Pengertian Telinga
Obat tetes (guttae) adalah sediaan cair yang berupa larutan, suspensi atau emulsi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, dipakai dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan
penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia (Anonim, 1979). Sediaan obat tetes
dapat berupa antara lain: guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares
(tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae ophtalmicae (tetes mata) (Sanjoyo,
2010)
Telinga luar terdiri dari daun telinga (yang juga disebut pinna) dan EAC (External
auditory canal), dan ditutup oleh membran timpani (gendang telinga), yang merupakan
bagian dari telinga bagian tengah. Daun telinga ini terdiri dari lapisan tipis kulit yang
memiliki banyak pembuluh darah yang erat terikat untuk tulang rawan. Adiposa atau
jaringan subkutan, yang akan melindungi pembuluh darah, tidak ada kecuali dalam lobus
tersebut. Lobus ini memiliki pembuluh darah yang lebih sedikit dan terdiri terutama dari
jaringan lemak. Potongan tulang rawan berbentuk segitiga yang berada di depan dari
saluran telinga sampai dengan pipi disebut tragus (Anonim, 2004)
External auditory canal terdiri dari bagian kartilaginosa luar, yang mencakup
sepertiga sampai setengah dari panjangnya, ditambah dengan tubuh bagian dalam atau
bagian osseous. Pada anak-anak memiliki EAC yang lebih pendek, lurus dan datar,
daripada orang dewasa, yang cenderung untuk memperpanjang kanal dan membentuk
sebuah "S" bentuk. Pada saat yang sama, saluran eustasius orang dewasa (bagian dari
telinga bagian dalam) memanjang ke bawah sehingga memasuki rongga hidung. Bentuk
ini membantu untuk menaikkan drainase dan menghambat masuknya isi faring dan
hidung ke telinga tengah. Hal inilah yang menjelaskan mengapa anak-anak menderita
infeksi telinga tengah daripada melakukan orang dewasa (Anonim, 2004).
Kulit yang menutupi daun telinga ini, rentan terhadap pendarahan saat tergores
karena kurangnya fleksibilitas yang biasanya dihasilkan oleh lapisan lemak subkutan dan
pasokan darah besar ke area tersebut. Kulit jauh ke dalam EAC lebih tebal dan berisi
kelenjar apokrin dan eksokrin serta folikel rambut. Kulit di kanal tersebut berlanjut
dengan lapisan luar membran timpani (Anonim, 2004). Sekresi berminyak dari campuran
kelenjar eksokrin dengan cairan, lemak susu dari kelenjar apokrin membentuk cerumen,
yang muncul pada permukaan luar kulit pada setengah dari bagian luar EAC. Cerumen
meminyaki kanal, menahan debu dan benda asing, dan menyediakan penghalang yang
tahan air untuk masuknya patogen. Cerumen ini juga mengandung berbagai zat
antimikroba seperti lysozymes, dan memiliki pH asam,yang membantu menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur (Anonim, 2004).
Cerumen bermigrasi ke luar ketika gerakan rahang (seperti mengunyah dan
berbicara) terjadi. Ini berfungsi sebagai proses pembersihan diri. Cerumen mungkin
tampak kering dan berminyak.Membran timpani atau gendang telinga yang normal
adalah halus, transparan, dan berwarna abu-abu mutiara. Membran ini berbentuk cekung
dan oval dengan ketebalan rata-rata 0,0074 mm dan terdiri dari tiga lapisan (Anonim,
2004). Lapisan kulit yang berlanjut dari EAC membentuk lapisan luar membran timpani.
Lapisan tengah adalah jaringan ikat, dan lapisan internal merupakan selaput lendir
berlanjut dengan lapisan telinga bagian tengah. Membran timpani memancarkan
gelombang suara dan bertindak sebagai pelindung di telinga bagian tengah. Pertahanan
alami dari saluran telinga adalah lapisan kulit dengan lapisan pelindung atas cerumen, pH
asam, dan rambut yang garis luar setengah dari kanal. Bersama-sama, mereka melindungi
terhadap cedera dari bahan asing dan infeksi (Anonim, 2004).
B. Tetes Telinga
Pemberian informasi pada penggunaan tetes telinga sangatlah penting.
Penggunaan yang merupakan titik kritis pada sediaan tetes telinga terutama cara
penetesan dan cara penyimpanan. Cara penetesan penting pada sediaan tetes telinga
karena dalam meneteskan tetes telinga membutuhkan teknik khusus, jika obatnya keluar
atau tidak benar cara meneteskannya maka tetes telinga tidak akan memberikan efek
terapi (Anonim, 2010).
Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga
dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Cairan pembawanya biasanya bukan air,
kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes telinga biasanya memilki derajat keasaman sekitar
5,0-6,0 (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Cara penggunaan
tetes telinga adalah tidur dan miringkan kepala sehingga telinga yang diobati menghadap
ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi
penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang sedangkan bagi anak-anak
telinga ditarik ke bawah dan ke belakang Teteskan tetes telinga pada saluran telinga.
Diamkan selama 5 menit sehingga obat mengalir. Lap ujung penetes dengan tisu yang
bersih dan tutup wadah dengan rapat (Anonim, 2008)