Nim : 1935104
Kelas : 1B
Tugas : Farmakologi
OBAT
Definisi Obat secara umum, obat adalah campuran ataupun tunggal yang
digunakan oleh sebagian mahluk manusia atau pun binatang bahkan tumbuhan
sekalipun untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mengobati, meringankan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit.
OINTMENT / SALEP : Satu/lebih dari satu obat dlm bentuk semi padat untuk
dipakai di kulit/selaput lendir.
PASTA : Obat dlm bentuk seperti salep tetapi lebih tebal & lengket.
PIL : Satu/lebih dari satu obat yg dicampur dg bahan kohesif dlm bentuk
lonjong,bulat,lempengan.
4. Injeksi intravena
Yaitu memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena, waktu cepat
sehingga obat langsung masuk kedalam sistem sirkulasi darah.
Dimana pada injeksi intravena ini, lokasi penyuntikannya adalah :
1) Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
2) Pada tungkai (vena saphenosus)
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) Pada kepala (vena frontalis atau pada vena temporalis) khusus pada anak
5. Injeksi subcutan (SC)
Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan area
bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak bawah dermis. Karena jaringan
subcutan tidak dialiri darah ebanyak darah yang yang mengaliri otot, absorpsi
dijaringan subcutan sedikit kebih lambat dari pada absorpsi pada injeksi intra
muskular.
Pada injeksi subcutan ini injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-
90 derajat.
Tempat injeksi subcutan:
a. Bagian luar lengan atas
b. Abdomen dari batas bawah kosta sampai kristal iliaka
c. Bagian anterior paha
d. Scapula punggung atas
e. Gluteus dorsal
Jenis obat yang lazim diberika secara SC :
a. Vaksin
b. Narkotika
c. Heparin
d. Obat-obatan pre operasi
e. Insulin
Pemberian obat melalui subcutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
6. Intramuscular (IM)
Merupakan cara memasukan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian secara
intramucular ini absorpsinya lebih cepat dari pada pemberian subcutan karena
pembuluh darah lebih banyak terdapat diotot.
Injeksi IM disuntikan kearah bawah pada sudut 90 derajat.
Tempat injeksi intramuscular:
a. Otot vastus lateralis
Terletak dibagian lateral anterior paha pada orang dewasa.
b. Otot ventrogluteal
Meliputi gluteus medius dan minimus.
c. Otot dorsogluteus
Merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Berada dibagian atas luar
kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm dibawah krista iliaka.
d. Otot deltoid
7. Pemberian obat melalui rectal
Pemberian obat via anus/rektum/rectal, merupakan cara memberikan obat dengan
memasukan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal
dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
9. Obat luar
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep,tetes
telinga.
a. Pemberian obat pada kulit, seperti krim,lotion,aerosol dan sprei.
b. Pemberian obat pada telinga, seperti tetes telinga atau salep.
c. Pemberian obat tetes hidung, cara memberikan obat pada hidung dengan tetes
hidung.
d. Pemberian obat pada mata, seperti tetes mata dan salep.
10. Inhalasi
Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada selaput
mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam
bentuk gas dan zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistematik. Bentuk
inhalasi ini bisa dalam bentuk wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat
pemancur (aerosol, contohnya : Alupent Metered Aerosol).
3. Pencatatan Dan Pelaporan Obat
Banyak obat yang diberikan secara oral dapat juga diberikan secara rektal
sebagai supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat lilin yang
larut atau mencairkan setelah itu dimasukkan kedalam rektum .Obat obatan
yang dapat diberikan rektal termasuk asetaminofen atau parasetamol (untuk
demam) , diazepam (untuk kejang) , dan obat pencahar (konstipasi) . Obat
yang membuat perih dalam bentuk supositoria mungkin harus diberikan
melalui suntikan.
Obat yang digunakan untuk mengobati radang telinga dan infeksi dapat
diberikan secara langsung ke telinga. Tetes telinga yang mengandung larutan
atau suspensi biasanya diberikan hanya pada liang telinga luar. Sebelum
meneteskan obat tetes telinga, orang harus benar-benar membersihkan
telinga dengan kain lembab dan kering. Kecuali obat yang digunakan untuk
waktu yang lama atau digunakan terlalu banyak, sedikit obat masuk ke aliran
darah, sehingga efek samping pada tubuh tidak ada atau minimal. Obat-
obatan yang dapat diberikan melalui rute otic termasuk hidrokortison (untuk
meredakan peradangan), siprofloksasin (untuk mengobati infeksi), dan
benzokain (untuk memati-rasakan telinga).
Rute nasal
Untuk pemberian obat melalui rute ini, obat harus diubah menjadi tetesan
kecil di udara (dikabutkan, aerosol) supaya bisa dihirup dan diserap melalui
membran mukosa tipis yang melapisi saluran hidung. Setelah diserap, obat
memasuki aliran darah. Obat yang diberikan dengan rute ini umumnya
bekerja dengan cepat. Beberapa dari obat mengiritasi saluran hidung. Obat-
obatan yang dapat diberikan melalui rute hidung termasuk nikotin (untuk
berhenti merokok), kalsitonin (osteoporosis), sumatriptan (untuk sakit kepala
migrain), dan kortikosteroid (untuk alergi).
Rute inhalasi
Rute nebulisasi
Efek samping bisa terjadi bila obat disimpan langsung di paru-paru (seperti
batuk, mengi, sesak napas, dan iritasi paru-paru), penyebaran obat ke
lingkungan (mungkin mempengaruhi orang lain), dan kontaminasi dari
perangkat yang digunakan untuk pengabutan (terutama bila perangkat
digunakan kembali dan tidak cukup dibersihkan). Menggunakan perangkat
benar membantu mencegah efek samping.
Rute kutanea
Obat diterapkan pada kulit biasanya digunakan untuk efek lokal dan dengan
demikian yang paling sering digunakan untuk mengobati gangguan kulit yang
dangkal, seperti psoriasis, eksim, infeksi kulit (virus, bakteri, dan jamur),
gatal-gatal, dan kulit kering. Obat ini dicampur dengan bahan tidak aktif
sebagai pembawa. Tergantung pada konsistensi bahan pembawa, formulasi
bisa berupa salep, krim, losion, larutan, bubuk, atau gel.
Rute transdermal
Rute Injeksi