Oleh:
DIAN WIDIANINGRUM
JNR0200011
II. Etiologi............................................................................................................... 1
IV. Penatalaksanaan.................................................................................................. 4
V. Komplikasi ......................................................................................................... 5
B. Pengkajian ........................................................................................................... 12
I. Wawancara ....................................................................................................... 12
i
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan
dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg
atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder
dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik
≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi
sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).
Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :
1. Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg.
2. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah
sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
Menurut National High Blood Pressure Education Program (2001),
hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai dengan proteinuria dan hipertensi dapat menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan atau kehamilannya dengan tanda-tanda preeklamsi tetapi
tanpa protein.
II. Etiologi
1
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas
2
4. Nutrisi
Konsumsi daging yang berlebihan, protein, purine, lemak
mengakibatkan terjadinya artherosklerosis sehingga tekanan darah ibu
semakin meningkat.
3
IV. Penatalaksanaan
Menurut Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan hipertensi
dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi
nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2
jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava
inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan
peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan
iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga
dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat
(edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata
makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat
dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-
obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi,
pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian
antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,
pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi
paru).
4
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang
lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga,
dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai
tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi
memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi
beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan
sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.
V. Komplikasi
Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011),
menyebutkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi
dalam kehamilan pada ibu dan janin.
1. Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
5
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platellet count).
h. Ablasio retina.
2. Pada Janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
VI. Patofisiologi
6
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.
Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia
plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan
merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel
endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh
dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel
endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua
ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut
akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan.
Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan
7
terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang
lebih rendah bila dibanding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
5. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi
gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya
seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-
lain.
7. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam
kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian
merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada
preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi
peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas.
Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
8
darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada
kehamilan normal (Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator
kuat.
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin.
Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya
agresi trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana
tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu
hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar
tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin
(vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh darah
cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan
darah.
9
menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut
merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan
penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin,
dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema (Reeder,
2011).
10
Pathway
Sumber : www.scribd.com
11
VII. Diagnosa Banding
B. Pengkajian
I. Wawancara
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1. Identitas umum ibu, seperti:
a. Nama
b. Tempat tanggal lahir/umur
c. Pendidikan
d. Suku / bangsa
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Alamat rumah
2. Data Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami sakit kepala di daerah frontal,
terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus,
mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral,
bisa terjadi edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat,
dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b. Riwayat kesehatan Dahulu :
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita
penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu
mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan
12
terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu
mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi
dalam keluarga.
d. Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20
tahun atau di atas 35 tahun.
e. Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada
ibu hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2013).
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
13
6. Berat Badan : Biasanya akan terjadi peningkatan berat
badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada
ibu hamil yang mengalami preeklampsia
akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1
kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1
bulan
14. Thorax
14
b. Jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi
palpitasi jantung, pada ibu yang
mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang
mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.
15
20. Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu
pada ibu hamil dengan preeklampsia
(Reeder, 2011; Mitayani, 2011).
16
DO :
1. Keadaan umum
pasien tampak
lemah
2. Terdapat
hipertensi
3. Ekstremitas
tampak edema
DO :
1. Pasien tampak
khawatir/cemas
2. Pasien sering
mengeluh
3. Pasien tampak
tegang
4. Tekanan darah
pasien tinggi
17
Pusing, gangguan penglihatan DO :
1. Keadaan umu
Resiko cedera pada ibu pasien tampak
lemah
2. Pasien tampak
ketakutan
menghadapi
persalinan
3. Tekanan darah
pasien tinggi
18
V. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan aliran tubuh ibu
terganggu
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan pusing, gangguan
penglihatan
4. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Suplai O2 dan Nutrisi
terganggu
19
VI. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
No.
1. D.0009 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Intrakranial
Perfusi perifer tidak efektif keperawatan, diharapkan :
Perfusi perifer meningkat (I. 06194)
Definisi: (L.02011)
Observasi
Penurunan sirkulasi darah pada level
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kapiler yang dapat mengganggu Dengan kriteria hasil :
2. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
metabolisme tubuh. 1. Denyut nadi perifer
(mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
meningkat
nadi melebar, bradikardia, pola nafas
Penyebab: 2. Edema perifer menurun
ireguler, kesadaran menurun)
1. Hiperglikemia 3. Kram otot menurun
3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin 4. Kelemahan menurun
4. Monitor CVP (central Venous Pressure)
3. Peningkatan tekanan darah 5. Tekanan darah sistolik
5. Monitor PWAP, jika perlu
4. Kekurangan volume cairan cukup membaik
6. Monitor PAP, jika perlu
5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena 6. Tekanan darah diastolic
7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure) jika
6. Kurang terpapar informasi tentang membaik
tersedia
faktor pemberat (mis. merokok, gaya
8. Monitor CCP (Cerebral Perfusion
hidup monoton, trauma, obesitas,
Pressure)
asupan garam, imobilitas)
9. Monitor gelombang ICP
7. Kurang terpapar informasi tentang
10. Monitor status pernafasan
proses penyakit (mis. diabetes
11. Monitor intake dan output cairan
mellitus, hyperlipidemia)
12. Monitor cairan serebrospinalis (mis.
8. Kurang aktivitas
Warna, konsentrasi)
20
Terapeutik
1. Meminimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya tegang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari penggunaan IV hipotonik
7. Atur ventilator atau PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja jika
perlu
Edukasi
21
Pemantauan Tekanan Intrakranial
(I.06198)
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan
tekanan TIK
2. Monitor peningkatan TD
3. Monitor pelabaran tekanan nadi (selisish
TDS dan TDD)
4. Monitor penurunan frekuensi jantung
5. Monitor ireguleritas irama nafas
6. Monitor tingkat kesadaran
7. Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
8. Monitor kadar CO2 dan pertahankan
dalam rentang yang diindikasikan
9. Monitor tekanan perfusi serebral
10. Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan serebrospinal
11. Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
22
3. Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
4. Pertahankan posisis kepala dan leher
netral
5. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
(I.020757)
Observasi
Terapeutik
23
Kolaborasi
24
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
jika perlu
25
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
26
3. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau
imajinasi
3. D.0137 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera (I.14537)
keperawatan, diharapkan :
Resiko Cedera Pada Ibu Observasi
Tingkat cedera berkurang
1. Identifikasi area lingkungan yang
(L.14136) berpotensi menyebabkan cedera
Definisi: 2. Identifikasi obat yang menyebabkan
Dengan kriteria hasil :
Beresiko mengalami bahaya atau cedera
kerusakan fisik pada ibu selama masa 1. Resiko cedera menurun 3. Identifikasi kesesuaian alaskaki atau
kehamilan sampai dengan proses 2. Luka atau lecet menurun stoking elastis pada ekstremitas bawah
persalinan. 3. Perdarahan menurun
4. Pola istirahat/tidur Terapeutik
Penyebab : membaik
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
1. Besarnya ukuran janin
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
2. Malposisi janin (posisi posterior)
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
3. Induksi persalinan
dengan lingkungan ruang rawat
4. Persalinan lama kala I, II dan III
4. Gunakan alas lantai jika beresiko
5. Disfungsi uterus
mengalami cedera serius
6. Efek metode/intervensi bedah
5. Sediakan alaskaki antislip
selama persalinan
6. Sediakan pispot atau urinal untuk
7. Kurangnya dukungan keluarga dan
eliminasi di tempat tidur
orang tua
7. Pastikan barang pribadi mudah dijangkau
8. Kurang adekuatnya observasi dan
8. Posisikan tempat tidur di posisi terendah
antisipasi
saat digunakan
9. Keterlambatan pengambilan
keputusan dan manajmen
27
10. Skrining dan perawatan prenatal 9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
yang tidak adekuat dengan kebijakan fasilitas pelayanan
11. Kecemasan berlebihan pada proses kesehatan
persalinan 10. Diskusi mengenai latihan dan terapi fisik
12. Riwayat cedera pada persalinan yang diperlukan
sebelumnya
13. Usia ibu (<15 tahun >35 tahun) Edukasi
14. Paritas banyak
15. Perubahan hormonal 1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
16. Perubahan postur tubuh jatuh ke pasien dan keluarga
17. Ketuban pecah 2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
18. Proses infeksi dan duduk beberapa menit sebelum
19. Penyakit penyerta berdiri
20. Masalah kontraksi
Perawatan Kehamilan Resiko Tinggi
(I.14560)
Observasi
1. Identifikasi faktor resiko kehamilan (mis.
diabetes, hipertensi, lupus eritmatosus,
herpes, hepatitis, HIV, epilepsi)
2. Identifikasi riwayat obstetric (mis.
prematuritas, postmaturitas, preeklamsia,
kehamilan KPD, dan riwayat kelainan
genetic keluarga)
3. Identifikasi sosial dan demografi, (mis.
usia ibu, kemiskinan, terlambat atau tidak
28
ada perawatan prenatal, penganiayaan
fisik dan penyalahgunaan zat)
Terapeutik
1. Dampingi ibu saat merasa cemas
2. Diskusikan seksualitas aman selama
hamil
3. Diskusikan ketidaknyamanan selama
hamil
4. Diskusikan persiapan persalinaan dan
kelahiran
Edukasi
1. Jelaskan resiko janin mengalami
premature
2. Diskusikan kemungkinan intervensi
selama proses kelahiran
3. Anjurkan melakukan perawatan diri
untuk meningkatkan kesehatan
4. Anjurkan ibu untuk beraktivitas dan
beristirahat yang cukup
5. Ajarkan cara menghitung gerakan janin
6. Ajarkan aktivitas yang aman selama
hamil
7. Ajarkan mengenali tanda bahaya (mis.
perdarahan vagina merah terang,
29
perubahan warna ketuban, penurunan
gerakan janin)
Kolaborasi
Observasi
1. Identifikasi kondisi umum pasien
2. Monitor TTV
3. Monitor kelainan tanda vital pada ibu dan
janin
4. Monitor tanda-tanda persalinan
5. Monitor denyut jantung janin
6. Identifikasi posisi janin dengan USG
7. Identifikasi pendarahan pascapersalinan
Terapeutik
1. Siapkan peralatan yang sesuai termasuk
monitor janin, ultrasound, mesin anestesi,
dan penghangat bayi ekstra
30
2. Dukung orang terdekat mendampingi
pasien
3. Gunakan tindakan pencegahan universal
4. Lakukan perineal scrub
5. Fasilitasi rotasi manual kepala janin dari
oksiput posterior ke posisi anterior
6. Lakukan amniotomi selaput ketuban
7. Fasilitasi tindakan forceps atau ekstra
vakum jika perlu
8. Motivasi interaksi orang tua dengan bayi
baru lahir segera setelah persalinan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
2. Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang
terkait dengan kelahiran beresiko tinggi
Kolaborasi
31
4. D.0138 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera (I.14537)
Resiko Cedera Pada Janin keperawatan, diharapkan :
Tingkat cedera menurun Observasi
Definisi : (L.14136) 1. Identifikasi area lingkungan yang
Beresiko mengalami bahaya atau berpotensi menyebabkan cedera
kerusakan fisik pada janin selama proses Dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi obat yang menyebabkan
kehamilan dan persalinan. 1. Resiko cedera menurun cedera
2. Luka atau lecet menurun 3. Identifikasi kesesuaian alaskaki atau
Penyebab: 3. Perdarahan menurun stoking elastis pada ekstremitas bawah
1. Besarnya ukuran janin 4. Pola istirahat/tidur
2. Malposisi janin membaik Terapeutik
3. Induksi persalinan
4. Persalinan lama kala I, II, dan III 1. Sediakan pencahayaan yang memadai
5. Disfungsi uterus 2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
6. Kecemasan yang berlebihan tentang 3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
proses persalinan dengan lingkungan ruang rawat
7. Riwayat persalinan sebelumya 4. Gunakan alas lantai jika beresiko
8. Usia ibu (< 15 tahun atau > 35 tahun) mengalami cedera serius
9. Paritas banyak 5. Sediakan alaskaki antislip
10. Efek metode/bedah selama persalinan 6. Sediakan pispot atau urinal untuk
11. Nyeri pada abdomen eliminasi di tempat tidur
12. Nyeri pada jalan lahir 7. Pastikan barang pribadi mudah dijangkau
13. Penggunaan alat bantu persalinan 8. Posisikan tempat tidur di posisi terendah
14. Kelelahan saat digunakan
15. Merokok 9. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
16. Efek agen farmakologis dengan kebijakan fasilitas pelayanan
17. Pengaruh budaya kesehatan
18. Pola makan yang tidak sehat
32
19. Faktor ekonomi 10. Diskusi mengenai latihan dan terapi fisik
20. Konsumsi alcohol yang diperlukan
21. Terpapar agen teratogen
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk beberapa menit sebelum
berdiri
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat
perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis. fisik, biologi, kimia)
jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya resiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
33
4. Gunakan perangkat pelindung
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas
6. Fasilitas relokasi ke lingkungan yang
nyaman
7. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
34
Daftar Pustaka
35