TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Kebakaran
a. Definisi Kebakaran
Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari
api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik
kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik, deposit/asuransi,
fasilitas sarana dan prasaran, dan lain-lain), maupun kerugian non
materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan
nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal
kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas
(PERMEN PU No 26, 2008: 1).
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar
kemampuan dan keinginan manusia. Api unggun misalnya walaupun
berkobar besar dan tinggi, belum disebut kebakaran karena masih
dalam kendali dan diinginkan terjadinya. Api kompor juga belum
disebut kebakaran karena bisa dikendalikan dan dimanfaatkan. Namun
jika kompor bocor dan api berkobar, maka disebut kebakaran karena
tidak diinginkan dan diluar kendali. Oleh karena itu api tersebut harus
dipadamkan dengan segera (Ramli, 2010a: 16).
b. Klasifikasi Kebakaran
Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar memudahkan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran
digunakan untuk memilih bahan pemadam yang tepat dan sesuai kelas
6
7
2) Klasifikasi Indonesia
Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi
No.4/Men/1980, kebakaran dapat diklasifikan sebagai berikut.
Tabel 2
Klasifikasi Kebakaran Indonesia
Resiko Material Alat Pemadam
Kelas A Kebakaran dengan Air sebagai alat
bahan padat bukan pemadam rokok
logam
Kelas B Kebakaran dengan Jenis basa sebagai
bahan bakar cair alat pemadam pokok
atau gas mudah
terbakar
Kelas C Kebakaran instalasi Dry chemical, CO2,
listrik bertegangan gas Hallon
Kelas D Kebakaran dengan Bubuk kimia kering
bahan bakar logam (drysand, bubuk
pryme)
Sumber ; Ramli, 2010a: 29.
8
3) RAM
RAM adalah jalur sirkulasi yang memiliki kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga. Syarat dan ketentuan pemasangan RAM
menurut Permenkes RI Nomor 24 Tahun 2016 yaitu:
a) Kemiringan suatu ram didalam bangunan tidak boleh melebihi
70, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan
dan akhiran RAM (curb ramps/landing).
b) Panjang mendatar dari satu RAM (dengan kemiringan 70)
tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang RAM dengan
kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c) Lebar minimum dari RAM adalah 2,40 m dengan tepi
pengaman
d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu RAM
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dan brankar/tempat tidur
pasien, dengan ukuran minimum 160 cm.
e) Lebar tepi pengaman RAM (low curb) maksimal 10 cm
sehingga dapat mengamankan roda dari kursi roda atau
brankar/tempat tidur pasien agar tidak terperosok atau keluar
RAM.
f) Apabila letak RAM berbatasan langsung dengan lalu lintas
jalan umum atau persimpangan, RAM harus dibuat tidak
mengganggu jalan umum.
g) Pencahayaan harus cukup sehingga membantu penggunaan
RAM saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian
RAM yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah
sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
h) Dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.
18
4) Lift Kebakaran
Permenkes RI No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan teknis
bangunan dan prasarana rumah sakit, setiap bangunan rumah sakit
yang menggunakan lift harus menyediakan lift khusus kebakaran
yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor) luas lift
pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kecil berukuran
1,50 x 2,30 meter dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter
untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar/tempat
tidur pasien bersama-sama dengan pengantarnya.
Dalam hal ini rumah sakit tidak memiliki lift khusus
kebakaran, lift pasien, lift pengunjung atau lift servis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diatur pengoperasiannya sehingga
dalam keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh petugas
kebakaran. Ketentuan teknis lift kebakaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dan ayat (7) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Penerangan Darurat
Penerangan darurat adalah sebuah lampu yang dirancang
untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat. Pencahayaan
darurat pada sarana jalan keluar harus terus menerus menyala
selama penghuni membutuhkan sarana jalan keluar. Pencahayaan
buatan yang dioperasikan sebagai pencahayaan darurat dipasang
pada tempat-tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu
sesuai kebutuhan untuk menjaga pencahayaan sampai ketingkat
minimum yang ditentukan (SNI 03-6574-2001).
Persyaratan penerangan darurat menurut (SNI 03-6574-2001)
adalah:
a) Sinar lampu harus berwarna kuning sehingga mendapat asap
dan tidak menyilaukan 10 lux.
b) Ruangan yang disinari adalah jalan menuju pintu darurat saja.
c) Tersedia penerangan darurat dari aliran listrik darurat.
19
3) Manajemen
Diberi pemahaman mengenai risiko kebakaran dan peran
mereka dalam meningkatkan kesadaran di lingkungan kerja.
Manajemen juga perlu diberi pemahaman tentang dampak
kebakaran terhadap bisnisnya sehingga diharapkan mereka akan
lebih peduli dan memiliki komitmen untuk mendukung program
pencegahan kebakaran.
4) Masyarakat dan Lingkungan Sekitar
Mereka juga perlu diberi pembinaan dan pelatihan atau
setidaknya sosialisasi mengenai bahaya kebakaran. Banyak terjadi
kebakaran justru bermula dari pihak luar atau masyarakat
berdekatan dengan aktifitas organisasi.
Berdasarkan KEPMENKES RI NO
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Pendidikan dan Pelatihan K3
di Rumah Sakit merupakan hal pokok yang tidak bisa
dikesampingkan. Direktur rmemegang peran penting dalam
membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan
nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada
kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem
manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif
merupakan komitmen bersama. Identifikasi pengetahuan, kompetensi
dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai tujuan dilakukan mulai
dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengkajian,
pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan
mutasi, serta hukuman dan penghargaan (reward and punishment).
Pada Program organisasi ini yaitu pelatihan kebakaran di
Rumah Sakit yang melibatkan semua petugas yang tergabung dalam
organisasi kebakaran dengan menggunakan peralatan keselamatan
yang ada seperti APAR dengan metode yang baik dan benar dalam
pelatihan tersebut, Dimana setiap kegiatan ini di tanggung oleh pihak
rumah sakit sebagai penyelenggara.
22
h) Simulasi Kebakaran
Tujuan Simulasi Kebakaran adalah untuk melatih karyawan
agar selalu siap dalam menghadapi keadaan darurat. Kegiatan
ini dilakukan secara periodic dan diwajibkan bagi seluruh
karyawan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh diklat instansi
pemadam kebakaran setempat.