Anda di halaman 1dari 14

RESUME ETIKA KEPERAWATAN

UU HUKUM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN


Dosen Pengampu: Martini Listikawati M.Kep

Disusun Oleh :
Nama: Sabrilina Diyah Aprilliani
Nim : P19041
Kelas : P19A

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Pengertian Hukum
Hukum adalah himpunan peraturan yang pelaksanaannya dala masyarakat dapat
dipaksakan dengan sanksi yang tegas oleh instansi yang berwenang. Definisi ini untuk
membedakan kaedah hukum dengan kaedah sosial lainnya (kaedah agama, kaedah
kesopanan, dan kaedah kesusilaan).

B. Tujuan Hukum
Tujuan hukum pada umumnya meliputi:
1. Mencapai kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama
2. Hukum bukan semata-mata untuk keamanan dan ketertiban masyarakat, tetapi juga
sebagai sarana terciptanya kesejahteraan masyarakat
3. Kepentingan pribadi dan kepentingan anggota masyarakat, seimbang dan adil
Tujuan hukum kesehatan dan keperawatan yaitu meningkatkan kesadaran dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal berasaskan perikemanusiaan, manfaat, usaha bersama, adil dan merata,
perikehidupan dan asas kepercayaan. Tujuan hukum kesehatan dan keperawatan
meliputi:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan
2. Mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menerima penyelenggaraan
upaya kesehatan
4. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan upaya kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan
5. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dari tenaga kesehatan

C. Pentingnya Peraturan, Kebijakan, dan UU dalam Praktik Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa UU Praktik Keperawatan dibutuhkan, antara lain:
1. Alasan filosofi
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan.
2. Alasan yuridis
Dalam UUD 1945 pasal 5 disebutkan bahwa Presiden memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang dengan persetujuan DPR. UU No. 23 tahun 1992
pasal 32 secara eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan.
3. Alasan sosiologis
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin meningkat, hal ini
karena adanya paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan.

D. UU di Indonesia yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan


1. UU No. 36 tahun 2009
BAB I. Ketentuan Umum
BAB II. Asas Dan Tujuan
BAB III. Hak Dan Kewajiban
BAB IV. Tanggung Jawab Pemerintah
BAB V. Sumber Daya Di Bidang Kesehatan
BAB VI. Upaya Kesehatan
BAB VII. Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja, Lanjut Usia, dan Penyandang Cacat
BAB VIII. Gizi
BAB IX. Kesehatan Jiwa
BAB X. Penyakit Menular dan Tidak Menular
BAB XI. Kesehatan Lingkungan
BAB XII. Kesehatan Kerja
BAB XIII. Pengelolaan Kesehatan
BAB XIV.Informasi Kesehatan
BAB XV. Pembiayaan Kesehatan
BAB XVI. Peran Serta Masyarakat
BAB XVII. Badan Pertimbangan Masyarakat
BAB XVIII. Pembinaan dan Pengawasan
BAB XIX. Penyidikan
BAB XX. Ketentuan Pidana
BAB XXI. Ketentuan Peralihan
BAB XXII. Ketentuan Penutup
2. UU No. 38 tahun 2014
a. Jenis Perawat
b. Perizinan Penyelenggaraan Praktik Keperawatan
c. Praktik Mandiri Perawat
d. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan/Keperawatan dalam Suatu Wilayah
e. Pembinaan dan Pengawasan
3. Permenkes No. 26 tahun 2019
Permenkes ini merupakan peraturan pelaksana UU No. 38 tahun 2014 berisi
penjelasan dan pelaksanaan dari UU yang ada.
4. UU No. 8 tahun 1999
a. Pasal 1 ayat (1) UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum yang memberi perlindungan kepada konsumen”.
b. Pasal 19 ayat (2) UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
mengatur bahwa “ganti rugi yang sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau yang
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
c. Pasal 21 UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengatur bahwa “Rumah
Sakit privat sebagaimana diatur dalam 20 ayat (1) dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit dengan berbentuk perseroan terbatas atau persero”.

E. UNDANG-UNDANG TENAGA KESEHATAN


Dalam undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat,baik secara fisik,mental,spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Sumber daya dibidang kesehatan adalah segala bentuk dana,tenaga,perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang memanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah,pemerintahan daerah,dan/atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatanyang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
ASAS DAN TUJUAN
a. Asas
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasakan
perikemanusiaan,keseimbangan,manfaat perlindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban,keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
b. Tujuan
Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.

HAK DAN KEWAJIBAN


a. Hak
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunayi hak yang sama dengan memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman,bermutu dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.
Bagian Kedua
b. Kewajiban
Pasal 9
(1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi upaya
kesehatan perseorangan,
Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik,biologi, maupun sosial.
Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang
lain yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH


Pasal 14
(1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
(2) Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikhususkan pada
pelayanan publik.
Pasal 15
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan
baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pasal 16
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN


Bagian Kesatu
Tenaga Kesehatan
Pasal 21
(1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang.
Bagian Kedua
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 30
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh pihak Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta.

Teknologi dan Produk Teknologi


Pasal 42
(1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Menimbang l a, bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia

BAB I
KETENTUAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063); Dengan Persetujuan Bersama
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.

BAB II
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap:
a. pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan;
b. perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan; dan
c. pelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menj alankan praktik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Menimbang :
a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat
mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang
dan/atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligusmendapatkan kepastian atas barang
dan/atau jasayang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian
konsumen;

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Perlindungan konsumen berasaskanmanfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan:
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
Hak konsumen adalah:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; jaminan barang
dan/atau jasa;
c. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah:
a. hak untuk menerima pembayaranyang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur 1serta tidak
diskriminatif;

BAB IV
PERBUATAN YANG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang
a. tidak memenuhi atau tidaksesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 26 TAHUN2019
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG KEPERAWATAN
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3), Pasal 23, Pasal 28 ayat
(5), Pasal 34, Pasal 35 ayat (5), dan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan; Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5612);
3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 59);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG KEPERAWATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Perawat Vokasi adalah Perawat lulusan pendidikan vokasi Keperawatan paling rendah
program Diploma Tiga Keperawatan.
3. Perawat Profesi adalah Perawat lulusan pendidikan profesi Keperawatan yang
merupakan program profesi Keperawatan dan program spesialis Keperawatan.
4. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
5. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mengatur mengenai:
a. jenis Perawat;
b. perizinan;
c. penyelenggaraan Praktik Keperawatan;
d. praktik mandiri Perawat;
e. kebutuhan pelayanan kesehatan/Keperawatan dalam suatu wilayah; dan
f. pembinaan dan pengawasan.

BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 3
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat Vokasi; dan
b. Perawat Profesi.
BAB III
PERIZINAN
Bagian Kesatu
STRP
Pasal 4
(1) Perawat wajib memiliki STRP dalam melakukan Praktik Keperawatan.
(2) Untuk memperoleh STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat harus
memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
STRP yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
(1) Perawat Warga Negara Asing untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR Sementara Perawat.
(2) Untuk memperoleh STR Sementara Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perawat Warga Negara Asing harus memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat
profesi dan persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STR Sementara Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 1 (satu)
tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutny
Pasal 7
(1) Perawat untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat yang telah
memiliki STRP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(5) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STRP masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
Pasal 8
(1) Perawat hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPP.
Pasal 9
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STRP yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Perawat berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4x6 (empat kali enam) cm sebanyak
3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat atau pejabat
yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Dalam hal SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
Pasal 10
SIPP dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP;
b. masa berlaku STRP telah habis dan tidak diperpanjang;
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau Perawat yang
bersangkutan meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai