Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAKTERIOLOGI III

METODE DILUSI, ANTIMICROBIAL GRADIENT DAN SHORT AUTOMATED

INSTRUMENT SYSTEM

DI SUSUN OLEH :

NAMA : PUTRI REGITA KATILI

NPM : 2320191004

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan

sanggup untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “ METODE DILUSI, ANTIMICROBIAL

GRADIENT DAN SHORT AUTOMATED INSTRUMENT SYSTEM”.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi

Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak

terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu, saya mengharapkan kritik serta

saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang

lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon

maaf .

Gorontalo, April 2021

Putri regita katili


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu

bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari

suatu antibiotik (Wahyutomo, 2009). Hasil sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik

ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk, semakin besar diameter zona hambat

yang terbentuk maka pertumbuhannya semakin terhambat sehingga dibutuhkan standar acuan

untuk menentukan apakah bakteri tersebut resisten atau sensitive terhadap suatu antibiotik.

Beberapa faktor yang dapat mempengarui diameter zona hambat diantaranya adalah waktu

peresapan bakteri dalam media agar, konsentrasi antibiotik (Soemarno, 2000). Uji sensitivitas

bakteri terhadap suatu antibiotik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi cakram

(diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial gradient dan short

automated instrumen system. Uji sensitivitas dengan cara difusi merupakan cara yang paling

banyak digunakan karena teknis pemeriksaan lebih mudah dilakukan. Uji sensitivitas dengan

metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby Bauer dengan teknik disc

diffusion (cakram disk) atau bisa juga menggunakan teknik sumuran (Dwyana, Z. 2006.)

Teknik kerja dari metode Kirby Bauer cukup sederhana dimana teknik disc diffusion

akan lebih mudah dikerjakan dibandingakan dengan teknik sumuran, akan tetapi uji

sensitivitas menggunakan teknik disc diffusion memiliki harga disk antibiotik yang relatif

mahal sehingga tidak selalu tersedia ketika dibutuhkan untuk praktikum, sehingga teknik
sumuran menjadi lebih efisien untuk digunakan. Uji sensitivitas dengan teknik sumuran

dilakukan dengan cara membuat suatu lubang atau sumuran pada. media agar plate sehingga

antibiotik dapat dimasukkan, akan tetapi pada saat pembuatan sumuran memiliki beberapa

kesulitan seperti terdapatnya sisasisa agar pada suatu media yang digunakan untuk membuat

sumuran, selain itu juga besar kemungkinan media agar retak atau pecah disekitar lokasi

sumuran sehingga dapat mengganggu proses peresapan antibiotik kedalam media yang akan

mempengaruhi terbentuknya diameter zona bening saat melakukan uji sensitivitas, sehingga

diperlukan teknik yang cukup baik untuk mendapatkan sumuran utuh yang tidak

mengganggu kerja dari uji sensitifitas antibiotik terhadap suatu bakteri (Wahyutomo, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode dilusi, antimicrobial gradient dan

short automated instrument system?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tujuan dari metode dilusi antimicrobial gradient dan short automated

instrument system?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Antibiotik

Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen

kemoterapetik. Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang

mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menhambat pertumbuhan atau

membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin,

dan lainlain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen

kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah

ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi

penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas

kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Wahyutomo Ridha.

2009)

2.2 Metode dilusi

Metode dilusi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui potensi suatu

senyawa terhadap aktifitas mikroba dengan menentukan Konsentrasi Hambat Minimal

(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) (Lennette dkk., 1991). Kajian yang

diarahkan untuk mendapatkan dosis atau konsentrasi yang tepat bagi penggunaan senyawa

dari tumbuhan ini yang bersifat antibakteri khususnya kulit dan biji buah pulasan belum

pernah dilaporkan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menentukan

Konsentasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) dari
ekstrak kasar etil asetat, dan etanol kulit dan biji buah pulasan terhadap bakteri

Staphylococcus aureus (Gram+) dan Escherichia coli (Gram -) , sehingga dapat menambah

sumber antibakteri alami yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan (Bibiana W, L. 1994)

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat

(solid dilution).

1. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution) Metode ini mengukur MIC

(minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimal) dan MBC

(minimum bactericidal concentration atau kadar bunuh minimum). Cara yang

dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium

cair yang ditambahkan dengan larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang

terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM

tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji

ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap

terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Djide, dan Sartini. 2008)

2. Metode dilusi padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji

(Gillespie,2007)

2.2 Antimicrobial Gradient

Antimicrobial Gradient Cara ini termasuk cara baru, dengan menggunakan satu jenis

antibiotika dengan beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan pada strip plastic, sering

disebut E- test. Prinsipnya hampir sama dengan cara Kirby Bauer, yaitu meletakkan strip
pada Muller Hinton, kemudian diinkubasi selama 12 jam dan dilakukan pengamatan adanya

zona hambat E- test (Entjang Indan, 2003).

2.3 Short Automated Instrument System

Short Automated Instrument Systems ( SIAIA ) FDA (Food and Drugs Administration)

memperkenalkan dua sistem untuk tes sensitivitas yang lebih cepat dan akurat, yaitu

MicroScan walk away dan Vitek systems utilize similar techniques. Sebuah penampang

microdilution diberi bakteri dengan jumlah yang telah diketahui sebelumnya, kemudian

beberapa antibiotika dapat diberikan pada penampang microdilution. Dalam 3 sampai 10

jam akan muncul pada software informasi mengenai reaksi, identifikasi bakteri dan pola

resistensi antibiotika. Cara ini merupakan cara terbaru dan menggunakan teknologi tercepat.

Berdasarkan metode Kirby Bauer, beberapa antibiotika menunjukkan diameter daerah

hambatannya dengan menggunakan disk sensitivitas (Dwyana, Z. 2006)


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai

kemampuan dalam larutan encer untuk menhambat pertumbuhan atau membunuh

mikroorganisme dan metode dikus yang digunakan untuk mengetahui potensi suatu senyawa

terhadap aktifitas mikroba, Antimicrobial Gradient termasuk cara baru, dengan

menggunakan satu jenis antibiotika dengan beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan

pada strip plastic, Short Automated Instrument Systems yaitu dua sistem untuk tes

sensitivitas yang lebih cepat dan akurat,

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya dilakukan pengujian sensitivitas

terhadap penyakit- penyakit yang lain, yang dalam pengobatannya menggunakan antibiotika
DAFTAR PUSTAKA

Bibiana W, L. 1994. Analisa Mikroba Di Laboratorium. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Depkes RI. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit infeksi pernapasan Handbook.

Djide, M.N., dan Sartini. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Lembaga Penerbit UNHAS.
Makassar

Djide, M.N., 2010. Mikrobiologi Klinik.Bagian Mikrobiologi-Bioteknologi Farmasi, Fakultas


Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Dwidjoseputro, D., 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Dwyana, Z. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas MIPA UNHAS. Makassar.

Entjang Indan. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Ganiswarna, S., G.Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed. IV. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Gillespie, Stephen., Bamford, Kathleen. 2007. Mikrobiologi Medis Dan Infeksi. Erlangga.
Jakarta
Wahyutomo. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Lembaga Penerbit UNHAS.
DJI

Wahyutomo Ridha. 2009. Tes Sensitivitas Untuk Menentukan ResistensiAntibiotika.. Diakses 5


April 2012
WHO. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan,Handbook.

Anda mungkin juga menyukai