Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ .ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................,..,.................... 2

A. Pengertian Down Syndrom......................................................................................... 2

B. Penyebab Down Syndrom........................................................................................... 3

C. Pencegahan Down Syndrom....................................................................................... 4

D. Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)......................... 6

E. Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom....................... 8

BAB III PENUTUP................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas individu mata kuliah Genetika “Syndom Down”. Tak lupa shalawat
serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan makalah ini
khususnya yang menulis dan membacanya mendapatkan syafaat dari beliau di akhir zaman.

Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan, dukungan serta bimbingan dari pihak
lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih.

Dengan segala keterbatasan, penulis berharap tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta para
pembaca pada umumnya.
BAB I

PEDAHULUAN

Tumbuh kembang merupakan proses yang terus berlanjut yang terjadi sejak kehamilan dan terus
berlangsung sampai dewasa. Agar pertumbuhan dapat terjadi secara optimal perlu perhatian khusus
oleh orangtua terhadap calon bayi. Masa kehamilan merupakan hal yang terpenting dalam menentukan
anak yang akan lahir sehat atau tidak, hal tersebut dapat diketahui dari gizi yang dikonsumsi oleh sang
ibu.

Perhatian yang lebih selama proses kehamilan seperti konsumsi gizi yang cukup, juga tidak menutup
kemungkinan anak akan terlahir cacat, baik itu cacat fisik maupun mental sepeti sindrom down hal itu
disebabkan oleh faktor genetik, terjadinya sindrom down ditandai dengan berlebihnya jumlah kromoson
nomor 21 yang seharusnya dua buah menjadi tiga sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47
buah.

Pada manusia normal jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom. Prevalensi kelahiran
anak SD (Sindrom Down) cukup tinggi sekitar 1:700 kelahiran. Prevalensi ini akan meningkat sesuai
dengan umur kehamilan ibu, resiko terjadinya kelainan kromosom pada anak 4 kali lebih besar pada ibu
di atas 35 tahun, meskipun demikian 80% dari penyandang SD (Sindrom Down) masih berusia muda.

Rumsan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah :

1. Megetahui Apa itu Down Syndrom ?

2. Megetahui Penyebab Down Syndrom ?

3. Megetahui Ciri-ciri Down Syndrom ?

4. Megetahui Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom) ?

5. Megetahui Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom ?


BAB II

SINDROM DOWN (DOWN SYNDROM)

A. Pengertian Down Syndrom

Perubahan jumlah dan struktur kromosom ikaitkan dangan serius paa manusia. Ketika nondisjungsi
terjadi dalam meiosis, akibatnya adalah aneuploid, terdapatnya kromosom abnormal di dalam gamet
yang diproduksi, dan kemudian di dalam zigot. Meskipun frekuensi zigot aneuploid bisa cukup tinggi
pada manusia, sebagian besar membahayakan bagi perkembangan embrio. Salah satu keadaan
aneuploid adalah Sindrom Down, mengenai kira-kira 700 anak yang lahir di Amerika Serikat.

Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome
merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.

Menurut Dr. John Longdon Down, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti
tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia
maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa
merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali
syndrome ini dengan istilah “Down Syndrome” dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah itu.

B. Ciri-ciri Down Syndrom

Menurut kamus psikologi, Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper,
dan matanya miring. Sedangkan menurut penelitian, down syndrome menimpa satu di antara 700
kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini terdapat empat juta
penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di Indonesia.

Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan wanita. Penderita Down Syndrom memiliki ciri
yang khas, diantaranya yaitu:

1. Abnormalitas pada tengkorak

2. Abnormalitas pada muka

3. Tubuh pendek

4. Dagu atau mulut kecil


5. Leher pendek

6. Kaki dan tangan terkadang bengkok

7. Mulut selalu terbuka

8. Ujung lidah besar

9. Hidung lebar dan rata

Gambaran karakteristik Syndrom

10. Kedua lubang hidung terpisah lebar

11. Jarak antara kedua mata lebar

12. Kelopak mata mempunyai lipatan epikantus

C. Penyebab Down Syndrom

Down syndrome terjadi karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada
manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada
penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya
menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem
metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan down syndrome. Hingga saat ini, diketahui adanya
hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi, yaitu semakin tua usia ibu,
maka semakin tinggi pula risiko melahirkan anak dengan down syndrome (Monks, Knoers, Haditono, 50-
1).

Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia
dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom
disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Ciri utama daripada bentuk
ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidak mampuan fisik dan juga waktu hidup yang
singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu
hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi
disebabkan oleh kelebihan kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua
kromosom ialah 47 kromosom.

Lahirnya anak yang menderita Syndrom Down itu berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada
korelasinya yang konsisten dengan umur ayah. Kemungkinan karena oosit mengalami waktu istirahat
(profase 1) yang sangat panjang yaitu sejak pemebentukan (meosis) oosit hingga sampai ovulasi, dengan
demikian membutuhkan waktu istirahat kira-kira 12-45 tahun, selama waktu yang panjang itu oosit
mengalami nondisjunction. Biasanya kalainan ini terjadi pada anak terkhir dari suatu keluarga besar,
karena faktor seorang ibu yang melahirkan pada usia lanjut.Ada beberapa pendapat mengapa terjadi
nondisjunction, mungkin adanya virus akibat radiasi, mungkin adanya pengandungan antobody tiroid
yang tinggi, mungkin karena lama sel telur tidak dibuahi di tuba fallopii.a. Kromosom homolog dapat
gagal berpisah selama anafase I. b. Kromatid gagal berpisah selama anafase meiosis II. Kedua tipe
kesalahan meiotik tersebut akan menghasilkan gamet dengan jumlah kromosom yang tidak normal,
karena seharusnya pada meiosis 1 membawa 1 pasang kromosom, tetapi ini malah membawa 2 pasang
kromosom, sehingga pada meiosis 2 terjadi pembelahan ganda, akhirnya menjadi trisomi pada
kromosom 21, dan salah satu faktornya adalah usia.

Down Syndrom juga disebabkan oleh kurangnya zat-zat tertentu yang menunjang perkembangan sel
syaraf pada saat bayi masih di dalam kandungan, seperti kurangnya zat iodium. Menurut data badan
UNICEF, Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ) setiap tahun akibat
kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah mengakibatkan 10 hingga 20 kasus keterbelakangan
mental setiap tahunnya (Aryanto, dalam Koran Tempo Online). Mutasi gen ini memiliki kemungkinan
paling besar terjadi pada kelahiran dimana usia ibu antara 40 sampai 50 tahun. Persentasenya sekitar
1,5 per 1000 kelahiran.

D. Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)

Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi
para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan
hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan
sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena Down Syndrom merupakan
kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2
menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah
makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya Down Sydrom. Diagnosis dalam kandungan bisa
dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu
mendiagnosa kelainan kromosm, antara lain:

· Pemeriksaan fisik penderita

· Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)

Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan diambil dari plasenta muda
(juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom Down.
Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti amniosentesis, tetapi metode lain untuk
memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.

· Pemeriksaan kromosom

· Ekokardiogram (ECG)
· Ultrasonografi (USG)

Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia kehamilan janin
(dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari ibu siklus haid terakhir). Manfaat lain dari
USG juga dapat mengambil masalah-masalah alam medis serius, seperti penyumbatan usus kecil atau
cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah
lahir.

· Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

· Amniosentesis

Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim. Ini dilakukan di
tempat praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah jarum dimasukkan melalui dinding perut ibu ke
dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu cairan diambil untuk pengujian.
Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes kromosom. Dibutuhkan sekitar 2
minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down atau tidak. Amniosentesis tidak dianjurkan
sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko komplikasi lebih tinggi dan kehilangan kehamilan.

E. Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrome

Pengobatan pada penderita down syndom belum ditemukan, karena cacatnya pada sel benih yang
dibawa dari dalam kandungan. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa
melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun
kemajuannya lebih lambat dari anak biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu:

1) Terapi wicara

Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan
deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan
berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.

2) Terapi Okupasi

Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan
sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak “bermasalah” tergantung
pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan
orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa
menggunakan alat.

3) Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah
bias dijadikan acuan program.

4) Terapi Kognitif

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak yang tidak
bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.

5) Terapi Sensori Integrasi

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori
visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan
otak kiri, dll.

ruangan terapi sendori integrasi :

6) Terapi Snoefzelen

Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian
stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori
internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan atau aktifiti.

Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah memeriksa anak
yang mengalami gangguan. Dengan melatih anak down syndrome, diharapkan mereka memiliki skill
yang makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri dengan
aktivitas-aktivitas yang sederhana.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Pada penderita down
syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47
kromosom. Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang disertai
keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan
matanya miring, abnormalitas pada muka, tubuh pendek, dagu atau mulut kecil, leher pendek, kaki dan
tangan terkadang bengkok, dan kelopak mata mempunyai lipatan epikantus. Down Syndom dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama
pada bulan-bulan awal kehamilan, dianataranya yaitu Pemeriksaan fisik penderita, Chorionic Villus
Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS), pemeriksaan kromosom Ekokardiogram (ECG),
Ultrasonografi (USG), Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling), dan Amniosentesis.
Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini bisa
dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya
sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa,
dengan terapi khusus, diantaranya yaitu terapi wicara, terapi okupasi, terapi remedial, terapi kognitif,
terapi sensori integrasi, dan terapi snoefzelen.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Down Syndrome. http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Down (Diakses tanggal 22


Oktober 2012) Anonim. 2012. Gangguan Genetik Sindrom Down.
http://gayasehatmu.blogspot.com/2012/06/gangguan-genetik-sindrom-down.html

Anonim. 2012. Down Sindrom. http://www.fk.unair.ac.id/ attachments/532_ Karya%20Ilmiah%2-


%20DownSyn_TrpGen.pdf (Diakses tanggal 30 Oktober 2012) Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 3. Jakarta.
ESIS Cambell, Richee, Mitchel. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga Hery Susanto, Agus. 2011. Genetika.
Jakarta: Graha Ilmu Isharmanto. 2012. biologigonz.blogspot.com/2012/01/aneusomi-manusia.html
(Diakses tanggal 22 Okttober 2012) Judarwanto,Widodo. 2010. Down Syndrome Deteksi Dini Pean dan
Penatalaksanaan Sindrom Down. http://childrenclinic.wordpress. com/2010/10/24/down-syndrome-
deteksi-dini-pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/ (Diakses tanggal 22 Okttober 2012)
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Jogjakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai