Disusun Oleh:
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
dan bertujuan agar pembaca dapat mengetahui “Prinsip Perubahan Perilaku, Konsep
Motivasi, Perilaku Sosial dan Cultural awarness yang Mendasari dalam Promosi
Kesehatan”. Pada kesempatan ini juga, penulis menyampaikan ucapakan terima kasih
yang ditujukan kepada:
1. Tuhan YME yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Yunita Laila Astuti, SST, M.Sc. N-M selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Promosi Kesehatan di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta 1.
4. Sudiyati, SST, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Promosi
Kesehatan di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu
arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 14
LEMBAR PERSETUJUAN15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan sebagai motivator sangat berperan bagi kesehatan ibu hamil maupun
bayi yang dikandungnya. Hal ini mengacu pada Keputusan Menkes RI
No.900/Menkes/SK/VII/2002 mengenai registrasi dan praktik bidan. Bidan
memberikan promosi kesehatan terhadap ibu hamil dan keluarga untuk
memelihara kesehatan dan mempersiapkan pemberian ASI esklusif. Bidan
sebagai motivator dalam promosi kesehatan pada ibu hamil memberikan promosi
kesehatan sejak ibu hamil tersebut datang pertama kali ke bidan. (Astuti & Sari,
2020)
Oleh karena itu makalah ini berisikan Prinsip perubahan perilaku, konsep
motivasi, perilaku sosial dan juga cultural awareness yang mendasari dalam
Promosi Kesehatan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pelaksana peraturan mematuhi aturan yang dibuatnya Bila individu melihat
orang-orang itu melanggar, maka iapun jadi tidak bersikap positif pada
peraturan dan ikut melanggar. “Polisi tidak menggunakan helm, maka
sayapun tidak mematuhi pemakaian helm” Contoh lain terlihat pada individu
yang menggunakan TIK karena pimpinannya menggunakan email sebagai alat
komunikasi. Komponen Level Identifikasi:
a. Identifikasi didefinisikan dalam konteks perilaku, verbal ataupun non-
verbal. Pada level ini, subjek dipengaruhi perilaku dan perkataan individu
yang menjadi tokoh identifikasi.
b. Perilaku ini berhubungan erat dengan cara individu memandang dirinya
(self image) dalam hubungannya dengan agen perubahan.
c. Hubungan ini sangat penting bagi individu, terutama memberikan
perasaan identitas. Dengan meniru perilaku dan sikap tokoh identifikasi,
individu merasa dirinya semakin diterima oleh lingkungan. (Kurniati, et
al., 2020)
3. Perubahan perilaku karena menghayati manfaat (internalization)
Internalization adalah proses penerimaan sikap positif oleh individu
karena ia merasa objek sikap tersebut sesuai dengan tata-nilai hidupnya. Pada
kasus sikap menerima peraturan lalu lintas, individu beranggapan bahwa
peraturan lalu lintas diciptakan untuk menjamin keselamatan dirinya sendiri
dan orang lain. Dalam internalisasi, tokoh identifikasi bukan hal yang penting
melainkan nilai-nilai atau aturan-aturan tersebut memang sejalan dengan nilai-
nilai kehidupannya. Dalam konteks kelompok, ditambahkan oleh Kelman
bahwa nilai- nilai kelompok seakanakan diterapkan individu secara sangat pas
dan berhasil menyatu dengan kehidupannya.
Penerapan prinsip ini dalam sikap menerima teknologi komputer
diilustrasikan pada individu yang menunjukkan sikap positif terhadap
komputer karena memberikan keuntungan dalam berbagai hal yang
melancarkan tugas-tugasnya. (Kurniati, et al., 2020)
4
B. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU
Konsep yang digunakan dalam pemahaman terhadap perilaku sangat beragam.
Salah satu konsepnya yaitu bentuk-bentuk perubahan perilaku, berikut ini adalah
bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO yang dibagi menjadi 3:
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Contoh: perubahan perilaku yang disebabkan karena usia
seseorang, lingkungan sosial budaya serta ekonomi.
2. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek. Contoh: Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB) untuk mengurangi
angka pertambahan penduduk di Indonesia.
3. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
organisasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.
(Notoatmodjo, 2014)
C. KONSEP MOTIVASI
1. Pengertian
Pengertian motivasi banyak dikemukakan oleh ahli, berikut adalah
beberapa pendapat ahli mengenai pengertian motivasi. Menurut Stner dan
Freeman, motivasi adalah fitur psikologi manusia yang mendorong
keterlibatan termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, membimbing dan
mengarahkan perilaku manusia. Sedangkan menurut Soeroso, motivasi adalah
rangsangan keinginan dan penggerak dibalik kemauan bekerja yang
5
melakukan pekerjaan atau melatih tenaga, terutama dalam tingkah laku.
(Septiawan, 2014)
2. Jenis-jenis
a. Motivasi internal
Motivasi berasal dari dalam diri seseorang. Kebutuhan dan keinginan
dalam diri seseorang menimbulkan motivasi internal. Kekuatan ini
memengaruhi pikirannya, yang kemudian memandu perilaku orang
tersebut. Motivasi internal dibagi menjadi dua bagian:
1) Fisiologi, yaitu dorongan alamiah seperti rasa lapar dan haus, dll.
2) Psikologi, yang dapat dibagi menjadi tiga kategori dasar:
a) Cinta, dorongan untuk menciptakan kehangatan, keharmonisan,
kepuasan batin/emosional lain
b) Pembelaan diri, melindungi kepribadian seseorang, menghindari
bahaya fisik dan mental, menghindari kebingungan dan tawa dari
orang lain, kehilangan muka, menjaga gengsi dan mendapatkan
harga diri.
3) Penegasan diri, pengembangan pribadi, prestasi, mendapatkan
pengakuan dari orang lain, kepuasan diri karena mengendalikan orang
lain.
b. Motivasi eksternal
Motivasi eksternal tidak dapat dipisahkan dari motivasi internal. Motivasi
eksternal adalah motivasi yang muncul dari luar/lingkungan. Sebagai
contoh: Motivasi belajar eksternal, misalnya berupa hadiah, pujian.
Hukuman atau teguran dari guru, teman atau keluarga. (Septiawan, 2014)
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Herzberg, teori hierarki kebutuhan Maslow dibagi menjadi
dua faktor motivasi. Kedua faktor ini diberi nama sebagai berikut:
a. Faktor kepuasan (faktor motivasi)
6
Faktor ini disebut kebahagiaan atau motivasi intrinsik, yang artinya
berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini pula yang menjadi pendorong
tercapainya seseorang, yang berasal dari dalam diri orang tersebut (kondisi
alam), seperti:
1) Prestasi (Kinerja)
Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang
untuk bekerja, karena mendorong seseorang untuk mengembangkan
kreativitas dan mengarahkan semua keterampilan dan tenaga untuk
mencapai kinerja yang tinggi selama masih ada kesempatan.
2) Tanggung jawab
Merupakan kekuatan pendorong yang memotivasi untuk bekerja
dengan rajin untuk menciptakan produk dengan kualitas luar biasa
3) Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
Suatu teori yang disebut dengan teori statistic kerja keadaan mapan
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor yang
menentukan kestabilan kepuasan kerja. (Satria, 2016)
b. Faktor pemeliharaan (maintenance factor)
Faktor ini disebut ketidakpuasan atau motivasi ekstrinsik. Faktor ini
disebut juga dengan faktor higiene yang bersifat ekstrinsik, artinya berasal
dari luar. Misalnya tentang organisasi, tetapi juga menentukan perilaku
manusia dalam kehidupan kerja, Faktor untuk kebutuhan Karyawan
sebagai manusia, pemeliharaan Terkait dengan terwujudnya pemeliharaan
ketenteraman dan kesehatan. Dan faktor ini disebut juga ketidakpuasan
(sumber ketidakpuasan), yang tergolong faktor eksternal, yang meliputi:
1) Keamanan kerja adalah perlindungan organisasi terhadap jaminan
keselamatan kerja sendiri
2) Kondisi kerja adalah kondisi dimana karyawan mengharapkan kondisi
kerja yang menguntungkan untuk dapat bekerja dengan baik
7
3) Hubungan Antarpribadi Di antara Seorang teman Dengan rekan kerja,
atasan dan bawahan Bagian ini perlu dievaluasi dan dievaluasi dalam
organisasi untuk menciptakan kondisi kerja yang harmonis.
8
dalam memberikan makna secara progresif sebagai suatu pemahaman
terhadap budaya. (Bisri, 2016)
9
dan faktor apa saja yang menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini
akan memberikan pertimbangann tentang konsep-konsep yang dimiliki
oleh suatubudaya secara umum dan dapat memaknai arti dari culture
code yang ada. Pertimbangan budaya ini akan membantu kita untuk
memperkuat proses komunikasi dan interaksi yang akan terjadi.
3) Cultural knowledge.
Informasi dan pertimbangan yang telah dimiliki memangtidak mudah
untuk dapat diterapkan dalam pemahaman suatu budaya. Namun,
pentingnya pengetahuan budaya merupakan faktor penting bagi seseorang
untuk menghadapi situasi yang akan dihadapinya. Pengetahuan budaya
tersebut tidak hanya pengetahuan tentang budaya orang lain namun juga
penting untukmengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan
terhadap budaya dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus.
Tujuannya adalah untuk membuka pemahaman terhadap sejarah suatu
budaya. Ini termasuk pada isu-isu utama budaya seperti kelompok,
pemimpin, dinamika, keutaman budaya dan keterampilan bahasa agar
dapat memahami budaya tertertu.
4) Cultural Understanding.
Memiliki pengetahuan tentang budaya yang dianutnya dan juga
budaya orang lain melalui berbagai aktivitas dan pelatihan penting agar
dapat memahami dinamika yang terjadi dalam suatu budaya tertentu. Oleh
karena itu, penting untuk terus menggali pemahaman budaya melalui
pelatihan lanjutan. Adapun tujuannya adalah untuk lebih mengarah pada
kesadaran mendalam pada kekhususan budaya yang memberikan
pemahaman hingga pada proses berfikir, faktor-faktor yang memotivasi,
dan isu lain yang secara langsung mendukung proses pengambilan suatu
keputusan.
5) Cultural Competence.
10
Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya adalah kompetensi budaya.
Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil
suatu keputusan dan kecerdasan budaya. Kompetensi budaya merupakan
pemahaman terhadap kelenturan budaya (culture adhesive). Dan hal ini
penting karena dengan kecerdasan budaya yang memfokuskan
pemahaman pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu
situasi tertentu. Implikasi dari kompetensi budaya adalah pemahaman
secara intensif terhadap kelompok tertentu. (Bisri, 2016)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan perilaku manusia merupakan suatu proses perubahan yang
dialami oleh manusia berdasarkan apa yang telah dipelajari dan dilalui. Teori
Kelman menyatakan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu dimulai
dengan tahap , perubahan perilaku karena terpaksa (complience), perubahan
perilaku karena ingin meniru (identification), kemudian perubahan perilaku
karena menghayati manfaat (internalization). Bentuk-bentuk perubahan
perilaku menurut WHO yang dibagi menjadi 3 yaitu perubahan alamiah,
perubahan terencana, dan kesediaan untuk berubah.
Motivasi adalah fitur psikologi manusia yang mendorong keterlibatan
termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, membimbing dan mengarahkan
perilaku manusia. Jenis motivasi terdiri dari motivasi internal dan motivasi
eksternal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor
kepuasan dan faktor pemeliharaan. Cultural awareness adalah kemampuan
seseorang melihat dirinya sediri dan menyadari akan nilai-nilai kebudayaan
yang masuk. Tingkatan kesadaran budaya terdiri dari 5 tingkatan yaitu data
and information, culture consideration, cultural knowledge, dan cultural
competence.
B. Saran
12
Demikian makalah ini kami buat bertujuan untuk memperkaya
wawasan dan pengetahuan dalam Prinsip Perubahan Perilaku, Konsep
Motivasi, Perilaku Sosial dan Cultural awarness yang Mendasari dalam
Promosi Kesehatan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak
dan penulis. Mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan.
Dan kami sarankan agar pembaca dapat mencari referensi yang lebih
luas dari sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Dan untuk itulah jagalah kesehatan agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. R. & Sari, L. L., 2020. Peran Bidan Sebagai Motivator dalam Promosi
Kesehatan pada Ibu Hamil. Jurnal Asuhan Ibu&Anak, Volume 5(2), pp. 19-
24.
Kurniati, Y., Jafar, N. & Indriasari, R., 2020. Perilaku dan Pendidikan Gizi pada
Remaja Obesitas. Makassar: Guepedia The First On-Publisher in Indonesia.
Notoatmodjo, S., 2014. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Septiawan, D., 2014. Hubungan Remunerasi dan Prestasi Kerja dengan Motivasi
Kerja Perawat di RSUD Dompu, s.l.: Universitas Airlangga.
Tim Penulis, 2019. Modul Perkuliahan Promosi Gizi. Palangka Raya: s.n.
14
LEMBAR PERSETUJUAN
15