Anda di halaman 1dari 7

RESUME JURNAL FARMAKOLOGI

PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL DAN TOPIKAL


Resume ini disusun untuk memenuhi tugas Farmakologi
Dosen Pengampu : Hanugrah Ardya, M.Farm,.Apt.

Disusun Oleh:
Nama : Sabrilina Diyah Aprilliani
NIM : P19041
Kelas : P19A

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020/2021
A. Pengertian
1. Obat
Obat merupakan sediaan/paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan
dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
2. Obat Oral
Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat secara oral baik dalam bentuk
tablet, sirup, kapsul atau puyer. Pemberian obat secara oral paling banyak digunakan
karena mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.
3. Obat Topikal
Pemberian obat secara topical adalah pemberian obat secara local dengan cara
mengoleskan atau meneteskan obat pada permukaan kulit tergantung dimana letak
penyakit itu terjadi.

B. Tujuan
1. Obat Oral
Tujuan penggunaan obat secara oral adalah untuk memperoleh efek sistemik dengan
obat masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh sete;ah di absorpsi
obat pada bermacam-macam permukaan sepanjang saluran pencernaan. Akan tetapi ada
obat yang ditelan dengan tujuan memperoleh efek local karena obat tidak larut atau
tidak di absorpsi dalam rule ini.
Misalnya : Obat cacing (antihelmintik) dan obat maagh antasida untuk menetralkan
kelebihan asam lambung.
2. Obat Topikal
Tujuan pengunaan obat topical adalah untuk mempertahankan hidrasi, untuk melindungi
permukaan kulit, untuk mengurangi iritasi kulit, untuk mengatasi infeksi.

C. Pemberian Obat
1. Obat Oral
Untuk membantu absorpsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat
mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (misalnya gram besi dan
salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam dilambung, tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul
tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum
antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat
dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian obat harus dilakukan dengan cara yang
paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat
di berikan minum dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup
pasien dapat diberi minum pencuci mulut atau kembang gula.
Rute penggunaan obat oral :
a. Rute dubur (rektal)
Banyak obat yang diberikan secara oral dapat juga diberikan secara rektal sebagai
supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat lilin yang larut atau
mencairkan setelah itu dimasukkan ke dalam rectum. Karena dinding rectum adalah
tipis dan kaya pasokan darah, obat ini mudah diserap. Supositoria diresepkan untuk
orang-orang yang tidak bisa menggunakan obat oral karena mereka mengalami
mual, tidak bisa menelan, atau memiliki pembatasan makan, seperti yang
diperlukan seblum dan setelah operasi bedah. Obat-obatan yang dapat diberikan
secara rektal termasuk asetaminofen atau paracetamol (untuk demam), diazepam
(untuk kejang), dan obat pencahar (konstipasi). Obat yang membuat perih dalam
bentuk supositoria mungkin harus diberikan melalui suntikan.
b. Rute injeksi (parenteral)
- Subkutan (di bawah kulit)
- Intramuscular (dalam otot)
- Intravena (dalam pembuluh darah)
- Intratekal (sekitar sumsum tulang belakang)
Suatu obat dapat dibuat atau diproduksi dengan cara yang memperpanjang
penyerapan obat dari tempat suntikan selama berjam-jam, hari, atau lebih lama.
Produk tersebut tidak perlu diberikan sesering produk obat dengan penyerapan yang
lebih cepat.
Untuk rute subkutan, jarum dimasukkan ke dalam jaringan lemak tepat dibawah
kulit. Setelah obat disuntikkan, kemudian bergerak ke pembuluh darah kecil
(kapiler) dan terbawa oleh aliran darah. Atau, obat mencapai aliran darah melalui
pembuluh limfatik. Obat protein yang berukuran besar seperti insulin, biasanya
mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik karena obat ini bergerak perlahan
dari jaringan ke kapiler. Rute subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena
obat tersebut akan hancur dalam saluran pencernaan jika mereka diambil secara
oral.
Obat-obatan tertentu (seperti progestin yang digunakan untuk pengendalian
kelahiran hormonal) dapat diberikan dengan memasukkan kapsul plastic dibawah
kulit (implantasi). Meskipun rute ini jarang digunakan, keunggulan utamanya
adalah untuk memberikan efek terapi jangka panjang (misalnya; etonogestrel yang
ditanamkan untuk kontrasepsi dapat bertahan hingga 3 tahun).
Rute intramuscular lebih disukai dibanding rute subkutan ketika diperlukan obat
dengan volume yang lebih besar. Karena otot-otot terletak dibawah kulit dan
jaringan lemak, digunakan jarum yang lebih panjang. Obat biasanya disuntikkan ke
dalam otot lengan atas, paha, atau pantat. Seberapa cepat obat ini diserap ke dalam
aliran darah tergantung, sebagian kecil suplai darah, semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk obat yang akan diserap.
Rute intravena, jarum dimasukkan langsung ke pembuluh darah. Suatu larutan yang
mengandung obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau dengan infus kontinu.
Untuk infus, larutan digerakkan oleh gravitasi (dari kantong plastic dilipat) atau
lebih umum dengan pompa infus melalui pipa ke dalam pumbuluh darah, biasanya
dilengan bawah. Pemberian intravena adalah cara terbaik untuk memberikan dosis
yang tepat dengan cepat dan dengan cara yang terkendali dengan baik ke seluruh
tubuh. Hal ini juga digunakan untuk larutan yang nyeri dan kerusakan jaringan jika
diberikan melalui suntikan subkutan atau intramuscular.
2. Obat Topikal
Pemberian obat topical pada kulit terbatas hanya pada obat-obatan tertentu karena tidak
banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh.
Kaberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada umur, pemilihan agent
topical yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit,
konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi
obat tropical pada kulit.
a. Pada kulit.
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat
yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan
melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi ( contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur),
kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan
kapas lidi steril.
b. Pada mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan
iritasi mata.
c. Pada telinga.
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat
antibiotic.

D. Bentuk Obat
1. Oral.
a. Pulvis (serbuk).
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian luar.
Macam-macam serbuk :
1) Serbuk terbagi.
Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tunggal.
Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum
diminum.
2) Serbuk tak terbagi.
Baik powder tersedia sebagai sirup orak antibiotic dan serbuk kering lainnya
yang tidak poten untuk multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau
disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
Serbuk tabor, ditaburkan pada kulit. Serbuk injeksi, dilarutkan atau
disuspensikan dalam aqua pro injeksi.
b. Granul.
Merupakan sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4µm
dengan atau tanpa vehikulum. Cara penggunaan sebelum diminum dilarutkan atau
disuspensikan dulu dalam air pelarut yang sesuai.

c. Tablet.
Merupakan sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari
suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet dapar berupa : tablet padat biasa,
tablet sublingual (dilarutkan dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara gigi dan
gusi), tablet bersalut gula (menutupi bau dan rasa tidak enak), tablet bersalut enteric
(untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru dipecah).
Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat pipih dengan kedua
permukaannya rata atau cembung, dalam perdagangannya disebut tablet.
Sedangkan silindris seperti kapsul, dalam perdagangannya disebut kaplet.
d. Kapsul.
Merupakan sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras
terbuat dari gelatin dengan atau tanpa bahan tambahan.
e. Sirup.
Merupakan sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
bahan penambahanbahan pewangi dan zat obat.

2. Topikal.
a. Lotion.
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient
di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak
dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alcohol. Biasanya lotion akan
cepat mongering jika mengandung alcohol yang tinggi.
b. Shake Lotion.
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan
larutan berbasis air. Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Cream/krim.
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk
melemahkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat
menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat
penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan,
komposisi, pH, dan toleransi antara merk generik.
d. Salep.
Salep adalah sebuah homogeny kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lender. Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai
dengan tingkat oklusi yang diinginkan. Salep digunakan pada kulit dan selaput
lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus, dan hidung. Salep
biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki
risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
e.Tetes.
Tetes biasanya dipakai pada mata dengan maksud efek local pada pengobatan
bagian permukaaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang
sering dipakai adalah air dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.
E. Mekanisme Kerja Obat
1. Oral.
a. Fase Farmasetik (disolusi).
Sekitar 80% obat diberikan melalui mulut, oleh karena itu farmasetik (disolusi)
adalah fase pertama dari kerja obat. Dalam saluran gastrointestinal, obat-obat perlu
dilarutkan agar dapat diabsorbsi. Obat dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus
didisintegrasi menjadi pertikel-pertikel kecil supaya dapat dilarutkan ke dalam
cairan dan proses ini dikenal sebagai disolusi.
b. Fase Faramakokinetik.
Farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai
tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh. Daya larut obat diberikan
per oral setelah dingesti sangat bergantung pada bentuk atau prepant obat tersebut.
Larutan atau suspense, yang tersedia dalam bentuk cair, lebih mudah diabsorpsi
untuk menunjukkan zat kimia pada sekresi lambung dan usus halus. Obat yang
asam melewati mukosa lambung dengan cepat. Obat yang bersifat basa tidak
terabsorpsi sebelum mencapai usus halus.
Obat oral lebih mudah diabsorpsi, jika diberikan diantara waktu makan. Saat
lambung terisi makanan, isi lambung secara perlahan diangkat ke duodenum,
sehingga absorpsi melambat. Beberapa makanan dan antasida membuat obat
berikatan membentuk kompleks yang tidak dapat melewati lapisan saluran cerna.
Contoh, susu menghambat absorpsi zat besi dan tetrasiklin. Beberapa obat hancur
akibat peningkatan keasaman isi lambung dan pencernaan pasien selama makan.
Dalam fase farmakokinetik dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1) Distribusi.
Distribusi adalah proses dimana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah (dinamika
sirkulasi), afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, berat dan
komposisi badan, dan efek pengikatan dengan protein.
2) Metabolisme atau Biotransformasi.
Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat
diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah menjadi metabolit
inaktif atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Tetapi, beberapa obat
ditransformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan respons
farmakologik, penyakit-penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis,
mempengaruhi metabolisme obat.
3) Ekskresi atau Eliminasi.
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas yang
tidak berkaitan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat
dilepaskan bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin.
c. Fase Farmakodinamik.
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan
mekanisme kerja obat.
2. Topikal.
Farmakokinetik sediaan topical secara umum menggambarkan perjalanan bahan aktif
dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke
lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting
dipahami untuk membantu memilih sediaan topical yang akan digunakan dalam terapi.
Secara umum perjalanan sediaan topical setelah diaplikasikan melewati tiga
kompertmen yaitu permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum
korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada
obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak
dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topical dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif
berkaitan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi
tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hypodermis. Sementara
itu, zat aktif pada sediaan topical akan diserap oleh vascular kulit pada dermis dan
hypodermis.

Anda mungkin juga menyukai