Di Susun oleh :
Kelompok 2
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Observasi Anak Berkebutuhan Khusus Downsindrom
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus . Dan kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena penyertaan dan pertolongan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Berterima kasih juga kepada orang tua yang telah membantu dan memenuhi
kebutuhan kami maupun berbentuk materi, perhatian, nasihat, motivasi dan kasih
sayang. Karena tanpa bantuan dari mereka kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Berterima kasih juga kepada bapak Agus Prasetya, S.Pd, M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
4. Berterima kasih juga kepada pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu
yang turut baik dalam membantu kelancaran dan penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah laporan observasi ini dapat memberikan tambahan informasi
kepada pembaca. Kami juga berharap makalah ini dapat menjadi bahan referensi dan acuan
dalam penyusunan tulisan dengan topik yang relevan.
Kami menyadari bahwa makalah laporan ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematis nya. Hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal. Pada zaman Romawi dan
Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak walaupun pada saat
itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia tersendiri. Penelitian terhadap anak
dan buku-buku mengenai perkembangan jiwa anak pada zaman dahulu masih sangat
minim bahkan belum ada. Namun kemudian studi sistematis tentang perkembangan
anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad ke-20.
Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini bersifat deskriptif dan
dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum, golongan-golongan
umur, serta masa-masa perkembangan tertentu. Seperti yang telah dipaparkan di atas
bahwa perkembangan anak bersifat diskriptif sesuai dengan golongan umurnya,
namun ada kondisi dimana anak memerlukan perhatian khusus. Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi SDM. Upaya peningkatan mutu
pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik
aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab
Sebagai warga masyarakat bahkan untuk anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi memiliki fungsi untuk memfasilitasi anak berkebutuhan khusus
dalam ikut serta mengenyam pendidikan berdasarkan UUD ’45 pasal 31 ayat 1 yang
berisi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Tujuan dari
pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan
kemampuan fisik, psikis, dan emosional dalam proses pembelajaran agar kelak dapat
ikut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat seperti anak normal lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jenis dan Ciri-ciri ABK Downsindrom.
2. Penyebab terjadinya ABK Downsindrom.
3. Bagaimana cara merawat, memperlakukan dan penanganan ABK
Downsindrom.
4. Biodata Guru ABK Downsindrom.
5. Hasil pengamatan ABK Downsindrom.
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui jenis dan ciri-ciri ABK Downsindrom ?
2. Mengetahui penyebab terjadinya ABK Downsindrom ?
3. Mengetahui bagaimana cara merawat, memperlakukan dan penanganan ABK
Downsindrom ?
4. Mengetahui siapa guru ABK Downsindrom ?
5. Bagaimana hasil pengamatan ABK Downsindrom ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan
ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum
terjadi konsepsi.
5. Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH
secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan
juga berpengaruh.
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi
nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi
dengan Down syndrome. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi
susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil. 44 % syndrom down hidup
sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka
kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80
% kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down
adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan
menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun. Anak syndrom down akan
mengalami beberapa hal berikut :
Gangguan tiroid
Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea 4.
Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan
danperubahan kepribadian).
E. HASIL PENGAMATAN
1. Waktu Observasi
Observasi dilaksanakan pada hari senin, 14 Oktober 2019, pukul 7:30
s/d selesai.
2. Tempat Pelaksanaan Observasi
Observasi ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Samarinda, di jalan padat karya,Sempaja Samarinda.
3. Metodelogi Pengamatan
Observasi ini dilakukan secara berkelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa. Dalam observasi ini kelompok kami
mengamati anak penderita downsindrom dan mewawancara dari orang tua
siswa tersebut.
4. Profil Anak
Adapun anak penderita downsindrom yang kami amati sebagai berikut :
Nama : Sahruksan
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis Kelainan : Downsindrom
Kelas : Kelas 9 SMP
Alamat : Jl. MT. Haryono 1, No 16
Hobi : Bermain dan berenang
Ada tingkah laku yang diluar dugaan kami seperti saat kami berfoto bersama
teman lelaki saya berada di samping dia, tetapi dengan tingkahnya dia mendorong
teman saya dan menyuruh teman wanita saya berada di sebelah dia saat berfoto. Ada
juga tingkah lakunya yang sangat menggemaskan saat kami bersama-sama menari dia
membariskan kami untuk bergoyang bersama seperti barisan kereta. Hal ini
membuktikan bahwa anak-anak penderita Downsindrom seperti Sahruksan memang
gemar menari dan bermain bersama. Sahruksan di diagnosa memiliki penyakit
downsindrom sejak lahir, dokter pada awalnya tidak berani untuk memberitahu
kepada orang tua Sahruksan karena takut orang tua tidak bisa menerima apa yang
dijeaskan oleh dokter, tetapi orang tua Sahruksan menyadari dan menanyakannya
kepada dokter. Setelah itu baru dokter berani untuk menjelaskan kepada orang tuanya.
Dan dari kecil Sahruksan sudah di rawat dengan baik dan bisa mendapatkan
pendidikan dengan baik seperti selayaknya anak normal lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak penderita downsindrom disebut juga mongolisme. Penderita
Downsindrom memiliki ciri-ciri bertubuh pendek (sekitar 120cm), wajah berbentuk
bulat, kelopak mata atas mempunyai lipatan, mata sipit, bibir tebal, hidung lebar dan
datar, telinga kecil dan menjorok, telapak tangan lebar, jari berukuran pendek dan
gemuk, ujung jari-jari halus, gigi kecil dan jarang (pada beberapa anak, giginya
rusak), air liur sering menetes, bicaranya tidak jelas (bahkan pada beberapa anak,
tidak dapat berbicara), mempunyai kelainan jantung, lemah mental, dan IQ rendah.
Kondisi emosional anak-anak penderita Downsindrom itu sangat mudah berubah
(labil) dan sulit ditebak. Guru harus memiliki inovasi dan kreativitas setiap harinya
untuk menarik perhatian dari murid-murid penderita Downsindrom. Salah satu
tantangan terberat bagi para guru yaitu memahami apa keinginan muridnya. Sebagian
besar kegiatan fisik mudah dilatih pada anak penderita Downsindrom, sebab
umumnya kegiatan fisik tidak membutuhkan aktivitas mental.