Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

“OBAT YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM  PELAYANAN KEBIDANAN”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan

Dosen Pembimbing : 

Vini Yuliani, SST, M.Keb

Disusun Oleh:

Zia Mulyana (P17124022040)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 12022/2023

1
A. Obat yang lazim digunakan dalam  pelayanan Kebidanan

Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bidan dalam


memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa
kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan
tugas dan wewenangnya. Bidan dan obat tidak dapat dipisahkan.

Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau
menyembuhkan penyakit. Obat dibuat dalam bentuk/sediaan yang berbeda-beda untuk
pemberian per oral (lewat mulut), parenteral (suntikan) maupun topikal. Berikut ini
merupakan preperat obat yang lazim digunakan.
Prinsip enam benar merupakan prosedur pada SPO (Standart Prosedur Operasional)
rumah sakit yang digunakan perawat sebagai acuan dalam pemberian obat. Prinsip enam
benar obat terdiri dari:
1. Benar pasien, dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan
setiap akan memberikan obat.
2. Benar obat, memastikan pasien setujudengan obat yang telah diresepkan berdasarkan
kategori perintah pemberian obat, yaitu perintah tetap (standing order); perintah satu kali
(single order); perintah PRN (jika perlu); dan perintah stat (segera).
3. Benar dosis, adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu.
4. Benar cara pemberian, disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang
telah diresepkan.
5. Benar waktu, adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan.
6. Benar dokumentasi, meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau
insial petugas.

2
1. Obat oral
Bentuk obat oral biasanya merupakan sediaan yang paling mudah diminum oleh
pasien dan pemberiannya paling tidak menyulitkan bidan, Tujuan pemberian obat
secara oral adalah untuk mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan,
mencegah dan mengobati penyakit, membuat klien merasa nyaman.
Pemberian obat secara oral mempunyai kelebihan, yaitu : tidak diperlukan latihan
khusus dan mudah digunakan, nyaman, aman, praktis, murah. Adapun kelemahan
dari pemberian obat secara oral, yaitu: aksinya lambat dan tidak dapat digunakan
pada keadaan gawat darurat, waktu absorsinya 30-45 menit, rasa dan baunya
mengganggu, serta tidak dapat diberikan pada pasien mual, muntah, semi koma,
pasien yang akan menjalani pengisapan lambung dan susah menela. Bentuk sediaan
obat oral antara lain:
a.Tablet
Tablet adalah obat serbuk yang dipadatkan atau dicetak dalam bentuk padat.
Tablet biasa untuk pemberian per oral dapat dihancurkan jika pasien mengalami
kesulitan menelan. Beberapa tablet memiliki tanda berupa garis pada bagian tengah
yang dapat mempermudah pada saat tablet dipatahkan menjadi setengah bagian.
Tablet tidak bertanda tidak disarankan untuk dipatahkan karena pembagian dosis
dapat tidak rata.

Gambar 1.1 Pracetamol (Sumber: K24Klik)

3
b. Tablet salut
Tablet salut merupakan tablet yang biasanya dilapisi (gula) sehingga rasa
obat yang pahit tidak terasa dan obat lebih mudah ditelan karena lapisannya lebih
licin. Jika perlu tablet jenis ini dapat dihancurkan.

Gambar 1.2 Caviplex Salut Gula (Sumber: Lifepack)

c. Kapsul
Kapsul adalah wadah gelatin yang digunakan untuk menyimpan obat
dalam bentuk padat atau cair. Kapsul berfungsi untuk memudahkan pasien
meminum obat dan menjaga kestabilan obat. Jika pasien kesulitan menelan, bidan
dapat membuka kapsul dan memberikannya bersama cairan pelarut.

Gambar 1.3 Codipront (Sumber: SehatQ)

d. Sirup
Sirup adalah larutan gula air yang dapat menyembunyikan rasa obat.
Beberapa sirup obat untuk anak-anak mendapat tambahan perasa, hal ini berujuan
agar anak-anak lebih mudah dalam meminum obat.

4
Gambar 1.4 Ambroxol (Sumber: K24Klik)

e. Bubuk
Bubuk adalah obat kering dan sangat halus yang harus dilarutkan sesuai
dengan petunjuk. Setelah dilarutkan dalam cairan pelarut disebut dengan
suspensi. Suspensi adalah partikel-partikel padat suatu obat yang terdispresi di
dalam air. Jika dibiarkan obat akan terpisah dengan larutan pelarut (mengendap)
sehingga obat harus dikocok sebelum diberikan.

Gambar 1.5 Cefadroxil (Sumber: Kimia Farma Suci)

2. Obat Rektal, Vagina, Uretral

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina)
atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran
solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu
tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana
disana ia akan diserap oleh aliran darah. (Pembahasan kali ini khusus untuk
suppositoria rektal).

5
a. Obat Rektal
Suppositoria rektal masuk ke tubuh melalui anus atau rektum. Obat ini
memiliki panjang 2,5 sentimeter dengan ujung yang membulat. Dokter biasanya
meresepkannya untuk mengatasi gangguan pencernaan dan kondisi medis seperti:
sembelit, ambeien (wasir), mual, mabuk perjalanan, gatal dan nyeri, kejang, reaksi
alergi, serta masalah kejiwaan seperti skizofrenia, gangguan kecemasan, dan
gangguan bipolar.

Gambar 1.6 Obat Rektum Dulcolax (Sumber: Dulcolax)

b. Obat Vagina

Suppositoria vagina merupakan obat padat berbentuk lonjong yang


dimasukkan melalui vagina. Obat ini umumnya dilengkapi dengan alat khusus yang
membantu dalam menggunakannya. Obat ini biasanya diberikan pada klien dengan
kondisi vagina kering, infeksi bakteri vagina, infeksi jamur infeksi bakteri vagina.

Gambar 1.7 Obat Vagina Albothyl (Sumber: ApotekQ)

6
Gambar 1.8 Obat Vagistin Metronidazole Nystain (Sumber: Halodoc)

c. Obat uretral
Pemberian obat melalui rectum merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti
obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan
contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi
bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati
sfingter ani interna.
Halodoc

Gambar 1.9 Microlax (Sumber: Halodoc)

7
3. Obat parental
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. mengggunakan spuit atau semprit dan
jarum suntik steril. Pemberian obat secara parenteral bertujuan untuk mempercepat
reaksi obat dalam tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.
Bentuk obat untuk pemberian secara parenteral (injeksi) antara lain larutan,
suspensi, dan serbuk. Sediaan obat injeksi dikemas dalam bentuk ampul, vial atau
kantung plastik fleksibel. Pemberian obat parenteral dapat melalui intramuscular
(IM), subcutan (SC), inravena (IV) dan piggyback intravena (IVPB)

Gambar 1.10 Teknik Menyuntik (Sumber: Quora)

a. Menyiapkan Obat dari Ampul


Ampul merupakam wadah gelas bening dengan bagian leher menyempit.
Wadah ini berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair.

b. Menyiapkan Obat Vial

8
Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi dosis dengan penutup karet di
atasnya. Cap logam melindungi penutup steril sampai vial siap digunakan. Vial
berisi medikasi dalam bentuk cair dan atau kering.

4. Obat tropical

Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang
lokal, seperti pada superficial epidermis. Pemberian obat tropical pada kulit bertujuan untuk
mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan
kulit, mengurai iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. Pemberian obat topikal
pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus
kulit yang utuh.

Gambar 3.11: Obat Krim Carmed (Sumber: Halodoc)

Gambar 3.12: Obat Salep Kalpanax (Sumber: Orami)

9
10

Anda mungkin juga menyukai