PENDAHULUAN
Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu perawatan
dan pengobatan. Disamping memberikan asuhan keperawatan, perawat dituntut juga
untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang pengobatan.
Keikutsertaan perawat dalam kegiatan kolaborasi pengobatan ini cukup bervariasi
selaras dengan kemajuan pembangunan dibidang kesehatan. Pemberian obat yang
aman dan dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat
Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam, ada yang
berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, suppositoria dan sublingual. Bentuk dan
sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda dan memberikan
efek yang berbeda-beda pula. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung
pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien.
Seorang perawat harus memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas tentang pemberian obat secara suppositoria dan sublingual.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pemberian obat secara suppositoria dan sublingual?
b. Apa saja jenis obat suppositoria dan sublingual?
c. Bagaimana efek pemberian obat cecara suppositoria dan sublingual?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUPPOSITORIA
2.1.1 Pengertian Suppositoria
3
Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk efek lokal seperti
pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi
juga bisa ditujukan untuk efek sistemik sebagai analgesik, anti muntah, anti
asma, dan sebagainya.
4
sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
Supositoria jenis ini biasanya
disebut suppositoria di pasaran.
5
2.1.4 Jenis Obat Suppositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria
yang berfungsi secara local untuk meringankan defekasi. Dan efek sistemik
seperti pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.
Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang
melewati sfinkter ani interna.
Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya dosis
perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak
dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Contoh obat suppositoria :
a. Kaltrofen supositoria i. Propis supositoria
b. Profeid supositoria j. Dumin supositoria
c. Ketoprofen supositoria
d. Dulcolax supositoria
e. Profiretrik supositoria
f. Stesolid supositoria
g. Boraginol supositoria
h. Tromos supositoria
7
sistemik, atau pemakian melalui rektum mempunyai beberapa kelebihan
dari pada pemakian secara oral, yaitu :
a. Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas
enzim dan lambung.
b. Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan
rangsangan.
c. Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka
muntah, dan lain sebagainya.
8
Obat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang
diabsorbsi setelah pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi
porta, sewaktu didalam perjalanan sirkulasi yang lazim. Dalam hal ini
obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.
c) pH
Tidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena
cairan rectum pada dasarnya pada pH 7 – 8 dan kemampuan
mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang digunakan lazimnya
secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rectum.
2.1.9.2 Faktor Fisika – Kimia
a) Kelarutan Lemak – Air
Suatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis.Suppositoria
berlemak dengan konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang
kurang untuk melepaskan diri dari kedalam cairan sekelilingnya.
Dibandingkan jika tidak ada bahan hidrofilik pada bahan/basis
berlemak dalam batas-batas untuk mendekati jenuhnya.
b) Ukuran Partikel
c) Sifat Pasis
Basis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya
pelepasan kandungan obatnya untuk diabsorbsi. Apa bila terjadi
interaksiantara basis dengan lelehan lepas, maka adsorbsi akan
terganggu atau malah dicegah.
9
2.2 SUBLINGUAL
Gambar 4. Sublingual
10
cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi
ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak
mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila
ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan
lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk
membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap.
Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat
vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak
diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris.
Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat
merasakan efeknya dalam waktu tiga menit.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Suppositoria adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan untuk
obat luar, dalam hal ini melalui rectal/ anal, vaginal atau uretral. yang ditujukan untuk
mencapai efek lokal maupun sistemik. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut
pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
3.2 SARAN
Sebagai perawat seharusnya kita mengerti bagaimana cara memberikan obat
terhadap pasien, agar tidak terjadi malpraktek, karena setiap pemberian obat pasti
akan menimbulkan efek masing-masing. Selain mengetahui cara pemberian obat,
seorang perawat juga harus mengetahui dosis yang diberikan agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://fakfarmasiuit.blogspot.co.id/2012/06/tugas-pendahuluan-suppositoria.html
http://kutammy.blogspot.co.id/2012/06/obat-suppositoria.html
13