Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasi berasal dari bahasa Yunani dari kata “PHARMACON” yang berarti obat
atau racun. Farmasi adalah ilmu terapan dibidang kesehatan yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik, menyediakan, menganalisis, mengembangkan dan
penggunaan obat – obatan. Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan
pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan
Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-
temurun dari keluarganya.
Tokoh yang berjasa atas terbentuknya ilmu farmasi :
a. Paracelsus (1541 – 1493 SM), berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu
pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah
diketahui zat aktifnya
b. Hippocrates (459 – 370 SM), yang dikenal dengan “Bapak Kedokteran” dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan
c. Claudius Galem (200 – 129 SM), menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori
kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
d. Ibnu Sina (980 – 1037), telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimbapanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat, seperti : Pil,
suppositoria, irup dan menggabungkan pengobatan dari berbagai Negara yaitu Yunani,
India, Persia dan Arab. Untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik
e. Johann Jabok Wepfer (1620 – 1695), berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi
dan toksikologi obat pada hewan percobaan. Orang yang pertama melakukan penelitian
farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan.
f. Institute Farmakologi pertama didirikan pada tahun 1847 oleh Rudolf Buchheim di
Universitas Dorpan. Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838 – 1921) bersama dengan
pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat, meliputi
reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisistas selektif.

Obat adalah sediaan atau paduan – paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (PerMenKes 917/Menkes/Per/X/1993)
Macam Bentuk Sediaan Obat :
a. Sediaan Padat
Ex : Pulvis, Tablet, Kapsul, Granul, Suppositoria
b. Sediaan Setengah Padat
Ex : Unguentum, Gel, Cream, Pastae
c. Sediaan Cair
Ex : Larutan, Suspensi, Emulsi, Guttae, Injeksi
d. Sediaan Gas/Khusus
Ex : Inhaler
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Guttae / Obat Tetes

Guttae / Obat tetes mata adalah sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi
yang dimaksudkan untuk penggunaan obat luar atau obat dalam yang penggunaan dilakukan
dengan cara di teteskan dengan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan
tetesan baku yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.
Persyaratan untuk pembuatan, penyimpanan dan penyerahan obat tetes harus
diperhatikan yang tertetra pada “Larutan”, “emulsi” atau “ Suspensi” atau sediaan lain yang
sesuai.
Sediaan tetes terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Guttae Nasales / Obat Tetes Hidung

Tetes hidung biasa juga disebut spray atau collunaria merupakan larutan berair atau
berminyak yang dimaksudkan untuk penggunaan topikal atau daerah nasofaring
digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung
zat pensuspensi, pengawet, pendapar, obat-obat vasokonstriksi dan antiseptik
(Farmakope Indonesia Edisi III).
Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapat
dan pengawet (Farmakope Indonesia Edisi IV.
Tetes hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, suspense, atau emulsi yang
digunakan untuk disemprotkan atau diteteskan ke dalam rongga hidung (Britsh
Pharmakope 2001)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan
Obat Nomor 1, memuat ketetapan mengenai obat – obat yang masuk ke dalam daftar
obat “W” dan pengertiang tentang obat bebas terbatas, dimana obat tetes hidung (OTH)
termasuk ke dalamnya.
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang masuk ke
dalam melalui hidung. Tanpa penyaring ini mungkin debu dapat mencapai paru – paru.
Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan
butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung.
 Fungsi Guttae Nasales / Obat Tetes Hidung (OTH)

Obat tetes hidung (OTH) memiliki beberapa fungsi tergantung kegunaannya,


antara lain :
 Mengembalikan kelembapan hidung karena udara kering
 Membersihkan saluran napas dari bakteri, virus atau alergen
 Mengencerkan lendir kental yang menyebabkan penyumbatan

 Syarat – syarat pembuatan Guttae Nasales :

 Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak


lemak
 Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan adalah air
 Steril
 Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut
getar epitel
 pH larutan sebaiknya di atur sekitar 5,5 – 6,5
 Usahakan agar larutan isotonik
 Usahakan menggunakan penambahan bahan yang menaikkan viskositas agar
mendekati sekret lendir hidung
 Hindari penggunakan larutan obat yang bereaksi alkali
 Pemberian guttae nasales pada bayi tidak boleh mengandung menthol
 Harus tetap stabil selama dalam pemakaian
 Harus mengandung antibakteri
 Zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal ataupun antiseptin

 Kandungan dalam obat tetes hidung (OTH)


 Zat aktif
Umumnya obat tetes hidung (OTH) mengandung zat aktif tergantung tujuan
dari penggunaan obat tetes hidung (OTH) tersebut. Misalnya mengandung :
 Antibiotic
Ex : Kloramfenikol, Neomisin Sulfat, Polimiksin B Sulfat)
 Sulfonamida\
 Vasokontriktor
 Vasokontriktor adalah obat – obatan yang mampu menyempitkan pembuluh
darah dan dapat mengontrol perfusi pada jaringan.
 Antiseptic / Germiside
Ex : Hidrogen Peroksida
 Anastesi Lokal
Ex : Lodokain HCl
 Cairan pembawa
Umumnya digunakan adalah air. Pada obat tetes hidung (OTH) penggunaan
minyak lemak dan/atau minyak mineral tidak boleh digunakan.
 Zat pendapar
Larutan pendapar adalah larutan yang membantu untuk mempertahankan nilai
pH untuk tidak mengalami perubahan, seperti : NaCl
 Zat pensuspensi
Obat tetes hidung (OTH) selain mengandung larutan biasanya mengandung
suspense. Disini zat pensuspensi digunakan untuk menstabilkan zat aktif yang
tersuspensi dalam sediaan obat tetes hidung (OTH), seperti : Tween (tidak
boleh lebih dari 0.1% b/v)
 Zat pengawet
Digunakan untuk mengawetkan sediaan obat tetes telinga dari mikroba atau
mikroorganisme lain sehingga tidak tercemar dan fungsinya tidak berubah
akibat pencemaran mikroba atau mikroorganisme lainnya. Seperti :
Benzalkonium 0.01 % b/v
 Viskosistas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran
yang diberkan oleh suatu cairan. Setiap zat cair memiliki viskositas
(kekentalan) yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan daya alir setiap zat
cair pun berbeda-beda. Bila suatu cairan dalam viscometer mengalir dengan
cepat, maka berarti viskositas dari cairan tersebut rendah (misalnya air) dan
bila suatu cairan mengalir dengan lambat, maka cairan tersebut viskositasnya
tinggi (misalnya madu). Seperti : Turunan Asam Polyacryl
 Cara penggunaan guttae nasals / Obat tetes hidung (OTH)
1) Cucilah tangan terlebih dahulu
2) Bersihkan lubang hidung anda dari lendir dengan cara hembuskan napas
dengan kuat dari salah satu hidung sehingga lendir keluar. Lakukan hal yang
sama dengan hidung lainnya
3) Kocok perlahan obat tetes hidung, lalu buka tutup botol
4) Lebih baik digunakan dengan posisi tertidur
5) Arahkan obat tetes hidung ke lubang hidung dan teteskan obat sesuai anjuran
kebutuhan obat yang akan di pakai (berapa tetes)
6) Tahan posisi anda untuk menghindarkan obat keluar dari lubang hidung
7) Usahakan setelah pemakaian obat tetes hidung untuk tidak bersin
8) Tutup botol obat tetes hidung kembali dan simpan pada tempat wadah yang
terutup dan tidak terkena cahaya langsung
9) Cucilah tangan kembali setelah selesai
b. Guttae Opthalmic / Obat Tetes Mata

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Guttae Opthalmik adalah larutan steril, bebas
partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga
sesuai digunakan pada mata .
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Guttae Opthalmik adalah sediaan steril yang
berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.

 Tujuan penggunaan Guttae Opthalmik / Obat tetes mata


 Midriatika & Siklopergik
Midriatika (pelebar pupil) memungkinkan pelebaran fundus dengan pelebaran
bola mata. Sedangkan siklopergik adalah midriatik yang lebih keras selasa
masa kerjanya. Ex : Atropin, Skopolamin, Homatropin
 Miotik
Miotik (penyempitan pupil) biasa digunakan untuk terapi glaucoma. Miotik
mengurangi tekanan intraokuler yang menyertai glaucoma. Ex : Pilokarpin,
Fisostigmin, Neostigmin
 Antibakteri
Untuk melawan infeksi bakteri pada mata. Baik digunakan secara sistemik
maupun setempat demi efektifitasnya. Ex : Gentamisin, Kloramfenikol, dll
 Anastesi lokal
Biasanya digunakan untuk mengurangi rasa sakit sebelum dan sesudah
oprasi/pembedahan, trauma dan sewaktu di adakan pemeriksaan mata. Ex:
Lidokain HCl
 Zat Antiradang
Untuk mengurangi inflamasi/radang kemerahan yang terjadi disekitar mata. Ex
: Prednisolon, Hidrokortison, dll
 Zat antiseptic lokal
Digunakan untuk mengurangi adanya mikroba pada mata.
 Astringen
Untuk pengobatan konjungtivitis menggunakan senyawa zink, khususnya zink
sulfat sebagai adstringen
 Pelindung topical
Pelindung topical dipakai sebagai air mata tiruan atau sebagai cairan lensa
kontak. Ex : Metilselulosa, Hidroksipropil metilselulosa

 Syarat guttae ophthalmic / Obat tetes mata


 Isotonis
Suatu larutan yang kemampuannya menyamakan konsentrasi cairan yang ada
di dalam dan diluar sel. Biasanya terjadi karena tekanan osmosis. Cairan mata
memiliki suatu tekanan osmotic yang nilainya sama dengan daran dan cairan
jaringan yaitu 0,9%. Oleh karena itu, bisa menggunakan larutan yang
mengandung konsentrasi 0,7 – 1,45 (tidak ada rasa nyeri). Ex : NaCl
 Pendapar / pH
Larutan pendapat berfungsi untuk menjaga kesetabilan nilai pH pada obat tetes
mata sehingga pada saat penggunaan obat tetes mata tidak menimbulkan rasa
nyeri saat diteteskan pada mata, ketidaknyamanan pasien dan mengawasi
aktivitas terapeutik bahan obat. Biasanya pH larutan bebas nyeri antara pH 7.3
– 9.7. ex : Fosfat, Buffer Borat pH 9
 Steril
Steril berarti bebas kuman dan bebas dari mikroorganisme lainnya. Sediaan
obat tetes mata harus bebas mikroba dan mikroorganisme yang dapat
mempengaruhi mata.
 Pengawet
Pengawet dalam obat tetes mata dibutuhkan karena obat mata pemakaiannya
secara berulang – ulang sehingga dapat terjadi kontaminasi mikroba. Syarat
pengawet :
 Bersifat bakteriostatik dan fungistatik
 Tidak mengiritasi jaringan okuler
 Menyatu dengan zat aktif
 Tidak menyebabkan alergi atau sensitisasi
 Tetap efektif dalam kondisi normal penggunaannya
Ex : Ester p – Hidroksi asam benzoate (Nipagin 0,18% & Nipason 0,02%
 Jernih & bebas partikel asing
Obat tetes mata larutannya harus bebas bahan melayang dan partikel asing
yang tersisa apabila di filtrasi menggunakan kertas saring atau kain. Biasanya
penyaring yang digunakan yaitu penyaring dengan ukuran pori G3 – G 5

 Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan guttae opthalmik / obat tetes
mata, antara lain :
 Steril
 Kejernihan
 Pengawetan
 Tonisitas
 Pendaparan
 Viskositas dan aktivitas permukaan
 Cara Penggunaan Guttae Opthalmic / Obat Tetes Mata
1) Cucilah tangan terlebih dahulu
2) Kocok perlahan obat tetes mata lalu buka. Posisi bisa tidur maupun duduk
dengan kepala menghadap ke atas
3) Dengan satu tangan, tarik perlahan – lahan kelopak mata bagian bawah
4) Hadapkan penetes obat tetes mata dekat dengan kelopak mata lalu teteskan ke
dalam kelopak mata bagian bawah (posisi mata sambil melihat ke atas).
Usahakan jgn sampai ujung penetes tersentuh jari atau bagian mata
5) Lepas kelopak mata dan tutup mata 2 – 3 menit
6) Tutup obat tetes mata dan simpan pada wadah yang tertutup serta terhindar
dari sinar matahari langsung
7) Cucilah tangan setelah selesai menggunakan obat tetes mata
c. Guttae Auricurales / Obat Tetes Hidung

Guttae auricurales / Obat tetes telinga adalah Obat tetes yang digunakan untuk telinga
dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga (Farmakope Indonesia Ed. III).
Guttae auricurales / Obat tetes telingan merupakan bentuk dari obat yang digunakan
untuk mengobati dan mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian
luar dan saluran telinga (otitis eksterna) (Farmakope Indonesia Ed. IV).
Tetes telinga umumnya berbentuk larutan, emulsi atau suspense dari satu atau lebih zat
aktif dalam cairan yang cocok untuk penggunaan pada meatus auditori (rongga telinga)
tanpa tekanan berbahaya pada gendang telinga namun pada pembuatan guttae
auriculares / obat tetes hidung biasanya bentuk yang paling sering digunakan adalah
bentuk larutan. Tetes telingan mengandung cairan pembawam bila tidak dinyatakan
lain cairan pembawa yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus
memiliki kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel.

 Fungsi Guttae Auricurales / Obat tetes telinga


 Guttae Auricurales untuk Melepaskan Kotoran Telinga
Kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea dari saluran telinga bagian luar. Pengeluaran kotoran telinga yang
terlalu lama dapat menyebabkan kotoran telinga menjadikering dan melekat
pada sel – sel epitel sehingga menimbulkan rasa gataldan gangguan
pendengaran. Kotoran telinga secara alami diproduksi oleh tubuh untuk
melindungi kulit di dalam telinga. Kadang – kadang menumpuk dan menjadi
keras, menyebabkan masalah dengan pendengaran.
Tetes telinga Sodium bikarbonat dapat digunakan untuk melunakkan kotoran
telinga yang mengeras dan tidak memungkinkan untuk dihilangkan.
 Guttae Auricurales untuk Antiinfeksi, Analgetik dan Antiradang
Pada obat tetes telinga zat – zat seperti : Kloramfenikol, Kolistin Sulfat,
Neomisin, Polimiksin B Sulfat dan Nistatin berfungsin sebagai anti infeksi
untuk melawan infeksi jamur dan mikroba yang menjangkit telinga dengan
cara di teteskan pada permukaan bagian luar telinga.
Untuk mengurangi rasa sakit pada obat tetes telinga biasanya mengandung
bahal analgetik seperti antipirin dan anestesi lokal, seperti lidokain HCl,
Dibukain dan Benzokain
Sedangkan untuk pengobatan radang yang terjadi pada telinga biasanya obat
tetes telinga mengandung zat antiradang, seperti : Hidrokortison ,
Dexamethason sehingga dapat menghilangkan efek inflamasi disekitar bagian
dalam telinga.

 Sifat fisiko – kimia yang perlu diperhatikan dalam pembuatan guttae auricurales /
obat tetes telinga, antara lain :
 Kelarutan
Kebanyakan senyawa obat larut dalam cairan pembawa yang umum digunakan
pada sediaan tetes telinga, jika senyawa obat tidak larut dalam cairan pembawa
maka bisa dibuat sediaan suspensi. Bila sediaan berupa suspense maka sebagai
zat pensuspensinya digunakan sorbitan (span) atau polisorbat (tween)
 Viskositas
Viskositas sediaan tetes telinga penting untuk diperhatikan karena dapat
menjamin sediaan bisa lama berada di dalam saluran telinga
 Sifat surfaktan
Dengan adanya surfaktan akan membantu proses penyebaran sediaan dan
melepaskan kotoran pada telinga.
 Pengawet
Beberapa obat tetes telinga memerlukan bahan pengawet karena pemakaian
yang berulang kali atau penyimpanan sediaan yang tidak baik dan tepat guna
mencegah pertumbuhan mikroba dan mikroorganisme lainnya. Biasanya bahan
pengawet yang digunakan adalah klorobutanol 0,5%, timerosal 0,01% dan
kombinasi paraben.
Untuk obat tetes telinga yang menggunakan gliserin, propilen glikol sebagai zat
pembawanya biasanya tidak perlu penambahan zat pengawet.
 Sterilisasi
Sediaan tetes telinga tidak perlu dibuat secara steril, yang penting bersih dan
bebas dari mikroba atau mikroorganisme lain yang dapat memperburuk
keadaan apabila digunakan pada telinga
 pH Optimum
Keefektifan obat tetes telinga juga biasanya dipengaruhi oleh nilai pH yang
dimiliki oleh obat tetes telinga tersebut. Umumnya pH obat tetes telingan
berada dalam keadaan asam berkisa 5.0 – 6.0.
Pada penentuan pH optimum juga harus meminimalisir terjadi nya perubahan
dari pH asam menjadi alkali, hal ini akan membuat bakteri dan fungi akan
tumbuh lebih cepat dan dapat memperburuk keadaan.

 Cara Penggunaan Guttae Auricurales / Obat Tetes Telinga


1) Cucilah tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan obat tetes telinga
2) Bersihkan telinga menggunakan kapas yang basah, usap lalu keringkan
3) Hangat kan obat tetes telinga dengan memegang wadahnya dalam genggaman
tangan selama beberapa menit lalu kocok perlahan
4) Buka tutup botol obat lalu miringkan telinga yang akan di obati / terinfeksi
5) Hindari menyentuh ujung penetes pada telinga ataupun tangan untuk menjaga
kebersihan dan kontaminasi apapun
6) Teteskan sejumlah tetesan yang diperlukan ke dalam lubang telinga dan
biarkan tetesan turun / masuk ke dalam lubang saluran telinga
7) Jauhkan ujung penetes obat dari telinga lalu tutup kembali botol
8) Tahan posisi awal (miring) selama beberapa menit setelah penetesan atau
masukan kapas ke dalam lubang bagian luar telinga untuk menghindari cairan
obat tetes telinga keluar kembali
9) Cuci tangan setelah menggunakan obat tetes telinga
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta : DEPKES RI, Ditjen POM
Anonim, 2014. Farmakope Indonesia Edisi Kelima, Jakarta : DEPKES RI, Ditjem POM
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat Jakarta : DEPKES RI, Ditjem POM
https://www.academia.edu/29199976/OBAT_TETES_MATA
Howard, C. Ansel.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai