Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UJIAN PEDODONSIA

Nama : Septina Veronika Bancin


NPM : 160112130515
Dosen penguji : Dr.drg. Risti Saptarini Primarti., Sp.KGA

1. Pasien datang dengan keluhan sakit gigi geraham kiri bawah dan ada demam sejak 2

hari yang lalu. Pemeriksaan ekstraoral : t.a.k; Intraoral : gigi 75 karies mencapai

dentin, tes vitalitas negatif, perforasi pulpa negatif, perkusi positif, tekan positif, gusi

di regio mengalami pembengkakan.


a. Apa diagnosis gigi tersebut?
Jawab : Abses Periapikal Akut disertai nekrosis pulpa. Abses apikalis akut

ditandai dengan adanya rasa sakit pada tekanan ringan, menggigit, sentuhan, dan

perkusi serta adanya nanah dan pembengkakan, terkadang disertai manifestasi

sistemik seperti demam.

b. Apa tindakan dokter gigi pada kunjungan I? Apakah perlu pemberian antibiotik

atau tidak? (Berat badan = 25 kg)


Jawab :
Tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi pada kunjungan I adalah buka kavum

dan spooling dengan cairan Sodium hipoklorit (NaOCl), untuk melarutkan

jaringan nekrotik dan efektif menghilangkan bakteri, spora, jamur dan virus.

Kemudian kavitas dikeringkan dengan menggunakan paper point dan cotton

pellet steril lalu tutup dengan tambalan sementara.


Antibiotik perlu diberikan untuk mengontrol infeksi akut, dapat sementara

mengatasi beberapa atau semua tanda klinis, tetapi tidak akan menyelesaikan

patologi yang mendasari. Antibiotik yang

digunakan biasanya yaitu antibiotik profilaksis. Salah satu pilihan antibiotik

adalah Amoxicilin, karena baik untuk pencernaan dan spektrum luas.


Dosis yang diberikan untuk anak adalah 25 50 mg/kgBB
Jika akut, dosis yang diberikan adalah dosis maksimum, yaitu :
50 mg x 25 kg = 1250 mg/ hari
Amoxicilin diberikan setiap 8 jam sekali, jadi dosis yang diberikan :
1250 mg/3 = 416 mg 3x sehari (setiap 8 jam)

c. Apa rencana perawatan pada kasus gigi tersebut?


Jawab : Rencana perawatan pada kasus di atas adalah pulpektomi (perlu foto

periapikal untuk melihat ada tidaknya resorbsi akar, jika ada dilakukan

pulpotomy)
Langkahnya adalah :
- Kunjungan I seperti poin b

- Kunjungan II : masih terdapat pembengkakan atau tidak. Jika masih, spooling

dengan menggunakan NaOCl. Kavitas dikeringkan dan ditutup dengan

menggunakan cotton pellet steril dan tambalan sementara. Jika sudah tidak ada

pembengkakan, lakukan ekstirpasi pulpa dan spooling dengan NaOCl lalu

keringkan kavitas, setelah itu aplikasikan okspara liquid dengan menggunakan

cotton pellet lalu tutup kavitas dengan menggunakan tambalan sementara. Jika

antibiotik sudah habis, maka pasien kembali diberikan antibiotik.

- Kunjungan III, jika cotton pellet tidak berbau (tercium bau obat), kering, dan

tidak berwarna kuning, dapat dilakukan pengisian. Jika berbau, basah, dan

kotor, ulangi prosedur sebelumnya. Pengisisan dilakukan dengan

menggunakan zinc oxide eugenol, lalu ditutup dengan menggunakan semen

zinc phosphate dan tambalan sementara. Zinc oxide eugenol dipilih sebagai

bahan pengisi pada gigi sulung karena dapat diresorbsi dan dapat dikeluarkan

dengan mudah karena akar gigi sulung akan mengalami resorbsi. Selain itu,

bahan ini akan diresorpsi oleh jaringan periapikal jika mengalami ekstrusi ke

jaringan periapikal.

- Kunjungan berikutnya : kontrol pengisian. Ditanyakan ke pasien apakah ada


keluhan, dan pemeriksaan intraoral, jika tes perkusi (-), tes tekan (-), mobility

(-), dan tidak ada kelainan pada jaringan sekitar dapat dilakukan preparasi

untuk restorasi tetap. Kavitas dipreparasi sesuai dengan restorasi tetap yang

akan digunakan.

2. Pasien usia 3 tahun datang dengan keluhan gigi depan rahang atas berlubang. Hasil

pemeriksaan ekstraoral : t.a.k, intraoral : karies sampai dentin gigi 53, 52, 51, 61, 62,

63 meliputi permukaan mesial, labial, dan distal. Pasien tidak kooperatif.


a. Apa diagnosis kasus?
Jawab : Early Childhood Caries.
Istilah lain seperti nursing bottle mouth, bottle mouth caries, atau nursing

caries digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola dari karies dental dimana gigi

sulung anterior rahang atas dan gigi molar pertama sulung rahang atas mengalami

karies yang parah. Biasanya karies muncul pada usia 3 4 tahun, berhubungan

dengan konsumsi minuman mengandung gula dari botol atau dot secara sering.

Kondisi karies tersebut sering disebut dengan rampant caries.


Gigi insisif bawah bisa terbebas dari karies karena terlindungi oleh lidah saat anak

menghisap, dan dialiri saliva yang banyak dari kelenjar saliva sublingual dan

submandibula, sementara gigi-gigi insisif rahang atas dialiri oleh cairan dari

botol/dot.
b. Apa rencana perawatannya?

Jawab :

- DHE mengenai cara sikat gigi yang benar, waktu sikat gigi, dan mengenai kebiasaan

minum susu sebelum tidur, segera membersihkan gigi dan mulut anak setelah

menyusui atau makan makanan manis, serta diet yang mengandung terlalu banyak

gula.
- Bersihkan, ekskavasi, dan restorasi gigi yang mengalami karies.

- Aplikasi topikal fluoride untuk melindungi gigi dari karies.

- Kontrol 6-12 bulan sekali ke dokter gigi secara rutin.

Restorasi Kasus ECC

1) Atraumatic Restorative Treatment (ART)

Jaringan karies pada gigi dibersihkan hanya dengan menggunakan instrumen tangan

tidak menggunakan bur (instrumen elektrik). Teknik ini telah diketahui dapat mengurangi

stress dan nyeri pada pasien. ART juga diketahui sangat efektif digunakan pada

perawatan gigi anak-anak, orang tua, pasien berkebutuhan khusus, dan pasien yang

memiliki ketakutan dan ansietas terhadap perawatan gigi.

Tahapan Perawatan ART:

Isolasi wilayah kerja dengan menggunakan cotton roll atau rubber dam
Bersihkan plak dengan cotton pellet basah dan keringkan dengan cotton pellet

kering
Jalan masuk kavitas diperluas dengan hatchet.
Ekskavasi dentin karies.
Setelah semua karies terbuang kavitas dibersihkan dengan cotton pellet basah dan

dikeringkan dengan cotton pellet kering.


Lakukan pembersihan kavitas (conditioning) dapat menggunakan dentin

kondisioner atau liquid dari glassionomer. 1 tetes dentin kondisioner ditempatkan

pada paper pad. Cotton pellet dicelupkan pada kondisioner kemudian semua

kavitas dibersihkan selama 10-15 detik. Setelahnya kavitas dibersihkan dengan


cotton pellet basah paling sedikit 2x lalu dikeringkan dengan cotton pellet kering.

Conditioning juga dapat dilakukan dengan menggunakan liquid dari glass

ionomer dengan mencelupkan cotton pellet ke dalam air, kemudian tekan pada

cotton roll untuk membuang kelebihan air sehingga menjadi lembab, baru

dicelupkan pada liquid tersebut. Selanjutnya conditioning dilakukan seperti

prosedur di atas. Prosedur harus diulang jika kavitas terkontaminasi saliva atau

darah.
Pastikan kavitas harus kering selama restorasi. Aduk glass ionomer dengan

perbandingan bubuk dan liquid sesuai dengan instruksi pabrik pada kemasan.
Glass ionomer diaplikasikan sedikit demi sedikit untuk memastikan tidak ada

udara terperangkap diantara kavitas dan bahan tambal. Aplikasikan petroleum

jelly atau cocoa butter pada tambalan dan di tekan ke dalam kavitas.
Setelah diaplikasikan glass ionomer, gigitan pasien diperiksa dengan kertas

artikulasi, kelebihan glass ionomer dibersihkan. Tunggu hingga glass ionomer

mengeras sekitar 1 2 menit. Selama menunggu proses pengerasan gigi harus

dipastikan tetap kering. Setelah bahan restorasi mengering, cotton roll dilepas.

Pasien diinstruksikan untuk tidak makan selama kurang lebih satu jam.
2) Perawatan Penambalan

Jika kavitas tidak dapat dimasuki oleh instrumen tangan, maka harus dilakukan preparasi

dengan menggunakan bur.

- Isolasi wilayah kerja dengan menggunakan cotton roll atau rubber dam
- Bersihkan plak dengan cotton pellet basah dan keringkan dengan cotton pellet kering
- Gunakan bur bundar kecil untuk menelusuri kedalaman karies
- Gunakan bur fissure untuk mempreparasi kavitas.
- Setelah semua jaringan karies dibuang dan kavitas sudah rata, kavitas dibersihkan

dengan cotton pellet basah dan dikeringkan dengan cotton pellet kering.
- Restorasi kavitas dengan menggunakan komposit atau glassionomer.
- Selama penambalan, pastikan kavitas kering.
- Poles tambalan dengan karet biru dan kuning dan buang kelebihan tambalan.
- Cek oklusi dengan kertas artikulasi agar tidak terdapat kontak prematur.
Behavioral Management

Anak-anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, mereka sangat rentan dan mudah

takut terhadap keadaan lingkungan yang baru, oleh karena itu manajemen waktu yang

baik sangat diperlukan dalam menghadapi pasien anak-anak. Saat menghadapi pasien

anak, dokter gigi harus datang tepat waktu dan jangan terlalu menekan dirinya atau

pasien untuk menyelesaikan seluruh tahapan perawatan dalam waktu yang singkat.

Untuk mengurangi ketakutan dan ansietas pada pasien dapat dilakukan pendekatan

secara non-farmakologis dan secara farmakologis. Pendekatan non-farmakologis yang

dapat dilakukan antara lain :

a. Kontrol suara, dengan cara mengatur volume, nada, dan kecepatan saat berbicara

dengan pasien anak-anak. Hal teesebut dapat mempengaruhi sikap dari pasien

secara langsung.

b. Komunikasi efektif. Pemilhan kata-kata yang digunakan oleh dokter gigi dan staff

dapat mempengaruhi kondisi emosional anak. Kata-kata seperti jarum, suntik,

atua mengatakan ini akan sedikit terasa sakit akan mengganggu bagi sebagian

anak. Oleh karena itu, dokter gigi biasanya akan mengganti beberapa istilah yang

digunakan dengan kata-kata yang lebih halus bagi anak-anak (euphemismms).

Istilah Kedokteran Gigi Euphemisms

Amalgam Tambalan perak

Anestesi (lokal/topikal) Menidurkan gigi

Bur Pembasmi kuman


Crown (Stainless steel) Gigi robot

Karies Kuman gigi

Pasta profilaksis Pasta gigi

Radiograf Foto gigi

c. Tell-show-do. Kebanyakan pasien anak tidak mengetahui mengenai perawawatn

yang akan dilakukan dan hal tersebut dapat meningkatkan ansietas pada pasien.

Beberapa anak akan lebih tenang apabila diberikan penjelasan oleh dokter gigi

terlebih dahulu. Pendekatan dengan cara tell-show do mengharuskan dokter gigi

untuk terlebih dahulu menginformasikan prosedur yang akan dilakukan dengan

bahasa dan cara yang mudah dimengerti pasien, mendemonstrasikannya, setelah

itu melaksanakan tahapan prosedur. Cara lain yang dapat dgunakan pada pasien

dengan tingkat kekhawatiran yang tinggi adalah dengan cara memberikan surat ke

rumah pasien yang menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan pada

kunjungan pertama. Hal-hal tersebut diatas dapat membantu mengurangi keraguan

dan kekhawatiran pada pasien anak.

d. Modelling. Cara ini dilakukan karena anak-anak dapat mempelajari banyak hal

mengenai lingkungan baru dengan cara mengobservasi konsekuensi yang akan

diterima dari perilaku seseorang. Anak-anak akan diberikan contoh atau

demonstrasi perawatan gigi pada orang tua atau kerabat yang menemani pasien.

e. Distraction. Cara ini dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian pasien dari

prosedur perawawatan yang akan dilakukan. Hal ini dapat membantu menurunkan

ketakutan ansietas pasien


f. Positive reinforcement. Dilakukan dengan cara memberikan pujian dan hadiah

untuk pasien jika berperilaku baik.

g. Systemic desensitization. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah memberikan

pasien hal-hal yang ditakuti dari mulai yang ringan sampai sangat menakutkan

secara pelahan lalu pasien diajarkan cara untuk mengatasi ketakutan ketika

menghadapi hal-hal tersebut. Teknik ini harus melibatkan terapis yang

berpengalaman.

h. Hand over mouth exercise (HOME) merupakan teknik untuk mengendalikan anak

yang agresif dan histeris. Pada teknik ini orang tua akan diminta meninggalkan

ruangan tindakan. Dokter gigi sebelumnya harus menginformasikan mengenai

tindakan yang akan dilakukan terhadap anak. Setelah anak didudukan, tangan kiri

dokter gigi akan menutup mulut anak sehingga suara anak tidak dapat terdengar,

pada tahap ini harus dipastikan hidung anak tidak tertutup. Tangan kanan dokter

gigi akan memegangi tangan dan badan anak, sambil membisikkan kata-kata

lembut yang membujuk agar anak berhenti menangis atau berteriak. Jika anak

berhenti menangis dokter gigi akan melepaskan tangannya dan melakukan

perawatan. Anak harus diberikan pujian apabila mengikuti instruksi dengan baik.

Selain dengan pendekatan non-farmakologis, dapat dilakukan juga pendekatan

farmakologis, diantaranya :

a. Nitrous oxide-oxygen

b. Premedikasi

c. Concious sedation
d. Anestesi umum

3. Seorang anak usia 9 tahun datang dengan keluhan gigi depan rahang atas mengalami

fraktur saat bermain. Pemeriksaan ekstraoral : t.a.k, intraoral : gigi 21 mengalami

fraktur mahkota mencapai pulpa, tes vitalitas positif, perkusi negatif, tekan negatif.

Bagaimana penatalaksanaan kasus di atas?


Jawab :
Penatalaksanaan kasus di atas adalah dengan dilakukannya apexogenesis.

Apexogenesis dilakukan pada gigi dewasa dengan jaringan pulpa masih vital dan tidak

mengalami inflamasi, seperti kondisi karies atau dalam trauma dental yang

melibatkan pulpa dan pengobatan ditunda. Prosedur ini memungkinkan kelanjutan

dari pembentukan akar apikal kalsium hidroksida. Prosedur apexogenesis

menghilangkan jaringan pulpa yang terkontaminasi dengan bur diamond high-speed,

menggunakan cairan irigasi salin atau air. Non-setting kalsium hidroksida ditempatkan

langsung ke jaringan vital yang tidak terkontaminasi.


Langkah-langkanya adalah sebagai berikut :
1) Anestesi lokal di daerah labial dan palatal gigi 21
2) Pasang ruber dam
3) Jaringan pulpa diirigasi dengan cairan salin sampai pendarahan berhenti. Setiap

gumpalan harus dibersihkan secara lembut.


4) Non-setting kalsium hidroksida ditempatkan jaringan pulpa yang vital kemudian

ditutup dengan setting kalsium hidroksida.


5) Kemudian ditutup semen dasar glass ionomer dan direstorasi dengan resin

komposit.

4. Seorang anak usia 7 tahun datang dengan keluhan banyak gigi yang sudah berlubang.

Pemeriksaan ekstraoral : t.a.k, intraoral : gigi 75, 74, 84, 85 sisa akar. Bagaimana

penatalaksanaan kasus di atas?


Jawab :
Penatalaksanaan kasus di atas adalah dengan menggunakan space maintainer. Perama-

tama dilakukan ekstraksi gigi 75, 74, 84, 85. Setelah bekas pencabutan sembuh,

dokter gigi melakukan profilaksis dan DHE agar anak atau orang tua anak dapat

memelihara kebersihan gigi anak. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah

dilakukan untuk model kerja dan model studi. Space mantainer yang dibuatkan adalah

bilateral lepasan. Kunjungan berikutnya dilakukan uji coba pola lilin untuk melihat

adaptasi, stabilitas, dan retensi. Lilin dibuat dengan perluasan landasan 1/3

muccobucco fold, tidak menekan gusi, menutupi permukaan ruang kehilangan gigi,

dan cangkolan ditempatkan pada gigi molar pertama. Setelah space maintainer sudah

dibuat, kunjungan berikutnya adalah insersi space maintainer. Perlu dilakukan kontrol

berkala sampai gigi permanen pengganti erupsi sempurna, lakukan pengurangan

akrilik di daerah yang menutupi ruang kehilangan gigi agar tidak menghalangi erupsi

gigi seiring berlangsungnya erupsi gigi permanen pengganti. Space maintainer dipakai

pada saat tidur. Alat dibersihkan dan disimpan di tempat aman.

Anda mungkin juga menyukai