian obat
yang larut dalam minyak. Absorbsi obat cepat untuk obat yang larut air.
Subkutan (SC) :
Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya
bertahan lebih lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam
bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
Pemberian
obat
memperlambat
bersama
absorpsinya.
dengan
vasokonstriktor
Penyuntikkan
dibawah
juga
dapat
kulit.
Untuk
mencegah kerusakan obat pada saluran cerna. Absorbsi cepat untuk obat
yang larut dalam air.
Intrathecal:
Obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan
bila diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau
sumbu cerebrospinal seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi
SSP yang akut.
Implantasi :
Untuk obat yang dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek
sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron).
Rektal :
Obat yang dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek local. Bentuknya suppositoria dan clysma obat pompa.
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
supositoria. Untuk obat yang dirusak oleh lambung, digunakan untuk pasien
yang tidak bisa per-oral/sulit untuk menelan, untuk pasien yang tidak
sadarkan diri, untuk mecapai takaran yang cepat dan tepat.
Transdermal :
Bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk distribusi sistemik. Cara
pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara
Inhalasi:
Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara local, pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau
disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan
pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai
efek sistemik. Absorbs terjadi secara cepat dan homogeny, kadar obat dapat
terkontrol, dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Intranasal:
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk
menggantikan sistem penghantaran obat sistemik parenteral.
Pervagina:
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada
antifungi dan anti kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja
secara local. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut
dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan suppositoria
Topikal:
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit,
memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau
menyediakan air mandi yang dicampur obat. Obat diberikan secara topikal
dengan
menggunakan
cakram
atau
lempeng
transdermal.
Contoh:
Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama.
Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacammacam rute.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta : UGM Press.
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed IV. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Depok : Leskonfi.
Ridwan, Endi . 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. Tersedia online di
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/1237/1
210 (diakses pada 15 Maret 2015).
Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga Press.
Telah diperiksa
Asisten Tanggal :
Nilai :
Paraf Asisten :