KEBIJAKAN 1.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN
1. Per dir
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, ICU, CVCU,
Neoristi dan Bagian Lain
PENGAMBILAN URIN
PENGAMBILAN URIN
PEMISAHAN SERUM
.
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan mutu SDM laboratorium sehingga dapat memberikan
pelayanan yang profesional.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan mutu tenaga pranata laboratorium kesehatan dan
dokter patologi klinik.
b. Meningkatkan mutu layanan laboratorium klinik
c. Meningkatkan karier tenaga laboratorium klinik
Strategi pelatihan :
o Pengajuan proposal pelatihan sesuai dengan materi
pengembangan laboratorium kepada direktur utama ..
o Koordinasi tingkat rumah sakit dengan instansi tempat pelatihan
atau panitia pelatihan tentang waktu, biaya dan materi
pelatihan.
o Pengiriman staf laboratorium untuk mengikuti pelatihan.
o Pengembangan pelayanan laboratorium di Instalasi Labortorium
Sentral sesuai dengan materi yang didapat di tempat pelatihan.
VIII. Penutup
Program pengembangan SDM ini digunakan sebagai acuan
pengembangan SDM di Instalasi Laboratorium Sentral SPH
Padang, 2016
Kepala Instalasi Laboratorium Sentral
dr.
DOKUMEN Instalasi Rawat Jalan, IPS Non Medik, Bagian terkait lain
TERKAIT
DOKUMEN 1. Blangko arsip hasil pemeriksaan laboratorium
TERKAIT 2. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Berita acara pemusnahan arsip
.
peserta dua botol serum dalam bentuk kering
(lyophylized), beserta formulir hasil rangkap dua,
lembar kode alat, kode reagen, dan kode pemeriksa
serta prosedur pelaksanaan PME.
3. Penerimaan bahan kontrol oleh laboratorium peserta
Peserta menerima, mengecek kelengkapan
pengiriman bahan, parameter pemeriksaan, tanggal
pemeriksaan, dan selanjutnya menyimpan bahan
kontrol dalam lemari es (suhu 2-8C), sampai tiba
waktu pemeriksaan bahan kontrol sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
4. Penyimpanan bahan kontrol oleh laboratorium
peserta PME sampai dengan tanggal pelaksanaan
pemeriksaan bahan kontrol dilaksanakan.
Bahan kontrol di keluarkan dari kemasan wadah
pengiriman, dan disimpan dalam lemari es (suhu 2-
8C), sampai tiba waktu pemeriksaan bahan kontrol
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5. Pelaksanaan pemeriksaan bahan kontrol oleh
laboratorium peserta PME.
Pemeriksaan bahan kontrol dilakukan sesuai dengan
parameter yang diminta oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik Kementrian Kesehatan RI
pada tanggal yang telah ditetapkan.
6. Pengiriman hasil pemeriksaan bahan kontrol oleh
laboratorium peserta kepada penyelenggara PME.
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat dalam
formulir hasil yang tersedia dalam satuan (unit) yang
diminta untuk masing-masing bahan control sesuai
dengan kode botol bahan kontrol.
Dalam formulir hasil disebutkan metode pemeriksaan,
untuk tiap parameter, alat dan reagen yang
digunakan, kode pemeriksa dan nomor kode peserta.
Formulir hasil lembar pertama yang telah diisi dan
ditandatangani oleh pemeriksa dan penanggung
jawab laboratorium dikirim kepada penyelenggara.
Formulir hasil lembar ke dua untuk arsip
laboratorium peserta.
7. Cara penilaian PME
Penilaian peserta dilakukan menggunakan sistem
Indeks Varians (Variance Index ,VI). Pada sistem
penilaian VI digunakan Chosen Coefficient of
Variation (CCV) sebagai pengganti Standard Deviation
(SD). Dengan penilaian VI dapat diketahui
penyimpangan pemeriksaan terhadap nilai target.
Selain itu dengan digunakanya CCV maka dapat
dibandingkan hasil antar negara yang menggunakan
sistem yang sama. Pada sistem penilaian VI juga
diperkenalkan besaran kumulatif seperti MARVIS dan
OMRVIS, sehingga penilaian ini selain memberikan
penilaian sesaat, juga penilaian secara kumulatif.
CCV merupakan skala atau satuan yang menjadi
patokan untuk menentukan sejauh mana hasil
pemeriksaan menyimpang dari hasil yang
diharapkan. Pada saat ini Program Pemantapan Mutu
WHO (International Quality Assessment Scheme,
IEQAS)
PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
KIMIA KLINIK
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
. 3/.
.
menggunakan system yang sama dan telah
menetapkan CCV masing-masing parameter seperti
tabel berikut ini:
Nilai CCV Yang Digunakan
.
g. Overall Mean Running variance Index Score
(OMRVIS) yaitu nilai rata-rata 6 Overall VIS
terakhir untuk seluruh parameter.
h. Kriteria penilaian VIS, MRVIS, dan OMRVIS
adalah sebagai berikut:
No Nilai Kriteria
1 0-100 Baik
2 101-200 Cukup
3 201-300 Kurang
. >300 Buruk
8. Evaluasi hasil PME laboratorium peserta.
Hasil evaluasi berupa prin out dikirim kepada masing-
masing peserta PME. Dari hasil evaluasi tersebut
peserta dapat menilai hasil pemeriksaanya dengan
membandingkannya terhadap nilai target. Apabila
ada nilai menyimpang dari nilai target maka perlu
dilakukan usaha untuk memperbaikinya.
9. Tindakan perbaikan oleh laboratorium peserta.
Evaluasi dan tindakan perbaikan ini dilaksanakan
secara terus-menerus untuk menjamin mutu hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Instalasi
Laboratorium Sentral SPH.
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan, IPS Non Medik, Bagian terkait lain
.
Nilai CV yang digunakan
Xp - Tp
IDp =
SDp
Keterangan:
IDp = Indeks deviasi terhadap nilai target
peserta
Xp = Hasil pemeriksaan peserta
Tp = Nilai rata-rata peserta
SDp = Standard deviasi peserta
Kriteria penilaian
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan, IPS Non Medik, Bagian terkait lain
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan, IPS Non Medik, Bagian terkait lain
Xp - Tp
IDp =
SDp
Keterangan:
IDp = Indeks deviasi terhadap nilai target
peserta
Xp = Hasil pemeriksaan peserta
Tp = Nilai rata-rata peserta
SDp = Standard deviasi peserta
Kriteria penilaian
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Jalan, IPS Non Medik, Bagian terkait lain
.
ii. Persiapan alat
iii. Kalibrasi alat
iv. Pelaksanaan pemeriksaan
c. Tahap Post Analitik
i. Pencatatan dan pelaporan hasil
ii. Administrasi dan pengarsipan
KEBIJAKAN 1.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
yang tepat. Sumber infeksi tersebut dibersihkan
dengan bahan yang memiliki daya serap tinggi,
dengan larutan detergen atau desinfektan (klorin 0,5
% atau 1%).
KEBIJAKAN 1. PER
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
2. Menggunakan sarung tangan dan jas
laboratorium ketika bekerja di laboratorium.
3. Menggunakan penutup muka (masker) bila
menggunakan sentrifuge, atau bahan yang mudah
menguap.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja,
sebelum meninggalkan laboratorium atau pindah
keruangan lain.
5. Selalu diingat bahwa spesimen, bahan
kontrol, dan kalibrator merupakan sumber infeksi
yang potensial sehingga harus diperlakukan sebagai
bahan infeksius.
6. Lakukan dekontaminasi instrumen, meja
kerja, dan peralatan lain yang telah dipakai.
7. Tambahkan desinfektan pada waste
container.
8. Bersihkan bahan sumber infeksi yang
tercecer dengan prosedur yang tepat. Sumber infeksi
tersebut dibersihkan dengan bahan yang memiliki
daya serap tinggi, dengan larutan detergen atau
desinfektan (klorin 0,5 % atau 1%).
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Cara penanganan limbah laboratorium yang telah
dibakukan di Instalasi Laboratorium Sentral .
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Limbah Cair:
a. Darah, serum, transudat, eksudat, dan sisa
spesimen lain dibuang langsung ke septik tank
tanpa desinfeksi.
b. Urine, sperma, sputum, dibuang langsung ke
saluran umum tanpa desinfeksi.
c. Sisa eksperimen, reaksi kimia, bahan kimia :
direndam natrium hipoklorit 0,5-1% selama 10-30
menit, kemudian diencerkan dan dibuang ke
pembuangan umum.
d. Limbah domestik dibuang ke pembuangan atau
saluran umum.
Limbah Padat
a. Limbah padat tajam : Jarum suntik, pisau silet,
lanset, dan lain-lain didesinfeksi dengan natrium
hipoklorit 0,5-1 % selama 10-30 menit, kemudian
dibuang ke penampungan sementara. kemudian
dikirim ke bagian kesehatan lingkungan (K3 RS)
untuk dimusnahkan
b. Limbah padat : kapas, tisu, kertas, plastik dan lain-
lain dibuang ke penampungan sementara,
kemudian dikirim ke bagian kesehatan lingkungan
(K3 RS) untuk dimusnahkan atau dibawa ke TPU
PENANGANAN LIMBAH
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur permintaan barang reagensia dan alat
kesehatan di Instalasi Laboratorium Sentral adalah tata
cara permintaan reagensia dan alat kesehatan di Instalasi
Laboratorium Sentral SPH yang telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur pengunaan barang reagensia dan alat
kesehatan di Instalasi Laboratorium Sentral adalah tata
cara penggunaan reagensia dan alat kesehatan di
Instalasi Laboratorium Sentral . yang telah dibakukan.
.
DOKUMEN SPO pengadaan barang dan jasa rumah sakit
TERKAIT Laporan penggunaan barang di bagian laboratorium
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur permintaan barang rumah tangga di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah tata cara permintaan barang
rumah tangga di Instalasi Laboratorium Sentral . yang
telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. PERDIR..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur penerimaan barang rumah tangga di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah tata cara penerimaan
barang rumah tangga di Instalasi Laboratorium Sentral .
yang telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR 1. Sub penanggung jawab bagian laboratorium (sub
bagian kimia klinik, hematologi, imunologi, urinalisa,
lab IGD, mikrobiologi, dan patologi anatomi)
mengecek persediaan barang di bagian masing-
masing.
2. Sub penanggung jawab membuat daftar kebutuhan
barang rumah tangga yang akan diminta kepada sub
bagian logistik Instalasi Laboratorium Sentral dan
menandatangani daftar tersebut..
3. Sub penanggung jawab laboratorium meminta barang
rumah tangga kepada sub penanggung jawab logistik,
dengan membawa daftar kebutuhan barang rumah
tangga yang telah ditanda tangani.
4. Sub penanggungjawab logistik memeriksa persediaan
barang yang diminta sub penanggung jawab
laboratorium.
5. Sub penanggungjawab logistik menyerahkan barang
sesuai dengan permintaan sub penanggung jawab
laboratorium dengan menandatangani daftar serah
terima barang.
6. Sub penanggungjawab laboratorium menggunakan
barang sesuai dengan kebutuhan laboratorium.
7. Sub penanggung jawab laboratorium mencatat dan
melaporkan pemakaian barang kepada Kepala
Instalasi Laboratorium Sentral.
8. Sub penanggungjawab logistik mencatat dan
membuat laporan pemakaian barang kepada Kepala
Instalasi Laboratorium Sentral dan Direktur ..
PENGGUNAAN BARANG RUMAH TANGGA
DI INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur permintaan barang rumah tangga rutin di
Instalasi Laboratorium Sentral adalah tata cara
permintaan barang rumah tangga rutin di Instalasi
Laboratorium Sentral SPH yang telah dibakukan.
Barang rumah tangga rutin adalah barang-barang
kebutuhan rutin yang disediakan rumah sakit untuk
menunjang jalanya pelayanan laboratorium, misalnya:
alat tulis kantor, sabun detergen, tissue, dan lain-lain.
.
laboratorium sentral
9. Barang rumah tangga didistribusikan ke masing
masing bagian laboratorium sesuai dengan
kebutuhan.
10. Catat pemakaian barang rumah tangga.
11. Laporkan pemakaian barang rumah tangga kepada
Kepala Instalasi Laboratorium Sentral
UNIT TERKAIT Unit Layanan Pengadaan, Sub Bagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur operasional peralatan laboratorium adalah tata
cara pengoperasionalan alat-alat laboratorium yang
digunakan untuk pemeriksaan dan pedoman mengatasi
masalah apabila terjadi masalah pada peralatan
laboratorium di Instalasi Laboratorium Sentral . yang
telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR 2 MEI 201.
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pengiriman specimen liquor
cerebrospinalis (LCS) dari Instalasi Rawat Inap atau
bagian lain ke Instalasi Laboratorium Sentral
(laboratorium IGD atau laboratorium 2. jam) yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan di Instalasi Laboratorium
Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
j) Parameter jenis pemeriksaan laboratorium
klinik yang diminta diberi tanda silang (x) atau cek
list (v).
k) Jumlah biaya pemeriksaan.
d. Spesimen diamati untuk memastikan bahwa
spesimen memenuhi kriteria penerimaan spesimen
dan dapat diperiksa sesuai dengan permintaan dokter
e. Petugas laboratorium sentral menghubungi
laboratorium rujukan yang ditunjuk, untuk
menginformasikan pemeriksaan yang diminta, dan
meminta agar petugas laboratorium rujukan
menjemput spesimen yang telah disiapkan.
f. Surat permintaan pemeriksaan, dan spesimen
diserahkan kepada petugas laboratorium rujukan
yang menjemput spesimen.
g. Petugas laboratorium sentral meminta keterangan
tanggal selesai pemeriksaan dilakukan, dan tanda
terima spesimen pemeriksaan.
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur pelayanan pemeriksaan laboratorium terhadap
pasien Sistem Pengendalian Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) adalah tatacara (prosedur) pelayanan
pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan terhadap
pasien SPGDT meliputi penerimaan pasien, pengambilan
spesimen, pemeriksaan spesimen dan penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium pasien SPGDT di laboratorium
IGD Instalasi Laboratorium Sentral.
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
f) Tanggal permintaan pemeriksaan
g) Waktu permintaan pemeriksaan bagi
pemeriksaan.
h) Waktu pengambilan spesimen
i) Diagnosis atau keterangan klinik
j) Parameter jenis pemeriksaan laboratorium
klinik yang diminta diberi tanda silang (x) atau
cek list (v).
c. Spesimen diamati untuk memastikan bahwa
spesimen memenuhi kriteria penerimaan spesimen
dan dapat diperiksa sesuai dengan permintaan
dokter
d. Data pasien di-input ke Laboratorium Information
System (LIS) dan surat permintaan ditempel barkode
e. Spesimen ditempel barkode identitas.
f. Spesimen diperiksa sesuai dengan permintaan
pemeriksaan.
g. Hasil pemeriksaan yang telah diverifikasi dapat
diakses setiap waktu melalui LIS
h. Hasil pemeriksaan laboratorium cetakan dapat
diambil dalam waktu <30menit.
KEBIJAKAN 1. PER .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR 1. Permintaan darah pasien SPGDT yang dilayani di
Bank darah Instalasi Laboratorium Sentral :
KEBIJAKAN 1. PE...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
OPERASIONAL KULKAS LG
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur operasional mikroskop Leica adalah tata cara
pengoperasionalan mikroskop Leica di Instalasi
Laboratorium Sentral . yang telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR 1. Hubungkan alat dengan listrik.
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol power on
3. Putar revolver untuk mengatur lensa obyektif.
4. Atur tombol aperture untuk mengatur sinar yang
masuk
5. Atur diafragma untuk mengatur intensitas sinar.
6. Letakkan obyek gelas (preparat) pada meja benda
7. Periksa preparat dengan menggunakan lensa
obyektif perbesaran 10 kali.
8. Gantikan lensa obyektif dengan perbesaran .0 kali.
9. Gunakan lensa obyektif perbesaran 100 kali dengan
bantuan minyak imersi bila perlu perbesaran kuat.
10. Matikan mikroskop dengan menekan tombol off
bila pemeriksaan telah selesai dilaksanakan.
11. Bersihkan lensa-lensa yang digunakan dengan
tissue.
12. Bersihkan lensa obyektif perbesaran 100 kali
dengan xilol.
13. Lepaskan stop kontak hubungan alat dengan listrik.
14. Alat ditutup dengan covernya.
15. Simpan alat dengan baik.
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur operasional mikroskop Olympus CX 21 adalah
tata cara pengoperasionalan mikroskop Olympus CX 21 di
Instalasi Laboratorium Sentral . yang telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
UNIT TERKAIT Instalasi Laboratorium Sentral, IPS Non Medik
HALAMAN
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur operasional fotometer adalah tata cara
pengoperasionalan alat fotometer 5010 di Instalasi
Laboratorium Sentral . yang telah dibakukan.
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur operasional urin analyzer Dirhui H500 adalah
tata cara pengoperasionalan alat urin analyzer Dirhui
H500 di Instalasi Laboratorium Sentral . yang telah
dibakukan.
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
. BIDANG HEMATOLOGI
DI INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan hitung leukosit di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan hitung jumlah lekosit secara
konvensional yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di
Instalasi Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. .
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan hitung eritrosit di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan hitung jumlah eritrosit secara
konvensional yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di
Instalasi Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang laboratorium
klinik
PROSEDUR Metode:
Hitung eritrosit secara langsung menggunakan kamar
hitung
Prinsip :
Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian
dimasukkan dalam kamar hitung, jumlah eritrosit dihitung
dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor
konversi
Alat dan Reagen :
a. Hemositometer (kamar hitung dan pipet eritrosit)
b. Mikroskop
c. Larutan Hayem
Cara Kerja :
Mengisi pipet eritrosit
a. Isaplah darah (kapiler atau EDTA) sampai garis tanda
0,5
b. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada luar
dan ujung pipet
c. Masukkan ujung pipet dalam larutan hayem sambil
menahan darah pada garis tanda tadi, Hayem
dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda 101.
d. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet
dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
e. Kocoklah pipet itu selama 15 30 detik, kemudian
letakkan horizontal.
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan hitung trombosit di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit secara
konvensional yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di
Instalasi Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR Metode:
Hitung trombosit cara langsung ammonium oxalat 1%
Prinsip :
Darah diencerkan dengan larutan ammonium oxalat 1%
dan jumlah trombosit dihitung dalam kamar hitung
Alat / Reagen :
a. Hemositometer (kamar hitung dan pipet eritrosit)
b. Mikroskop
c. Larutan ammonium oxalat 1%
Cara Kerja :
Mengisi pipet eritrosit
a. Isap cairan ammonium oxalat 1% ke dalam
pipet eritrosit sampai garis tanda 1 dan buanglah
lagi cairan tersebut.
b. Isap darah (kapiler atau EDTA) sampai garis
tanda 0,5 dan larutan ammonium oxalat 1%
sampai garis tanda 101. Segeralah kocok selama
3 menit.
.
Mengisi kamar hitung
a. Letakkan kamar hitung yang bersih dengan
kaca penutup terpasang mendatar di atas meja
b. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit
terus-menerus
c. Buanglah cairan di dalam batang kapiler
pipet (3. tetes) dan segera sentuhkan ujung pipet
itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca
penutup.
d. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan
perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya
sendiri.
e. Biarkan kamar hitung selama 10 menit
supaya trombosit mengendap
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan laju endap darah di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan laju endap darah secara
konvensional yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di
Instalasi Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat / Reagen :
a. Pipet Westergreen
b. Rak Westergreen
c. Botol bersih
d. Larutan NaCl 0,9 N
e. Darah EDTA
Cara Kerja :
1. Isap NaCl 0,9 N dengan pipet Westergreen sampai
garis tanda 150, masukkan ke dalam botol yang
bersih.
2. Isap darah EDTA dengan pipet Westergreen sampai
garis tanda 0, masukkan ke dalam botol yang
sudah berisi NaCl tadi, homogenkan.
3. Isap campuran darah dan NaCl tersebut ke dalam
pipet Westergreen sampai tanda 0, kemudian
biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak
Westergreen selama 60 menit.
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
4. Baca tingginya lapisan plasma dengan milimeter
dan laporkan angka itu sebagai laju endap darah.
5. Nilai Normal : - Laki laki : < 10 mm/ 1 jam
- Perempuan : < 15 mm/ 1 jam
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan hematokrit di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan hematokrit secara konvensional
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di Instalasi
Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat / Reagen :
a. Pipet kapiler heparin
b. Bahan penutup pipet (cretoseal)
c. Sentrifus hematokrit
d. Grafik hematokrit (mikrohematokrit reader)
Cara Kerja :
1. Isilah pipet kapiler heparin dengan darah hingga
dua pertiga panjang pipet.
2. Tutuplah salah satu ujung dengan bahan penutup.
3. Sentrifus 16.000 rpm selama 5 menit
4. Baca nilai hematokrit dengan menggunakan grafik
(kalkulator khusus)
Alat/ Reagen :
a. Kaca objek
b. Metanol
c. Larutan Giemsa
Cara Kerja :
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur tetap pemeriksaan hitung retikulosit di Instalasi
Laboratorium Sentral adalah prosedur yang dibuat oleh
petugas atau pemimpin laboratorium memuat tata cara
melakukan pemeriksaan hitung retikulosit secara
konvensional yang telah ditetapkan dan dilaksanakan di
Instalasi Laboratorium Sentral ..
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat / Reagen :
a. Kaca objek
b. Tabung kecil
c. Larutan Brilliantcresylblue (BCB)
Cara Kerja :
1. Masukkan 100 l darah EDTA ke dalam tabung
kecil.
2. Campurkan dengan 100 l larutan BCB, biarkan
selama 15 menit.
3. Ambil setetes campuran tersebut, letakkan di atas
kaca objek untuk dibuat sediaan hapus.
4. Periksa dengan lensa imersi dan jumlah retikulosit
dihitung per 1000 eritrosit.
Nilai Normal : 5 15
PEMERIKSAAN HITUNG RETIKULOSIT
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat/ Reagen :
a. Sfigmomanometer
b. Lancet
c. Kapas alkohol
d. Kertas saring Watman
e. Stopwatch
Cara Kerja :
1. Bersihkan bagian voler lengan bawah dengan kapas
alkohol, biarkan kering.
2. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas
dan pompa sampai tekanan .0 mmHg.
3. Pertahankan tekanan tersebut selama pemeriksaan
berlangsung.
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Cara Kerja :
1. Bersihkan salah satu ujung jari 2,3 atau . dengan
kapas alkohol, biarkan kering.
2. Tusukkan lancet arah tegak lurus sidik jari sampai
kedalaman 3 mm.
3. Jika terlihat darah mulai keluar, hidupkan
stopwatch.
4. Teteskan darah ke kaca objek sebanyak 3 tetes
yang terpisah.
5. Tiap 30 detik mulai tetes darah pertama dilakukan
pencongkelan dengan ujung lancet untuk melihat
terbentuknya
PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN
(CLOTTING TIME)
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat / Reagen :
a. Sfigmomanometer
b. Stopwatch
Cara Kerja :
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas
dan pompa sampai tekanan 100 mmHg (tekanan
pertengahan antara sistolik dan diastolik).
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit.
3. Lepaskan ikatan dan tunggu sampai tanda stasis
darah lenyap yaitu dengan cara menyamakan warna
kulit dengan lengan yang tidak dibendung.
4. Cari adanya ptechiae dan hitung jumlahnya dalam
lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira . cm distal
dari fossa cubiti. Rumpel Leede dinyatakan positif jika
ditemukan lebih dari 10 ptechiae.
PEMERIKSAAN PERCOBAAN
PEMBENDUNGAN
(TES RUMPEL LEEDE)
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
.
. 2/2
Nilai Normal : RL negatif
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
Alat / Reagen :
a. Spuit 5 ml + Kapas alkohol
b. Saringan kawat tembaga 30 kawat per inchi
c. Tabung Wintrobe + pipet
d. Sentrifus
e. Kaca objek
f. Methanol + Giemsa
g. Mikroskop
Cara Kerja :
1. Lakukan pungsi vena sebanyak 5 ml, biarkan darah
menjadi beku.
2. Pisahkan bekuan dari serum, kemudian bekuan itu
digerus dan disaring melalui saringan kawat.
3. Hasil saringan dimasukkan ke dalam tabung
Wintrobe dan disentrifus dengan kecepatan 2000
rpm selama 10 menit.
PEMERIKSAAN SEL LUPUS ERITHEMATOSUS
(SEL LE)
INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Cara pembuatan larutan natrium hipoklorit 0,5 % adalah
tata cara pembuatan larutan natrium hipoklorit 0,5% dari
larutan bayclyn 5% yang telah dibakukan di Instalasi
Laboratorium Sentral .
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang laboratorium
klinik
KEBIJAKAN 1. PER
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Needle No 23G atau 2.G
2. Spuit disposable 3ml
B. Bahan
1. Alkohol 96 % untuk fiksasi
2. Kapas alcohol untuk desinfeksi
3. Gelas objek
4. Reagen Giemsa untuk pewarnaan
5. Reagen Papanicoloau untuk pewarnaan
C. Spesimen
Tumor payudara, tiroid, kelenjar getah bening, kelenjar
liur, kista, tumor kulit, tumor jaringan lunak, dan lain-
lain tumor yang terletak dipermukaan tubuh
D. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
spesimen dan mendiagnosis.
2. Analis (teknisi laboratorium) untuk mewarnai
preparat
E. Pelaksanaan
1. Dokter pengirim sudah mengisi formulir permintaan
dengan lengkapdan dipelajari dokter ahli patologi
anatomi, status diberi nomor khusus.
BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (BAJAH)
PADA TUMOR PALPABEL
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Cytospin centrifugation (digunakan bila cairan cukup
banyak)
B. Bahan
1. Gelas objek
2. Deck glass
3. Reagen Papanicoloau untuk pewarnaan
C. Spesimen
Cairan pleura, peritoneum,/ascites, urin, cairan kista,
sputum, bilasan bronchus dan peritoneum , sikatan
bronchus.
D. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
spesimen dan mendiagnosis.
2. Analis (teknisi laboratorium) untuk mewarnai
preparat
E. Pelaksanaan
1. Alat cytospin disiapkan
2. Cairan dimasukkan dalam tabung reaksi
3. Tabung dipasangdan diseimbangkan dalam wadah
di cytospin.
4. Spesimen di sentrifugasi
5. Endapan dibuat hapusan
6. Sediaan diwarnai dengan giemsa dan hematoksilin
(HE)
7. Sediaan diperiksa dengan mikroskop untuk
mendiagnosis
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Spatula ayre
2. Speculum cocor bebek
3. Bed gynaecologic
B. Bahan
1. Alkohol 96 % untuk fiksasi
2. Kapas alcohol untuk desinfeksi
3. Gelas objek
4. Deck glass
5. Reagen Papanicoloau untuk pewarnaan
C. Spesimen
Infertilitas, inflamasi, preneoplastik, dan kanker
serviks, kelainan genitalia wanita lainnya.
D. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
spesimen dan mendiagnosis.
2. Analis (teknisi laboratorium) untuk mewarnai
preparat
E. Pelaksanaan
1. Dokter pengirim sudah mengisi formulir permintaan
dengan lengkap dan dipelajari dokter ahli patologi
anatomi, status diberi nomor khusus.
2. Teknisi menyiapkan staining jar berisi alkohol 96 %,
spatula ayre, speculum cocor bebek, kapas
desinfeksi dan gelas objek.
PEMERIKSAAN SITOLOGI EKSFOLIATIF
(PAPANICOLOAU SMEAR)
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Frozen Section
2. Microtome
B. Bahan
1. Formalin 10%
2. Gelas objek
3. Deck glass
4. Reagen Haematoksilin Eosin (HE) untuk pewarnaan
C. Spesimen
Tumor payudara, tiroid, ovarium, dll.
D. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
spesimen dan mendiagnosis.
2. Analis (teknisi laboratorium) untuk mewarnai
preparat
E. Pelaksanaan
1. Minimal satu hari sebelumnya dokter klinik yang
meminta pemeriksaan potong beku sudah
menghubungi laboratorium PA untuk meminta
pemeriksaan.
2. Alat frozen section disiapkan sehingga mencapai suhu
optimal untuk pemeriksaan.
3. Formulir pemeriksaan yang sudah diisi lengkap dikirim
ke laboratorium PA dengan spesimen dikirim dalam
keadaan segar (tidak difiksasi)
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Prosesing jaringan
2. Microtome
3. Alat pewarnaan
B. Bahan
1. Formalin 10%
2. Gelas objek
3. Deck glass
4. Reagen Haematoksilin Eosin (HE) untuk pewarnaan
C. Spesimen
Semua jaringan yang diangkat dari manusia.
D. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
specimen (memotong jaringan) dan mendiagnosis.
2. Analis (teknisi laboratorium) untuk mewarnai
preparat
E. Pelaksanaan
1. Spesimen jaringan dikirim dalam keadaan difiksasi
dengan formalin 10% disertai dengan formulir
permintaan pemeriksaan yang sudah diisi lengkap
dikirim ke laboratorium PA .
2. Formulir diberi nomor khusus oleh staf administrasi
laboratorium PA
. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI RUTIN
(BLOK PARAFIN)
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium
patologi anatomi adalah tata cara (prosedur) pelayanan
pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium patologi
anatomi di Instalasi Laboratorium Sentral untuk
mendiagnosis histopatologik suatu jaringan atau cairan
yang diambil dari tubuh manusia.
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PEMOTONGAN JARINGAN
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Pemotongan jaringan adalah tata cara proses mengambil
sebagian jaringan spesimen untuk dibuat sediaan
pemeriksaan histopatologi yang dilakukan oleh Dokter
Spesialis Patologi Anatomi di Instalasi Laboratorium
Sentral untuk mendiagnosis pasien.
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Telenan
2. Pinset
3. Mistar
4. Pisau yang tajam
5. Kaset (tempat potongan jaringan
B. Spesimen
Semua jaringan yang diangkat dari tubuh manusia
C. Pelaksana
1. Dokter ahli patologi anatomi, untuk mengambil
spesimen dan mendiagnosis.
2. Dokter residen PA yang yang sudah diizinkan
memotong spesimen
3. Analis (teknisi laboratorium) sebagai asisten dalam
pemotongan jaringan dan mempersiapkan jaringan
untuk diproses pemeriksaan.
D. Pelaksanaan
1. Spesimen dalam wadah yang sudah diberi nama
pasien dan nomor registrasi laboratorium PA dibawa
ke ruang pemotongan jaringan beserta formulir
permintaan pemeriksaan.
2. Dokter spesialis patologi anatomi atau dokter residen
PA yang telah mendapat izin pemotongan jaringan
mengeluarkan specimen jaringan dari wadah dan
meletakkan jaringan di atas telenan.
PEMOTONGAN JARINGAN
KEBIJAKAN 1. PER...
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Staining jar
2. Watter bath
3. Hot plate
4. Objek glass
5. Deck glass
B. Spesimen
Semua jaringan yang diangkat dari tubuh manusia dan
sudah di buat preparat.
C. Reagen
1. Larutan haematoksilin
2. Larutan eosin
3. Alkohol dengan kadar bertingkat
4. Entelan
5. Xilol
D. Pelaksana
Analis (teknisi laboratorium)
E. Pelaksanaan
1. Preparat dipanaskan dalam oven 80C selama 15
menit.
2. Kemudian diangkat dan dimasukkan kedalam xylol
dalam keadaan panas selama 15 menit supaya lilin
lepas dari preparat.
3. Preparat dikeringkan.
PEWARNAAN GIEMSA
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Pewarnaan giemsa adalah tata cara (prosedur)
pewarnaan sediaan jaringan (preparat) menggunakan
larutan giemsa untuk pemeriksaan sitologi oleh Dokter
Spesialis Patologi Anatomi di Instalasi Laboratorium
Sentral untuk mendiagnosis pasien.
KEBIJAKAN 1. PER..
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
PROSEDUR A. Alat
1. Staining jar
2. Hot plate
3. Objek glass
4. Deck glass
B. Spesimen
Semua cairan tubuh dan jaringan gaster yang diangkat
dari tubuh manusia dan sudah di buat preparat.
C. Reagen
1. Larutan Giemsa
2. Methanol
3. Entelan
4. Xilol
D. Pelaksana
Analis (teknisi laboratorium)
E. Pelaksanaan
1. Preparat dikering anginkan
2. Preparat diberi methanol kemudian dikeringkan.
3. Preparat digenangi larutan giemsa 1:10 selama 15
menit kemudian dicuci dengan air mengalir.
4. Preparat dikeringkan
5. Preparat masukkan kedalam xylol selama 5 menit.
. PEWARNAAN GIEMSA
HALAMAN
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur penyimpanan spesimen jaringan di laboratorium
patologi anatomi adalah tata cara (prosedur)
penyimpanan spesimen jaringan sisa pembuatan
preparat pemeriksaan histopatologi untuk dapat diperiksa
kembali apabila dibutuhkan oleh dokter klinik atau
Dokter Spesialis Patologi Anatomi di Instalasi
Laboratorium Sentral untuk mendiagnosis pasien.
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
KEBIJAKAN 1. PER.
2. Kepmenkes RI No 298/MENKES/SK/III/2008 tentang
pedoman akreditasi laboratorium kesehatan.
3. Permenkes RI No .11 tahun 2010 tentang
laboratorium klinik
B. Pelaksanaan pemeriksaan
1. Siapkan alat dengan strip tes telah dipasang pada
site yang benar dan alat dalam keadaan ready.
2. Lakukan pungsi darah kapiler secara aseptik.
3. Hapus tetesan darah yang pertama kali keluar dari
ujung jari atau daerah kapiler tempat penusukan
lain.
PENELITIAN
DI INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL
.
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. .
.
PENGERTIAN Prosedur penelitian di Instalasi Laboratorium Sentral
adalah tata cara yang berlaku untuk melaksanakan
penelitian ilmiah yang telah ditetapkan oleh Direktur
Utama SPH
B. Pelaksanaan penelitian:
1. Peneliti dapat menyediakan sendiri reagen dan alat
kesehatan habis pakai yang dibutuhkan untuk
penelitian.
2. Peneliti dapat menggunakan peralatan
laboratorium dibawah pengawasan staf Instalasi
Laboratorium sentral
PENELITIAN
. DI INSTALASI LABORATORIUM SENTRAL