Dosen pengampu
Disusun oleh:
NIM: 180303013
Munirah
NIM: 180303007
2020
KATA PENGANTAR
Biamillahirrohmanirrohim, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman, islam,
dan ihsan kepada kita. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan alam nabi besar
kita Muhammad SAW.
Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menjelaskan “Down Syndrome”. Kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Dalam makalah ini tentu masih masih banyak kekurangan, karena kami manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik ibu selaku dosen
dan teman-teman sekalian demi kesmpurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bias bermanfaat untuk kita semua, Aamiin Aamiin ya rabbal alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Down Syndrom……………………………………………………………………….
B. Bimbingan Orang Tua………………………………………………………………….
C. Bimbingan Sekolah…………………………………………………………………….
D. Interaksi Sosial Anak Down Syndrome…………………………………………….......
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Down Syndrome adalah suatu gangguan genetik yang terjadi pada anak, yang
menyebabkan anak tersebut memiliki ciri fisik tertentu dan perbedaan dalam kemampuan
belajarnya. Menurut World Health Organization (WHO) down syndrome merupakan
salah satu keterbelakangan mental yang disebabkan oleh tambahan materi genetik dalam
kromosom. Down syndrome adalah penyakit yang disebut juga dengan trisomy 21. Down
syndrome dapat terjadi pada semua usia, ras, dan tingkat social ekonomi.
Down syndrome pertama kali di kenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down
karena ciri-cirinya yang unik, misalnya tinggi badan yang relative pendek, kepala
mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, Amerika dan Eropa. Anak
dengan down syndrome juga mengalami keterlambatan perkembangan fisik, bahasa dan
social. Down syndrome merupakan salah satu klasifikasi anak dengan retardasi mental
yang disebabkan oleh kelainan genetik. Kelain genetik menyebabkan keterbelakangan
dalam fisik dan mental, dengan ciri-ciri yang khas pada fisiknya. Keterbelakangan yang
dialami anak down syndrome mengakibatkan keterlambatan perkembangan dalam aspek
kognitif, motorik, dan psikomotorik.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu down syndrome?
b. Bagaimana bimbingan orang tua terhadap anak down syndrome?
c. Bagaimana bimbingan sekolah terhadap anak down syndrome?
d. Bagaimana anak down syndrome berinteraksi dengan lingkungan sosialnya?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu down syndrome
b. Untuk mengetahui bimbingan orang tua terhadap anak down syndrome
c. Untuk mengetahui bimbingan sekolah terhadap anak down syndrome
d. Untuk mengetahui interaksi sosial anak down syndrom
BAB II
PEMBAHASAN
A. Down Syndrome
a. Pengertian Down Syndrome
Down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi ketika bayi dalam kandunagn
yang memiliki kelebihan kromosom. Normalnya, manusia memiliki 46 kromosom
disetiap selnya, 23 diwarisi dari ibu dan 23 lainnya diwarisi dari ayah. Pada orang
dengan kondisi down syndrome, ia justru memiliki 47 kromosom disetiap selnya.
Anak yang menderita down syndrome dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 30-40
tahun keatas.1
1
https://www.alodokter.com/sindrom-down diakses pada 22 maret 2020 Pukul 17:45
2
Adolf Bastian, “ Ciri-ciri Anak Down Syndrorme di Sekolah Inklusi Rumah Dongeng Agus DS Pekanbaru”, Jurnal
Psikologi Anak, (Vol. 5. No. 2. 2016), hlm. 8.
Gambar 2. 2 anak down syndrome
7) Letak telinga lebih rendah dengan ukuran telinga yang kecil, hal ini
mengakibatkan mudah terserang infeksi telinga
8) Tangan dan jari-jari yang pendek, dan pada ruas kedua jari kelingking miring atau
bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan pada orang normal memiliki tiga ruas
tulang
9) Pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis
tersebut juga terdapat di kaki mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang
jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan
ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot.
10) Otot yang lemah (hypotomus) yang mengakibatkan pertumbuhan terganggu
(terlambat dalam proses berguling, merangkak, berjalan, berlari dan berbicara).
4
John W. Santrock,” Perkembangan Anak”, (Jakarta: Airlangga, 2007), hlm. 256.
di rumah, sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan masing-masing anak
down syndrome.5
Berikut ini cara mendidik anak down syndrome yang perlu diketahui orang tua,
antara lain:
a. Pahami perkembangan fisik dan mental
Hal pertama yang penting untuk dipahami sebagai orang tua yang memilki
kondisi anak down syndrome adalah memahami dan mengerti jika kondisi fisik
dan mental anak tersebut berbeda, sehingga perkembangan yang terjadi juga akan
jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan anak normal.
b. Konsisten dalam memperlakukan anak
Anak down syndrome membutuhkan banyak dukungan yang dapat dilakukan
orang tua dalam bentuk pujian pada hal-hal baik yang mampu dilakukannya.
c. Selalu memberikan kasih sayang yang cukup pada anak
Cara mendidik anak down syndrome adalah dengan memberika kasih sayang
cukup kepada anak. Kasih sayang dalam keluarga, terutama orang tua menjadi hal
yang sangat di perlukan bagi perkembanfan anak. Jika kasih sayang yang
diberikan cukup bagi anak down syndrome maka akan membuat anak tersebut
sehat dan bahagia.
d. Kenali bakat yang dimiliki anak
e. Mencari sekolah yang cocok
Penting dilakukan orang tua adalah mencarikan sekolah yang tepat untuk anak
down syndrome. Pilihan yang tepat adalah sekolah luar biasa yang memang dapat
memberikan pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak tersebut.
Selain itu ada hal yang penting untuk dilakukan orang tua terhadap anak down
syndrome, yaitu:6
5
Nadia Uswatun Hasanah,” Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Upaya Pembentukan Kemandirian Anak Down
Syndrome”, SHARE SOCIAL WORK JURNAL, (Vol. 5. No. 1. 2017), hlm. 67
6
Soeparwoto,dkk,”Psikologi PerkEembangan Anak”,( Semarang: UPT MKK UNNES, 2007).
b) Memfokuskan pada kelebihan anak, bukan kekurangannya, bagaimanapun anak
adalah anugerah terbaik dari Tuhan untuk dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya.
c) Memberikan pujian kepada anak, walaupun untuk hal-hal kecil yang ia lakukan.
Pujian dan penghargaan kita akan meningkatkan kepercayaan diri anak.
d) Menerapkan disiplin positif, bukan bullying (menindas secara psikis, verbal atau
fisik) atau corporal punishment (hukuman fisik), yaitu proses mendisiplinkan
anak dengan tetap menjaga harga diri dan kesehatan psikologis anak.
e) Memahami keunikan anak (individual differences) karena setiap individu pasti
berbeda (memiliki sifat/ciri tersendiri), meski kembar identik sekalipun.
f) Memperbanyak membelai kepada anak, mengusap-usap bahu atau memeluknya
dan mengatakan bahwa kita menyayangi mereka. Hal ini akan meningkatkan
kelekatan antara orang tua dengan anak.
g) Meluangkan waktu untuk bicara berinteraksi dengan anak dalam berbagai
momen, meskipun sebentar.
h) Meminta pendapat mereka tentang suatu hal. Biasanya anak senang jika
pendapatnya didengarkan. Membiasakan beertanya kepada meraka tentang
aktivitas yang dijalani akan membangun keterbukaan anak dengan orangtuanya.
i) Menjadi teladan atas apa yang kita perintahkan/inginkan. Mengajari anak lebih
banyak dengan perbuatan.
7
Ida Farida, “Cara Pembelajaran Anak Down Syndrome di Kelas 1 TK Luar Biasa”, (Vol. 2. No. 1. 2016),
hlm. 8.
8
Ibid., hlm . 9-1-0.
9
Novi Mayasari,”Layanan Pendidikan bagi Anak Tipe Down Syndrome”, Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak,
(Vol. 14 No. 1 Juni 2019), hlm. 21.
b) Cues and Prompts, sebagai alat untuk mengingatkan siswa mengenai apa yang
harus dilakukan, berupa verbal, gestural, tertulis, dan lain-lain. Contoh cues
yaitu menggunakan gambar atau alat tertentu untuk mengasosiasikan kata-kata
yang hendak diajarkan pada siswa.
c) Scaffolding, yaitu kerangka kerja yang membantu siswa dalam berkomunikasi
dan belajar. Misalnya pertanyaan-pertanyaan pembantu atau berupa kalimat
tidak lengkap yang harus dilengkapi oleh siswa.
10
https://pijarpsikologi.org/pendidikan-down-syndrome diakses pada 22 Maret 2020 Pukul 15:12
kehidupan, seorang yang menyandang down syndrome kadang tidak selalu dapat ikut
serta menjadi bagian dari masyarakat tersebut. 11
Kesulitan berinteraksi dengan orang lain terutama dialami oleh penyandang down
syndrome yang anak-anak. Anak penyandang down syndrome kerap dikucilkan di
lingkungan bermainnya. Keterlambatan perkembangan yang dimilikinya membuat teman
sebayanya ‘enggan’ untuk bermain dengannya. Mereka juga kerap mendapatkan perilaku
diskriminasi karena perbedaan kemampuan yang dimilikinya.
perilaku masyarakat yang diskriminatif, kurang kooperatif dan cenderung
menghindari interaksi dengan orang-orang down syndrome, akan berdampak
pada terhambatnya kemampuan sosial mereka. Perilaku negatif tersebut juga
dapat mempengaruhi keberhasilan dan kualitas hidup mereka. Berdasarkan Global Down
Syndrome Foundation, kurangnya edukasi, informasi yang tidak tepat
dan outdated mengenai down syndrome diduga sebagai faktor penyebab terjadinya
perilaku negatif terhadap orang dengan down syndrome. Masih banyak yang keliru
mengira bahwa down syndrome adalah penyakit mental, autisme, idiot dan berbagai
persepsi lainnya.12
Menurut Winnubust ada beberapa dukungan sosial yang dapat deberikan kepada
anak down syndrome dan dibedakan atas empat dimensi, yaitu:
dukungan emosional (mencakup ungkapan empati)
kepedulian
perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya umpan balik dan
penegasan
11
Hery Wibowo,”Interaksi Sosial Anak Dopen Syndrome dengan Lingkungan Sosialn”, Jurnal Penelitian & PKM, (Vol. 4.
No. 2. 2017), hlm. 139.
12
https://pijarpsikologi.org/memahami-perilaku-terhadap-orang-dengan-down-syndrome/ diakses pada 22 Maret
2020 Pukul 22:09
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi ketika bayi dalam
kandunagn yang memiliki kelebihan kromosom. Normalnya, manusia memiliki 46
kromosom disetiap selnya, 23 diwarisi dari ibu dan 23 lainnya diwarisi dari ayah.
Pada orang dengan kondisi down syndrome, ia justru memiliki 47 kromosom disetiap
selnya. Anak yang menderita down syndrome dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas
30-40 tahun keatas.
Anak- anak down syndrome memiliki cari fisik yang unik seperti orang Mongolia.
Dalam menghadapi anak down syndrome peran orang tua sangat penting yaitu
dimana orang tua memberikan pembelajaran kepada anak down syndrome yaitu
dengan memberikan kasih sayang, perhatian, dan pengawasan kepada anak di rumah,
serta melanjutkan kembali pembelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada anak
di kelas tentang menulis huruf dan angka, mencocokkan angka,dan kegiatan
menirukan.
Tidaklah patut jika lingkungan mengecap anak-anak down syndrome dikarenakan
mereka berbeda. Untuk itu dengan bantuan orang tua, guru, dan lingkungan sosialnya
sangatlah penting bagi perkembangan anak down syndrome, untuk itu diharapkan kita
sebagai yang InsyaAllah akan menjadi calon konselor kita harus bisa membantu dan
menepis stigma-stigma negative tentang anak down symdrome di lingkungan sosial
kita. Hal ini juga yang menjadi salah satu strategi pendukung dan motivasi bagi
mereka yang memilki reterdasi mental yang berbeda dari kita.
DAFTAR PUSTAKA
Nadia Uswatun Hasanah,” Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Upaya Pembentukan
Kemandirian Anak Down Syndrome”, SHARE SOCIAL WORK JURNAL, (Vol. 5. No. 1.
2017).
Ida Farida, “Cara Pembelajaran Anak Down Syndrome di Kelas 1 TK Luar Biasa”, (Vol. 2.
No. 1. 2016)
Novi Mayasari,”Layanan Pendidikan bagi Anak Tipe Down Syndrome”, Jurnal Studi Islam,
Gender dan Anak, (Vol. 14 No. 1 Juni 2019)
Hery Wibowo,”Interaksi Sosial Anak Dopen Syndrome dengan Lingkungan Sosialn”, Jurnal
Penelitian & PKM, (Vol. 4. No. 2. 2017)
https://pijarpsikologi.org/memahami-perilaku-terhadap-orang-dengan-down-syndrome/ diakses
pada 22 Maret 2020 Pukul 22:09