Anda di halaman 1dari 30

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya :
oral,parenteral,rektal,vaginal,kulit,mata,telinga,hidung dan lain-lain. Pemberian di
lakukan dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien,tepat nama
obat,tepat dosis obat,tepat cara pemberian,dan tepat waktu pemberian. (A.Aziz Alimul
Hidayat,2009)
BENTUK OBAT
1. Bentuk Oral
Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam pemberian obat oral,ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu adanya alergi terhadap obat yang akan
diberikan,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah atau diare yang dapat
mengganggu absorpsi obat,efek samping obat,interaksi obat dan kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan. Bentuk oral ini adalah tablet,kapsul dan
lozenges (obat isap).
a. Tablet
Bentuk,ukuran dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat
murni,atau diencerkan dengan subtansi inert agar mencapai berat sesuai,atau
mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet padat
biasa,tablet sublingual (di larutkan di bawah lidah),tablet bukal (dilarutkan antara pipi
dan gusi),tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak),tablet bersalut
enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru
pecah),atau tablet lepas berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
b. Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk,butiran bersalut dengan ketebalan berbeda
agar larut dengan kecepatan berbeda,yaitu kapsul keras,atau cairan dalam kapsul
lunak.
c. Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila
diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
Tujuan
1. Memberi obat yang memiliki efek lokal atau sistematik melalui saluran cerna.
2. Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
3. Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.
2. BENTUK TOPIKAL
Bentuk ini dipakai untuk permukaan luar dan berfungsi melindungi atau sebagai
vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk penting adalah salep dan krim. Salep di[akai
untuk lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi
basah.
3. BENTUK SUPOSITORIA
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu
badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau
agar diserap sistemik.
4. BENTUK PESARRI
Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancanag khusus untuk vagina.
5. BENTUK CAIRAN
Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitularutan,suspense dan
emulsi.

Pemberian Obat Pada bayi dan Anak-Anak


1. Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberi obat pada bayi dan anak-
anak,seperti mangkuk plastik sekali pakai,pipet tetes,sendok,spuit plastik tanpa
jarum,atau spuit tuberkulin.
2. Larutkan obat oral dengan sedikit air.
3. Gerus obat yang berbentuk padat dan campurkan dengan zat lain yang dapat
mengubah
rasa pahit,misalnya madu atau pemanis buatan.
4. Posisikan bayi setengah duduk ketika memberi obat dan berikan obat secara perlahan
5. Jika menggunakan spuit,letakan spuit disepanjang sisi lidah bayi.
6. Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua mengenai cara pemberian obat
yang terbaik bagi anak yang bersangkutan.
7. Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat,lakukan langkah berikut :
a. Letakkan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
b. Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
c. Amankan kepala anak dengan tangan kiri dan tubuh anda.
8. Berikan anak air minum setelah obat ditelan.
Lakukan hygiene oral setelah anak minum obat yang disertai pemanis. (A.Aziz Alimul
Hidayat,2009)

2.7.4 MACAMA – MACAM PEMBERIAN OBAT :


A. PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL
Pemberian obat sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah
hingga obat habis diabsorpsi ke dalam pembuluh darah. (Aswidiastoeti Hartana,2013)
Tujuan
1. Memberi obat yang mempunyai efek lokal atau sistemik.
2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan pemberian secara oral
3. Mencegah kerusakan obat oleh hati
B. PEMBERIAN OBAT BUKAL
Pemberian obat bukal dilakukan dengan meletakkannya diantara gusi dan membrane
mukosa pipi.
Tujuan
1. Memberi obat yang memiliki efek sistemik atau lokal.
2. Memberi obat yang memiliki aksi kerja lebih cepat dibandingkan obat oral.
3. Mencegah kerusakan obat oleh hati.
C. PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
Obat parenteral diberikan melalui pembuluh darah menggunakan spuit,yaitu dengan
memberikan obat dengan menginjeksi ke seluruh tubuh,bisa dengan cara
intracutan,subcutan,intra muscular dan intravena.
Tujuan
1. Menyediakan obat yang memberi reaksi lebih cepat disbanding pemberian obat melalui
rute lain.
2. Memicu reaksi setempat,misalnya tes alergi.
Membantu pemeriksaan diagnostic,misalnya menyuntikan zat kontras.(Aswidiastoeti
Hartana,2013)
D. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intracutan
Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes
reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan di gunakan . pemberian obat melalui
jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum,
dilakukan pada daerah lengan, tangan bagian ventral. (A.Aziz Alimul Hidayat,2009)
E. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan
Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan
atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luara, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan
subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan,yaitu jernih dan keruh. Larutan keruh
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular). Larutan yang keruh
termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorpsi obat.

F. Pemberian Obat Melalui Intravena (secara langsung)


Memberikan obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus/cephalika
(daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuannya agar eaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
G. Pemberian Obat Melalui Wadah Intravena (secara tidak langsung)
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena. Tujuannya
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
H. Pemberian Obat Melalui Selang Intravena
I. Pemberian Obat Melalui Intramuskular
Memberikan obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan
memasukkannya kedalam jaringan otot. Loasi penyuntikannya dapat dilakukan di
dorsog luteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis
(daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorpsi obat dapat lebih
cepat.
J. Pemberian Obat Melalui Rektum
Memberikan obat melalui rektum merupakan pemberian obat dengan memasukkan
obat melalui anus dan kemudian rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses, dan
merangsang buang air besar
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti obat dulcolac supositoria,
berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek
sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfugsi mendilatasi bronkhus. Pemberian
obat supositoria ini di berikan tepat pada dinding rektal yang melewati spichnter ani
interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
K. Pemberian Obat per Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau
serfiks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal. Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau
ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia, dan
masukkan aplikator ±7,5 cm, serta dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.
Pemberian Obat pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya di
kulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-
macam seperti krim, losion, aerosol, dan spray.
Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk
perisapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
L. Pemberian Obat pada Telinga
Memberikan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotic di berikan pada
gangguan infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
M. Pemberian Obat pada Hidung
Memberikan obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring. (A.Aziz Alimul Hidayat,2009)

PEMBERIAN OBAT
1.pngertian
Memberikan obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan melalui mulut(oral) dan dengan injeksi sesuai dengan program pengobatan dari
dokter..
2,jenis pemberian obat
a. oral
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokte
b. PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui injeksi atau infuse. Sediaan
parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu Intra
Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang
diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan
obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat
menyebabkan resiko infeksi.
Resiko infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan melakukan tekhnik aseptic dan
antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian obat parenteral, obat diinjeksikan melalui
kulit menembus system pertahanan kulit. Komplikasi yang seringv terjadi adalah bila pH osmolalitas dan
kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai dengan tempat penusukan sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat injeksi.
Pada umumnya pemberian obat secara parenteral di bagi menjadi 4, yaitu :
A. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
B. Pemberian Obat Via Jaringan Subkutan
C. Pemberian Obat Via Intra Vena : Intra Vena Langsung dan tak langsung
D. Pemberian Obat Via Intramuskular
A. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
1. Pengertian Intra Kutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya di
gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan.
2. Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat
yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar
4. Indikasi dan Kontra Indikasi
– Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah
dalam dan pungguang bagian atas.
– Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
5. Alat dan Bahan
Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
Obat dalam tempatnya
Spuit 1 cc/spuit insulin
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
Bengkok
Perlak dan alasnya.
6. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan keatasan
4. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan
encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat di
permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.
Daerah Penyuntikan :
o Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan
pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
o Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.

B. Pemberian Obat Via Jaringan SubKutan

1. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah
lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan
sekitar umbilicus (abdomen).
. 2. Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan
yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau
juga termasuk tipe lambat.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Tempat injeksi
- Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
- Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
- Kondisi atau penyakit klien
- Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
- Obat yang akan diberikan harus benar
– Dosisb yang akan diberikan harus benar
- Cara atau rute pemberian yang benar
- Waktu yang tepat dan benar
4. Indikasi dan kontra indikasi
– Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak
memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
– Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
5. Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat
Obat dalam tempatnya
Spuit insulin
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan pelarut
Bak injeksi
Bengkok perlak dan alasnya
6. Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan
pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6. Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari
permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam bengkok.
10. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.
11. Cuci tangan.
Daerah Penyuntikan :
o Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca
Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
o Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
o Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
C. Pemberian Obat Via Intra Vena :
a. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena langsung
1. Pengertian
Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana kubiti/vena cephalika
(lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala).
2. Tujuan
Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat bereaksi langsung dan masuk ke
dalam pembuluh darah.
3. Hal-hal yang diperhatikan
Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
Kondisi atau penyakit klien.
Obat yang baik dan benar.
Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
Dosis yang diberikan harus tepat.
Cara atau rute pe harus benar.mberian obat melalui injeksi
4. Indikasi dan kontra indikasi
– indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
– kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan
protein atau butiran darah.
5. Alat dan bahan
daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
Obat dalam tempatnya.
Spuit sesuai dengan jenis ukuran
Kapas alcohol dalam tempatnya.
Cairan pelarut (aquades).
Bak injeksi.
Bengkok.
Perlak dan alasnya.
Karen pembendung.
6. Prosedur kerja
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada daerah penyuntikan,
apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
4. Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat dalam bentuk sediaan
bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
6. Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan dilakukakn
pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
11. Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
hingga habis.
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan masase pada daerah
penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14. Cuci tangan.
b. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak Langsun.
1. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah
cairan intra vena.
2. Tujuan
Pemberian obat intra vena secara tidak langsung bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
– injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam botol infuse
yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
– Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
-Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
- Obat yang baik dan benar.
- Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
- Dosis yang diberikan harus tepat.
tidak langsung harus tepat dan benar.- Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
4. Indikasi dan kontra indikasi
– indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
– kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan
protein atau butiran darah.
5. Alat dan bahan
- Spuit dan jarum sesuai ukuran
- Obat dalam tempatnya.
- Wadah cairan (kantung/botol).
- Kapas alcohol dalam tempatnya..
6. Prosedur kerja
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya penyuntikan pada kantung
infuse ini dilakukan pada bagian atas kantung/botol infuse.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan kunci aliran infuse.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam kantong/botol infuse/cairan.
7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantung cairan dengan perlahan-
lahan dari satu ujung ke ujung yang lain.
8. Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat di dalamnya. Kemudian
gantungkan pada tiang infuse.
9. Periksa kecepatan infuse.
10. Cuci tangan.
11. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.
Daerah Penyuntikan :
o Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
o Pada Tungkai (v. Spahenous)
o Pada Leher (v. Jugularis)
o Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
D. Pemberian Obat Via Intra Muskular
1. Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan pada
daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
2. Tujuan
Agar obat di absorbs tubuh dengan cepat.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Tempat injeksi.
an.- Jenis spuit dan jarum yang digunak
- Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
- Kondisi atau penyakit klien.
- Obat yang tepat dan benar.
- Dosis yang diberikan harus tepat.
- Pasien yang tepat.
- Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
4. Indikasi dan kontra indikasi
– indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan
tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
– kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya.
5. Alat dan bahan
- Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
- Obat dalam tempatnya.
- Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak
panjangnya 1,25-2,5 cm.
-Kapas alcohol dalam tempatnya.
- Cairan pelarut.
- Bak injeksi.
- Bengkok.
6. Prosedur kerja
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak
injeksi.
4. Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan :
Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan
lutut sedikit fleksi.
Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut
dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
cara, anjurkan pasien untuk tengkurapPada daerah dorsogluteal dengan dengan lutut di putar kea rah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
cara, anjurkanPada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit, maka
tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah penyuntikan dengan kapas alcohol,
kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11. Cuci tangan
Daerah Penyuntikan :
o Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
o Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
o Lengan atas (deltpid)

PRINSIP 6 ( ENAM ) BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT

1.Benar Pasien
• Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2.Benar Obat
• Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru
kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan
nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
• Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus
ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
• Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan
dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada
juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4.Benar Cara/Rute
• Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik
obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
a. Oral
• Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
• Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti
diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal
• Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes
mata.
d. Rektal
• Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu
badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki
efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua
obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
• Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang
sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya
salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.
5.Benar Waktu
• Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
• Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan

hhhhee….smga bermanfaatt

2. Pemberian injeksi
Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung kepembuluh darah.
Keuntungan:
• Efek timbul lebih cepat dan teratur.
• Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau
muntah-muntah.
• Sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian:
• Dibutuhkan kondisi steril.
• Menimbulkan rasa nyeri.
• Tidak ekonomis.
• Membutuhkan tenaga medis.
3. Pemberian secara intracutan (IC)
a. Prinsipnya yaitu memasukan obat kedalam jaringan kulit.
b. Merupakan pemberian obat melalui jaringan intracutan ini dilakukan
dibawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan
tangan bagian ventral.
c. Intracutan biasanya digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh
terhadap obat yang akan disuntikan agar menghindari dari efek alergi obat
(dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu.
4. Injeksi intravena
Yaitu memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena,
waktu cepat sehingga obat langsung masuk kedalam sistem sirkulasi darah.
Dimana pada injeksi intravena ini, lokasi penyuntikannya adalah :
1) Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
2) Pada tungkai (vena saphenosus)
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) Pada kepala (vena frontalis atau pada vena temporalis) khusus pada anak
5. Injeksi subcutan (SC)
Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan
area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak bawah dermis.
Karena jaringan subcutan tidak dialiri darah ebanyak darah yang yang
mengaliri otot, absorpsi dijaringan subcutan sedikit kebih lambat dari pada
absorpsi pada injeksi intra muskular.
Pada injeksi subcutan ini injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada
sudut 45-90 derajat.
Tempat injeksi subcutan:
a. Bagian luar lengan atas
b. Abdomen dari batas bawah kosta sampai kristal iliaka
c. Bagian anterior paha
d. Scapula punggung atas
e. Gluteus dorsal
Jenis obat yang lazim diberika secara SC :
a. Vaksin
b. Narkotika
c. Heparin
d. Obat-obatan pre operasi
e. Insulin
Pemberian obat melalui subcutan ini umumnya dilakukan dalam program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
6. Intramuscular (IM)
Merupakan cara memasukan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian secara
intramucular ini absorpsinya lebih cepat dari pada pemberian subcutan
karena pembuluh darah lebih banyak terdapat diotot.
Injeksi IM disuntikan kearah bawah pada sudut 90 derajat.
Tempat injeksi intramuscular:
a. Otot vastus lateralis
Terletak dibagian lateral anterior paha pada orang dewasa.
b. Otot ventrogluteal
Meliputi gluteus medius dan minimus.
c. Otot dorsogluteus
Merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Berada dibagian
atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm dibawah krista iliaka.
d. Otot deltoid
7. Pemberian obat melalui rectal
Pemberian obat via anus/rektum/rectal, merupakan cara memberikan obat
dengan memasukan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses
dan merangsang buang air besar.
Contoh obat yang memiliki efek lokal yaitu obat dulcolac supositoria yang
berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Pasti kalian
mengetahuinya bukan?
8. Intra vagina
Pemberian obat per vagina, merupakan cara memberikan obat dengan
memasukan obat melalui vagina, yang bertujuan mendapatkan efek terapi
obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.
9. Obat luar (topikal melalui paru-paru atau inhalasi)
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata,
salep,tetes telinga.
a. Pemberian obat pada kulit, seperti krim,lotion,aerosol dan sprei.
b. Pemberian obat pada telinga, seperti tetes telinga atau salep.
c. Pemberian obat tetes hidung, cara memberikan obat pada hidung dengan
tetes hidung.
d. Pemberian obat pada mata, seperti tetes mata dan salep.
10. Inhalasi
Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada
selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan obat inhalasi
adalah dalam bentuk gas dan zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek
sistematik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam bentuk wadah yang diberi tekanan
dan mengandung zat pemancur (aerosol, contohnya : Alupent Metered
Aerosol).

1. Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan palin g banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet
ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution), Sirup,
Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
Kelebihan :
 relatif aman,
 praktis, ekonomis,
 meminimalkan ketidaknyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil.
Kekurangan :
 bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
 iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada
penderita koma),
 timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar,
tidak kooperatif; untuk obat iritatif
 rasa tidak enak penggunaannya terbatas,
 obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G,
insulin),
 obat absorpsi tidak teratur, awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
2. Sublingual
Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut,
mudah diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif, Dari selaput di bawah lidah
langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat. Hanya untuk obat
yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan.
Kelebihan :
 obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan,
 kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
(tidak lewat vena porta).
Kekurangan :
 absorbsi tidak adekuat,
 kepatuhan pasien kurang (compliance),
 mencegah pasien menelan.
3. Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di
membran mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis
obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan
untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat.
Kelebihan :
 onset cepat,
 mencegah “first-pass effect”
 tidak diperlukan kemampuan menelan
Kekurangan :
 absorbsi tidak adekuat,
 kepatuhan pasien kurang (compliance),
 mencegah pasien mnelan
4. Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh,
obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan)
tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya
adalah agar dapat langsung menuju sasara.
Kelebihan :
 bisa untuk pasien yang tidak sadar,
 sering muntah dan tidak kooperatif,
 tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,
 dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis
ekonomis.
Kekurangan :
 kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika
terjadi kesalahan,
 tidak disukai pasien,
 berbahaya (suntikan – infeksi).
Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:
a. Intravena (iv) : Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan
dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.

Kelebihan :
 cepat mencapai konsentrasi,
 dosis tepat,
 mudah menitrasi dosis
kekurangan :
 obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah
terjadi.
 Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
 Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
 konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
 memerlukan keahlian.
b. Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan :
 tidak diperlukan keahlian khusus,
 dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
 absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan :
 rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time),
 bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
c. Subkutan (SC) : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan
dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan
vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah kulit
Kelebihan :
 diperlukan latihan sederhana,
 absorbs cepat obat larut dalam air,
 mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan :
 dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit,
 tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
 bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
 Efeknya agak lambat
d. Intrathecal: obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal
seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.

5. Implantasi
Kelebihan :
 Bentuk oral pellet steril,
 obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya
obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)

kekurangan :
 Resorpsinya lambat,
 satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan
lamanya.
6. Rektal
obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek local.
Bentuknya suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua
obat disediakan supositoria.
Kelebihan :
 Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung,
 diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat,
 tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa per-oral,
 tidak dapat mencegah “first-pass-metabolism”,
 pilihan terbaik untuk anak2.
Kekurangan :
 absorbsi tidak adekuat,
 banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.
7. Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk
distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat
menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke
jantung.
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24
jam.

Kelebihan :
 Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan frekuensi dosis,
 Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obat-obatan yang tidak akan membutuhkan
dosis sering,
 meningkatkan bioavaibilitas,
 lebih seragam plasma level,
 mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar plasma sampai akhir
interval pemberian dosis,
 Obat terhindar dari first passed effect,
 terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal,
 Absorbsi obat relative konstan dan kontinyu.
Kekurangan :
 Memiliki koefisien partisi sedang (larut dalam lipid maupun air),
 memiliki titik lebut yang relative rendah,
 memiliki effective dose yang relative rendah,
 range obat terbatas (terutama terkait untuk molekulnya),
 dosis harus kecil,
 kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit, tidak semua bagian tubuh dapat
menjadi tempat aplikasi obat-obat transdermal. Misalnya telapak kaki,dll,
8. Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
local, pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui
hidung atau mulut atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut,
tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga
mempunyai efek sistemik.
Kelebihan :
 absorpsi terjadi cepat dan homogen,
 kadar obat dapat terkontrol,
 terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Kekurangan :
 Metode ini lebih sulit dilakukan,
 memerlukan alat dan metode khusus, s
 ukar mengatur dosis
 sering mengiritasi paru.
9. Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem
penghantaran obat sistemik parenteral.
Kelebihan :
 Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic
 Metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran cerna kecepatan dan
jumlah absorpsi
 Profil konsentrasi obat versus waktu relatif sebanding dengan pengobatan secara
intravena
Kekurangan :
 Secara kosmetik tidak menarik
 Absorbsi tidak adekuat
10. Pervaginam
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam
bentuk salep dan suppositoria
Kelebihan :
 Obat cepat bereaksi
 Efek yang ditimbulkan bersifat lokal
Kekurangan :
 Dapat membangkitkan rasa malu
 Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
 Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk
11. Topikal
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit, memasang
balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air mandi
yang dicampur obat. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram atau
lempeng transdermal. Contoh : nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen. Cakram
melindungi salep obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24
jam sampai tujuh hari.
Kelebihan :
 untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
 mencegah “first-pass effect”,
 untuk efek sistemik, menyerupai IV infuse (zero-order),
kekurangan :
 secara kosmetik kurang menarik,
 absorbsi tidak menentu.

TEKNIK PEMBERIAN OBAT


1. Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan bahan :


a. Daftar buku obat
b. bat dan tempatnya
c. Air minum ditempatnya

Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan
tepat pendokumentasian.
4) Bantu untuk meminumnya:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang
dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan
tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan
mencatat hasilpemberian obat
6) Cuci tangan
2. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan

Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi
jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Tempat injeksi
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
d. Kondisi atau penyakit klien
e. Pasien yang benar
f. Obat yang benar
g. Dosis yang benar
h. Cara atau rute pemberian obat yang benar
i. Waktu yang benar

Indikasi dan Kontra Indikasi


 Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah
lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
 Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

Alat dan bahan:


a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit 1 cc / spuit insulin
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
i. Jarum cadangan

Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3) Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan keataskan
4) Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
instrument atau injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11) Catat reaksi pemberian
12) Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.

Daerah Penyuntikan
 Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan
tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
 Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.

3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan


Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).

Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu
jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular )
dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat
atau juga termasuk tipe lambat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Tempat injeksi
b. Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
c. Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
d. Kondisi atau penyakit klien
e. Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
f. Obat yang akan diberikan harus benar
g. Dosisb yang akan diberikan harus benar
h. Cara atau rute pemberian yang benar
i. Waktu yang tepat dan benar

Indikasi dan kontra indikasi


 Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak
memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan
tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
 Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau
minyak.

Alat dan bahan :


a. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya

Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka pada
bak injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam
bengkok.
11) Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
12) Cuci tangan

Daerah Penyuntikan
 Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina
Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
 Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
 Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

4. Pemberian Obat Intravena Langsung


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika
( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis (
kepala ).

Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Hal-hal yang diperhatikan


 Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
 Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
 Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
 Kondisi atau penyakit klien.
 Obat yang baik dan benar
 Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
 Dosis yang diberikan harus tepat.
 harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :


1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1 cc / spuit insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Karet pembendung

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila
obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung
diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit yang berisi obat
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
obat hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan
dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14. Cuci tangan.

5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )


Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah
cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapetik dalam darah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam botol
infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d. Obat yang baik dan benar.
e. Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
f. Dosis yang diberikan harus tepat.
g. tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :


1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan ( kantong / botol )
4. Kapas alcohol dalam tempatnya

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-
lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

Daerah Penyuntikan
 Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
 Pada Tungkai (v. Spahenous)
 Pada Leher (v. Jugularis)
 Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak

6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang


Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7. Pemberian Obat per Intramuskuler


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada
daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi
tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Tempat injeksi.
b. Jenis spuit dan jarum yang digunak
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d. Kondisi atau penyakit klien.
e. Obat yang tepat dan benar.
f. Dosis yang diberikan harus tepat.
g. Pasien yang tepat.
h. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

Indikasi dan kontra indikasi


 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
 kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.

Alat dan bahan :


1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak
panjang : 1,25-2,5cm.
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok

Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada
bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6) Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang dengan
lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah
d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus
8) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan-lahan hingga habis

Anda mungkin juga menyukai