INSTRUMENT SYSTEM
DI SUSUN OLEH :
NPM : 2320191004
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf .
PENDAHULUAN
Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu
bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari
suatu antibiotik (Wahyutomo, 2009). Hasil sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik
ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk, semakin besar diameter zona hambat
yang terbentuk maka pertumbuhannya semakin terhambat sehingga dibutuhkan standar acuan
untuk menentukan apakah bakteri tersebut resisten atau sensitive terhadap suatu antibiotik.
Beberapa faktor yang dapat mempengarui diameter zona hambat diantaranya adalah waktu
peresapan bakteri dalam media agar, konsentrasi antibiotik (Soemarno, 2000). Uji sensitivitas
bakteri terhadap suatu antibiotik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi cakram
(diffusion test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial gradient dan short
automated instrumen system. Uji sensitivitas dengan cara difusi merupakan cara yang paling
banyak digunakan karena teknis pemeriksaan lebih mudah dilakukan. Uji sensitivitas dengan
metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby Bauer dengan teknik disc
diffusion (cakram disk) atau bisa juga menggunakan teknik sumuran (Dwyana, Z. 2006.)
Teknik kerja dari metode Kirby Bauer cukup sederhana dimana teknik disc diffusion
akan lebih mudah dikerjakan dibandingakan dengan teknik sumuran, akan tetapi uji
sensitivitas menggunakan teknik disc diffusion memiliki harga disk antibiotik yang relatif
mahal sehingga tidak selalu tersedia ketika dibutuhkan untuk praktikum, sehingga teknik
sumuran menjadi lebih efisien untuk digunakan. Uji sensitivitas dengan teknik sumuran
dilakukan dengan cara membuat suatu lubang atau sumuran pada. media agar plate sehingga
antibiotik dapat dimasukkan, akan tetapi pada saat pembuatan sumuran memiliki beberapa
kesulitan seperti terdapatnya sisasisa agar pada suatu media yang digunakan untuk membuat
sumuran, selain itu juga besar kemungkinan media agar retak atau pecah disekitar lokasi
sumuran sehingga dapat mengganggu proses peresapan antibiotik kedalam media yang akan
mempengaruhi terbentuknya diameter zona bening saat melakukan uji sensitivitas, sehingga
diperlukan teknik yang cukup baik untuk mendapatkan sumuran utuh yang tidak
mengganggu kerja dari uji sensitifitas antibiotik terhadap suatu bakteri (Wahyutomo, 2009).
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode dilusi, antimicrobial gradient dan
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dari metode dilusi antimicrobial gradient dan short automated
instrument system?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen
kemoterapetik. Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dan lainlain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen
kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah
ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi
penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas
kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Wahyutomo Ridha.
2009)
Metode dilusi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui potensi suatu
(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) (Lennette dkk., 1991). Kajian yang
diarahkan untuk mendapatkan dosis atau konsentrasi yang tepat bagi penggunaan senyawa
dari tumbuhan ini yang bersifat antibakteri khususnya kulit dan biji buah pulasan belum
pernah dilaporkan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menentukan
Konsentasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) dari
ekstrak kasar etil asetat, dan etanol kulit dan biji buah pulasan terhadap bakteri
Staphylococcus aureus (Gram+) dan Escherichia coli (Gram -) , sehingga dapat menambah
sumber antibakteri alami yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan (Bibiana W, L. 1994)
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat
(solid dilution).
1. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution) Metode ini mengukur MIC
dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium
cair yang ditambahkan dengan larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM
tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji
ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap
terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Djide, dan Sartini. 2008)
2. Metode dilusi padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi
agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji
(Gillespie,2007)
Antimicrobial Gradient Cara ini termasuk cara baru, dengan menggunakan satu jenis
antibiotika dengan beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan pada strip plastic, sering
disebut E- test. Prinsipnya hampir sama dengan cara Kirby Bauer, yaitu meletakkan strip
pada Muller Hinton, kemudian diinkubasi selama 12 jam dan dilakukan pengamatan adanya
Short Automated Instrument Systems ( SIAIA ) FDA (Food and Drugs Administration)
memperkenalkan dua sistem untuk tes sensitivitas yang lebih cepat dan akurat, yaitu
MicroScan walk away dan Vitek systems utilize similar techniques. Sebuah penampang
microdilution diberi bakteri dengan jumlah yang telah diketahui sebelumnya, kemudian
jam akan muncul pada software informasi mengenai reaksi, identifikasi bakteri dan pola
resistensi antibiotika. Cara ini merupakan cara terbaru dan menggunakan teknologi tercepat.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai
mikroorganisme dan metode dikus yang digunakan untuk mengetahui potensi suatu senyawa
menggunakan satu jenis antibiotika dengan beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan
pada strip plastic, Short Automated Instrument Systems yaitu dua sistem untuk tes
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya dilakukan pengujian sensitivitas
terhadap penyakit- penyakit yang lain, yang dalam pengobatannya menggunakan antibiotika
DAFTAR PUSTAKA
Djide, M.N., dan Sartini. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Lembaga Penerbit UNHAS.
Makassar
Entjang Indan. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Ganiswarna, S., G.Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed. IV. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Gillespie, Stephen., Bamford, Kathleen. 2007. Mikrobiologi Medis Dan Infeksi. Erlangga.
Jakarta
Wahyutomo. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Lembaga Penerbit UNHAS.
DJI