KLASIFIKASI
Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut (Safar, 2010):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.
B. MORFOLOGI
Nyamuk Anopheles sp. mengalami metamorfosis sempurna,
yaitu: telur berubah menjadi larva yang bertukar kulit 4 kali, pada
pergantian kulitnya larva yang terakhir berubah menjadi pupa dengan
ukuran rata-rata antara 8 -14 hari, lalu berubah menjadi nyamuk dewasa
jantan dan betina. Waktu yang dibutuhkan mulai dari telur sampai
dewasa 2 -5 minggu yang dapat bervariasi tergantung terhadap spesies,
makanan yang tersedia, dan suhu tempat perindukannya (Safar, 2010).
Berikut ini dapat dijelaskan masing-masing morfologi nyamuk, yaitu:
1. Telur
3. Pupa
C. SIKLUS HIDUP
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan.Tahapan yang dialami oleh nyamuk
yaitu tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40°C. Kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat,
keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan.
Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-
9 hari, kemudian pupamenjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari
sehingga waktu yang dibutuhkan daritelur hingga dewasa yaitu 7-14 hari
(Hoedojo, 1998).
Nyamuk meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan
meletakkan telur dari nyamuk berbeda–beda tergantung dari jenisnya.
Nyamuk Anopheles sp. meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombol tetapi saling lepas karena telur Anopheles
mempunyai alat pengapung (Borror, 1996).
D. HABITAT
Habitat nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air
mengalir dan habitat air menggenang. Habitat air mengalir, dapat berupa
saluran air (parit atau selokan) yang mengalir lambat, dan sungai yang
alirannya deras maupun lambat. Pada saluran irigasi biasanya tumbuh
tanaman menjalar yang dapat menahan arus air. Sedangkan habitat air
menggenang dibagi dalam dua kategori, yaitu Habitat air tanah dan air
bawah permukaan tanah (Safitri, 2009).
Nyamuk malaria juga dapat menyebar di tempat-tempat yang
dijadikan sebagai aktivitas manusia, misalnya perkebunan, pantai,
hutan, dan persawahan (Anies, 2005). Akibat berbagai aktivitas manusia
banyak menyebabkan terbentuknya tempat perindukan untuk
perkembangan nyamuk malaria, seperti genangan air, selokan,
cekungan-cekungan yang berisi air hujan, sawah dengan aliran air
irigasi (Depkes R.I., 2007).
E. Anopheles sp. sebagai Vektor Malaria
Terdapat sekitar 2000 spesies Anopheles yang tersebar diseluruh
dunia, dan hanya sekitar 60 spesies yang dianggap penting dikarenakan
kemampuan menjadi vektor malaria didunia. Tidak keseluruhan spesies
malaria yang ada dibumi mampu menjadi vektor, hal ini disebabkan oleh
empat faktor utama yang mendukung spesies untuk menjadi vektor, yaitu
tingkat kepadatan nyamuk, pemilihan hospes, kerentanan terhadap infeksi
plasmodium dan lama hidup nyamuk.
Agar dikatakan suatu spesies bertindak sebagai vektor, maka jumlah
nyamuk harus cukup banyak dan berada pada daerah tempat hospes tinggal
(manusia). Jumlah nyamuk berbanding lurus dengan tempat perindukan
nyamuk (breeding place), dimana tempat perindukan haruslah dekat dengan
dengan tempat tinggal manusia. Kebanyakan spesies Anopheles yang
bertindak sebagai vektor, tempat perindukannya tidak jauh dari rumah
terdekat manusia yaitu berjarak sekitar 200 – 400 meter yang berhubungan
dengan kemampuan terbang nyamuk untuk mencari hospesnya (Ahmad et
al. 2011).
Pada umumnya Anopheles melakukan Blood Feeding (menggigit)
pada malam hari, dengan kisaran jam aktif dari am 18.00 sampai 20.00 dan
04.00-06.00. Hal ini berhubungan dengan tipe nyamuk anopheles yang
berada didalam rumah (endofilik) dimana pada spesies ini kebanyakan
merupakan jenis anopheles antrophofilik (manusia sebagai hospesnya).
Sedangkan nyamuk yang berada diluar rumah (exophilik) dibagi lagi
menjadi dua jenis, yaitu nyamuk yang melakukan blood feeding pada hewan
(sapi, kerbau,dan burung) disebut zoofilik serta terdapat juga jenis nyamuk
yang menjadikan manusia saat berada diluar rumah sebagai hospesnya
(anthropofilik).
Terdapat sifat spesifik dalam hubungan antara nyamuk dan parasit
agar dapat melengkapi rangkaian siklus hidup parasit. Parasit yang berhasil
masuk ketubuh nyamuk harus memenuhi beberapa syarat dan melalui
beberapa proses agar nyamuk menjadi infektif. Utamanya adalah jumlah
parasit yang masuk harus cukup dan pada stadium yang matang untuk
selanjutnya akan melalui siklus sexual dalam tubuh nyamuk. Tidak semuwa
spesies nyamuk dapat berasosiasi dengan parasit, hal ini juga tergantung
kerentanan spesies terhadap jenis plasmodium. Konfirmasi apakah spesies
Anopheles tersebut merupakan vektoryang telah mengandung parasit
dilakukan dengan cara pembedahan kelenjar ludah “microdissection
salivary glands” serta pewarnaan dengan giemsa yang selanjutnya diamati
dengan mikroskop persentase sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludah
nyamuk tersebut.
Panjang umur nyamuk yang sudah terinfeksi haruslah cukup agar
parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi
infektif. Cara yang telah digunakan untuk mengetahui umur nyamuk untuk
mengetahui kapasitasnya sebagai vektor dengan melakukan pembedahan
ovary. Pembedahan ovary dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara
jumlah nyamuk yang telah bertelur (parous) dan yang belum pernah bertelur
(nulliparous) penghitungan relic dan folikel menunjukkan selesainya satu
siklus gonotrofik (Darmawan, 1993).
Kasus malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium
malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium
ovale (Bruce, 1980). Infeksi oleh Plasmodium vivax diperlukan siklus
penularan dari manusia sakit ke manusia sehat yang dibantu oleh vektor.
Saat nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia, plasmodium
berada pada fase sporozoit. Sporozoit kemudian akan menuju ke hati (liver)
dan membentuk merozoit dalam jumlah yang sangat banyak. Bentuk inilah
yang kemudian masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel–sel darah
merah. Sebagian dari sporozoit didalam sel hati membentuk hipnozoit yang
dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Pada saat plasmodium menginfeksi
Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin,
dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria
adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah
pasien. Seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani . Ali, Wan. Nor, Zurainee M., Ismail, Zamree., Hadi, Azahari A.,
Ibrahim, Mohd N and Lim, Lee H. 2011. Mapping of mosquito breeding
sites in malaria endemic areas in Pos Lenjang, Kuala Lipis, Pahang,
Malaysia. Malaria Journal. 10:361
Borror, D., J. Triplehorn, dan N.F, Johnson. 1992. Pengenelan Pelajaran Serangga.
Edisi ke-6. Alih bahasa S.Partosoedjono, Penyunting M.D.Brotowidjoyo.
Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman (DITJEN.PPM dan PLP).
Depkes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen P2MPL.
Jakarta.
Hoedojo, 1998. Morfologi, Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk dalam Parasitologi
Kedokteran. Edisi ke –3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.