Anda di halaman 1dari 12

Nama : Siti Hazar Hasanah

Nim : 1935104
Kelas : 1B
Tugas : Farmakologi

OBAT

Definisi Obat secara umum, obat adalah campuran ataupun tunggal yang
digunakan oleh sebagian mahluk manusia atau pun binatang bahkan tumbuhan
sekalipun untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mengobati, meringankan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit.

A. BERBAGAI JENIS BENTUK OBAT


 LARUTAN / CAIR : Satu/lebih obat dilarutkan dlm air.

 KAPSUL : Obat dlm bentuk cair,bubuk/minyak dg dibungkus gelatin.

 KRIM : Suatu obat semi padat untuk dipakai dikulit.

 OINTMENT / SALEP : Satu/lebih dari satu obat dlm bentuk semi padat untuk
dipakai di kulit/selaput lendir.
 PASTA : Obat dlm bentuk seperti salep tetapi lebih tebal & lengket.

 PIL : Satu/lebih dari satu obat yg dicampur dg bahan kohesif dlm bentuk
lonjong,bulat,lempengan.

 BUBUK : Obat yg ditumbuk halus.

 EKSTRAK : Suatu konsentrasi obat terbuat dari binatang/tumbuhan.


 GEL / JELLY : Obat semi padat yg jernih & tembus cahaya yg mencair sewaktu
dioleskan di kulit.

 LOTION : Cairan emoli yg jernih dipakai dikulit.

 SUPOSITORIA : Obat yg dibungkus dg gelatin & berbentuk khas agar dapat


dimasukkan dlm tubuh.

 SIRUP : Larutan obat yg manis ( untuk obat yg rasanya tidak enak ).


 TABLET : Obat bubuk yg dipadatkan dlm bentuk lonjong.

B. MACAM-MACAM CARA PEMBERIAN OBAT

Perawat menggunakan “lima” benar pemberian obat untuk menjamin pemberian


obat yang benar, yaitu :
1. Benar obat
2. Benar dosis
3. Benar pasien
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian

macam- macam cara pemberian obat, yaitu :


1. Pemberian obat oral
Merupakan cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Bentuk sediaan obat
oral diantaranya yaitu : tablet, kapsul, obat hisap, sirup dan tetesan.

2. Pemberian obat sublingual


Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara diletakkan di bawah
lidah, kemudian larut sehingga mudah diabsorbsi. Obat yang diberikan
secara sublingual tidak boleh ditelan, jika obat ditelan maka efek yang diinginkan
tidak akan tercapai.

3. Pemberian secara intracutan (IC)


a. Prinsipnya yaitu memasukan obat kedalam jaringan kulit.
b. Merupakan pemberian obat melalui jaringan intracutan ini dilakukan dibawah
dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
c. Intracutan biasanya digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat
yang akan disuntikan agar menghindari dari efek alergi obat (dengan skin test),
menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu.

4. Injeksi intravena
Yaitu memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena, waktu cepat
sehingga obat langsung masuk kedalam sistem sirkulasi darah.
Dimana pada injeksi intravena ini, lokasi penyuntikannya adalah :
1) Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
2) Pada tungkai (vena saphenosus)
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) Pada kepala (vena frontalis atau pada vena temporalis) khusus pada anak
5. Injeksi subcutan (SC)
Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan area
bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak bawah dermis. Karena jaringan
subcutan tidak dialiri darah ebanyak darah yang yang mengaliri otot, absorpsi
dijaringan subcutan sedikit kebih lambat dari pada absorpsi pada injeksi intra
muskular.
Pada injeksi subcutan ini injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-
90 derajat.
Tempat injeksi subcutan:
a. Bagian luar lengan atas
b. Abdomen dari batas bawah kosta sampai kristal iliaka
c. Bagian anterior paha
d. Scapula punggung atas
e. Gluteus dorsal
Jenis obat yang lazim diberika secara SC :
a. Vaksin
b. Narkotika
c. Heparin
d. Obat-obatan pre operasi
e. Insulin
Pemberian obat melalui subcutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

6. Intramuscular (IM)
Merupakan cara memasukan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian secara
intramucular ini absorpsinya lebih cepat dari pada pemberian subcutan karena
pembuluh darah lebih banyak terdapat diotot.
Injeksi IM disuntikan kearah bawah pada sudut 90 derajat.
Tempat injeksi intramuscular:
a. Otot vastus lateralis
Terletak dibagian lateral anterior paha pada orang dewasa.
b. Otot ventrogluteal
Meliputi gluteus medius dan minimus.
c. Otot dorsogluteus
Merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Berada dibagian atas luar
kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm dibawah krista iliaka.
d. Otot deltoid
7. Pemberian obat melalui rectal
Pemberian obat via anus/rektum/rectal, merupakan cara memberikan obat dengan
memasukan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal
dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.

9. Obat luar
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep,tetes
telinga.
a. Pemberian obat pada kulit, seperti krim,lotion,aerosol dan sprei.
b. Pemberian obat pada telinga, seperti tetes telinga atau salep.
c. Pemberian obat tetes hidung, cara memberikan obat pada hidung dengan tetes
hidung.
d. Pemberian obat pada mata, seperti tetes mata dan salep.

10. Inhalasi
Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada selaput
mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam
bentuk gas dan zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistematik. Bentuk
inhalasi ini bisa dalam bentuk wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat
pemancur (aerosol, contohnya : Alupent Metered Aerosol).
3. Pencatatan Dan Pelaporan Obat

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi , alat


kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur)
,penyimpanan (kartu stok) , penyerahan (nota ataau struck penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhn manajemen apotek , meliputi keuangan , barang,dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan presurkor .

 Rute Dubur (rektal)

Banyak obat yang diberikan secara oral dapat juga diberikan secara rektal
sebagai supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat lilin yang
larut atau mencairkan setelah itu dimasukkan kedalam rektum .Obat obatan
yang dapat diberikan rektal termasuk asetaminofen atau parasetamol (untuk
demam) , diazepam (untuk kejang) , dan obat pencahar (konstipasi) . Obat
yang membuat perih dalam bentuk supositoria mungkin harus diberikan
melalui suntikan.

 Rute Sublingual dan Rute Bukal

Beberapa obat ditempatkan dibawah lidah (secara sublingual) atau antara


gusi dan gigi (secara bukal) sehingga mereka dapat larut dan diserap
langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang teletak dibawah lidah. Rute
sublingual sangat baik untuk meredakan angina, karena penyerapan yang
cepat dan obat segera memasuki aliran darah tanpa terlebih dahulu melewati
dinding usus dan hati

 Rute okular (mata)

Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mata (seperti glaukoma,


konjungtivitis, dan luka) dapat dicampur dengan zat aktif untuk membuat
cairan, gel, atau salep sehingga mereka dapat diberikan pada mata. Tetes
mata cair relatif mudah digunakan, namun mudah keluar dari mata terlalu
cepat untuk diserap dengan baik. Formulasi gel dan salep menjaga obat
kontak dengan permukaan mata, tetapi mereka mungkin mengaburkan
penglihatan. Obat mata yang hampir selalu digunakan untuk efek lokal.
Misalnya, air mata buatan yang digunakan untuk meredakan mata kering.
Obat lain (misalnya, yang digunakan untuk mengobati glaukoma, seperti
asetazolamid dan betaksolol, dan yang digunakan untuk melebarkan pupil,
seperti fenilefrin dan tropikamid) menghasilkan efek lokal (beraksi langsung
pada mata) setelah obat diserap melalui kornea dan konjungtiva. Beberapa
obat ini maka memasuki aliran darah dan dapat menyebabkan efek samping
yang tidak diinginkan pada bagian tubuh lainnya.

 Rute telinga (otic)

Obat yang digunakan untuk mengobati radang telinga dan infeksi dapat
diberikan secara langsung ke telinga. Tetes telinga yang mengandung larutan
atau suspensi biasanya diberikan hanya pada liang telinga luar. Sebelum
meneteskan obat tetes telinga, orang harus benar-benar membersihkan
telinga dengan kain lembab dan kering. Kecuali obat yang digunakan untuk
waktu yang lama atau digunakan terlalu banyak, sedikit obat masuk ke aliran
darah, sehingga efek samping pada tubuh tidak ada atau minimal. Obat-
obatan yang dapat diberikan melalui rute otic termasuk hidrokortison (untuk
meredakan peradangan), siprofloksasin (untuk mengobati infeksi), dan
benzokain (untuk memati-rasakan telinga).

 Rute nasal

Untuk pemberian obat melalui rute ini, obat harus diubah menjadi tetesan
kecil di udara (dikabutkan, aerosol) supaya bisa dihirup dan diserap melalui
membran mukosa tipis yang melapisi saluran hidung. Setelah diserap, obat
memasuki aliran darah. Obat yang diberikan dengan rute ini umumnya
bekerja dengan cepat. Beberapa dari obat mengiritasi saluran hidung. Obat-
obatan yang dapat diberikan melalui rute hidung termasuk nikotin (untuk
berhenti merokok), kalsitonin (osteoporosis), sumatriptan (untuk sakit kepala
migrain), dan kortikosteroid (untuk alergi).
 Rute inhalasi

Obat diberikan dengan inhalasi melalui mulut harus dikabutkan menjadi


tetesan lebih kecil dibanding pada rute hidung, sehingga obat dapat melewati
tenggorokan (trakea) dan ke paru-paru. Seberapa dalam obat bisa ke paru-
paru tergantung pada ukuran tetesan. Tetesan kecil pergi lebih dalam, yang
meningkatkan jumlah obat yang diserap. Di dalam paru-paru, mereka diserap
ke dalam aliran darah.

 Rute nebulisasi

Serupa dengan rute inhalasi, obat yang diberikan dengan nebulisasi


(dikabutkan) harus diubah menjadi aerosol berupa partikel kecil untuk
mencapai paru-paru. Nebulisasi memerlukan penggunaan perangkat khusus,
paling sering sistem nebulizer ultrasonik atau jet. Menggunakan perangkat
benar membantu memaksimalkan jumlah obat dikirim ke paru-paru. Obat-
obat yang diberikan melalaui rute ini misalnya tobramisin (untuk cystic
fibrosis), pentamidin (pneumonia Pneumocystis jirovecii), dan albuterol atau
salbutamol (untuk serangan asma).

Efek samping bisa terjadi bila obat disimpan langsung di paru-paru (seperti
batuk, mengi, sesak napas, dan iritasi paru-paru), penyebaran obat ke
lingkungan (mungkin mempengaruhi orang lain), dan kontaminasi dari
perangkat yang digunakan untuk pengabutan (terutama bila perangkat
digunakan kembali dan tidak cukup dibersihkan). Menggunakan perangkat
benar membantu mencegah efek samping.

 Rute kutanea

Obat diterapkan pada kulit biasanya digunakan untuk efek lokal dan dengan
demikian yang paling sering digunakan untuk mengobati gangguan kulit yang
dangkal, seperti psoriasis, eksim, infeksi kulit (virus, bakteri, dan jamur),
gatal-gatal, dan kulit kering. Obat ini dicampur dengan bahan tidak aktif
sebagai pembawa. Tergantung pada konsistensi bahan pembawa, formulasi
bisa berupa salep, krim, losion, larutan, bubuk, atau gel.

 Rute transdermal

Beberapa obat dihantarkan ke seluruh tubuh melalui patch (bentuknya


semacam koyo) pada kulit. Obat ini kadang-kadang dicampur dengan bahan
kimia (seperti alkohol) yang meningkatkan penetrasi melalui kulit ke dalam
aliran darah tanpa injeksi apapun. Melalui patch, obat dapat dihantarkan
secara perlahan dan terus menerus selama berjam-jam atau hari atau
bahkan lebih lama. Akibatnya, kadar obat dalam darah dapat disimpan relatif
konstan. Patch sangat berguna untuk obat yang cepat dieliminasi dari tubuh
karena obat tersebut, jika diambil dalam bentuk lain, harus sering digunakan.
Namun, patch dapat mengiritasi kulit beberapa orang. Selain itu, patch
dibatasi oleh seberapa cepat obat dapat menembus kulit. Hanya obat yang
akan diberikan dalam dosis harian yang relatif kecil dapat diberikan melalui
patch. Contoh obat tersebut termasuk nitrogliserin (untuk nyeri dada),
skopolamin (untuk mabuk perjalanan), nikotin (untuk berhenti merokok),
klonidin (untuk tekanan darah tinggi), dan fentanil (untuk menghilangkan rasa
sakit).

 Rute Injeksi

Pemberian dengan suntikan (parenteral) meliputi rute berikut:

1. Subkutan (di bawah kulit)

2. Intramuskular (dalam otot)

3. Intravena (dalam pembuluh darah)

4. Intratekal (sekitar sumsum tulang belakang)


DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice :
Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa
Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
https://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/konsep-dasar-pemberian-obat.html

Anda mungkin juga menyukai