BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sehat 2010 bertujuan meningkatkan status gizi masyarakat yang diarahkan pada
Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa
kehamilan, bayi, anak balita, pra sekolah, anak sekolah dasar (SD), remaja,
dewasa dan sampai usia lanjut. Pentingnya perbaikan gizi anak SD dikarenakan
jumlah anak SD cukup besar yaitu sekitar 15% dari total penduduk (DepKes,
2005).
Anak sekolah juga termasuk dalam kelompok rentan gizi. Pada umumnya
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup (Endarwati dkk., 2006).
Masalah gizi pada anak sekolah masih cukup tinggi dan memerlukan
perhatian yang lebih serius. Berdasarkan hasil survei terhadap 600 ribu anak SD
70% dari kebutuhan energi setiap harinya (Soekirman, 1996). Selain itu menurut
yang merugikan bagi individu yang mengalaminya. Penyebab masalah ini cukup
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi anemia pada anak usia 5-11
tahun sebesar 24%. Suatu survei yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) asing tahun 2005 melaporkan bahwa prevalensi anemia pada
anak sekolah dasar di Riau sebesar 55,6%. Prevalensi ini lebih tinggi bila
Kekurangan zat gizi pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak
menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan. Anak-anak seringkali absen dari
adalah rutinitas terbaik bukan saja untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi
sekolah dasar yang tidak biasa makan pagi yaitu di Jakarta Barat ditemukan
sebesar 55,4% anak sekolah dasar tidak biasa makan pagi (Utami dkk, 2006)
dan di Padang
ditemukan 46% tidak biasa makan pagi (Yulizar dkk, 2004) serta di Yogyakarta
Masih banyaknya ditemukan anak sekolah yang tidak makan pagi sangat
memprihatinkan karena makan pagi sangat penting bagi kesehatan, hal ini sesuai
dengan salah satu pesan dalam 13 pesan dasar gizi sembang pada Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu “biasakan makan pagi”. Menurut Nadesul
anak-anak lesu dan lemah, mudah terserang penyakit. Menurut Apriadji (2001),
berangkat ke sekolah tanpa makan pagi dapat mempengaruhi daya pikir dan
anak yang tidak diberi makan pagi sebelum berangkat ke sekolah akan diganggu
rasa lapar sehingga mereka tidak dapat memusatkan perhatian dengan baik
terhadap pelajaran.
karena tidak adanya masukan energi. Menurut Martianto (2006), bila glukosa
darah anak rendah maka akan terjadi penurunan konsentrasi belajar atau daya
ingat, tubuh melemah, pusing dan gemetar. Bagi anak sekolah, makan pagi
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. SD ini merupakan salah satu SD yang
tidak termasuk 10 SDN yang mendapat rata-rata ujian sekolah tertinggi (Dinas
dikarenakan
tidak terbiasanya anak SD tersebut untuk makan pagi sebelum berangkat
kesekolah atau dikarenakan kurangnya asupan zat gizi makan pagi. Situasi ini
berdasarkan kebiasaan makan pagi dan asupan zat gizi makan pagi pada murid
B. Rumusan Masalah
dan asupan zat gizi makan pagi pada murid SDN 036 Kecamatan Bukit Raya
1. Apakah ada hubungan kebiasaan makan pagi dengan konsentrasi pada murid
2. Apakah ada hubungan asupan energi makan pagi dengan konsentrasi pada
3. Apakah ada hubungan asupan Fe makan pagi dengan konsentrasi pada murid
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
asupan zat gizi makan pagi pada murid SDN 036 Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus:
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota
dan asupan zat gizi makan pagi anak SDN tersebut sehingga dapat
2. Sebagai salah satu acuan bagi kepala sekolah dalam peningkatan konsentrasi
3. Bagi STIKES Hang Tuah Pekanbaru, hasil penelitian ini dapat menjadi
sarapan pagi siswi kelas 4, 5 dan 6 SDN Meruya Utara 02 Pagi Jakarta
terdiri dari tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pengetahuan
ibu, kebiasaan sarapan pagi, jenis susunan hidangan ketika sarapan pagi dan
maker berupa daftar pertanyaan yang bersifat analogi. Hasil penelitian ini
sarapan pagi dengan konsentrasi belajar tetapi diduga dipengaruhi oleh cara
asupan energi dan asupan Fe makan pagi, subjek penelitian murid kelas 4
2. Kurniasari, dkk (2005) meneliti hubungan frekuensi dan asupan gizi makan
pagi dengan kadar hemoglobin darah dan konsentrasi di sekolah pada murid
penelitian adalah cross sectional. Variabel yang diteliti terdiri dari frekuensi
makan pagi, asupan energi, asupan protein, asupan Fe makan pagi, kadar
Hb,
konsentrasi di sekolah. Tes konsentrasi menggunakan subtes simbol B dari
frekuensi makan pagi, asupan energi, asupan protein makan pagi, kadar Hb
subtes simbol B dari WISC dan subtes latihan simbol dari IST.
keluarga, kesehatan badan, fasilitas belajar, sarapan pagi dan prestasi belajar.
energi dan asupan Fe makan pagi, konsentrasi anak, subjek penelitian murid
kelas 4 dan 5, tempat penelitian di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama
sama dengan cara yang sama dan dalam situasi dan kondisi yang sama pula.
Menurut DepKes (2001), makan pagi atau sarapan adalah makanan yang
Makan pagi atau sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi
daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak
2003).
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan
atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh
sebagai sumber
tenaga, pembangun dan pelindung atau pengatur segala proses. Oleh karena itu
seseorang perlu makan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala
terhadap keadaan status gizi seseorang. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi melalui
makanan dapat menentukan taraf hidup seseorang, untuk itu jumlah zat gizi
agar dapat melakukan kegiatan pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan bagi yang
Makan pagi secara teratur dan setiap hari dalam jumlah yang cukup
(Muhilal, 1998).
seperempat hingga setengah kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Kontribusi
energi dan zat- zat gizi untuk sarapan yaitu sebanyak 25 persen, makan siang 30
persen, makan malam 25 persen dan makan selingan pagi dan sore masing-
masing 10 persen.
kestabilan kadar gula darah karena gula yang didalam darah merupakan sumber
energi untuk bekerja. Kadar normalnya adalah 80-120 miligram per 100 cc
darah. Makan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber
Sarapan pagi yang hanya terdiri dari karbohidrat seperti kue, roti serta
minuman dan lain-lain akan menaikkan kadar gula dengan cepat lalu
10
gula dalam darah yang berada di bawah normal ini akan menimbulkan perasaan
mengatakan bahwa jenis sarapan yang ideal adalah makanan lengkap, yang
Sarapan pagi yang baik adalah makanan yang lengkap yaitu yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Antara lain: nasi goreng yang
yang dipotong kecil-kecil atau nasi dan lauk pauk. Bahkan gado-gadopun tidah
dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila
terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Manfaat energi bagi tubuh
adalah sebagai pemberi tenaga (sumber tenaga), cadangan tenaga dan pemberi
rasa kenyang (Moehji, 2003). Asupan energi diperlukan untuk mencegah
terjadinya tekanan darah rendah yang menyebabkan anak lemas, pusing atau
karbohidrat, protein dan lemak serta cukup air untuk mempermudah pencernaan
makanan dan penyerapan zat gizi. Sumber karbohidrat tidak hanya berasal dari
nasi, namun pilihan lainnya dapat berupa roti, mie, bihun, spageti, makaroni,
kentang, umbi-umbian. Protein bisa didapat dari daging, telur, ikan, kacang-
kacangan, tahu, tempe, susu. Lemak diperoleh dari minyak goreng, margarin,
mentega, santan maupun lemak yang tersimpan dalam makanan seperti daging,
keju, susu.
lengkap (karbohidrat, sayuran, dan daging) akan lebih aktif dan berinisiatif
(Martianto, 2006).
sehari anak umur 7-9 tahun adalah 1800 kkal sedangkan untuk anak pria dan
wanita umur 10-12 tahun adalah 2050 kkal (Hardinsyah dan Tambunan, 2004).
sebanyak 25 persen dari kecukupan energi sehari yaitu untuk anak umur 7-9
tahun adalah 450 kkal sedangkan untuk anak pria dan wanita umur 10-12 tahun
Fe atau zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah (DepKes, 2003). Otak kita banyak tergantung
kepada darah. Dalam otak terdapat banyak sekali pembuluh darah dan aliran
darah di otak lebih cepat dibandingkan dengan aliran di bagian lain tubuh kita.
Kalau otak kita sedang bekerja keras maka oksigen yang diperlukannya lebih
banyak dari pada yang biasa. Jika ada bagian otak yang untuk sementara waktu
tidak mendapat darah maka dalam waktu beberapa menit saja bagian itu akan
rusak. Dapatlah kita simpulkan bahwa kemampuan kita berpikir akan berkurang
apabila kita berada dalam keadaan kurang sehat dan juga betapa pentingnya
zat gizi ini tergolong esensial sehingga harus diperoleh dari makanan. Sumber
Fe dapat berupa daging, hati, ikan, ayam, dll. Absorbsi Fe dalam pencernaan
dipengaruhi oleh simpanan serta hal-hal lain yang terkait dengan cara Fe
(serealia) dan serat. Sementara itu, zat peningkat absorbsi adalah sistein
(daging), vitamin C, sitrat, malat dan laktat yang umum terdapat dalam buah-
sehari anak umur 7-9 tahun adalah 10 mg dan untuk anak pria umur 10-12 tahun
sebanyak 25 persen dari kecukupan Fe sehari yaitu untuk anak umur 7-9 tahun
adalah 2,5 mg dan untuk anak pria umur 10-12 tahun adalah 3,25 mg sedangkan
C. Konsentrasi
4. Pengertian Konsentrasi
pemusatan perhatian secara khusus terus menerus terhadap suatu objek atau
Indonesia, 1990). Pendapat ini diperkuat lagi oleh Idrus (1993) yang
2. Gangguan Konsentrasi
gangguan konsentrasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gangguan dari
sendiri. Misalnya tekad kita yang kurang kuat untuk belajar, sifat emosi kita
lapar, kurang sehat badan, masalah pribadi dengan orang tua atau guru, rasa
makanan seperti bau makanan, bunyi jam memukul dua belas kali, bunyi
luar diri kita. Misalnya suara gaduh, teman atau orang-orang di sekitar kita
1. Subtes simbol B
WISC adalah tes intelegensi yang dikembangkan oleh David Wechsler pada
tahun 1950. Subtes simbol B yaitu suatu cara untuk mengukur koordinasi
gambar tertentu untuk dilihat dan disimak dengan seksama. Kemudian dalam
dengan cara melihat jumlah jawaban yang benar yaitu banyaknya gambar
Subtes latihan simbol (ME) dari Intelligenz Struktur Test (IST). IST
Frankfurt/Main Jerman pada tahun 1953. Latihan simbol (ME) ini berguna
untuk mengukur daya ingat, daya konsentrasi yang menetap dan yang lama
Terhadap setiap anak diberi satu lembar soal yang berisi 5 kelompok
dikembalikan dan anak diberi satu lembar soal lagi yang berisi sejumlah
tersebut selama 9 menit dan nilai dihitung sesuai dengan jumlah jawaban
yang benar.
D. Survei Konsumsi Makanan
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan.
Tanggal dan waktu makan serta besar porsi setiap makanan harus dicatat dengan
teliti.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall konsumsi
makanan maka data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, oleh
karena itu untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukur URT (sendok,
gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-
kekurangan, diantaranya:
murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk
wawancara; 3) cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden; 4) dapat
nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat
gizinya.
recall satu hari; 2) ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden.
Oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga
metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun, orang tua
berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa;
3) the flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih bayak (over estimate) dan bagi responden
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden dan mengenal cara-
cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara
umum; 5) responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian.
Menurut Rarback, seorang ahli gizi anak di Universitas Miami, pola diet
dengan menyertakan sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan yang
terbiasa makan pagi setiap harinya memiliki kemampuan lebih baik di sekolah
(Ward, 2003).
daya tangkap dan kreatifitas yang lebih baik dari pada anak-anak yang tidak
sarapan pagi. Memberikan sarapan pagi pada anak-anak adalah rutinitas terbaik
bukan saja untuk memenuhi kebutuhan energi tapi juga asupan zat gizi lainnya
Menurut DepKes (2001), akibat bila tidak makan pagi adalah konsentrasi
belajar menurun yang ditandai dengan lemah, keluar keringat dingin, bahkan
pingsan atau kesadarannya menurun dan prestasi belajar dapat menurun juga.
Menurut Apriadji (2001), anak-anak yang tidak terbiasa sarapan akan sulit
anak murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta,
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan pagi dengan
konsentrasi di sekolah. Hal ini diperkuat lagi oleh Yulizar dkk (2004), yang
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara makan pagi dengan
prestasi belajar.
Menurut Soekirman (2000), anak yang tidak makan pagi kurang dapat
mempunyai nilai hasil ujian yang lebih rendah, mempunyai daya ingat yang
sebelum waktu makan siang, dengan asupan energi makan pagi yang cukup
maka dapat mencegah terjadinya tekanan darah rendah, yang menyebabkan anak
Jumlah asupan energi makan pagi yang cukup sangat penting untuk
yang dilakukan terhadap 115 anak murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN
konsentrasi belajar.
pada pukul 09.00 pada anak yang sarapan ternyata lebih rendah (55 persen)
mengindikasikan dua hal yaitu anak yang tidak sarapan rentan terhadap
asupan energi makan pagi yang cukup maka dapat mencegah terjadinya
2006).
saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor saraf
belajar terganggu.
berperan sebagai ko-faktor, karena besi sebagai ko-faktor dari enzim oksidase
yang diberikan. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, kebutuhan zat
Inteligensi
- Gangguan Internal
- Gangguan Eksternal
I. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Kebiasaan Makan Pagi
Variabel Dependen
Konsentrasi Anak
Asupan Energi Makan Pagi
Prestasi Belajar
1. Ada hubungan kebiasaan makan pagi dengan konsentrasi pada murid SDN
2. Ada hubungan asupan energi makan pagi dengan konsentrasi pada murid
3. Ada hubungan asupan Fe makan pagi dengan konsentrasi pada murid SDN
METODE PENELITIAN
periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengumpulan
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh murid kelas IV dan V SDN
036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Subjek penelitian ini yaitu yang
3. Mampu berkomunikasi
(P1-P2) 2
Keterangan:
Maka:
(0,2) 2
n = 80
banyaknya anggota populasi untuk suatu strata lebih besar dari pada anggota
populasi dalam strata yang lain maka banyaknya sampel dari strata tersebut
harus juga lebih banyak dibanding strata yang lainnya (Soleh, 2005).
Skala = Ordinal
n = (ZCVw/Do)2
Dimana:
(1,96 x 27%)
n = = 3 hari
30%
Berdasarkan jumlah hari recall untuk asupan Fe yaitu 5 hari recall maka
untuk asupan energi dilakukan penyamaan hari recall. Hal ini dikarenakan
dalam menghitung kecukupan energi dan Fe dapat dilakukan analisis zat gizi
secara bersamaan.
512,5 kkal
¤ Kurang : Jika asupan energi makan pagi, yaitu:
Skala = Ordinal
Cara ukur = Survei konsumsi melalui recall makan pagi selama 5 hari
n = (ZCVw/Do)2
Dimana:
(1,96 x 34%)
n = = 5 hari
30%
Alat ukur = Kuesioner
Skala = Ordinal
4. Variabel = Konsentrasi
dari IST.
e. Konsentrasi anak
b. Data jumlah populasi murid kelas IV dan V di SDN 036 Kecamatan Bukit
1. Data Primer
kepada anak yang bersangkutan melalui formulir food recall makan pagi.
2. Data sekunder
a. Data tentang gambaran umum SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota
masing-masing kelas.
H. Pengolahan Data
2001):
a. Editing
b. Coding
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
c. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah
d. Cleaning
Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 13,0 for Windows,
yaitu:
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
adalah uji chi-square. Uji chi-square adalah untuk menguji apakah terdapat
kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar dibanding kelompok yang
- Bila p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak = Tidak ada
- Bila p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak = Tidak ada
- Bila p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak = Tidak ada
J. Jadwal Penelitian
A. HASIL
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru yang terdiri dari dua lantai. Proses
belajar mengajar diselenggarakan pada pagi hari, dimulai pukul 07.00 WIB
12.20 WIB dengan dua kali istirahat yaitu pada pukul 09.20-09.35 WIB dan
pukul 10.50-11.05 WIB. Jumlah murid kelas 1 sampai kelas 6 adalah 637
orang, sedangkan jumlah populasi yang berasal dari kelas IV dan V berjumlah
217 orang. Fasilitas yang tersedia di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya ini,
selain ruangan belajar 13 ruangan, ada juga kantor kepala sekolah, kantor
majelis guru, perpustakaan, ruangan UKS serta lapangan olah raga yang
merupakan lapangan
2. Karakteristik Responden
Populasi sampel yang diteliti adalah murid kelas IV dan V SDN 036
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Besar sampel yang dapat menguji
kelamin, jenis pekerjaan ayah dan ibu serta tingkat pendidikan ayah dan ibu
Jumlah
No. Karakteristik Responden
n %
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 29 36,3
b. Perempuan 51 63,8
2. Jenis Pekerjaan Ayah
a. PNS 5 6,3
b. Pegawai swasta 27 33,8
c. Wiraswasta 48 60
3. Jenis Pekerjaan Ibu
a. PNS 5 6,3
b. Pegawai swasta 1 1,3
c. Wiraswasta 1 1,3
d. Ibu Rumah Tangga (IRT) 73 91,4
4. Tingkat Pendidikan Ayah
a. SD 7 8,8
b. SMP 17 21,3
c. SMU 45 56,3
d. PT 11 13,8
5. Tingkat Pendidikan Ibu
a. SD 12 15
b. SMP 14 17,5
c. SMU 46 57,5
d. PT 8 10
sebagai wiraswasta (60%) dan jenis pekerjaan ibu responden sebagian besar
sebagai IRT (91,4%). Tingkat pendidikan ayah dan ibu responden sebagian
besar adalah SMU (56,3% dan 57,5%) dan sebagian kecil tingkat pendidikan
Tabel 2
Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Makan Pagi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Jumlah
No. Kebiasaan Makan Pagi
n %
1. Biasa makan pagi 44 55
2. Tidak biasa makan pagi 36 45
Total 80 100
energi makan paginya cukup 48,8% sedangkan sebanyak 51,3% asupan energi
Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Asupan Energi Makan Pagi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Jumlah
No. Asupan Energi Makan Pagi
n %
1. Baik 39 48,8
2. Kurang 41 51,3
Total 80 100
5. Asupan Fe Makan Pagi
paginya kurang.
Tabel 4
Distribusi Responden Menurut Asupan Fe Makan Pagi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Jumlah
No. Asupan Fe Makan Pagi
n %
1. Baik 27 33,8
2. Kurang 53 66,3
Total 80 100
4. Konsentrasi Responden
Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsentrasi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Jumlah
No. Tingkat Konsentrasi
n %
1. Baik 37 46,3
2. Kurang 43 53,8
Total 80 100
5. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Konsentrasi
tabel 6.
Tabel 6
Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Konsentrasi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Konsentrasi
Kebiasaan Makan Pagi Total OR
Baik Kurang P value
95% CI
n % n % n %
Biasa makan pagi 26 59,1 18 40,9 44 100
3,28
Tidak biasa makan pagi 11 30,6 25 69,4 36 100 0,02
1,3 – 8,3
Jumlah 37 46,3 43 53,8 80
diperoleh bahwa dari 44 responden yang biasa makan pagi ditemukan lebih
banyak anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik (59,1%) dibandingkan yang
kurang mampu berkonsentrasi (40,9%). Demikian pula yang tidak biasa makan
pagi maka lebih banyak ditemukan anak yang kurang mampu berkonsentrasi
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan pagi
ada hubungan kebiasaan makan pagi dengan konsentrasi. Hasil dari analisis ini
pada tabel 7.
Tabel 7
Hubungan Asupan Energi Makan Pagi dengan Konsentrasi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Konsentrasi
Asupan Energi Total OR
Baik Kurang P value
Makan Pagi 95% CI
n % n % n %
Baik 25 64,1 14 35,9 39 100
4,31
Kurang 12 29,3 29 70,7 41 100 0,004
1,69 – 11,03
Jumlah 37 46,3 43 53,8 80
diperoleh bahwa dari 39 responden yang asupan energi makan paginya baik
ditemukan lebih banyak anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik (64,1%)
asupan energi makan paginya kurang maka lebih banyak ditemukan anak yang
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan energi makan
berbunyi ada hubungan asupan energi makan pagi dengan konsentrasi. Hasil
tabel 8.
Tabel 8
Hubungan Asupan Fe Makan Pagi dengan Konsentrasi
di SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008
Konsentrasi
Asupan Fe Total OR
Baik Kurang P value
Makan Pagi 95% CI
n % n % n %
Baik 18 66,7 9 33,3 27 100
3,58
Kurang 19 35,8 34 64,2 53 100 0,017
1,35 – 9,51
Jumlah 37 46,3 43 53,8 80
ditemukan lebih banyak anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik (66,7%)
asupan Fe makan paginya kurang maka lebih banyak ditemukan anak yang
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe makan pagi
ada hubungan asupan Fe makan pagi dengan konsentrasi. Hasil dari analisis ini
1. Karakteristik Responden
pedagang, sopir, buruh, dll. Kemungkinan jenis pekerjaan seperti ini memiliki
orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat dan
cukup yang akan melemahkan daya tahan tubuh sehingga terserang suatu
penyakit.
Jenis pekerjaan ibu sebagian besar sebagai IRT (tabel 1), dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga maka diharapkan dapat memiliki waktu
yang cukup untuk dapat menyiapkan makanan untuk makan pagi bagi anak
mereka. Jika ibu telah menyiapkan makan pagi buat anak mereka maka
kemungkinan besar anak- anak tersebut akan makan pagi setiap harinya.
Berdasarkan tabel 1 tersebut, diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dan ibu
responden sudah cukup baik. Ini akan dapat mempermudah dalam proses
Orang yang mempunyai pendidikan akan lebih mudah memahami dan mencerna
dengan konsentrasi dilakukan uji chi square. Berdasarkan hasil uji chi square
makan pagi dengan konsentrasi (p=0,02) (tabel 6). Hal ini sesuai dengan
penelitian Kurniasari dkk (2005), yang dilakukan terhadap 115 anak murid kelas
V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta yang mengatakan ada
penelitian yang dilakukan oleh Utami dkk (2006) terhadap 74 siswi kelas IV, V
dan VI SDN Meruya Utara 02 Pagi Jakarta Barat yang mengatakan tidak ada
belajar, tetapi diduga dipengaruhi oleh cara guru menyampaikan materi di kelas,
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang biasa makan pagi akan
dapat berkonsentrasi dengan baik dibandingkan dengan anak yang tidak biasa
makan pagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rarback, seorang ahli gizi anak di
Universitas Miami bahwa anak yang biasa makan pagi setiap harinya memiliki
kemampuan lebih baik di sekolah (Ward, 2003) dan anak yang tidak makan pagi
umumnya mempunyai nilai hasil ujian yang lebih rendah dan mempunyai daya
yang mengabaikan makan pagi menunjukkan daya ingat yang lebih rendah
kecepatan dan daya ingat dalam tes kognitif yang dilakukan. Begitu juga dengan
penelitian Wesnes et al. (2003) yang mengatakan bahwa anak-anak yang biasa
makan pagi menunjukkan kemampuan daya pikir, perhatian dan daya ingat yang
lebih baik. Selain itu, menurut Rampersaud et al. (2005) mengatakan bahwa
anak-anak yang biasa makan pagi dapat memenuhi asupan zat gizi yang
pagi.
Secara bivariat didapatkan bahwa nilai Odds Ratio (OR)= 3,28 artinya
bahwa anak yang biasa makan pagi mempunyai peluang 3,28 kali untuk dapat
berkonsentrasi dengan baik dibandingkan anak yang tidak biasa makan pagi.
Diketahui bahwa pagi hari anak sekolah tersebut memerlukan tenaga untuk
konsentrasi dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Bila anak tidak makan pagi
maka tubuh akan kekurangan glukosa karena tidak adanya masukan energi. Bila
glukosa darah anak rendah maka akan terjadi penurunan konsentrasi belajar atau
daya ingat, tubuh melemah, pusing dan gemetar (Soekirman, 2000). Jika hal ini
umumnya akan lebih rendah dibandingkan anak yang biasa makan pagi setiap
harinya (Apriadji, 2001). Hal ini diperkuat lagi oleh penelitian Yulizar dkk
(2004), yang mengatakan bahwa ada hubungan sarapan pagi dengan prestasi
belajar.
3. Hubungan Asupan Energi Makan Pagi dengan Konsentrasi
Hasil uji statistik berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p=0,004
dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara
asupan energi makan pagi dengan konsentrasi (tabel 7). Anak yang asupan
energi makan paginya baik akan dapat berkonsentrasi dengan baik dibandingkan
dengan anak yang asupan energi makan paginya kurang. Hal ini sesuai dengan
penelitian Wyon et al. (1997) yang mengatakan asupan energi yang cukup akan
dilakukan tes perhitungan dan ketelitian. Penelitian Faridi (2002) pada sejumlah
siswa SD di Duren Sawit Jakarta Timur bahwa asupan energi makan pagi yang
Secara bivariat didapatkan bahwa nilai OR= 4,31 artinya bahwa anak
yang asupan energi makan paginya baik mempunyai peluang 4,31 kali untuk
dapat berkonsentrasi dengan baik dibandingkan anak yang asupan energi makan
paginya kurang. Jumlah asupan energi makan pagi yang cukup sangat penting
untuk dapat meningkatkan konsentrasi belajar di sekolah, hal ini bertujuan agar
dilakukan terhadap 115 anak murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN
cukup dapat
meningkatkan kadar gula darah dan hemoglobin sehingga mempengaruhi
konsentrasi belajar.
Hasil uji statistik berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p= 0,017
dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara
asupan Fe makan pagi dengan konsentrasi (tabel 8). Hal ini sesuai dengan
kurang dapat berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi
belajar terganggu.
baik akan dapat berkonsentrasi dengan baik dibandingkan dengan anak yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan status zat besi dengan kemampuan daya
pikir. Asupan zat besi yang cukup menunjukkan kemampuan daya pikir yang
yang asupan Fe makan paginya baik mempunyai peluang 3,58 kali untuk dapat
kurang. Melalui pemberian zat besi kepada anak maka akan dapat membantu
B. Kesimpulan
1. Sebanyak 45% murid SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru
yang tidak biasa makan pagi dan dari jumlah tersebut ditemukan sebagian
pagi dengan konsentrasi. Anak yang biasa makan pagi mempunyai peluang
3,28 kali untuk dapat berkonsentrasi dengan baik dibandingkan anak yang
2. Sebanyak 51,3% murid SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru
yang asupan energi makan paginya kurang dan dari jumlah tersebut
hasil uji chi square ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
asupan energi makan pagi dengan konsentrasi. Anak yang asupan energi
paginya kurang.
3. Sebanyak 66,3% murid SDN 036 Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru
yang asupan Fe makan paginya kurang dan dari jumlah tersebut ditemukan
makan pagi dengan konsentrasi. Anak yang asupan Fe makan paginya baik
mempunyai peluang 3,58 kali untuk dapat berkonsentrasi dengan baik
C. Saran
berisi anjuran “Biasakan Makan Pagi” serta manfaatnya bagi anak sekolah
tersebut. Hal ini bertujuan agar murid mengetahui pentingnya makan pagi.
asupan zat gizi makan pagi yang cukup setiap harinya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan daya pikir dan daya ingat anak dalam belajar.
secara rutin oleh pihak sekolah sehingga diharapkan dapat memotivasi anak-
anak yang tidak biasa makan pagi menjadi biasa makan pagi.