Disusun Oleh :
Nama: Sabrilina Diyah Aprilliani
Nim : P19041
Kelas : P19A
B. Tujuan Hukum
Tujuan hukum pada umumnya meliputi:
1. Mencapai kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama
2. Hukum bukan semata-mata untuk keamanan dan ketertiban masyarakat, tetapi juga
sebagai sarana terciptanya kesejahteraan masyarakat
3. Kepentingan pribadi dan kepentingan anggota masyarakat, seimbang dan adil
Tujuan hukum kesehatan dan keperawatan yaitu meningkatkan kesadaran dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal berasaskan perikemanusiaan, manfaat, usaha bersama, adil dan merata,
perikehidupan dan asas kepercayaan. Tujuan hukum kesehatan dan keperawatan
meliputi:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan
2. Mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menerima penyelenggaraan
upaya kesehatan
4. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan upaya kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan
5. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dari tenaga kesehatan
BAB I
KETENTUAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063); Dengan Persetujuan Bersama
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
BAB II
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap:
a. pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan;
b. perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan; dan
c. pelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menj alankan praktik.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah:
a. hak untuk menerima pembayaranyang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur 1serta tidak
diskriminatif;
BAB IV
PERBUATAN YANG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang
a. tidak memenuhi atau tidaksesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG KEPERAWATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Perawat Vokasi adalah Perawat lulusan pendidikan vokasi Keperawatan paling rendah
program Diploma Tiga Keperawatan.
3. Perawat Profesi adalah Perawat lulusan pendidikan profesi Keperawatan yang
merupakan program profesi Keperawatan dan program spesialis Keperawatan.
4. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
5. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mengatur mengenai:
a. jenis Perawat;
b. perizinan;
c. penyelenggaraan Praktik Keperawatan;
d. praktik mandiri Perawat;
e. kebutuhan pelayanan kesehatan/Keperawatan dalam suatu wilayah; dan
f. pembinaan dan pengawasan.
BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 3
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat Vokasi; dan
b. Perawat Profesi.
BAB III
PERIZINAN
Bagian Kesatu
STRP
Pasal 4
(1) Perawat wajib memiliki STRP dalam melakukan Praktik Keperawatan.
(2) Untuk memperoleh STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat harus
memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
STRP yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
(1) Perawat Warga Negara Asing untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR Sementara Perawat.
(2) Untuk memperoleh STR Sementara Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perawat Warga Negara Asing harus memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat
profesi dan persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STR Sementara Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 1 (satu)
tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutny
Pasal 7
(1) Perawat untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat yang telah
memiliki STRP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(5) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STRP masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
Pasal 8
(1) Perawat hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPP.
Pasal 9
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STRP yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Perawat berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4x6 (empat kali enam) cm sebanyak
3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat atau pejabat
yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Dalam hal SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
Pasal 10
SIPP dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP;
b. masa berlaku STRP telah habis dan tidak diperpanjang;
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau Perawat yang
bersangkutan meninggal dunia.