Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI DAN STRUKTUR SEL HEPAR

A. PENGERTIAN SEL HEPAR

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat


kurang lebih 1,5 kg (Junqueira dkk., 2007). Hati atau hepar adalah organ viseral
terbesar dan terletak di bawah kerangka iga (Sloane, 2004). Hepar bertekstur
lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan
hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan
cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra
(Snell, 2006).
Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing
lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara lobulus-lobulus
terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae
hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (triashepatis). Darah arteria dan
vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena
centralis (Sloane, 2004).
Persarafan pada hepar dibagi menjadi dua yaitu bagian parenkim dan
permukaan hepar. Pada bagian parenkim, persarafan dikelola oleh N.Hepaticus
yang berasal dari plexus hepatikus. Mendapatkan persarafan simpatis dan
parasimpatis dari N.X. Sedangkan pada bagian permukaannya mendapatkan
persarafan dari nervi intercostales bawah.

B. FISIOLOGI SEL HEPAR


Vena porta hepatika mengalirkan darah keluar dari system venous usus
dengan membawa nutrien yang diserap di dalam saluran cerna ke hati. Hati
melaksanakan berbagai fungsi metabolik.Sebagai contoh, pada saat puasa hati
akan menghasilkan sebagian besar glukosa melalui glukoneogenesis serta
glikogenolisis,melakukan detoksifikasi, menyimpan glikogen dan memproduksi
getah empedu disamping berbagai protein serta lipid (Berkowitz,2013).
fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa
menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa
kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh
yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan
lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam
amino,pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan
tubuh,pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam
amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam
bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
C. SISTEM EKRESI SEL HEPAR

Hati memegang peranan yang penting dalam menjaga metabolisme


tubuh. Fungsi hati manusia dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu,
amonia dan urea. Serangkaian reaksi terjadi saat pembentukan empedu, amonia,
dan urea sampai pengeluarannya dari tubuh. Kelainan pada hati akan
menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi. Berikut adalah beberapa sistem
ekskresi hati pada manusia :

1. Ekskresi Melalui Empedu

Empedu merupakan cairan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan


oleh hati. Fungsi empedu diantaranya:

a. Membantu pencernaan lemak dalam usus halus, empedu membantu fungsi


enzim lipase usus halus dengan meningkatkan luas permukaan lemak
sehingga mudah untuk diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
b. Sebagai pengemulsi lemak, empedu mengikat lemak dengan membentuk
misel misel. Misel ini mudah larut dalam air sehingga mudah ditransport
mendekati dan diserap dinding bagian bagian usus halus.
c. Memberi suasana basa, beberapa enzim pencernaan di usus tidak bisa
bekerja optimal dalam suasana asam. Hal ini dinetralisir oleh empedu yang
bersifat basa.
d. Membantu pencernaan vitamin larut lemak, dengan membantu pencernaan
lemak secara tidak langsung empedu juga membantu pencernaan vitamin
vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
e. Bakterisida, empedu memiliki sifat bakterisida yaitu mengurangi bakteri
merugikan pada bagian bagian usus besar.

Proses eksresi melalui empedu:

1) Pembentukan Empedu

Empedu dibentuk oleh sel hepatosit (sel hati) kemudian dialirkan


melalui saluran empedu menuju usus halus atau menuju kantong empedu
untuk disimpan. Komposisi empedu antara lain air, getah empedu, bilirubin,
kolesterol, asam lemak, lesitin, natrium, kalium, kalsium, klorida, dan ion
bikarbonat. Zat-zat dalam empedu merupakan zat yang akan dibuang dari
tubuh. Mineral mineral yang ada dalam empedu sebenarnya dibutuhkan
tubuh, namun tubuh tidak bisa menyimpannya. Akibatnya kelebihan mineral
ini dibuang keluar tubuh melalui empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati
dapat mencapai 1 liter per hari.

2) Penyimpanan Empedu

Tidak semua empedu yang dihasilkan dikeluarkan dalam usus halus.


Sebagian besar empedu disimpan dalam tubuh pada kantong
empedu. Fungsi kantong empedu lainnya dapat dibaca pada artikel
sebelumnya. Kantong empedu hanya dapat menyimpan empedu sekitar 30-
60 ml saja, sehingga empedu dari hati dipekatkan dengan cara
mengabsorbsi air, natriun, klorida dan elektrolit lainnya. Akibatnya ada
perbedaan yang signifikan antara konsentrasi empedu yang disekresikan
hati dan yang disimpan dalam kantong empedu.

3) Sekresi Empedu

Empedu yang disimpan dalam kantong empedu akan disekresikan


saat ada makanan yang masuk kedalam usus halus. Peristiwa ini biasanya
terjadi 20 menit setelah konsumsi makanan atau minuman. Makanan,
khususnya yang mengandung lemak, akan merangsang kantong empedu
untuk mensekresikan empedu. Sekresi empedu juga dipengaruhi oleh
rangsangan dari kelenjar pankreas dan saraf saraf pada perut. Penjelasan
lebih lengkap mengenai fungsi kelenjar pankreas dapat dibaca pada artikel
sebelumnya.

2. Ekskresi Melalui Siklus Urea

Amonia merupakan hasil samping dari metabolisme protein dalam


tubuh. Amonia merupakan zat yang bersifat racun dalam tubuh. Kelebihan
amonia dalam tubuh dapat menyebabkan keseimbangan terganggu dan
mengurangi energi yang dihasilkan tubuh. Ini disebabkan amonia
menggunakan α-ketoglutarat pada siklus krebs untuk membentuk glutamin.
Oleh karena itu kadar amonia dalam tubuh tidak boleh lebih dari 35µmol/L.
kelainan pada tubuh yang berkaitan dengan kadar amonia/urea yang tinggi
disebut hiperamonemia. Tubuh manusia akan merespon keberadaan amonia
dengan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak beracun, yaitu urea melalui
siklus urea.

a. Siklus Urea

Urea merupakan zat yang tidak beracun dan dapat dibuang melalui
urin. Urea merupakan hasil reaksi dari amonia, karbondioksida dan asam
aspartat. Reaksi ini terjadi dalam matriks mitokondria dan sitosol dari sel
hepasit. Pembentukan urea berlangsung melalui 5 tahapan yaitu:

1) Pembentukan karbamoil fosfat, karbamoil fosfat dibentuk dari reaksi


amonia, ion bikarbonat dari karbondioksida. Reaksi ini membutuhkan
energi ATP dan dikatalis oleh enzim pada mitokondia.
2) Pembentukan sitrulin, sitrulin dibentuk dari ornitin dan karbamoil fosfat
dengan bantuan enzim ornitin transkarbomoilase. Sitrulin kemudian
masuk ke dalam sitosol.
3) Pembentukan argininosusinat, sitrulin pada sitosol dikatalis
menggunakan enzim argininosusinat sintetase dan energi ATP
membentuk argininosusinat.
4) Pemecahan argininosusinat, segera setelah terbentuk argininosusinat
dipecah oleh enzim argininosusinat liase menjadi arginine dan
fumarat. Fumarat yang dihasilkan masuk kedalam siklus krebs.
5) Hidrolisis arginine, arginine kemudian bereaksi dengan air dan
menghasilkan ornitin dan urea. Ornitin yang dihasilkan akan masuk
kembali dalam reaksi tahap kedua.
b. Sekresi Urea

Urea yang dihasilkan dari siklus urea pada hati kemudian dibawa ke
dalam ginjal untuk selanjutnya dibuang bersama urin. Selain melalui ginjal,
urea juga dapat dikeluarkan tubuh melalui keringat pada kulit. Kedua organ ini
saling melengkapi. Saat cuaca dingin, keringat jarang keluar sehingga
sebagian besar urea dikeluarkan melalui urin. Sedangkan pada cuaca panas,
urea banyak dikeluarkan melalui keringat.
Apabila ekskresi amonia terganggu maka kadar amonia dalam darah akan
meningkat. Kondisi ini disebut dengan hiperamonemia. Penderita
hiperamonemia akan mengalami beberapa gejala sebagai berikut:

1) Dehidrasi, penderita hiperamonia akan mengalami dehidrasi akibat adanya


ketidakseimbangan cairan pada tubuh yang disebabkan mengingkatnya
kadar amonia dalam darah.
2) Kelesua, kadar amonia yang meningkat akan mengganggu jalannya siklus
krebs sebagai penghasil energi utama tubuh. Akibatnya tubuh terasa
lemas.
3) Nafas memburu, energi yang dihasilkan tubuh berkurang sehingga bagian
bagian otak manusia mengirimkan sinyal untuk mempercepat metabolisme
tubuh, salah satunya dengan mempercepat pengikatan oksigen.
4) Lemah otot, otot lurik memerlukan banyak energi dalam beraktivitas. Jika
energi berkurang maka otot akan melemah.
D. PENYAKIT SEL HEPAR
1. Hepatitis

Istilah ini dipakai untuk semua peradangan yang terjadi pada


hati.Penyebab dari hepatitis berbagai macam, mulai dari virus sampai obat-
obatan termasuk semua jenis bat-obatan tradisional. Infeksi virus hepatitis B di
Amerika Serikat menurut CDC (The Centers for Disease Control and
Prevention) sekitar 300.000 kasus. Virus hepatitis terdiri dari banyak jenis:
hepatitis A,B,C,D,E,F dan G. Kelanjutan dari penyakit hepatitis karena virus
bisa menjadi akut, kronik, bahkan menjadi kanker hati. Virus-virus ini dapat
dibedakan melalui penanda antigenetiknya, namun virus-virus ini dapat
menyebabkan penyakit yang serupa secara klinis dan berakibat infeksi sub
klinis asimtomatik hingga berakibat infeksi akut yang fatal ( Depkes RI, 2007)

a) Hepatitis A ( HAV)

Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi


secaraenterik. Virus ini tidak terdiri dari selubung dan dapat bertahan hidup
pada cairan empedu. Virus hepatitis A berbentuk kubus simetris untai
tunggal yang termasuk pada golongan picornavirus, dengan sub klasifikasi
hepatovirus. Masa inkubasi virus hepatitis dalam RNA selama 4 minggu
dan hanya berkembang biak pada hati, empedu, feses dan darah.
Penularan virus hepatitis A dapat melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Gejala dari penyakit hepatitis A
yang dirasakan oleh pasien dewasa berupa rasa lelah, demam, diare, mual,
nyeri perut, mata juling, hilangnya nafsu makan dan gejala tampak seperti
flu (Depkes RI,2007). Antibodi terhadap virus hepatitis A dapat tampak atau
muncul selama masa akut dan saat nilai SGPT tinggi. Respon yang
ditimbulkan oleh antibody berupa IgM anti virus hepatitis A (Mangel, 1996).
Vaksin adalah salah satu alternative pengobatan untuk virus hepatitis A
akan memberikan kekebalan selama 1 bulan setelah suntikan pertama
(Depkes RI, 2007).
b) Hepatitis B (HVB)
Virus Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus). Virus ini
paling sering dijumpai di seluruh dunia. Hepatitis B ditandai dengan
peradangan kronik pada hati dan berlangsung selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan setelah terjadi infeksi akut, karena berlangsung
sangat lama penyakit ini dapat bersifat persisten. Pasien yang telah
menderita penyakit ini akan mambawa virus dan dapat menjadi sumber
penularan. Penularannya melalui darah atau transmisi seksual, jaram
suntik, tato, tindik, akupuntur, tranfusi darah. Hepatitis B sangat
beresiko terhadap pasien yang menggunakan narkotika dan
mempunyai banyak pasangan seksual. Gejala yang ditunjukkan oleh
penyakit adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah namun jarang
ditemukan demam (Depkes RI, 2007).
Antigen yang diperiksa dalam hepatitis B adalah HBsAg, HBcAg,
dan
HBeAg. HBsAg ditemukan pada pasien hepatitis B akut dan sebagai
penanda
blood borne virus dan status karier penyakit (Mangel, 1996).
Imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari
hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari
penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik merupakan
cara pencegahan penularan hepatitis B (Depkes RI, 2007).
c) Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisa
menyebabkan kerusakan perlahan-lahan pada organ hati. Penyakit ini
tidak
menimbulkan gejala-gejala khusus biasanya pasien hanya terserang flu
berupa demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau
hilangnya selera makan (Depkes RI, 2007).
d) Hepatitis D
Hepatitis D ditandai dengan terdapatnya virus delta dan merupakan
virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap. Virus ini
memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan
patogenisitasnya. Gejala yang dirasakan bervariasi dan dapat dirasakan
sebagai gejala yang ringan atau sangat
progrsif (Depkes RI, 2007).
e) Hepatitis E
Hepatitis E merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya kecuali terjadi pada saat kehamilan pada trimester 3
sehingga dapat menyebabkankematian. Gejala mirip dengan hepatitis
A. Air yang terkontaminasi feces
merupakan penularan dari hepatitis E (Depkes RI,2007).
f) Hepatitis F
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F. para pakar saat ini
belum sepakat mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit
hepatitis yang terpisah dari hepatitis lainnya (Depkes RI, 2007).
g) Hepatitis G
Serupa dengan hepatitis C seringkali infeksi bersamaan dengan
hepatits B namun hepatitis ini tidak menyebabkan masalah kronik.
Penularan hepatitis G melalui tranfusi darah dan jarum suntik (Depkes
RI, 2007).
2. Sirosis hati
Istilah sirosis hati dicetuskan oleh Laennec tahun 1819 yang berasal dari
kata Khirros yang berarti warna kuning orange. Sirosis hati adalah suatu
penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
system arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi
(Sutiadi, 2003). Gejalanya berupa perdangan difus dan selama bertahun-tahun
pada hati serta diikuti dengan fibrosis, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati
sehingga menimbulkan kekacauan dalam susunan parenkim hati.
Terdapat 3 pola khas yang biasanya ditemukan pada sirosis hati yaitu:
a) Mikronodular
Sirosis mikronodular ditandai dengan terbentuk septa tebal teratur yang
terdapat dalam parenkim hati, mengandung nodul halus dan kecil tersebar
diseluruh lobul. Sirosis mikronodular berukuran 3 mm (Lawrence, 2003).
b) Makronodular
Sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa tebal,
besarnya bervariasi dan terdapat nodul besar di dalamnya sehingga terjadi
regenerasi parenkim (Lawrence, 2003).
3. Campuran
Terdapat mikro dan makronodular yang tampak (Lawrence, 2003).
Secara fungsional sirosis hati juga terbagi menjadi beberapa macam:
a) Sirosis hati kompensta atau sirosis hati laten
Sirosis ini tidak memiliki gejala spesifik. Skrining adalah cara untuk
mengetahui penyakit hati ini.
b) Sirosis hati dekompensata atau Active Liver Cirrhosis
Gejala dan tanda sirosis hati dekompensata seperti asites, edema
dan icterus. alkoholisme virus hepatic, kegagalan jantung, malnutrisi,
penyakit Wilson, hemokromotosis dan zat toksik lainnya merupakan
beberapa penyakit lain yang diduga dapat menyebabkan sirosis hati
(Nurjanah, 2007).
3 pola khas yang ditemukan pada kebayakan kasus sirosis hati :
1) Sirosis Laennec
Sirosis laennec disebut juga sirosis alkoholik, sirosis portal atau sirosis
gizi. Kasus ini merupakan suatu pola khusus yang terkait
penyalahgunaan alkohol.Perubahan pertama pada hati yang
ditimbulkan alkohol adalah peningkatan lemak secara bertahap di dalam
sel-sel hati. Peningkatan jumlah lemak mencerminkan
adanya gangguan metabolik yang mencangkup pembentukan trigliserid
secara berlebihan, menurunnya jumlah keluaran trigliserid dari hati dan
menurunnya oksidasi dalam lemak (Nurjanah, 2007).
2) Sirosis pascanekrotik
Sirosis ini terjadi setelah nekrosis berbecak atau tampak pada
jaringan hati. Hepatosit yang ada dikelilingi dan terpisah oleh jaringan
parut. Sekitar 25%-70% memiliki hasil HBsAG yang positif sehingga
menunjukkan hepatis kronis. Ciri dari sirosis ini adalah terlihat faktor
predisposisi timbulnya neoplasma hati primer (Nurjanah, 2007).
3) Sirosis biliaris
Kerusakan yang diawali dengan kerusakan duktus biliaris yang
dapat menimbulkan pola sirosis. Penyebab sirosis biliaris adalah
obstruksi biliaris pasca hepatik yang ditandai dengan statis empedu
yang menimbulkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan
kerusakan sel-sel hati (Nurjanah, 2007).

Anda mungkin juga menyukai