BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi
merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent
Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa
jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat
cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015. (Pikiran Rakyat.
2016) Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Maka dari itu, pelayanan masa nifas
sangat diperlukan karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Masa nifas
(puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlagsung selama kira-
Berdasarkan data Riskedas 2013 bahwa salah satu penyebab utama kematian ibu nifas
adalah pendarahan dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula kasus akibat penanganan yang
tidak melibatkan tenaga medis dan sampai saat ini, hipertensi merupakan tantangan terbesar
di Indonesia, hipertensi pada masa nifas merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%. (Riskedas, 2013) Tekanan darah tinggi pada ibu nifas yang terus
menerus tanpa adanya penanganan dapat menyebabkan jantung seseorang bekerja extra
keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung,
ginjal, otak dan mata. Hipertensi pada masa nifas merupakan penyebab umum terjadinya
stroke dan serangan jantung hingga terjadi kematian pada ibu nifas. (Masrifah, Siti. 2016)
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, termasuk bidan (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2013). Bidan berperan
penting dalam pemberian pelayanan pada masa nifas untuk mendeteksi dini masalah yang
mungkin terjadi sehingga dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, seperti
Sehubungan dengan hal diatas dan karena salah satu penyebab angka kematian ibu
adalah hipertensi serta didukung dengan banyaknya kasus hipertensi post partum yang terjadi
di Indonesia, maka penulis bermaksud untuk mempelajari lebih lanjut kasus hipertensi pada
ibu nifas. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji Asuhan Kebidanan Patologis Pada
Ibu Nifas dengan Hipertensi, serta untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Nifas.
B. TUJUAN
13. Untuk mengetahui contoh kasus dan penanganan ibu post partum dengan
hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Puerperium berasal adari bahasa latin yaitu puer artinya bayi, dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung kurang lebih 6
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita pada kondisi tidak
untuk pemulihan alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri dan Fisiologi
pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan
hipertensi yang terjadi pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi tetap pada
1) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.
3) Timbulnya odema
1) Pembesaran jantung
5) Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan
tidak selalu diturunkan dalam batas normal ) untuk mencegah dan membatasi
eklamsi atau eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post partum juga bisa
disebabkan karena adanya penyakit ginjal pada ibu hamil yang disertai dengan
hipertensi.
sekuncup, dan TPR, peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak
terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA.
volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat dalam
volume diastolik akhir sehingga volume sekuncup dan tekanan darah meningkat.
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau komsumsi garam yang
berlebihan. Penelitian epdemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan
memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan
ingesti dan ekskresi kurang dari 1 gram garam per hari, yang setidaknya kurang dari
sepuluh kali dari rata-rata konsumsi garam di negara- negara industri. Selain
peningkatan asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan aldosteron
atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu pengendalian garam
dan air.
Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf
simpatis atau hormn pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol
pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat, dan
dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah
semakin meningkat sehingga harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan menyebabkan
hipertensi. Hal ini dapat terjadi akibat respons stres yang berkepanjangan, yang
genetik reseptor norepinefirin di jantung atau otot polos vaskuler. (Buku Saku
Patofisiologis. 2009:485-486).
seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan
menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung
kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus
Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat
gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain
peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih
pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang
Kadang-kadang, tekanan darah mungkin jauh lebih tinggi dalam periode pasca-
oleh kombinasi faktor, termasuk pemberian larutan garam pada wanita yang memiliki
penyebab yang jarang hipertensi postpartum. Wanita dengan gangguan ini mungkin
memiliki tekanan darah lebih rendah selama kehamilan karena efek natriuretik dari
progesteron, dan mungkin hadir dengan hipertensi postpartum signifikan dengan atau
tanpa hipokalemia.
E. Gambaran Klinis Hipertensi Masa Nifas
1) Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
3) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan
kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus
Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat
gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain
oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang
lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. (Maryunani, Anik.
2015)
G. Diagnosis Hipertensi
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala- gejala klinis, Pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat
selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80%
lengan). Tensier dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang baik.
riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner,
obatan bebas, hasil dan efek samping terapi anti hipertensi sebelumnya bila ada, dan
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian di periksa ulang pada lengan kontralateral.
Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjar tyroid. Dicari tanda-tanda
gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran bising, derap, dan bunyi
jantung ketiga atau empat. Paru diperiksa untuk mencari ronchi dan bronkospasme.
dan pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri
perifer yang menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi.
Tabel 2. 1 Klasifikasi hipertensi post partum sesuai WHO/ISH
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau
lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini
berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolic sehingga harus
menurun hingga pasca partum. Gejala dan tanda usia umumnya > 30 tahun, multipara.
dengan ras dan bersifat familial. Tidak disertai dengan proteinuria. Diagnosa
ditegakkan dengan adanya riwayat HT sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan <
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
I. Komplikasi Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Hipertensi Dalam Masa Nifas
Komplikasi komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi dalam masa nifas antara
lain adalah :
1) Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
2) Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak menyuplai cukup
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
Dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna ( hipertensi yang meningkat cepat
dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
susunan saraf pusat. Neuron-neurn di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
5) Kejang
Dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat
lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian
dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau
2) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari)
4) Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil
ketergantungan rokok ) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan
5) Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama
beberapa tahun
6) Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi
7) Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu ) obat –
obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan
hipertensi.
8) Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang
9) Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat tidur dalam
dosis rendah.
11) Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam
diberikan obat anti hipertensi (metildopa, dopamet) atau bila perlu bisa diberikan
MgSO4 lewat infus atau suntikan pada bokong, agen anti hipertensi mungkin
Obat-obatan oral serupa dengan yang digunakan dalam populasi tidak hamil dapat
digunakan. Singkat furosemide terapi (20 mg oral sekali atau dua kali per hari selama
lima hari) dapat memfasilitasi kembali ke normotension pada wanita dengan berat,
tetapi tidak ringan, preeklampsia, terutama mereka dengan edema yang signifikan,
Tekanan darah > 140/90 mmHG tidak tercapai untuk pasien dengan diabetes atau
Pilihan obat
-Indikasi tertentu
inhibitor ACE
*Gagal jantung
*Hipertensisistolok terisolasi
Tidak ada respon atau efek samping Respon tidak adekuat tapi toleransi baik
Tambahkan obat dari golongan lain pertimbangkan untuk dirujuk pada dokter spesialis
hipertensi
Mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat di mulai terapi dengan lebih dari satu
obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg harus diberikan
terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah
ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN DATA
No. MRK :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Suku/kebangsaan : Minang/Indonesia
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, dan mual setelah
seimbang
Keluhan : Nyeri pada bagian pinggang dan sering BAK dimalam hari
hari
Berat Badan : 2.600 gram, Panjang Badan : 47 cm, Apgarscore : 8/9 Jenis
dan menurun.
B. DATA OBJEKTIF
umum : lemah
Muka : Pucat
Mulut : Bersih dan tidak ada caries, stomatitis, gingivitis, ada kal kulus
ASI : Ada
Abdomen : Luka SC masih basah, TFU : 2 Jari dibawah pusat, Kontraksi : Baik
Ektremitas Atas : Terpasang infus RL, tidak ada oedema dan cavilarirevil
darah tinggi
Pre-eklamsi ringan
V. PERENCANAAN (PLANING)
2) Jelaskan penyebab sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, dan mual setelah
melahirkan
VI. IMPLEMENTASI
2) Menjelaskan penyebab sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, dan mual setelah
melahirkan
/m, Rr : 21 x /m, S : 36,20 C, TFU : 2 jari dibawah pusat. Ibu sudah mengetahui
2) Menjelaskan kepada Ibu penyebab sakit kepala, pusing, penglihatan kabur dan
mual adalah karena efek dari tekanan darah tinggi dan kondisi yang lemah
setelah persalinan dan cara mengatasinya yaitu dengan cukup istirahat. Ibu
3) Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu adalah
hal yang biasa terjadi karena adanya perlengketan bekas luka dengan organ lain,
sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi regangan pada jaringan luka. Ibu
5) Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi agar keadaan Ibu cepat pulih
produksi ASI lancar, serta proses involusi uterus berjalan lancar sehingga dapat
mencegah perdarahan. Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstetric Ginekologi & Obstetric Ginekologi
Social Untuk Profesi Bidan.Jakarta : EGC Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas &
Asuhan Ibu Menyusui. Bogor : IN MEDIA Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
31. PKBI. 2015. Kematian Ibu Melahirkan Terus Meningkat. http://pkbi.or.id/kematian-
YP. dkk. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Mitra Wacana Medika