MUH. IKRAM
D1B120127
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
judul “Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Salep Anti Jamur Ekstrak Etanol Jahe
merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Dengan skripsi ini berarti selangkah lagi penulis maju dalam bidang ilmu
begitu penulis menyadari bahwa apa yang terurai sangat sederhana dan masih jauh
dari kesempurnaan, namun bagi penulis merupakan suatu keberhasilan yang tidak
lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh karena itu sederetan
nama yang tak terkira jumlahnya pantas mendapatkan ucapan terima kasih setulus-
tulusnya karena membantu terselesainya mulai proses belajar sampai pada penulisan
dan perampungan skripsi ini sebagai suatu kelengkapan studi untuk memperoleh
gelar sarjana.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-
1. Ibu Hj. Suryani, SH., MH, selaku ketua YPI Megarezky Makassar.
i
2. Bapak Prof Dr.dr.Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.Sp.JP(K), selaku Rektor
Universitas Megarezky.
3. Bapak Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes, selaku Dekan Universitas Megarezky.
4. Bapak Dr. Jangga, S.Si., M.Kes., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi.
5. Bapak Ahmad Irsyad Aliah, S.farm., M.Si, Apt, selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi.
6. Ibu Apt. Asti Vebriyanti Asjur, S,Si,M.Si. Selaku pembimbing pertama. Terima
7. Ibu Apt. Ummu Kalsum T,S.Farm.M.P.H selaku pembimbing kedua, yang telah
kesabaran.
8. Ibu Apt. Andi Juaella Yustisi, S.Farmm M.Si selaku penguji yang dengan ikhlas
telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dalam memberikan arahan dan
9. Orang tua tercinta, Ayahanda Takdir SE dan Ibunda Rasmawati, dengan penuh
kepada penulis, dan selalu memberikan nasehat, semangat serta motivasi maupun
10. Segenap Dosen Program Studi SI Farmasi Universitas Megarezky Makassar atas
bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh studi.
ii
11. Rekan-rekan seperjuangan, Harta Tahta S1 serta rekan-rekan Alih Jenjang 2020
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun
Semoga semua bantuan dari semua pihak mendapatkan pahala yang sebesar-
besarnya dari Allah SWT, dan hasil penelitian ini dapat menjadi bacaan yang
bermanfaat. Amin!
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
Halaman
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
iv
C. Alat Dan Bahan ................................................................................... 30
D. Formula Ektrak Jahe Merah ................................................................. 31
E. Pembuatan Salep ................................................................................. 31
F. Cara Pembuatan Ekstrak Jahe Merah .................................................. 32
G. Uji Kestabilan Salep ............................................................................ 33
H. Pembuatan Media Jamur ..................................................................... 34
I. Pengujian Aktivitas Salep ................................................................... 34
J. Analisis Data ........................................................................................ 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 36
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 36
B. Pembahasan .......................................................................................... 49
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 56
A. Kesimpulan ........................................................................................ 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
pengalaman serta pengetahuan yang dikumpulkan sampai saat ini penting bagi
yakni mempunyai aktivitas biologi karena mengandung berbagai senyawa yang dapat
Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih
dalam lagi. Jamur ini sering kali terdapat pada mukosa mulut, oropharing, dan traktus
gastrointestinal orang sehat (flora normal). Kandidiasis dapat mengenai kulit, kuku,
atau organ tubuh, seperti ginjal, jantung dan paru-paru. (Wong, 2018)
terdapat pada masyarakat. Candida albicans merupakan spesies dari genus ragi
menyebabkan kandididasis pada kulit, mukosa, kuku serta sistemik. Kandidiasis pada
kulit ditandai dengan adanya peningkatan jumlah populasi Candida setempat dan
kerusakan terhadap kulit atau epitel yang memungkinkan invasi setempat oleh ragi
dan pseudohifa, yang menyebabkan area yang terinfeksi menjadi berwarna merah dan
1
2
ditemukan di mulut, kulit, selaput lendir, saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan
sebagai obat antijamur dari genus tumbuhan pedas berupa rimpang temu temu. Jahe
(Zingiber officinale) berpotensi untuk mengobati penyakit jamur dan bakteri serta
penyakit sistemik karena kandungan minyak atsirinya yang tinggi dan rasa pedas dari
serat jahe. Kelompok jahe atau jahe efektif dalam mengurangi rasa sakit, demam,
mual dan muntah pada mabuk perjalanan, tindakan antitusif dan anti-inflamasi (Suci
Agen antijamur adalah zat yang memiliki sifat untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Suatu senyawa dapat disebut antijamur jika mampu
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wong Pei Jie pada tahun
2018, dari hasil penelitian efektivitas pelarut etanol 96% dan aquadest pada ekstrak
Jahe Merah terhadap Candida albicans (in vitro) yang dilakukan dengan konsentrasi
3
etanol 96% yaitu 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan pelarut aquadest
dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5% 6,25% 3,125% dan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak dengan etanol 96% lebih efektif dibandingan pelarut aquadest, dengan
yakni 1076 koloni dari 2700 koloni, sehingga disimpulkan bahwa Kadar hambat
dengan membuat sediaan farmasi penggunaan secara topikal yaitu salep ekstrak Jahe
pelarut ini dapat melarutkan senyawa – senyawa metabolit aktif yang berefek anti
jamur.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dapat
2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol Jahe Merah (Zingiber officinale var.
albicans.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
dan referensi bagi peneliti dalam mengembkan inovasi sediaan farmasi dari bahan
2. Untuk Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
kingdom : Plantae
infrakingdom : Streptophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Lilianae
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
(It.Is.Gov).
Gambar 2.1 tanaman Jahe Merah (Zinger officinale var. Rubrum) (Cahyani,2021).
5
6
berbatang semu yang tingginya dapat mencapai lebih dari 1 m. Secara morfologi
jahe terdiri dari akar, rimpang, batang, daun dan bunga. Akar tumbuh dari bagian
bawah rimpang dan tunas tumbuh dari bagian atas rimpang (Bermawie, 2020).
Batang jahe merupakan batang semu, tumbuh tegak, pipih, tidak bercabang,
tersusun atas pelepah dan pelepah daun yang menyatu membentuk batang yang
berwarna hijau pucat tetapi kemerahan pada pangkalnya. Bagian luar batangnya
Batang Jahe Merah berukuran kecil, bulat, berwarna hijau kemerahan dan
agak keras karena tertutup pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18 - 62,28
cm. Daunnya tersusun berselang- seling teratur dan berwarna lebih hijau (lebih
gelap) dibandingkan dengan dua jenis lainnya seperti jahe gajah dan jahe empiris.
bawah. Luas daun 32,55 - 51,18 cm2 dengan panjang 24,10 - 24,79 cm, lebar
Rimpang Jahe berwarna merah sampai jingga muda. Ukuran rimpang Jahe
Merahlebih kecil dari kedua jenis jahe tersebut di atas, yaitu panjang rimpang
12,33 - 12,60 cm, tinggi mencapai 5,86 - 7,03 cm, dan berat rata-rata 0,29 - 1,17
kg. Akar serabut cukup besar, panjang 17,03-24,06 cm dan diameter 5,36-5,46
mm. Jahe Merah memiliki aroma yang tajam dengan rasa yang sangat pedas
(Wong, 2018).
7
3. Kandungan Kimia
Metabolit kimia Jahe Merah terdiri dari komponen volatil yang dapat
diperoleh kembali dengan destilasi dan komponen volatil yang memiliki efek
pedas. Komponen volatil jahe adalah minyak jahe yang diperoleh dengan cara
penyulingan bahan jahe kering. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan
damar, yang banyak digunakan dalam industri dan langsung di rumah tangga.
(Wong, 2018).
atsiri, dan oleoresin yang terdapat pada ekstrak jahe, yang merupakan kelompok
4. Manfaat
Manfaat Jahe Merah adalah rimpangnya dapat digunakan sebagai bahan atau
bumbu masakan, Jahe Merah juga digunakan sebagai obat untuk mengurangi rasa
sakit dan peradangan, melawan sel kanker, melawan muntah, mengobati gangguan
Efek farmakologi Jahe Merahini dapat meningkatkan sifat bahan lain yang
dicampur selama proses pembuatan obat. Dalam pengobatan tradisional, jahe telah
digunakan secara turun temurun untuk mengobati berbagai penyakit seperti kurang
8
nafsu makan, sakit kepala, asam urat atau rematik, masuk angin, keseleo, bengkak,
Dalam penelitian ini Jahe Merah dipilih karena belum ada data penelitian
khusus mengenai efek antijamur jahe jenis ini terhadap Candida albicans, selain
itu Jahe Merah memiliki kandungan minyak atsiri paling tinggi dan sering
Komponen utama Jahe Merah adalah homolog fenolik keton yang dikenal
sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan berubah
menjadi shogaol pada suhu tinggi. Shogaol lebih panas dari gingerol.
a. Terikat dengan ergosterol pada membran sel jamur yang akan mengganggu proses
transport sehingga makromolekul dan ion-ion dalam sel hilang, dan menyebabkan
merupakan komponen membran ragi dan jamur, yang menyajikan fungsi yang
9
atsiri Jahe Merah mengganggu fungsi membran sel jamur. Selain itu, Jahe Merah
mengandung gugus fenol, Fenol merupakan suatu asam karbol yang dapat
melisiskan dinding sel jamur. Senyawa turunan fenol berinteraksi dengan sel
jamur melalui proses absorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
Kompleks protein - fenol tersebut memiliki ikatan yang lemah dan segera
mengalami penguraian. Kemudian hal ini diikuti dengan penetrasi fenol ke dalam
sel jamur hingga menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein (Wong, 2018).
10
B. Kulit
Kulit merupakan organ yang besar, dengan berat rata-rata 4 kg dan seluas 2
m2. Fungsi utamanya adalah sebagai barrier terhadap lingkungan luar yang tidak
epidermis, terdapat lapisan dermis yang penuh vaskularisasi yang berfungsi sebagai
penyokong dan penyedia nutrisi bagi sel-sel epidermis yang aktif membelah. Pada
lapisan dermis juga terdapat saraf-saraf dan adneksa- adneksa kulit yang meliputi
kelenjar keringat, folikel rambut, dan kelenjar minyak (sebasea). Kuku juga termasuk
dari adneksa kulit. Lapisan ketiga dan terdalam dari kulit disebut dengan lapisan
subkutan. Epidermis sendiri terbagi lagi menjadi 4 lapisan, dimulai dari lapisan
terbawah yakni lapisan sel basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, dan
lapisan terluarnya yakni stratum korneum. Sisi epidermis yang berbatasan dengan
lapisan dermis memiliki batas tidak reguler yang disebut dengan rete ridge (Tafonao,
2019).
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat
selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat
(stratum korneum) merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati
berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. L apisan
ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum
spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum
lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum
b. Dermis
lapisan epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni,
2012). Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk
c. Hipodermis
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,
dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran
C. pH Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang terletak paling luar. Kulit
tersusun dari dua lapisan utama yakni epidermis dan dermis. Acid mantle adalah
suatu lapisan pelindung permukaan kulit yang terdapat pada lapisan epidermis.
Acid mantle merupakan suatu lapisan pelindung alami yang terdiri atas
sebum, lipid, serta sel kulit mati. Lapisan ini memiliki tingkat pH dimulai dari 4 – 5,5
. Kulit akan tampak sehat, segar serta bercahaya jika tingkat pH meraih titik
seimbang. Beberapa masalah yang dapat terjadi akibat produk dengan formulasi pH
yang tidak tepat ialah kulit kering, kusam, terkelupas, iritasi dan berjerawat (Pertiwi
et al., 2021).
13
D. Ekstraksi
1. Pengertian Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari
ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
berikut:
a) Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini akan digunakan untuk
c) Jenis pelarut yang digunakan. Hal ini yang menyangkut keamanan karena
Selain itu, pelarut akan menentukan efisiensi proses penarikan zat berkhasiat
e) Lama waktu penyarian. Hal ini penting sekali untuk menetukan jumlah bahan
14
yang tersari.
f) Proses ekstraksi. Ada kalanya proses ekstraksi harus terlindung dari cahaya
bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Faktor kimia yaitu:
faktor internal (jenis senyawa aktif, komposisi kualitatif dan kuantitatif senyawa
aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal (metode ekstraksi,
pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan kandungan
2. Metode ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara berikut: cara dingin dan cara panas.
1) Maserasi
2) Perkolasi
1) Refluks
pada temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dan jumlah pelarut
2) Digesti
kinetik) pada suhu yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara
3) Sokletasi
pendingin balik.
4) Infudasi
Infudasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas
air (bejana inifus tercelup pada penangas air mendidih, temperatur 96- 98°C)
16
5) Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses infus dengan waktu yang lebih lama (≥10
dari Streptomyces nourse dan merupakan antibiotik group poliene. Mekanisme kerja
secara klinis juga terbatas yaitu untuk pengobatan infeksi yang disebabkan Candida
pada kulit atau membran mukosa (rongga mulut, vagina) dan dapat juga diberikan
secara oral utuk pengobatan kandidosis gastrointestinal. Informasi spesialit obat pada
17
aktifitas sebagai fongistatik atau fongisidal pada berbagai jamur dan yeest yang
Informasi spesialit obat pada tahun 2012 menyatakan sediaan nystatin dapat
F. Antijamur
Antijamur adalah suatu zat yang memiliki khasiat untuk penanganan penyakit
yang disebabkan oleh fungi. Suatu senyawa dapat disebut sebagai antijamur jika
efek yang disebabkan yaitu perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein
dan asam nukleat, kerusakan dinding sel, penghambatan kerja enzim dan
penghambatan sisntesis asam nukleat yang salah satunya dapat menjadi awal
Mekanisme kerja antijamur dalam memberi gangguan pada membran sel ini
ergosterol yang mudah diserang oleh antibiotik turunan polien dan merupakan
penyusun dinding sel jamur. Interaksi yang terjadi antara ergosterol jamur dan
polien dapat membentuk suatu pori yang dapat menyebabkan kebocoran asam
karboksilat, asam amino, ion K, fosfat anorganik, dan ester fosfat hingga
(Purnamasari, 2021).
G. Candida Albicans
infeksi lokal pada mukosa seperti vulvovaginitis dan kandidiasis oral, sementara
pada kulit banyak menyebabkan infeksi pada bagian lipatan tubuh yang
sistemik apabila masuk kealiran darah dan dapat menyerang berbagai organ
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Sacchharomycetaceae
Genus : Candida
(Wulandari,2018).
umum terdapat pada masyarakat. Candida albicans merupakan spesies dari genus
pada kulit ditandai dengan adanya peningkatan jumlah populasi Candida setempat
dan kerusakan terhadap kulit atau epitel yang memungkinkan invasi setempat
21
oleh ragi dan pseudohifa, yang menyebabkan area yang terinfeksi menjadi
protoplasmic protrusi atau tunas (blastoconidia) timbul dari sel induk dan tumbuh
sampai membentuk sel yang baru. Sel anak membentuk rantai sel yang disebut
diselimuti oleh dinding sel, sel-sel ini menyesuaikan diri dengan miselium secara
Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih
dalam lagi. Jamur ini sering kali terdapat pada mukosa mulut, oropharing, dan
kulit, kuku, atau organ tubuh, seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Dalam media
kultur padat, ragi bertumbuh, sehingga menimbulkan koloni kompak yang dapat
harus dalam fase saprofit untuk menimbulkan lesi klinis, meskipun variasi nutrisi
dan lingkungan memodulasi konversi kepada bentuk miselium atau invasift dari
waktu ke waktu. Pada fase ini ragi meneruskan virulensinya sebelum utuh, maka
H. Sediaan Salep
sediaan setengah padat yang digunakan untuk pengobatan tropikal. Kadar obat kerat
yang terkandung dalam salep maksimal 10% kecuali jika dinyatakan 15 Lain. Bahan
obat dalam salep harus tercampur secara homogen (Fitria, 2020) Suatu salep
c. Mudah dipakai
d. Dasar salep yang kompatibel secara kimia dan fisika dengan obat yang
dikandungnya
e. Terdistribusi merata
berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan mengahsilkan efek local, karena
hidrokarbon (vaselin).
b. Salep endodermic Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam terapi tidak
23
melalui kulit dan terabsobsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput
lendir diberi local iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermic (salep serap) Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya
(Rukmana, 2017)
b. Cream adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
c. Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
e. Gel : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membrane mukosa sebagai
pelican atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak
a. Basis hidrokarbon
Basis ini sukar dicuci dan dapat digunakan sebagai penutup oklusif
b. Basis serap
dengan hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti sulfat, sulfonat,
karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester, lanolin, kolesterol dan sterol-sterol
hidrofilik.
Adalah emulsi M/A dan dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream
termasuk dalam golongan ini, diberi istilah vanishing cream karena waktu
dipakai dan digosokkan pada kulit hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata
dengan konsistensi seperti salep, yang melunak atau meleleh jika digunakan
pada kulit. Basis ini larut dalam air karena adanya gugusan polar dan ikatan eter yang
banyak
3. Fungsi Salep
a. Uji Organoleptik
Pengamatan yang dilakukan oleh dalam uji ini adalah bentuk sediaan,
bau dan warna sediaan. Parameter kualitas salep yang baik adalah bentuk
sediaan setengah padat, salep berbau khas ekstrak yang digunakan dan
b. Homogenitas
bahan-bahan (basis dan zat aktif) sehingga menjadi bentuk salep yang
homogen. Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi
partikel lebih besar dari sediaan. Uji homogenitas dilakukan dengan cara
26
mengamati hasil pengolesan salep pada plat kaca. Salep yang homogen
titik akhir pengolesan. Salep yang diuji diambil dari tiga tempat yaitu bagian
c. Uji Pengukuran
salep dalam mengiritasi kulit. Kulit normal berkisar antara pH 4,5 6,5. Nilai
salep yang telah diencerkan dengan 5ml aquadest. Nilai pH salep yang baik
Pengujian daya sebar tiap sediaan dengan variasi tipe basis dilakukan
untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis
salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian
kecepatan difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas membran
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan
jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Kentang
sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk memadatkan
medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi
Octavia, 2018).
28
J. Kerangka Teori
K. Kerangka Konsep
15%
Variabel Terkendali
Metode ekstraksi
L. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (H0)
b. Formulasi Ekstrak etanol 96% Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bertujuan untuk membuat sediaan farmasi yaitu salep yang kemudian dilakukan
Teknologi sediaan farmasi, pada bulan Juli – Agustus 2022 di Universitas megarezky
makassar.
pengaduk,cawan petri, cawan porselin, corong ose bulat, gelas ukur, laminar air
flow, mikropipet, pembakar spiritus, penangas air, pipet tetes, pinset, sendok
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu vaselin album, Paraffin
30
31
1. Pupulasi
Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Jahe Merah
2. Sampel
Sampel yang digunakan pada sampel ini adalah Jahe Merah (Zingiber
officinale var. Rubrum) segar yang berasal dari Desa Cenning kabupaten Luwu
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan yaitu Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
2. Pengolahan Sampel
Sampel daun kersen ditimbang sebanyak 500 gram dimasukkan dalam wadah
keseluruhan dan ditutup rapat. Proses dilakukan dengan cara diulang selama dua
kali selama lima hari, sambil sesekali diaduk. Disaring dan dipisahkan ampas dan
32
a. Uji Skrining Fitokimia Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) (Tunny
et al., 2020)
1. Saponin
dikocok kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak
kurang 10 menit setinggi 1-10 cm. Pada penambahan HCl 2N, buih akan
hilang.
terbentuk warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan
3. Flavanoid
4. Alkaloid
mL HCL 2N. Larutan yang didapat kemudian dibagi 3 tabung reaksi. Tabung
Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga dan dan endapan putih
Formula acuan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan formula salep
Formula Range
Bahan Kegunaan Kontrol
Positif
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Zat aktif - 5% 10% 15%
jahe merah
Metil 0,02-0,3%
paraben Pengawet 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% Salep
nystatin
MYCO-Z
Paraffin Basis 10% 10% 10% 10% 0,02-0,3%
liquid
E. Pembuatan Salep
secara bersamaan ditambahkan Parafin liquid dan metil paraben sesuai timbangan.
34
1. Uji Organoleptis: Uji Organoleptis meliputi : Warna, bentuk, dan bau yang dari
ada tidaknya butir-butir kasar atau grity. Adanya butir-butir kasar atau grity
menandakan sediaan salep yang dibuat tidak homogen karena tidak terdispersinya
3. Uji Daya lekat: Salep yang sudah ditimbang sebesar 0,5g diletakkan diatas gelas
obyek yang telah ditemukan luasnya, lalu diletakkan gelas obyek yang lain diatas
dipasang gelas obyek pada alat tes. Dilepas beban seberat 80 gram, dan dicacat
4. Uji Daya sebar: sebanyak 0,5 gram salep diletakkan dengan hati-hati diatas cawan
petri, kemudian ditutupi atau diberi beban dengan bagian petridish lain yang sudah
diketahui bebannya dan digunakan pemberat selanjutnya diatas petridish mulai dari
pemberat 50 gr, 100 gr,150 gr, 200 gr, yang ditambah hingga total pemberat 250 gr
5. Uji pH: Pengujian pH dilakukan dengan cara menimbang 0,5 gr salep dan
35
6. Uji Stabilitas: Uji stabilitas fisik dilakukan dengan metode Freeze Thaw Cycling.
Freeze Thaw Cycling dilakukan dengan cara sediaan disimpan pada suhu 4ºC
7. Uji Antijamur salep: Setiap petri dibagi menjadi 4 bagian yaitu : control negatif (
basis salep ), kontrol positif (Salep nystatin MYCO-Z), 3 formulasi salep dilakukan
yang telah dibuat selanjutnya di ikbukasi selama 48 jam, setelah 48 jam amati
sampai mendidih sehingga terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening.
dalam uji antijamur disterilkan pada suhu 121ºC selama 15 menit. Selanjutnya
disiapkan PDA didalam cawan petri dan masing-masing jamur Candida albicans
(satu ose jamur dicampur dalam tabung reaksi, kemudian divortex) di tuang dalam
cawan petri, kemudian dibuat sumur pada agar dengan pelubang gabus berdiameter 6
36
mm.
Ekstrak Jahe Merah yang akan di ujikan yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan 15%
dan kontrol positifnya Salep nystatin MYCO-Z kemudian di isikan kedalam lubang
hingga kedalaman lubang terisi sempurna, kemudian agar yang telah berisi bahan uji
diinkubasi dengan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jamur candida albicans,
konsentrasi diamati pengamat zona hambat sampel terhadap pertumbuhan jamur uji
merupakan diameter zona penghambat ekstrak jahe merah. Aktivitas antijamur diukur
dengan mengurangi diameter total zona hambatan dengan diameter sumur Pada uji
jamur didapatkan data DDH (Diameter Daya Hambat) diantara ketiga ekstrak uji
J. Analisis Data
Hambat) Candida albicans yang tumbuh setelah diberi ekstrak Jahe Merah (Zingiber
metode One Way ANOVA untuk mengetahui statistik persen DDH (Diameter Daya
Hambat).
37
BAB IV
A. Hasil penelitian
Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rumbum) yang telah dilakukan dari bulan juli –
1. Hasil Rendamen
Tabel 4.1 hasil rendamen yang diperoleh dari maserasi
Sampel Pelarut Jumlah Berat Berat Rendamen
Pelarut sampel ekstrak
Berdasarkan tabel 4.1 hasil rendamen Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) 500 gram dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%,
2. Skrining Fitokimia
Tabel 4.2 hasil skrining fitokimia ekstrak jahe merah ( Zingiber officinale
var. Rumbrum)
Pemeriksaan Pereaksi Hasil pengamatan
Pelarut
Senyawa Pengamatan Pustaka Ket
Fenol FeCl3 5% Hijau kehitaman Hijau kehitaman +
(Wowor et al., 2022)
Flavonoid Mg + HCl Jingga Merah, kuning/Jingga +
(Wowor et al., 2022)
Saponin Aquadest Busa stabil Busa stabil +
HCl pekat (Wowor et al., 2022)
Tanin FeCl30,1% Hitam kehijauan Hitam kehijauan +
(Wowor et al., 2022)
Berdasarkan tabel 4.2 Hasil dari skrining fitokimia pada jahe merah (Zingiber
officinale var. Rubrum) menunjukkan bahwa positif terdapat senyawa fla va noid,
FII Kuning Khas Jahe Semi Kuning Khas jahe Semi padat
kecoklatan Merah padat kecoklatan merah
FIII coklat Khas Jahe Semi coklat Khas Jahe Semi padat
Merah padat Merah
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
konsentrasi pada sediaan sebelum dan sesudah dilakukan uji Cycling test memiliki
F0 Homogen Homogen
FI Homogen Homogen
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
sebelum dan sesudah Cycling test pada sediaan salep yang masih tetap homogen
sediaan.
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
p < 0,05 : Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
p > 0,05 : Tidak terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
F0
FI
FIII
menunjukan bahwa pH sediaan salep sebelum dan sesudah Cycling test memenuhi
syarat dan dinyatakan stabil karena memenuhi syarat pH sediaan salep dan nilai
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
p < 0,05 : Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
p > 0,05 : Tidak terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
F0
FI
FII
FII
menunjukan bahwa daya sebar sediaan salep sebelum dan sesudah Cycling test
memenuhi syarat daya sebar sediaan salep 5 – 7 cm dan dinyatakan stabil karena
7. Uji Viskositas
F0 4559 4200
FI 4530 4420
2000- 0.029
FII 4870 4650 50000
Mpa’s p < 0.05
FIII 4990 4830
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
p < 0,05 : Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
p > 0,05 : Tidak terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
5200
5000
4800
F0
4600
FI
4400
FII
4200
FIII
4000
3800
sebelum cycling test setelah cycling test
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.7 dan grafik 4.3, menunjukan
bahwa viskositas sediaan salep sebelum dan sesudah Cycling test memenuhi syarat
dan dinyatakan stabil karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05).
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Sediaan salep dengan konsentrasi 5%
FII : Sediaan salep dengan konsentrasi 10%
FIII : Sediaan salep dengan konsentrasi 15%
p < 0,05 : Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
p > 0,05 : Tidak terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah Cycling test
45
40
35
30
F0
25
F1
20
F2
15
F3
10
5
0
sebelum cyling test setelah cyling test
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.8 dan grafik 4.4 diatas,
menunjukan bahwa daya lekat sediaan salep sebelum dan sesudah Cycling test
memenuhi syarat daya lekat salep yaitu kurang dari 4 detik dan dinyatakan stabil
Hasil uji pada penelitian ini berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa
sumuran pada kontrol negatif tidak memiliki zona hambat setelah dilakukan
replikasi tiga kali , sumuran kontrol positif terdapat zona hambat dengan rata rata
15,8 mm (kuat) dengan replikasi tiga kali, sumuran yang diberi perlakuan ekstrak
jahe merah 5% setelah rata rata dari tiga kali replikasi memiliki zona hambat
yaitu 10,1 mm (sedang), sumuran yang diberi perlakuan ekstrak jahe merah 10%
46
setelah rata rata dari tiga kali replikasi memiliki zona hambat yaitu 12,2 mm
(kuat), sumuran yang diberi perlakuan ekstrak jahe merah 15% setelah rata rata
dari tiga kali replikasi memiliki zona hambat yaitu 13,7 mm (kuat).
Pada tahap awal telah dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas
data dan dihasilkan nilai yang signifikan sehingga memenuhi syarat untuk lanjut
pada uji statistik One Way Anova. Pada tabel 4.13 didapatkan nilai sig. 0,000 <
Uji one way ANOVA merupakan uji yang digunakan untuk melihat ada
tidaknya daya antijamur pada setiap konsentrasi tetapi tidak dapat digunakan
untuk melihat seberapa besar signifikansi perbedaan rata rata daya hambat
Berdasarkan uji LSD pada tabel diatas menunjukan bahwa masing masing
perlakuan memiliki perbedaan daya hambat yang signifikan. Daya antijamur yang
paling efektif dengan membandingkan antara kontrol positif dengan sediaan salep
dengan ekstrak Jahe Merah ( Zingiber officinale var. Rubrum). Hasil yang diperoleh
pada F0 adalah 15.80000, pada FI (5%) adalah 5.66667, pada ekstrak FII (10%)
adalah 3.56667, pada FIII(15%) adalah 2.10000. dari hasil yang diperoleh semakin
kecil nilai yang diperoleh maka salep tersebut memiliki daya antijamur yang paling
efektif karena nilainya mendekati kontrol positif. Sehingga pada penelitian ini sediaan
salep ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terdapat pada FIII (15%).
48
B. Pembahasan
Pada penelitan ini dilakukan skrining fitokimia ektrak Jahe Merah (Zingiber
Dimana pada uji alkaloid positif apabila terbentuk endapan berwarna kuning
dalam pereaksi mayer dan jingga dalam peraksi dragendroff (Wahid & Safwan,
2020).
pada uji flavonoid jika hasil berwarna merah, kuning, atau jingga maka positif
mengandung flavonoid, pada uji saponin jika terbentuk busa, maka ekstrak
mengandung saponin selanjutnya ditambahkan 1 tetes HCl pekat busa tidak akan
hilang, pada pengujian tanin bila menghasilkan biru tua atau hitam kehijauan maka
Hasil dari skrining fitokimia pada jahe merah (Zingiber officinale var.
berwarna kuning dalam pereaksi mayer dan jingga dalam peraksi dragendroff fenol
dinding sel jamur maupun dengan cara melisiskan dinding sel yang sudah terbentuk.
pembentukan protein, serta respirasi pada sel yang dapat mengakibatkan kematian
jamur. Aktivitas tanin mampu menyebabkan pengerutan dinding sel jamur, sehingga
intraseluler yang lebih pekat tertarik keluar sel sehingga nutrisi, zat zat metabolism
enzim, protein dalam sel akan keluar dan jamur mengalami kematian (Maghfiroh,
2019).
Formulasi sediaan salep ektrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
terdiri dari metil paraben, paraffin liquid dan vaselin album yang berperan sebagai
basis (Eksepien) adapun kosentrasi dibagi menjadi empat konsentrasi yaitu F0 basis
atau tanpa ektrak, F1 salep dengan konsentrasi 5% ektrak jahe merah, FII salep
dengan konsentrasi 10% ektrak jahe merah, dan FIII salep dengan konsentrasi 15%
Uji organoleptik sediaan salep ektrak jahe merah dilakukan untuk mengetahui
warna bentuk dan bau sediaan salep. Hasil pengamatan uji organoleptik sediaan basis
atau F0 yaitu berbentuk semi padat berwarna putih dan tidak berbau, pada kosentrasi
50
5% berbentuk semi padat berwarna kuning dan bau khas jahe merah,pada konsentrasi
10% berbentuk semi padat berwarna kuning kecoklatan dan bau khas Jahe Merah,
dan pada konsentrasi 15% berbentuk semi padat berwarna coklat dan bau khas jahe
merah. Berdasarkan hasil uji organoleptik sediaan salep relatif stabil karena tidak
terjadi perubahan warna bentuk dan tidak mengalami perubahan bau sebelum dan
Uji homogenitas sediaan salep ektrak Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) berdasarkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah Cycling test pada
sediaan salep masih tetap homogen yang menunjukan tidak terbentuknya partikel atau
butiran butiran kasar pada sediaan. Dan memenuhi syarat homogenitas salep yaitu,
Uji pH sediaan salep ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
berdasarkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah Cycling test dari berbagai
konsentrasi mengalami penurunan dan pada basis memiliki pH yang sama karena
adanya pengaruh suhu pada sediaan. Hasil pengujian pH salep sebelum Cyling test
yaitu 4,5 – 5,6 dan setelah Cyling test 4,5 – 5,2 dan memenuhi pH kulit yaitu 4,5 –
menunjukan hasil uji normalitas pH sebelum Cycling test yaitu p > 0.792 dan setelah
Cycling test didapatkan p > 0,538 yang artinya data tersebut terditribusi secara
normal karena memiliki nilai p > 0,05. Berdasarkan uji paired sample t-test pH hasil
51
yang didapatkan p > 0,92 yang artinya stabil atau tidak terdapat perbedaan bermakna
dari masing masing formula sebelum dan sesudah dilakukan cycling test karena p >
0,05.
Uji daya sebar sediaan salep ektrak Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) berdasarkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah cycling test berbagai
penyimpanan yaitu 400C selama 24 jam dan suhu 40C selama 24 jam dilakukan
selama 6 siklus dan juga dipengaruhi oleh hasil viskositas setelah Cycling test yang
mengalami penurunan, hasil pengujian daya sebar salep sebelum Cycling test yaitu
5,0 – 6.2 cm dan setelah Cycling test 5,1 – 6,3 cm dan memenuhi syarat yaitu 50 –
Dari data evaluasi daya sebar kemudian di analisis menggunakan Shapiro wilk
menunjukan hasil uji normalitas daya sebar sebelum didapatkan signifikansinya 0,850
berarti data terdistribusi secara normal karena p > 0,05 dan setelah dilakukan Cycling
test signifikansinya 0,989 yang artinya data terdistribusi secara normal karena p >
0,05. Berdasarkan uji paired sample t-test daya sebar hasil yang didapakan
signifikansinya 0,041 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan bermakna dari masing
Uji daya lekat salep ektrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
berdasarkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah Cycling test berbagai konsentrasi
mengalami penurunan karena dipengaruhi oleh suhu pada saat penyimpanan yaitu
400C selama 24 jam dan suhu 40C selama 24 jam dilakukan selama 6 siklus dan juga
52
dipengaruhi oleh hasil viskositas setelah Cycling test yang mengalami penurunan.
Hasil pengujian daya lekat salep sebelum Cyling test yaitu 07.81 – 39 detik dan
setelah Cyling test 07.27 – 28.67 detik dan memenuhi syarat yaitu kurang dari 4
Dari data evaluasi daya lekat kemudian di analisis menggunakan Shapiro wilk
menunjukan hasil uji normalitas daya sebar sebelum Cycling test didapatkan
signifikansinya 0,785 berarti data terdistribusi secara normal karena p > 0,05 dan
setelah dilakukan cycling test signifikansinya 0,996 yang artinya data terdistribusi
secara normal karena p > 0,05. Berdasarkan uji paired sample t-test daya sebar hasil
yang didapakan signifikansinya 0,272 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan
bermakna dari masing masing konsentrasi sebelum dan setelah cycling test.
Uji viskositas sediaan salep ektrak jahe merah (Zingiber officinale var.
Brookfield sediaan salep dituang kedalam cup kemudian dipasang spindle no. 4
dengan kecepatan 60 rpm hasil viskositas dicatat setelah angka yang stabil.
berdasarkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah Cycling test berbagai konsentrasi
mengalami penurunan karena dipengaruhi oleh suhu pada saat penyimpanan. Jika
terjadi perubahan suhu maka akan terjadi perubahan viskositas yang dapat merubah
daya penyebaran dan daya lekat sediaan. Hasil pengujian viskositas salep sebelum
Cyling test yaitu 4530 – 4990 Mpa’s dan setelah Cycling test 4780 – 5790 Mpa’s dan
menunjukan hasil uji normalitas daya sebar sebelum Cycling test didapatkan
signifikansinya 0,283 berarti data terdistribusi secara tidak normal karena p < 0,05
dan setelah dilakukan Cycling test signifikansinya 0,809 yang artinya data
terdistribusi secara normal. Berdasarkan uji paired sample t-test daya sebar hasil
yang didapakan signifikansinya 0,029 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan
perlakuan pada 6 cawan petri dengan 3 kali replikasi. Daya hambat rata rata yang
diperoleh yakni F0 tidak menunjukan adanya daya hambat, FI dengan rata rata 10,1
mm dengan kategori (sedang), FII dengan rata rata 12,2 mm dengan kategori (kuat),
FIII dengan rata rata 13,7 mm dengan kategori (kuat) dan kontrol positif 15,8 dengan
kategori (kuat).
Syarat suatu data dapat memakai analisis Anova yaitu data hasil pengamatan
harus homogen dan terdistribusi normal. Dari data hasil evaluasi dimana hasil uji
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui hasil uji normalitas pada kolom Shapiro-wilk nilai
probabilitas data yang didapatkan yaitu , FI memiliki nilai probabilitas (p)= 0.637, FII
memiliki nilai probabilitas (p)= 0.253, FIII memiliki nilai probabilitas (p)= 1, 000,dan
bahwa nilai probabilitas (p) = 0.016 dimana nilai p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh memiliki variansi yang berbeda atau tidak
homogen, sehingga tidak memenuhi syarat untuk lanjut pada uji ANOVA, sehingga
dilakukan uji kruskal wallis. Pada pengujian kruskal wallis didapatkan diamana hasil
= 0.001 atau nilai Asymp. Sig.< 0.05 sehingga H1 diterima dan HA ditolak. Jadi
ektrak etanol jahe merah ( Zingiber officinale var. Rubrum) dapat diformulasikan
sebagai obat antijamur dalam sediaan salep dan ektrak etanol jahe merah ( Zingiber
Uji one way ANOVA merupakan uji yang digunakan untuk melihat ada
tidaknya daya antijamur pada setiap konsentrasi tetapi tidak dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar signifikansi perbedaan rata rata daya hambat tiap konsentrasi
perbedaan daya hambat yang signifikan. Daya antijamur yang paling efektif dengan
membandingkan antara kontrol positif dengan sediaan salep dengan ekstrak jahe
merah ( Zingiber officinale var. Rubrum). Hasil yang diperoleh pada F0 adalah
15.80000, pada FI (5%) adalah 5.66667, pada ekstrak FII (10%) adalah 3.56667, pada
FIII(15%) adalah 2.10000. dari hasil yang diperoleh semakin kecil nilai yang
diperoleh maka salep tersebut memiliki daya antijamur yang paling efektif karena
nilainya mendekati kontrol positif. Sehingga pada penelitian ini sediaan salep ekstrak
55
jahe merah ( Zingiber officinale var. Rubrum) terdapat pada FIII (15%).
Pada penelitan yang dilakukan Wong Pei Jie 2018, menyatakan bahwa,
terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak Jahe Merah semakin banyak
senyawa tanin, flavonoid dan minyak atsiri di dalam ekstrak jahe merah maka
semakin sedikit koloni jamur Candida albicans yang dapat tumbuh, hal tersebut
berbanding lurus dengan penelitian ini karena pada penelitan ini didapatkan hasil
semakin tinggi konsentrasi pada sediaan maka semakin tinggi daya hambat terhadap
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dismpulkan bahwa :
1. Sediaan salep ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dapat
diformulasikan dalam bentuk sediaan salep yang stabil secara fisika dan kimia.
2. Formulasi sediaan salep ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
mempunyai efektivitas terhadap Candida albicans pada kosentrasi 15% atau FIII.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi ekstrak jahe merah
tanaman lain.
56
DAFTAR PUSTAKA
Latifa, N. (2018). Formulasi Dan Uji Efektivitas Anti-Aging Kulit Dari Sediaan Krim
Mengandung Minyak Hazelnut (Corylus Avellana). Skripsi. Program Studi
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara Medan
Makhfirah, N., Fatimatuzzahra, C., Mardina, V., & Fanani Hakim, R. (2020).
Pemanfaatan Bahan Alami Sebagai Upaya Penghambat Candida Albicans
Pada Rongga Mulut. Jurnal Jeumpa, 7(2), 400–413.
Pertiwi, N. I. C., Arijana, I. G. K. N., & Linawati, N. M. (2021). Krim Ekstrak Kulit
Buah Naga Super Merah Mempertahankan Ph Kulit Tikus Wistar (Rattus
Norvegicus) Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B. Jurnal Medika Udayana,
10(2), 48–54.
Purnamasari, A. I. (2021). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Metanol Daun Dan Umbi
Keladi Tikus (Typhonium Flagelliforme) Terhadap Pertumbuhan Candida
Albicans. Uin Sunan Ampel Surabaya.
Putri Ani, F. (2018). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh
(Picria Fel-Terrae Lour.) Terhadap Candida Albicans. In Analisis Kesadahan
57
58
Total Dan Alkalinitas Pada Air Bersih Sumur Bor Dengan Metode Titrimetri
Di Pt Sucofindo Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Rukmana, W. (2017). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Salep Antijamur
Ekstrak Daun Ketapeng Cina (Cassia Alata L.). Advanced Drug Delivery
Reviews, 135(January 2006), 989–1011.
Savero, N. (2019). Uji Ekstrak Etanol Pada Jahe Putih (Zingiber Officinale Var.
Amarum) Sebagai Antijamur Terhadap Candida Albicans Secara In Vitro.
Suherman, & Isnaeni, D. (2019). Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kaktus
Pakis Giwang (Euphorbia Milii Ch.Des Moulins) Kombinasi Basis
Modifikasi Peg 4000 Dan Peg 400 Serta Aktivitas Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Epidermis. Jurnal Herbal Indonesia, 1(1), 18–32.
Wulandari, Ni Luh. (2018). Karya Tulis Ilmiah Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Candida Albicans Pada Urine Ibu Hamil Di Rsud Mangusada Badung
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma Iii.
59
SKEMA KERJA
Evaluasi salep
Kadar hambat pada jamur
Candia albicans
Analisis data
Lampiran 2. Perhitungan
Perhitungan Bahan
89,9
1. Vaselin albumin = X 20 = 17,98 gram
100
60
10
2. Paraffin liquid = X 20 = 2 gram
100
0,1
3. Methil paraben = X 20 = 0,02 gram
100
Ekstrak :5%
84,9
1. Vaselin albumin = X 20 = 16,98 gram
100
10
2. Paraffin liquid = X 20 = 2 gram
100
0,1
3. Methil paraben = X 20 = 0,02 gram
100
5
4. Ekstrak = X 20 = 1 gram
100
Ekstrak : 10 %
79,9
1. Vaselin albumin = X 20 = 15,98 gram
100
61
10
2. Paraffin liquid = X 20 = 2 gram
100
0,1
3. Methil paraben = X 20 = 0,02 gram
100
10
4. Ekstrak = X 20 = 2 gram
100
Ekstrak : 15 %
74,9
5. Vaselin albumin = X 20 = 14,98 gram
100
10
6. Paraffin liquid = X 20 = 2 gram
100
0,1
7. Methil paraben = X 20 = 0,02 gram
100
15
Ekstrak = X 20 = 3 gram
100
62
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
c Df Sig. c df Sig.
sebelum cyclin .229 4 . .962 4 .792
test (uji pH)
sesudah cyclin .155 4 . .998 4 .995
test (uji pH)
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cyclin test (uji .192 4 . .971 4 .850
daya sebar)
sesudah cyclin test (uji .152 4 . .997 4 .989
daya sebar)
a. Lilliefors Significance Correction
76
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cyclin test ( .210 4 . .961 4 .785
daya lekat)
sesudah cyclin test ( .131 4 . .999 4 .996
daya lekat)
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum cyclin test ( .283 4 . .866 4 .283
viskositas)
sesudah cyclin test ( .234 4 . .965 4 .809
viskostias)
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kontrol . 3 . . 3 .
negatif
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .337 3 . .855 3 .253
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
kontrol .261 3 . .957 3 .602
positif
a. Lilliefors Significance Correction
78
Test Statisticsa,b
diameter daya
hambat
Kruskal-Wallis H 13.597
df 4
Asymp. Sig. .009
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formulasi
79
ANOVA
hasil
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 454.916 4 113.729 110.274 <,001
Groups
Within 10.313 10 1.031
Groups
Total 465.229 14