Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL


DI RUANG POLIKLINIK OBGYN
2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh:
DIAN WIDIANINGRUM
JNR0200011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020 – 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

A. Konsep Penyakit .................................................................................................... 1

I. Definisi Penyakit ................................................................................................ 1

II. Etiologi............................................................................................................... 1

III. Manifestasi Klinis ............................................................................................... 3

IV. Penatalaksanaan.................................................................................................. 4

V. Komplikasi ......................................................................................................... 5

VI. Patofisiologi ....................................................................................................... 6

VII. Diagnosa Banding............................................................................................. 12

B. Pengkajian ........................................................................................................... 12

I. Wawancara ....................................................................................................... 12

II. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 13

III. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................... 16

IV. Analisa Data ..................................................................................................... 16

V. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul ................................................ 19

VI. Intervensi Keperawatan..................................................................................... 20

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 35

i
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan
dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg
atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder
dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik
≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi
sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).
Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :
1. Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg.
2. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah
sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
Menurut National High Blood Pressure Education Program (2001),
hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai dengan proteinuria dan hipertensi dapat menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan atau kehamilannya dengan tanda-tanda preeklamsi tetapi
tanpa protein.

II. Etiologi

Menurut Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi


dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam
faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur

1
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas

Teori yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi


hipertensi pada kehamilan cukup banyak sehingga Zweifel (1922)
menyebut sebagai “disease of theory”. Namun ada beberapa faktor lain
yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan, antara lain:
1. Teori Genetik
Berdasarkan teori ini komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat
diturunkan pada anak perempuan sehingga sering terjadi hipertensi
sebagai komplikasi kehamilan. Sifat herediternya adalah resesif sehingga
jarang terjadi.
2. Teori Imuniologi
Hasil konsepsi merupakan benda asing tidak murni karena
sebagian genetiknya berasal dari sel maternal, sehingga sebagian besar
kehamilan berhasil dengan baik sampai aterm. Pada ibu dengan
preeklamsi helper T cell (Thi) nya rendah dibandingkan dengan ibu yang
tidak preeklamsi. Dimana ketidakseimbangan (Thi) dipengaruhi oleh
adenosin. Menurut penelitian Yoneyama (2002) kadar adenosinpara
penderita PE lebih besar dibandingkan yang normal. Adenosin yang
tinggi membuat Tsel ibu menjadi rendah dan Tsel menghasilkan sitokinik
spesifik yang memudahkan implantasi. Namun jika sitokinin berkurang
terjadinya gangguan saat implantasi dan disfungsinya menyebabkan PE.
3. Invasi Tropoblast yang abnormal
Inplantasi plasenta yang normal terjadi penggantian endotel dan
dinding otot dari pembuluh darah serta pembesaran dari pembuluh darah.
Tetapi pada inplantasi yang abnormal tropoblast terjadi secara tidak
sempurna. Pembuluh darah desidua terbungkus dengan tropoblas
endovaskuler sehingga pembuluh darah menjadi vasokontriksi.

2
4. Nutrisi
Konsumsi daging yang berlebihan, protein, purine, lemak
mengakibatkan terjadinya artherosklerosis sehingga tekanan darah ibu
semakin meningkat.

III. Manifestasi Klinis


Menurut Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis
dari hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan
organ yang dipengaruhi.
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran
prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper
refleksia mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7. Meningkatnya enzim hati.
8. Jumlah trombosit menurun.
Manifestasi klinis Hipertensi Gestasional menurut National High
Blood Pressure Education Program (2001), adalah :
1. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi pertamakali dalam kehamilan
2. Tidak terdapat proteinuria
3. Tekanan darah kembali normal dalam waktu kurang dari 12 minggu
postpartum
4. Diagnosa akhir hanya dapat ditegakan setelah melahirkan
5. Dapat disertai dengan gejala nyeri epigastrium atau trombositopenia

3
IV. Penatalaksanaan
Menurut Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan hipertensi
dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi
nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2
jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava
inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan
peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan
iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga
dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat
(edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata
makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat
dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-
obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi,
pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian
antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,
pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi
paru).

Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga


dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo
(2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

4
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang
lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga,
dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai
tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi
memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi
beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan
sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

V. Komplikasi
Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011),
menyebutkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi
dalam kehamilan pada ibu dan janin.
1. Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah

5
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platellet count).
h. Ablasio retina.
2. Pada Janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

VI. Patofisiologi

Menurut Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang


mengemukakan terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya
adalah:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.
Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan
otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan
dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada
daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak
dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis.

6
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.
Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia
plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan
merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel
endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh
dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel
endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua
ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut
akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan.
Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan

7
terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang
lebih rendah bila dibanding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
5. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi
gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya
seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-
lain.
7. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam
kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian
merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada
preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi
peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas.
Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam

8
darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada
kehamilan normal (Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator
kuat.
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin.
Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya
agresi trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana
tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu
hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar
tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin
(vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh darah
cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan
darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan


terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan
kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi
dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang

9
menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut
merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan
penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin,
dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema (Reeder,
2011).

10
Pathway

Sumber : www.scribd.com

11
VII. Diagnosa Banding

Diagnosa banding dalam hipertensi kehamilan, diantaranya :


1. DM pada kehamilan (gestasional diabetes)
2. Hipertiroidisme
3. Sindrom nefrotik
4. Kardiomiopati peripartum
5. Sindrom Cushing
6. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
7. Ensefalopati hipertensif

B. Pengkajian
I. Wawancara
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1. Identitas umum ibu, seperti:
a. Nama
b. Tempat tanggal lahir/umur
c. Pendidikan
d. Suku / bangsa
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Alamat rumah
2. Data Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami sakit kepala di daerah frontal,
terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus,
mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral,
bisa terjadi edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat,
dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b. Riwayat kesehatan Dahulu :
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita
penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu
mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan

12
terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu
mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi
dalam keluarga.
d. Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20
tahun atau di atas 35 tahun.
e. Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada
ibu hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2013).
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.

2. Tekanan Darah : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan


ditemukan tekanan darah darah sistol
diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90
mmHg.
3. Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemukan denyut nadi yang
meningkat, bahkan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan ditemukan
nadi yang semakin cepat.

4. Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi


akan ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu
yang mengalami eklampsia akan terdengar
bunyi nafas yang berisik dan ngorok.

5. Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi


dalam kehamilan biasanya tidak ada
gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu
hamil tersebut mengalami eklampsia maka
akan terjadi peningkatan suhu.

13
6. Berat Badan : Biasanya akan terjadi peningkatan berat
badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada
ibu hamil yang mengalami preeklampsia
akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1
kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1
bulan

7. Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala


yang berketombe dan kurang bersih. Dan
pada ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami sakit kepala.

8. Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami


preklampsia/eklampsia wajah tampak
edema.

9. Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan


ditemukan konjungtivasub anemis, dan
bisa juga ditemukan edema pada palvebra.
Pada ibu hamil yang mengalami
preeklampsia atau eklampsia biasanya
akan terjadi gangguan penglihat yaitu
penglihatan kabur.

10. Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan


gangguan

11. Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir


lembab

12. Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler


pada gusi, menyebabkan kondisi gusi
menjadi hiperemik dan lunak, sehingga
gusi bisa mengalami pembengkakan dan
perdarahan

13. Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran


pada kelenjer tiroid

14. Thorax

a. Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan


respirasi, edema paru dan napas pendek

14
b. Jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi
palpitasi jantung, pada ibu yang
mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang
mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.

15. Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara


membesar, lebih padat dan lebih keras,
puting menonjol dan areola menghitam
dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm
sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah
menjadi lebih terlihat.
16. Abdomen : Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus
menonjol keluar, danmembentuk suatu
area berwarna gelap di dimding abdomen,
serta akanditemukan linea alba dan linea
nigra. Pada ibu hamil dengan
hipertensibiasanya akan ditemukan nyeri
pada daerah epigastrum, dan akanterjadi
anoreksia, mual dan muntah
17. Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
terjadi bunnyi jantung janin yang tidak
teratur dan gerakan janin yang melemah
(Mitayani, 2011)
18. Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan bisa ditemukan edema pada
kaki dan tangan juga pada jari-jari
19. Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
ditemukan hiper refleksia, klonus pada
kaki

15
20. Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu
pada ibu hamil dengan preeklampsia
(Reeder, 2011; Mitayani, 2011).

III. Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati
(2010) menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
hamil dengan hipertensi diantaranya :
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan
kreatinin dan protein.
3. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya
alamine aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan
elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
5. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

IV. Analisa Data


No. Masalah Etiologi Data Fokus
1. Perfusi Perifer Hipertensi Gestasional DS :
Tidak Efektif 1. Pasien
Kerusakan pembuluh darah mengeluh nyeri
bagian tengkuk
Vaskularisasi dalam tubuh ibu 2. Pasien
terganggu mengeluh
pusing
Aliran darah tubuh ibu terganggu 3. Pasien
mengeluh
Perfusi perifer tidak efektif ekstremitasnya
bengkak

16
DO :

1. Keadaan umum
pasien tampak
lemah
2. Terdapat
hipertensi
3. Ekstremitas
tampak edema

2. Ansietas Hipertensi Gestasional DS :


1. Pasien
Beban kerja jantung meningkat mengatakan
khawatir/cemas
Tekanan darah meningkat 2. Pasien
mengeluh
Kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
Ansietas 3. Pasien
mengatakan
takut dalam
menghadapi
persalinan

DO :
1. Pasien tampak
khawatir/cemas
2. Pasien sering
mengeluh
3. Pasien tampak
tegang
4. Tekanan darah
pasien tinggi

3. Resiko cedera pada Hipertensi Gestasional DS :


ibu 1. Pasien
Kerusakan pembuluh darah mengatakan
sering pusing
Vaskularisasi dalam tubuh ibu 2. Pasien
terganggu mengatakan
nyeri dibagian
Aliran darah tubuh ibu terganggu tengkuknya

17
Pusing, gangguan penglihatan DO :
1. Keadaan umu
Resiko cedera pada ibu pasien tampak
lemah
2. Pasien tampak
ketakutan
menghadapi
persalinan
3. Tekanan darah
pasien tinggi

4. Resiko Cedera pada Hipertensi Gestasional DS :


Janin 1. Pasien
Kerusakan pembuluh darah mengeluh
pusing selama
Vaskularisasi dalam tubuh ibu kehamilan
terganggu 2. Pasien
mengeluh lemas
Suplai O2 dan Nutrisi terganggu
DO :
Resiko cedera pada janin 1. Terdapat
masalah
kesehatan ibu
selama
kehamilan
2. Tekanan darah
tinggi pada ibu
selama
kehamilan

18
V. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan aliran tubuh ibu
terganggu
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan pusing, gangguan
penglihatan
4. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Suplai O2 dan Nutrisi
terganggu

19
VI. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
No.
1. D.0009 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Intrakranial
Perfusi perifer tidak efektif keperawatan, diharapkan :
Perfusi perifer meningkat (I. 06194)
Definisi: (L.02011)
Observasi
Penurunan sirkulasi darah pada level
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kapiler yang dapat mengganggu Dengan kriteria hasil :
2. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
metabolisme tubuh. 1. Denyut nadi perifer
(mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
meningkat
nadi melebar, bradikardia, pola nafas
Penyebab: 2. Edema perifer menurun
ireguler, kesadaran menurun)
1. Hiperglikemia 3. Kram otot menurun
3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin 4. Kelemahan menurun
4. Monitor CVP (central Venous Pressure)
3. Peningkatan tekanan darah 5. Tekanan darah sistolik
5. Monitor PWAP, jika perlu
4. Kekurangan volume cairan cukup membaik
6. Monitor PAP, jika perlu
5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena 6. Tekanan darah diastolic
7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure) jika
6. Kurang terpapar informasi tentang membaik
tersedia
faktor pemberat (mis. merokok, gaya
8. Monitor CCP (Cerebral Perfusion
hidup monoton, trauma, obesitas,
Pressure)
asupan garam, imobilitas)
9. Monitor gelombang ICP
7. Kurang terpapar informasi tentang
10. Monitor status pernafasan
proses penyakit (mis. diabetes
11. Monitor intake dan output cairan
mellitus, hyperlipidemia)
12. Monitor cairan serebrospinalis (mis.
8. Kurang aktivitas
Warna, konsentrasi)

20
Terapeutik
1. Meminimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya tegang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari penggunaan IV hipotonik
7. Atur ventilator atau PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja jika
perlu

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


dan informasikan hasil pemantauan jika
perlu

21
Pemantauan Tekanan Intrakranial
(I.06198)

Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan
tekanan TIK
2. Monitor peningkatan TD
3. Monitor pelabaran tekanan nadi (selisish
TDS dan TDD)
4. Monitor penurunan frekuensi jantung
5. Monitor ireguleritas irama nafas
6. Monitor tingkat kesadaran
7. Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
8. Monitor kadar CO2 dan pertahankan
dalam rentang yang diindikasikan
9. Monitor tekanan perfusi serebral
10. Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan serebrospinal
11. Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK

Terapeutik

1. Ambil sampel drainase cairan


serebrospinal
2. Kalibrasi transduser

22
3. Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
4. Pertahankan posisis kepala dan leher
netral
5. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan

Pemantauan Hasil Laboratorium

(I.020757)

Observasi

1. Identifikasi pemeriksaan laboratorium


2. Monitor hasil laboratorium yang
diperlukan
3. Periksa kesesuaian hasil laboratorium
dengan penampilan klinis pasien

Terapeutik

1. Ambil sampel darah/sputum/pus/jaringan


atau lainnya sesuai protocol
2. Interpretasikan hasil pemeriksaan
laboratorium

23
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter jika hasil


laboratorium memerlukan intervensi
medis

2. D.0080 Setelah dilakukan tindakan Reduksi Anxietas (I.09314)


keperawatan, diharapkan :
Anxietas Observasi
Tingkat Ansietas menurun
1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
(L.09093) (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Definisi: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Dengan kriteria hasil :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif keputusan
individu terhadap objek yang tidak jelas 1. Tingkat ansietas 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang menurun verbal)
memungkinkan individu melakukan 2. Proses informasi
dipahami dengan baik Terapeutik
tindakan untuk menghadapi ancaman.
3. Tingkat pengetahuan 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
Penyebab meningkat
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
1. Ancaman terhadap konsep diri
kecemasan , jika memungkinkan
2. Ancaman terhadap kematian
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
3. Kurang terpapar informasi
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan

24
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang.

Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
jika perlu

25
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi
1. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi

26
3. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau
imajinasi
3. D.0137 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera (I.14537)
keperawatan, diharapkan :
Resiko Cedera Pada Ibu Observasi
Tingkat cedera berkurang
1. Identifikasi area lingkungan yang
(L.14136) berpotensi menyebabkan cedera
Definisi: 2. Identifikasi obat yang menyebabkan
Dengan kriteria hasil :
Beresiko mengalami bahaya atau cedera
kerusakan fisik pada ibu selama masa 1. Resiko cedera menurun 3. Identifikasi kesesuaian alaskaki atau
kehamilan sampai dengan proses 2. Luka atau lecet menurun stoking elastis pada ekstremitas bawah
persalinan. 3. Perdarahan menurun
4. Pola istirahat/tidur Terapeutik
Penyebab : membaik
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
1. Besarnya ukuran janin
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
2. Malposisi janin (posisi posterior)
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
3. Induksi persalinan
dengan lingkungan ruang rawat
4. Persalinan lama kala I, II dan III
4. Gunakan alas lantai jika beresiko
5. Disfungsi uterus
mengalami cedera serius
6. Efek metode/intervensi bedah
5. Sediakan alaskaki antislip
selama persalinan
6. Sediakan pispot atau urinal untuk
7. Kurangnya dukungan keluarga dan
eliminasi di tempat tidur
orang tua
7. Pastikan barang pribadi mudah dijangkau
8. Kurang adekuatnya observasi dan
8. Posisikan tempat tidur di posisi terendah
antisipasi
saat digunakan
9. Keterlambatan pengambilan
keputusan dan manajmen

27
10. Skrining dan perawatan prenatal 9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
yang tidak adekuat dengan kebijakan fasilitas pelayanan
11. Kecemasan berlebihan pada proses kesehatan
persalinan 10. Diskusi mengenai latihan dan terapi fisik
12. Riwayat cedera pada persalinan yang diperlukan
sebelumnya
13. Usia ibu (<15 tahun >35 tahun) Edukasi
14. Paritas banyak
15. Perubahan hormonal 1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
16. Perubahan postur tubuh jatuh ke pasien dan keluarga
17. Ketuban pecah 2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
18. Proses infeksi dan duduk beberapa menit sebelum
19. Penyakit penyerta berdiri
20. Masalah kontraksi
Perawatan Kehamilan Resiko Tinggi
(I.14560)
Observasi
1. Identifikasi faktor resiko kehamilan (mis.
diabetes, hipertensi, lupus eritmatosus,
herpes, hepatitis, HIV, epilepsi)
2. Identifikasi riwayat obstetric (mis.
prematuritas, postmaturitas, preeklamsia,
kehamilan KPD, dan riwayat kelainan
genetic keluarga)
3. Identifikasi sosial dan demografi, (mis.
usia ibu, kemiskinan, terlambat atau tidak

28
ada perawatan prenatal, penganiayaan
fisik dan penyalahgunaan zat)

Terapeutik
1. Dampingi ibu saat merasa cemas
2. Diskusikan seksualitas aman selama
hamil
3. Diskusikan ketidaknyamanan selama
hamil
4. Diskusikan persiapan persalinaan dan
kelahiran

Edukasi
1. Jelaskan resiko janin mengalami
premature
2. Diskusikan kemungkinan intervensi
selama proses kelahiran
3. Anjurkan melakukan perawatan diri
untuk meningkatkan kesehatan
4. Anjurkan ibu untuk beraktivitas dan
beristirahat yang cukup
5. Ajarkan cara menghitung gerakan janin
6. Ajarkan aktivitas yang aman selama
hamil
7. Ajarkan mengenali tanda bahaya (mis.
perdarahan vagina merah terang,

29
perubahan warna ketuban, penurunan
gerakan janin)

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan spesialis jika


ditemukan tanda dan bahaya kehamilan

Perawatan Persalinan Resiko Tinggi


(I.07228)

Observasi
1. Identifikasi kondisi umum pasien
2. Monitor TTV
3. Monitor kelainan tanda vital pada ibu dan
janin
4. Monitor tanda-tanda persalinan
5. Monitor denyut jantung janin
6. Identifikasi posisi janin dengan USG
7. Identifikasi pendarahan pascapersalinan

Terapeutik
1. Siapkan peralatan yang sesuai termasuk
monitor janin, ultrasound, mesin anestesi,
dan penghangat bayi ekstra

30
2. Dukung orang terdekat mendampingi
pasien
3. Gunakan tindakan pencegahan universal
4. Lakukan perineal scrub
5. Fasilitasi rotasi manual kepala janin dari
oksiput posterior ke posisi anterior
6. Lakukan amniotomi selaput ketuban
7. Fasilitasi tindakan forceps atau ekstra
vakum jika perlu
8. Motivasi interaksi orang tua dengan bayi
baru lahir segera setelah persalinan

Edukasi
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
2. Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang
terkait dengan kelahiran beresiko tinggi

Kolaborasi

1. Koordinasi dengan tim untuk standby


(mis. neonatalogis, perawat intensif
neonatal, anestisiologi)
2. Kolaborasi pemberian anestesi maternal,
sesuai kebutuhan

31
4. D.0138 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera (I.14537)
Resiko Cedera Pada Janin keperawatan, diharapkan :
Tingkat cedera menurun Observasi
Definisi : (L.14136) 1. Identifikasi area lingkungan yang
Beresiko mengalami bahaya atau berpotensi menyebabkan cedera
kerusakan fisik pada janin selama proses Dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi obat yang menyebabkan
kehamilan dan persalinan. 1. Resiko cedera menurun cedera
2. Luka atau lecet menurun 3. Identifikasi kesesuaian alaskaki atau
Penyebab: 3. Perdarahan menurun stoking elastis pada ekstremitas bawah
1. Besarnya ukuran janin 4. Pola istirahat/tidur
2. Malposisi janin membaik Terapeutik
3. Induksi persalinan
4. Persalinan lama kala I, II, dan III 1. Sediakan pencahayaan yang memadai
5. Disfungsi uterus 2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
6. Kecemasan yang berlebihan tentang 3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
proses persalinan dengan lingkungan ruang rawat
7. Riwayat persalinan sebelumya 4. Gunakan alas lantai jika beresiko
8. Usia ibu (< 15 tahun atau > 35 tahun) mengalami cedera serius
9. Paritas banyak 5. Sediakan alaskaki antislip
10. Efek metode/bedah selama persalinan 6. Sediakan pispot atau urinal untuk
11. Nyeri pada abdomen eliminasi di tempat tidur
12. Nyeri pada jalan lahir 7. Pastikan barang pribadi mudah dijangkau
13. Penggunaan alat bantu persalinan 8. Posisikan tempat tidur di posisi terendah
14. Kelelahan saat digunakan
15. Merokok 9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
16. Efek agen farmakologis dengan kebijakan fasilitas pelayanan
17. Pengaruh budaya kesehatan
18. Pola makan yang tidak sehat

32
19. Faktor ekonomi 10. Diskusi mengenai latihan dan terapi fisik
20. Konsumsi alcohol yang diperlukan
21. Terpapar agen teratogen
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk beberapa menit sebelum
berdiri

Manajmen Keselamatan Lingkungan


(I.14513)

Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat
perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan

Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis. fisik, biologi, kimia)
jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya resiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan

33
4. Gunakan perangkat pelindung
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas
6. Fasilitas relokasi ke lingkungan yang
nyaman
7. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan

Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan

34
Daftar Pustaka

Johnson. (2014) .Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing

Manuaba, Chandranita.dkk. (2013) .Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &


Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC

Mitayani. (2011) .Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina


Pustaka

Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. (2010). Asuhan Keperawatan


Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Reeder dkk. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &


Keluarga. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai