Anda di halaman 1dari 4

Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan, volume 33

Prosiding Konferensi Internasional ke-4 tentang Inovasi Berkelanjutan 2020–Kesehatan

Sains dan Keperawatan (ICoSIHSN 2020)

Pengetahuan Petani tentang Pengelolaan Keamanan Pestisida di


Ponorogo

Eka Rosanti1,* Ratih Andhika Akbar Rahma2 Mahmudah Hamawi3 Dian Afif Arifah4
1,2,4 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Darussalam Gontor
3
Jurusan Agroteknologi Universitas Darussalam Gontor
*Penulis yang sesuai. Email: ekarosanti@unida.gontor.ac.id

ABSTRAK
Kegiatan pertanian di Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu penyumbang perekonomian terbesar. Namun kegiatan pertanian yang berkaitan
dengan penggunaan pestisida perlu mendapat perhatian. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat 36,7% petani di salah satu desa di Kabupaten
Ponorogo memiliki risiko kontaminasi pestisida yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan petani tentang pengelolaan
keamanan pestisida. Penelitian deskriptif ini melibatkan 57 petani di desa X di Ponorogo. Instrumen yang digunakan adalah angket untuk mengetahui
tingkat pengetahuan petani. Peneliti juga melakukan wawancara semi terstruktur untuk mengetahui penggunaan pestisida secara lebih objektif. Data
menunjukkan bahwa 95% petani memiliki pengetahuan yang buruk tentang pengelolaan keamanan pestisida; Hal ini diperkuat dengan hasil analisis
setiap item pertanyaan yang menggambarkan bahwa kebiasaan terhadap perlengkapan pribadi dan kebersihan diri masih buruk. Hanya 5,26% petani
yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pengelolaan keamanan pestisida. Pestisida ditangani berdasarkan kebiasaan, bukan karena kurangnya
pengawasan, keterampilan teknis, dan alat pelindung diri. Oleh karena itu, efektivitas penerapan manajemen keamanan pestisida memerlukan bantuan
dari pemangku kepentingan terkait untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan penyediaan fasilitas.

Kata Kunci: Petani, Pengetahuan, Pengelolaan Pestisida

1. PERKENALAN gangguan reproduksi, dermatologis, gastrointestinal, kerusakan sistem


saraf, dan berujung pada kematian [6] [7] [8].
Luas lahan pertanian di Kabupaten Ponorogo adalah 5.119.905 Penghambatan kolinesterase menjadi salah satu biomarker kadar
dengan jumlah petani sebanyak 27.755 orang. pestisida dalam darah [7].
[1]. Artinya, Pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian
Berdasarkan data tahun 2018, 36,7% petani di Desa X mempunyai
penting di Ponorogo. Pertanian meliputi padi, kedelai, dan hortikultura
risiko sangat tinggi terhadap kontaminasi pestisida dalam darah [9].
seperti sayuran, buah-buahan, bawang merah, cabai, dan jagung.
Berdasarkan pengamatan awal, sebagian besar petani tidak
Dalam kegiatan pertanian, petani perlu membasmi hama tanaman
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengelolaan pestisida.
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengeksplorasi salah satu
Oleh karena itu, petani menggunakan pestisida baik organik maupun
faktor yang berhubungan dengan kadar pestisida dalam darah yaitu
anorganik. Sebagian besar petani di Ponorogo menggunakan pestisida
tingkat pengetahuan petani tentang manajemen keamanan pestisida
anorganik yang mengandung bahan kimia karena lebih ampuh
[4]. Pengelolaan keamanan pestisida merupakan salah satu kunci
membunuh hama dibandingkan pestisida organik.
untuk menjaga kesehatan petani dari kontaminasi
Kegiatan penyemprotan pada pertanian hortikultura lebih intensif [6]. Berdasarkan penelitian, tingkat pengetahuan penggunaan pestisida
dibandingkan padi. Petani menyemprot satu hingga 2 kali seminggu berhubungan signifikan dengan praktiknya [4]. Tujuan penelitian ini
selama masa panen. Hal ini dapat meningkatkan risiko kontaminasi adalah menganalisis pengetahuan petani serta memahami praktik
pestisida dalam darah petani. Semakin tinggi paparan langsung penerapan pestisida anorganik pada lahan. Penelitian ini diharapkan
penggunaan pestisida, maka semakin tinggi pula kadar pestisida dalam dapat memberikan rekomendasi pengelolaan keamanan pestisida
darah [2] [7] [8]. Seiring dengan hal tersebut, kesehatan diri petani untuk meningkatkan derajat kesehatan petani.
menjadi perhatian penting untuk dijaga.

Pestisida anorganik sangat berbahaya bagi tubuh manusia, 2. METODE


lingkungan, dan produk pertanian dalam jangka pendek dan jangka
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini
panjang [3][6][13]. Bahaya bagi kesehatan tubuh dapat terjadi akibat
melibatkan 57 petani di Desa X Ponorogo yang dipilih secara acak
penumpukan pestisida di dalam darah [2][3][4].
dengan teknik simple random sampling. Petani yang bersedia menjadi
Gejala yang timbul jika tubuh terkena paparan pestisida adalah pusing,
subjek harus sudah mengisi konten informasi. Sampel mewakili 5
kesulitan bernapas, iritasi kulit, dan lemas. Kontaminasi pestisida
kelompok tani yang ada dan hanya ada satu perempuan yang menjadi
dalam darah dapat menyebabkan cacat lahir, kanker, perubahan
sampel.
hormonal,

Hak Cipta © 2021 Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Tekan BV


Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah lisensi CC BY-NC 4.0 -http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/. 17
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan, volume 33

Petaninya terdiri dari usahatani padi, hortikultura, dan campuran (padi Grafik di bawah ini menunjukkan kebiasaan praktis penggunaan
dan hortikultura). Pengetahuan petani tentang pengelolaan keamanan pestisida di kalangan petani:
pestisida diperoleh melalui kuesioner yang terbagi menjadi tinggi (ÿ
Gambar 1 Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Keamanan Pestisida
80%), sedang (60-80%), dan kurang baik (<60%). Peneliti juga
melakukan wawancara semi terstruktur untuk mengetahui penggunaan
pestisida secara lebih objektif.
Analisis pengelolaan pestisida menggunakan tabulasi silang mulai dari
pembelian pestisida, penyimpanan, pencampuran, penanganan,
pembuangan botol pestisida bekas, kelengkapan alat pelindung diri
yang digunakan, dan kebersihan diri. Penelitian ini telah disetujui oleh
komisi etik Dr.
RS Harjono Ponorogo dengan nomor terdaftar :
3502021K121442020082100002/IX/KEPK/2020.

3. HASIL
Berikut data karakteristik demografi petani di desa X:

Tabel 1. Demografi petani

Demografis Tingkat Pengetahuan Total Nomor (%)


Ciri Bagus Sedang Miskin

Usia
< 40 1 4 2 7 12,28

ÿ 40 2 28 20 50 87,72

Panjang Tahun
< 10 0 2 3 5 8,77

ÿ 10 3 30 19 52 91,23

Pendidikan

Buta huruf
1 2 1 4 7,02
0 12 12 23 40,35
Sekolah dasar
2 6 4 12 21,05
Sekolah Menengah
0 11 5 16 28,07
Sekolah menengah atas

0 1 1 2 3,51
Kampus

Hasil pengumpulan data pengetahuan petani tentang pengelolaan


keamanan pestisida dengan menggunakan kuesioner adalah sebagai
berikut: 4. DISKUSI
Gambar 1 Pengelolaan pestisida oleh petani Berdasarkan hasil. Diketahui bahwa pengetahuan petani di Desa X
tentang pengelolaan keamanan pestisida masih buruk. Berdasarkan
60,00% 56,14%
hasil wawancara semi terstruktur, 68% petani belum memperoleh
50,00% pengetahuan atau sosialisasi tentang cara penggunaan pestisida
38,60%
40,00% anorganik yang aman dan benar. Selama ini petani memanfaatkan
30,00% pestisida berdasarkan kebiasaan turun-temurun. Sebagian besar
masyarakat telah bekerja sebagai petani sejak remaja bahkan sejak
20,00%
kecil.
10,00% 5,26%

0,00%
Bagus Sedang Miskin
Membangun pengetahuan dan penyediaan alat pelindung diri sangat
penting untuk manajemen keamanan pestisida guna mengurangi risiko
kesehatan pada petani [7].
Pengetahuan yang buruk membuat pengelolaan pestisida yang tidak
aman terjadi berulang kali [8]. Temuan di atas juga didukung oleh data
demografi petani sebanyak 87,72%.

18
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan, volume 33

petani berumur ÿ 40 tahun, 91,23% mempunyai masa kerja ÿ 10 tahun kemasan merupakan informasi penting dalam penggunaan yang aman
dan hanya 28,07% petani yang tamat SMA. bagi kesehatan dan lingkungan [9].

Terdapat 53% petani yang menyimpan pestisida di sawah dan 47%


menyimpannya di rumah. Menyimpan botol pestisida di dalam rumah
4.1. Analisis Pengetahuan Petani Berdasarkan sangat berisiko menyebabkan kontaminasi pada anggota keluarga
Karakteristik Demografi lainnya, terutama anak-anak, dan benda-benda di sekitarnya, melalui
penghirupan sisa paparan saat menyiapkan dan mencampur [3][8][14].
Pada umur < 40 tahun terdapat 1 orang petani berpengetahuan baik,
Petani dikurung di rumah karena takut hilang jika ditaruh di ladang.
4 orang petani berpengetahuan sedang, dan 2 orang petani
berpengetahuan buruk. Fenomena ini menunjukkan pentingnya
menanamkan pengetahuan pada segala usia. Penggunaan alat pelindung diri pada saat mencampur, membawa,
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa petani di usia muda atau atau menyemprot menjadi salah satu faktor kontaminasi pestisida dalam
usia tua bukanlah ukuran indikator keselamatan [2]. tubuh [3] [7]. Selama ini petani hanya menggunakan topi dan masker
Petani yang berpengetahuan baik mempunyai masa kerja ÿ 10 tahun dengan pakaian diikatkan pada mulut dan hidung. Pakaian dan celana
karena penggunaan pestisida dalam jangka waktu yang lama dapat panjang masih kebal terhadap pestisida, dan penelitian sebelumnya
meningkatkan kesadaran pengelolaan keamanan pestisida [4] [14]. juga menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri yang tidak
tepat meningkatkan risiko pestisida terhadap kesehatan [4][6]. Pestisida
Dua orang petani yang mempunyai tingkat pengetahuan baik berada
masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, kulit, dan oral. Beberapa
pada umur < 40 tahun dengan pendidikan SLTA dan umur ÿ 40 yaitu 1
penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa residu pestisida ditemukan
orang buta huruf dan 1 orang berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan
pada tangan, dermal patch, dan pelindung wajah atau tameng [4][7].
bahwa petani muda dan tua sama-sama terpapar pestisida yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh [7]. Selain itu, pendidikan tinggi tidak
Alasan petani tidak menggunakan alat pelindung diri dengan baik adalah
menjamin kesadaran petani akan bahaya pestisida akibat kebiasaan
terkait dana. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dari pemangku
turun temurun dan kurangnya pengetahuan membangun, penyediaan kepentingan terkait terhadap pengadaan alat pelindung diri guna
sarana dan prasarana serta kurangnya pendampingan dan pengawasan
penanganan pestisida yang aman [11].
dari pemangku kepentingan terkait. Tanpa pedoman dan pendampingan,
petani melakukan penggunaan pestisida dalam dosis tinggi dan lebih
sering menekan hama tanaman [10]. Terdapat 61% petani yang membuang botol pestisida di sawah dan
sungai, hal ini tentunya merugikan lingkungan dan mencemari badan air
yang merupakan sumber kehidupan utama manusia serta hewan
disekitarnya. 14]. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tiga orang petani yang
manusia dapat terpapar pestisida dari air yang terkontaminasi [11].
mempunyai pengetahuan baik, dua diantaranya menempuh pendidikan
sekolah menengah dan satu orang buta huruf pernah mengikuti kegiatan
sosialisasi yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Ponorogo. Terdapat 18 orang atau 32% petani yang telah mendapatkan Terdapat 79% petani langsung mandi setelah melakukan
sosialisasi tentang penggunaan pestisida yang baik, namun hanya 3 penyemprotan, namun dilakukan di rumah sekaligus mencuci pakaian
orang yang memiliki pengetahuan baik. Efektivitas sosialisasi tergantung beserta pakaian kotor anggota keluarga. Hal ini dapat meningkatkan
pada daya tangkap dan tingkat kepercayaan masing-masing individu risiko penularan pada anggota keluarga di rumah [3]. Selain itu,
[10]. Sosialisasi dengan tema spesifik, informasi akurat, dan pengelolaan mendiamkan pestisida dalam beberapa saat setelah penyemprotan
pestisida secara teknis dapat meningkatkan kesadaran petani terhadap dapat meningkatkan penyerapan kadar pestisida ke dalam tubuh melalui
bahaya pestisida [4][5][6]. Berdasarkan hasil wawancara, petani hanya kulit [4][6]. Perpindahan residu pestisida melalui pakaian yang
mendapatkan sosialisasi tanpa keterampilan teknis. terkontaminasi pestisida dari ladang ke rumah disebut jalur paparan
pestisida yang dibawa pulang [12].

4.2. Analisis Praktik Penggunaan Pestisida


pada Petani 5. KESIMPULAN

Pengetahuan dan praktik penggunaan pestisida merupakan dua hal Berdasarkan teks di atas dapat dikatakan bahwa rendahnya
yang terjadi secara bersamaan. Pengetahuan yang buruk menjadikan pengetahuan petani tentang pestisida terjadi karena kurangnya
kinerja petani tidak aman dan tidak sehat. Hal ini meningkatkan risiko pendampingan dari pihak terkait, fasilitas yang kurang memadai, dan
kesehatan [4] [11]. Praktik yang paling buruk adalah penggunaan alat kuatnya budaya bertani secara turun temurun. Manajemen keamanan
pelindung diri, diikuti oleh penggunaan alat pelindung diri pestisida adalah kunci dalam mencegah kontaminasi pestisida dalam
kebersihan. darah. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi tentang integrasi pertanian
dengan pengelolaan keamanan pestisida dan pendampingan menyeluruh
Terdapat 49% petani yang membaca label pestisida, namun pada dari pemangku kepentingan terkait khususnya Departemen Kesehatan
praktiknya masih sesuai dengan kebiasaan. Kebiasaan petani lebih dan Departemen Pertanian mengenai penggunaan pestisida yang baik,
dipercaya dibandingkan pengetahuan, petani lebih memilih pendapat aman, dan benar secara teknis. 10][14], mulai dari pembelian,
sendiri berdasarkan pengalaman. Akibatnya petani seringkali penyimpanan, pencampuran, penanganan, pembuangan botol pestisida
mencampurkan 2 atau lebih banyak pestisida untuk memudahkan bekas, kelengkapan alat pelindung diri dan
mereka dalam membasmi hama tanpa memahami reaksi kandungan
kimia masing-masing pestisida. Label pada pestisida

19
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan, volume 33

kebersihan pribadi [3]. Pengawasan dan inspeksi setiap enam bulan Pestisida di Tanzania, Jurnal Kesehatan Lingkungan dan
juga diperlukan untuk menjamin kelangsungan program atau praktik Masyarakat, 2019, 1-11. DOI: https://doi.org/
hal.
yang baik [4] [5]. Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan 10.1155/2019/3084501.
bahwa petani yang mendapatkan sosialisasi dan pelatihan memiliki [8] JP Rijal, R. Regmi, R. Ghimire, KD Puri, S.
pengetahuan dan perilaku aman penggunaan pestisida yang lebih tinggi Gyawaly, dan S. Poudel, Pengetahuan Petani tentang
[10]. Pembangunan bahaya pestisida juga wajib dilakukan sejak dini Keamanan Pestisida dan Praktik Pengelolaan Hama: Studi
pada pendidikan informal yang diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk Kasus Petani Sayuran di Chitwan, Nepal, Pertanian, Vol.
meningkatkan perilaku keselamatan sejak dini [11]. 8(16), hal. 1-11, 2018. DOI: https://doi.org/10.3390/
agriculture8010016.
KONTRIBUSI PENULIS [9] YD Andarini dan E. Rosanti, Kajian Toksisitas Pestisida
Berdasarkan Lama Bekerja dan Hygiene Perorangan pada
Semua penulis memahami ide yang disajikan. Penulis pertama Petani Hortikultura di Desa Demangan An-Nadaa, vol. 5(2),
dan ketiga mengembangkan teori ini. Penulis kedua dan keempat 2018, hlm.82-89. DOI: http://dx.doi.org/10.31602/ann.v5i2.1655.
memverifikasi metode analisis. Semua penulis mendiskusikan
hasilnya dan berkontribusi pada naskah akhir. [10] CA Damalas dan SD Koutroubas, Pelatihan Petani tentang
Penggunaan Pestisida Berhubungan dengan Peningkatan
UCAPAN TERIMA KASIH Perilaku Keselamatan, Bahan Beracun, vol. 5(19), 2017, hlm.1-10.
DOI: 10.3390/beracun5030019.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset [11] B. Ndayambaje, H. Amuguni, J. Con-Schmitt, N.
(BRIN) yang telah memberikan dana hibah kepada tim peneliti pada Sibo, M. Ntawubizi, dan E. VanWormer, Praktik dan
tahun 2020. Pengetahuan Penggunaan Pestisida di antara Petani dan
Komunitas Padi Lokal Skala Kecil di Rwanda: Studi Cross-
REFERENSI Sectional, International Journal of Environmental Researchand
Public Health, 16(4770), 2019, 1- 11.
[1] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, Katalog DOI:
Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo 2015. Badan Pusat hal.https://doi.org/10.3390/ijerph16234770.
Statistik Kabupaten Ponorogo, 2015. [12] C. Thao, N. Burke, S. Ha, dan A. Joyce, Pengetahuan, Sikap,
[2] DA Rahman, Zakianis, dan L. Fitria, Paparan Pestisida, Perilaku dan Praktik Pestisida di Kalangan Petani Hmong Skala Kecil
Petani, dan Aktivitas Enzim Kolinesterase dalam Darah Petani di Lembah San Joaquin California, Journal of Integrated Pest
Wanita Subur, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol. Management, Vol. 10(1), 2019, 1–6.
10(2), 2015, hlm.51-56. DOI: hal. DOI:
10.1093/jipm/pmz030.
http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v10i2.879. [13] AH Oesterlund, JF Thomsen, dan E. Jors, Pengetahuan, praktik
[3] CA Damalas dan IG Eleftherohorinos, Paparan Pestisida, dan sikap pestisida serta pengaruhnya terhadap kesehatan
Masalah Keamanan, dan Indikator Penilaian Risiko, Int. petani skala kecil di Uganda: studi cross sectional, African
J.Lingkungan. Res. Kesehatan Masyarakat, jilid. 8, Health Sciences, vol 14(2), 2014 , hal.420-433. DOI: 0.4314/
2011, hal.1402-1419. DOI: 10.3390/ijerph8051402. ahs.v14i2.19.
[4] S. Santaweesuk, P. Boonyakawee, dan W Siriwong, Pengetahuan, [14] MVS Sai, GD Revati, dan MM Kumar, Pengetahuan dan
Sikap dan Praktik Penggunaan Pestisida dan Kadar Persepsi Petani Mengenai Penggunaan Pestisida di Desa
Kolinesterase Serum pada Petani Padi di Nakhon Nayok, Pertanian Pedesaan, India Selatan, India J Occup Environ
Provinsi, Thailand, Jurnal Penelitian Kesehatan, 2020. DOI: Med, vol. 23(1), 2019, hlm.32-36. DOI: 10.4103/
https:/ /doi.org/10.1108/JHR 09-2019-0204. ijoem.IJOEM_121_18.

[5] P, Boonyakawee, S, Taneepanichskul, RS Chapman R. S,


Pengaruh Intervensi Untuk Mengurangi Paparan Insektisida
Pada Pengetahuan dan Sikap Terkait Insektisida: Studi Kuasi-
Eksperimental Pada Petani Jeruk Shogun Di Provinsi Krabi,
Thailand, Risk Manag Healthc Kebijakan, 6, 2013, hlm.33-41.
DOI: 10.2147/RMHP.S50409.

[6] VA Sefa, EA Bediako, L. Kenyon, dan JA


Micah, Praktik Penggunaan Pestisida dan Persepsi Petani
Sayuran di Kawasan Kakao di Ashanti dan Wilayah Barat
Ghana, Adv Crop Sci Tech, vol. 3(3), 2015, hlm.1-10. DOI:
10.4172/2329-
8863.1000174.
[7] JA Kapeleka, E. Sauli, O. Sadik, dan PA
Ndakidemi, Aktivitas Biomonitoring of Acetylcholinesterase
(AChE) pada Petani Hortikultura Kecil yang Bekerja Terpapar
Campuran

20

Anda mungkin juga menyukai