Anda di halaman 1dari 5

PERAWATAN PERIODONTITIS

A. Periodontitis Juvenile (Manson and Eley, 2012)

1. Pemberian tetrasiklin (250 mg 4x1 selama 2 minggu)


2. Pencabutan dengan penggantian segera dari gigi-gigi anterior, dan
dari gigi-gigi dengan prognosa yang tidak baik karena resorpsi
tulang yang hebat
3. Skaling subgingiva, pembersihan dan root planning, akan membantu
mengurangi perkembangan mikrolora tersebut
4. Operasi flap periodontal bevel terbalik yang terlokalisir. Prosedur
ini hanya dilakukan bila kerjasama pasien baik dan disertai dengan
pemberian tetrasiklin pra dan pascaoperasi. Setiap poket supraboni
dapat dihilangkan dengan pergeseran flap ke apikal , tetapi untuk
gigi-gigi anterior diperlukan replaced flap karena alasan estetik.
Sebagian besar gigi geligi yang terserang mempunyai poket
infrabonni yang dalam disertai dengan cacat tulang angular. Lesi ini
harus dikuret dengan tujuan untuk mengisi daerah cacat
5. Modifikasi oklusi. Migrasi gigi-gigi insisivus adalah karakteristik
tahap lanjutan dari JP. Tetapi perawatan orthodontic merupakan
kontraindikasi. Bila gigi gigi aka deipertahankan bergeser ke
hubungan kontak prematur , maka gigi ini harus dirawat dengan
pengasahan selektif, pada beberapa kasus , setelah kondisi stabil
dapat dipertimbangkan perlunya melakukan retraksi ortodonti dari
gigi –gigi insisivvus atas yang bergeser ke labial, bila gigi-gigi ini
dapat distabilkan di balik bibir bawah atau displinting pada posisi
yang stabil.
6. Prostetik. Geligi tiruan sebagian harus didesain dengan akurat
sehingga iritasi gingiva sekecil mungkin dan beban pada gigi-gigi
penyangga sedekat mungkin ke aksial.
7. Pemeliharaan. Pasien-pasien ini perlu melakukan kunjungan setiap
3 bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kebersihan mulut dan
skaling. (Manson and Eley, 2012)
B. Periodontitis akut (Manson and Eley, 2012)

Harus dilakukan pemantauan yang cermat terhadap daerah penyakit


aktif yang harus segera dirawat. Pasien mungkin megeluh tentang
simtom lokal pada daerah ini seperti rasa tidak enak , gatal, atau
perdarahan gingiva, dan biasanya menunjukkan tanda-tanda inflamasi
akut dengan kemerahan , bengkak, dan perdarahan waktu penyondean.
Daerah – daerah ini harus dirawat dengan skaling subgingiva segera dan
hati-hari serta root planning dengan anestesi lokal. Poket dapat
dibersihkan denngan irigasi subgingiva menggunakan larutan
klorheksidin 0,2 % atau gel memakai jarum tumpul dan suntikan 5 ml
(Manson and Eley, 2012).

C. Periodontitis Kronis

Skaling dan root planning. Skaling subgingiva adalah metode paling


konserfativ dari reduksi poket dan bila poket dangkal, merupakan satu-
satunya perawatan yang perlu dilakukan. Meskipun demikian, bila
kedalaman poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatn tambahan, root
planning atau kuretase subgingiva. Tujuan root planning adalah untuk
membersihkan sementum nekrosis dan klakulus serta mengahluskan
permukaan akar. Juga berhubungan dengan membersihkan sementum
yang terinifiltrasi oleh bahan toksis bakteri seperti endotoksin (LPS)

Tujuan skaling dan rootplanning adalah untuk mendapat permukaan


yang halus, bebas deposi dengan sedikit mungkin menghilangkan
sementum (Manson and Eley, 2012).

Kuretase subgingiva yang berhubungan dengan pembersihan


permukaan adalam dinding jaringna lunak poket yang terdiri dari
epitelium dan jaringan ikat yang terinflamasi. Penyusutan jaringan yang
terjadi setelah prosedur ini menyebabkan poket berkurang
kedalamannya.
Ketika komponen pembersihan subgingiva – skaling , root planning
dari kuretase , biasanya dilakukan bersamaan karena selama skaling
subgingiva sulit untuk mencegah untuk tidak terjadinya kuretase
jaringan lunak (Manson and Eley, 2012).

Skaling subgingiva dan root planning dapat emrubah komposisi


bakterial dari poket. Laju rekolonisasi dipengaruhi oleh standar
kebersihan mulut karena untuk pertumbuhan ulang plak supragingiva
diperluka rekolonisasi dari poket (Manson and Eley, 2012).

Waktu yang diperlukan untuk skaling dan root planning berkisar


anytara 5-8 jam dan pasien perlu dipanggil kembali untuk perawatan
perkontrolan setiap 2-4 bulan sekali. Relaps dapat terjadi pada beberapa
pasien walaupun upaya ini dilakukan dengan akurat (Manson and Eley,
2012).

D. Periodontitis Agresif
Terapi periodontal konvensional untuk periodontitis agresif
terdiri dari pendidikan pasien, perbaikan kebersihan mulut, skaling root
planing, dan pemeliharaan rongga mulut secara teratur (Rahman, 2010).
1. Skaling dan root planing
Skaling subginggiva adalah metode paling konservatif dari
reduksi poket dan bila poket dangkal, merupakan satu-satunya
perawaan yang perlu dilakukan. Meskipun demikian, bila kedalaman
poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatan tambahan root planing
dengan atau tanpa kuretase subginggiva.
Skaling adalah suatu tindakan pembersihan plak gigi,
kalkulus dan deposit-deposit lain dari permukaan gigi. Penghalusan
akar dilakukan untuk mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit
tersebut. Tertinggalnya kalkulus supragingival maupun kalkulus
subgingival serta ketidak sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan
akar gigi mengakibatkan mudah terjadi rekurensi pengendapan
kalkulus pada permukaan gigi (Ferry, 2010).
2. Antibiotik
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi
pada gusi dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh
pasien sendiri juga sangat penting.
Obat pilihan adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat
yang mengandung metronidazol dibuktikan sangat efektif terhadap
bakteri patogen periodontal. Pengalaman klinik menunjukkan bahwa
metronidazol dikombinasikan dengan amoksisilin sangat efektif untuk
perawatan periodontitis lanjut dan hasilnya memuaskan (Ferry, 2010).
3. Kumur-kumur antiseptik
Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah
chlorhexidin atau heksitidin yang telah terbukti efektif dalam
meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal dan dapat
mematikan bakteri patogen periodontal serta dapat meghambat
terbentuknya plak. (Ferry, 2010).
4. Splint Periodontal
Peridontal splint adalah alat yang dapat digunakan untuk
stabilisasi atau immobilisasi gigi-geligi yang mengalami kegoyangan.
Splint terdiri dari splint sementara, splint semi permanen dan splint
permanen. Indikasi splinting sementara adalah untuk stabilisasi gigi
goyang sebelum dan selama terapi peridontal dengan tujuan unutk
mengurangi trauma pada waktu perawatan dan mempercepat proses
penyembuhan, contohnya wire ligature splint. Splint semi permanen
dan permanen dapat digunakan pada gigi dengan kegoyangan berat
yang dapat mengganggu pengunyahan setelah terapi periodontal. Untuk
gigi-gigi anterior splint semi permanen cekat, bahan yang sering
dipergunakan adalah komposit resin (Soewandi, 2010).
Intruksi paska splinting adalah :
a. OH
 Pemberian obat kumur sodium hipoklorit untuk digunakan
3xdalam sehari
 Menggunakan sikat dan pasta gigi sesuai dengan kemampuan
terbaiknya
 Profilaksis : biasanya dilakukan scalling
 Dilakukan pembersihan dengan cara menyemprotkan cairan
antiseptik 3x dalam seminggu
b. Makanan
 Cara memberikan makanan dengan menggunakan tabung
minum atau sedotan darimangkuk atau cangkir, sendok
maupun dari nasopharinx
 Diet makanan cair, misalnya jus buah dan susu
 Makanan lunak
 Makanan pokok (utama)
 Makanan tambahan
Kemudian dilakukan kontrol rutin ke dokter gigi 3x seminggu untuk
irigasisekitar gigi dan rongga mulut dan spint dapat dilepas antara 6-8
minggu (Soewandi, 2010).

DAPUS
Soewandi T. 2010. Perawatan Awal Penutupan Diestema Gigi Pada Penderita
Periodontitis Kronis Dewasa. Fakultas Kedoteran Gigi. Universitas Trisakti,
Indonesia. Jurnal PDGI 2010 : Vol 59.no 3 hal : 105-109

Rahman Taufik. 2010. Peran Bakteri dalam Patogenesis Penyakit Periodontal. USU
press. Medan, Indonesia.
Ferry RK, Richard J. 2010. Treatment of Aggressife and Atypical Forms of
Periodontitis. Dental Journal. Chapter 46.Hal 693-710.
Manson, J.D. and Eley, B.M. 2012. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai