Disusun Oleh:
DwiListiyani
0540030412
ii
PERNYATAAN
iii
MOTTO
Hidup adalah perjuangan, tanpa berjuang hidup kita tidak akan pernah berubah
Jadi diri sendiri dan jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat lebih baik dari
kita
seperti tanah walupun diguyur denga derasnya air hujan, tidak membuatnya gembur
dan longsor justru malah akan membuatnya lebih padat dan kokoh
iv
PERSEMBAHAN
Ibu dan bapak tercinta, mas eko, mbak tius, dora anggia, nitya, zulfa dan teman-temanku
semua. Terimakasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan motivasinya yang membuat karya
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
calamus L.) sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi (Amd.Farm.) pada Program Studi Diploma III Farmasi Ilmu Kesehatan
Universitas Pekalongan.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat tersusun tanpa adanya dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
2. Bapak Drs. Imam Purnomo, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pekalongan.
3. Ibu Anita Mursiany, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Diploma III
4. Ibu Metha Anung Anindhita, M.Sc., Apt dan Bapak Mahfur, M.Farm., Apt
terselesaikan.
vi
5. Ibu Siska Rusmalina, M.Sc., Apt selaku penguji Karya Tulis Ilmiah.
6. Segenap dosen Diploma III Farmasi yang telah membekali berbagai ilmu
memberikan support dan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
Dwi Listiyani
NPM.0540030412
vii
DAFTAR ISI
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................ 3
D. KeaslianPenelitian ...................................................................................................... 3
viii
1. Tanaman jeringau (Acorus Calamus L.) ................................................................. 6
2. Ekstraksi .................................................................................................................. 9
A. Jenis Penelitian......................................................................................................... 20
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 43
B. Saran ......................................................................................................................... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.Hasil uji organoletis krim ekstrak etanol daun jeringau .................... 30
Tabel 3. Hasil uji homogenitas krim ekstrak etanol daun jeringau ................. 31
Tabel 5. Hasil uji daya sebar krim ekstrak etanol daun jeringau .................... 35
Tabel 7. Hasil uji daya lekat krim ekstrak etanol daun jeringau ..................... 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
INTISARI
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Banyaknya jenis tanaman tersebut dapat dimanfaatkan dalam banyak hal, salah
Repellent yang beredar mengandung diethyl toluamide (DEET) sifat zat aktif ini
sangat korosif, sehingga dapat menyebabkan iritasi kulit, dampak yang dirasakan
langsung akibat pemakaian produk adalah sesak nafas, batuk-batuk, pusing, mual
dengan membuat sediaan repellent dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang
sebagai tumbuhan rawa yang menyukai tanah berpasir, tumbuhan ini sering
1
2
Bahan alam sebagai repellent masih jarang digunakan begitu juga dengan
daun jeringau. Hal tersebut disebabkan banyak hal diantaranya adalah kurang
nyaman dalam penggunaanya. Salah satu solusi agar bisa diterima penggunaanya
apabila sudah diformulasikan dalam bentuk sediaan farmasi yang lebih nyaman,
Umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal lain krim dari emulsi jenis minyak
dalam air lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan sediaan topikal lainya
(Ansel, 1989). Formula krim juga sangat mempengaruhi sifat fisik maupun
kimiany terhadap karakteristik dari produk yang dihasilkan, formula atau bahan
Cera alba adalah salah jenis basis lemak, kelebihan basis ini adalah sebagai
peningkat kosistensi dan penstabil sediaan krim. Kelemahan dari sediaan ini
penggunaan dari basis haruslah tepat atau sesuai sehingga lebih nyaman dalam
terbaik dari basis cera alba adalah konsentrasi 10% dan 20%. Berdasarkan uraian
konsentrasi cera alba sebagai basis pada sediaan krim ekstrak etanol daun jeringau
3
terhadap sifat fisik krim yang meliputi organoletis, homogenitas, pH, daya lekat,
B. Rumusan Masalah
signifikan sebagai basis krim terhadap sifat fisik sediaan krim ekstrak etanol daun
jeringau.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan dari penelitiaan
adalah mengetahui pengaruh konsentrasi cera alba 3, 6 dan 9% terhadap sifat fisik
D. KeaslianPenelitian
etanol daun jeringau (Acorus calamus L.) dengan variasi konsentrasi basis cera
1. Abdullah dkk.,(2012) meneliti tentang uji aktivitas repellent dari ekstrak daun
menit.
mengendalikan S. Litura.
3. Afifah (2013) meneliti tentang formulasi krim ekstrak etanol buah strawberry
(Fragarian Sp.) dengan variasi basis cera alba dan vaselin album menunjukkan
sediaan yang memenuhi standar sifat fisik krim dengan konsentrasi cera alba
lunak, memiliki pH rata-rata 6, daya lekat 19 menit, daya sebar 6,7 cm dan
4. Mega (2014) meneliti tentang pengaruh cera alba dan vaselin album terhadap
sifat fisik krim ekstrak daun sirih merah (Pirer Crocatum) menunjukkan
sediaan yang memenuhi standar sifat fisik krim dengan konsentrasi cera alba
20% memiliki warna putih kehijauan, aroma daun sirih, lunak dengan pH rata-
rata 6, daya sebar 7 cm, daya lekat 5 menit 6 detik dan mampu memberikan
calamus L.) dalam beberapa pelarut organik terhadap aktivitas antioksidan dan
memiliki pengaruh terhadap hasil antioksidan. Hasil nilai IC50 uji aktivitas
lemah), dan (n-heksana; 1011 mg/L tergolong sangat lemah atau tidak aktif).
Untuk beberapa pelarut organik juga memiliki zona hambat Candida albicanc.
Zona hambat dengan diameter dari ukuran terbesar hingga terkecil adalah
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh cera
alba terhadap sifat fisik sediaan krim ekstrak etanol daun jeringau.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan referensi dalam penelitian lainnya.
3. Bagi Instansi
Diharapkan penelitian ini dapat membawa nama baik Instansi penelitian agar
dapat lebih dikenal masyarakat dan dapat digunakan sebagai literatur kegiatan
belajar mengajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
a. Klasifikasi Tanaman
sungai. Tumbuhan ini berasal dari eropa, amerika, asia dan Indonesia yang
Kigdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Acorales
Famili : Acoraceae
Genus : Acorus
6
7
b. Morfologi Tanaman
Jeringau (Acorus calamus L.) berasal dari daerah asia yang beriklim sedang
termasuk dari India dan sekitar laut hitam dan Kaspia, di tanah yang becek atau
di beberapa pulau tertentu, tersebar dari tempat asal kearah barat dan tenggara.
Jeringau dikenal sebagai tumbuhan rawa yang menyukai tanah berpasir. Di Jawa
tumbuh di sepanjang parit, kolam ikan, di telaga, dan dirawa pada ketinggian
2.050m diatas permukaan laut. Kemungkinan tumbuhan berasal dari sisa tanaman
yang dibiarkan tumbuh secara liar. Di daerah tropik seperti Indonesia tumbuhan
ini belum ditanam luas. Di beberapa kampung ditanam secara kecil-kecilan untuk
keperluan sendiri. Tumbuhan ini cocok ditanam di tanah lempung atau di tanah
aluvial ringan yang sedikit tergenang atau dapat diairi (Depkes RI,1978). Herba
tahunan tinggi ± 75cm, Batang: basah, pendek, Daun: tunggal, bentuk lanset,
ujung runcing, tepi rata, pangkal memeluk batang, panjang ± 60cm, lebar ± 5cm,
panjang 20-25cm, diketiak daun, tangkai sari panjang ± 2,75mm, kepala sari
rimpang merah jambu dan bagian dalamnya bewarna putih (Depkes RI, 1979).
c. Kandungan Kimia
dan juga minyak atsiri, jeringau dapat dikenali dari aroma daunya, saat diremas-
remas akan mengeluarkan bau tajam yang sangat khas seperti rempah-rempa.
Jeringau merupakan tumbuhan yang memiliki aroma harum pada bagian daun
hingga rimpang (Rhizoma). Aromatik dari tanaman ini berkat adanya kandungan
senyawa kimia eugenol, asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon,
2013).
d. Manfaat Jeringau
rimpang jeringau biasanya digunakan oleh industri bahan pewangi dan produksi
kurap (obat luar), sakit kepala, migrain, anti inflamasi dll. Ekstrak alkohol
jeringau sangat berguna sebagai bahan antibakteri. Ekstrak air dan alkohol
rimpang jeringau dapat menurunkan kadar lipid dalam darah dengan senyawa
9
Minyak jeringau juga dikenal sebagai calamus oil. Selain sebagai obat,
minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Selain itu, tepung rimpang dan
minyak atsiri tanaman ini juga dapat digunakan sebagai insektisida (Pusat Studi
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Pengambilan
senyawa zat aktif dapat dilakukan dengan pelarut, pemilihan jenis pelarut haruslah
minyak atsiri, flavonoid, alkaloid dan lain-lain. Struktur kimia berbeda-beda akan
pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan drajat keasaman. Dengan diketahui
tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasah ataupun melalui pemanasan
sederhana, hasil maserat yang banyak dan dapat digunakan untuk bahan-bahan
banyak pelarut dan waktu relatif lama. Prinsip kerja maserasi adalah pencapaian
cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan
artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan cairan yang masuk kedalam telah tercapai, maka proses difusi segera
ulang (kira-kira 3 kali sehari). Melalui upaya ini, dapat dijamin keseimbangan
konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat didalam cairan. Keadaan diam
diperoleh. Setelah maserasi, rendaman diperas dan sisanya juga diperas lagi,
3. Krim
a. Definisi Krim
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
b. Tipe Krim
Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim tipe minyak
dalam air (M/A), jika bahan pembawa nya air sifat krim yang dihasilkan dari tipe
minyak dalam air (M/A) adalah mudah dicuci, tidak lengket, menyebar rata pada
kulit. Untuk tipe krim air dalam minyak (A/M), pemakaian dimaksudkan agar
krim dapat bertahan lama pada kulit, karena krim yang dihasilkan adalah krim
yang lengket dan susah dicuci. Tipe krim minyak dalam air (M/A) banyak
menjadi pilihan karena krim tipe ini mengandung kadar air yang lebih tinggi
sehingga apabila dioleskan di kulit maka air akan menguap dan memberi rasa
Stabil, selama masih dipakai mengobati, maka krim harus bebas dari
inkopabilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembapan yang ada dalam kamar.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah adalah yang
paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Terdistribusi merata, obat harus
terdistribusi merata melalui dasar krim padat atau cair pada pengunaan (Anief,
1994).
Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan merupakan
tujuan penggunaan contoh: kelompok waxes yaitu cera alba dan cera flava
untuk memodifikasi sifat pembawa atau kondisi kulit itu sendiri untuk
menigkatkan penetrasi zat aktif untuk tujuan lokal maupun sistemik. Emolin yang
13
biasa digunakan meliputi vaselin, gliserin, minyak mineral, isopropil palmitat dan
dan mengikat air dari udara dan dalam kulit misalnya propileng glikol, gliserin,
plietilen glikol, biopolimer, PCA dan lain- lain (Anwar, 2012). Bahan pengawet
adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu selama
mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Kriteria umum bahan pengawet adalah
penambahan salah satu fase yang berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika
zat pengemulsinya tidak tercampur sama sekali. Pengenceran krim hanya dapat
dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan
1) Cera alba
Beeswax atau yang disebut juga cera alba, merupakan lilih lebah yang telah
diputihkan. Cera alba mengandung 70-75% campuran ester dan ikatan alkohol
14
palmitat, dan ester oleat. Mempunyai titik didih 850C, tidak larut dalam air
dapat tercampur dengan iodoform dan eter. Biasanya cera alaba digunakan
untuk meningkatkan konsistensi pada sediaan krim dan salep. Dapat juga
digunakan untuk menstabilkan emulsi minyak dalam air. Cera alba tersebut
meleleh pada suhu antara 62 – 640C dan memiliki pH 6.0 (Rowedkk., 2009).
Penambahan cera alba pada sediaan krim dapat menyebabkan krim memiliki
sifat fisik yang baik, konsistensi sediaan krim tidak terlalu encer sehingga lebih
nyaman dan lebih mudah saat digunakan. Selain itu cera alba membuat sediaan
krim dapat melekat lama pada kulit, tidak mudah hilang oleh air dan keringat
serta memberikan proteksi pada kulit (Fitriana, 2009). Terlalu banyak cera alba
mengakibatkan produk menjadi bergranul dan keras (Iswanto, 2009). Cera alba
cera alba maka viskositas sediaan juga semakin besar, hal ini disebabkan
karena cera alba dapat mengikat minyak sehingga dengan semakin tingginya
konsentrasi cera alba, maka minyak yang terikat semakin banyak sehingga
2) Trietanolamin
dapat berubah menjadi coklat pada paparan udara dan cahaya. Homogenitas
3) Asam Stearat
Sinonim dari asam stearate antara lain Acidum stearicum, Asam cetylacetic
dengan pemerian keras, putih atau agak kuning berwarna, agak mengkilap,
kristal padat atau bubuk putih atau kekuningan, memiliki sedikit bau dan rasa
seperti lemak, asam lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon, diperoleh dari
lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan berbentuk serbuk berwarna putih.
Kelarutannya larut dalam benzena, karbon tetraklorida, bentuk kloro-, dan eter;
larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol, praktis tidak larut
dalam air. Konsentrasi yang digunakan sebagai emulsifier adalah 1-20% (Rowe
dkk., 2009).
4) Vaselin album
Vaselin memiliki bentuk massa lunak, lengket, putih, sifat ini tetap setelah zat
juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir tidak berasa. Vaselin praktis tidak
larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform, dalam eter dan
5) Propilengglikol
dengan air, etanol (95%) dan dengan klorofrom, larut dalam 6 bagian eter p,
tidak bercampur dengan eter minyak tanah p dan minyak lemak konsentrasi
6) Metil Paraben
Memiliki sinonim nipagin, pemeriannya serbuk hablur putih, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, tidak memiliki rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air menidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P (Depkes RI, 1979).
7) Akuades
lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan lotion merupakan air murni yaitu
air yang diperoleh dengan cara penyulingan. Air murni hanya mengandung
molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, memiliki pH 5.0-7.0 dan berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).
17
1) Pemeriksaan Organoleptis
krim yaitu berupa pengamatan bentuk, warna, dan bau dari sediaan yang telah
2) Pemeriksaan Homogenitas
bahan transparan yang cocok. Diamati ada atau tidaknya partikel atau zat ang
3) Pemeriksaan pH
Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui berapa lama krim dapat melekat
pada kulit. Semakin lama krim melekat maka krim tersebut semakin baik
(Marunung, 2012).
Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran krim pada
Uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk
7) Uji viskositas
tiap formula.
B. Landasan Teori
berfungsi sebagai repellen t(Abdullah dkk., 2012). Senyawa kimia dapat diperoleh
senyawa metabolik sekunder yang dapat larut dalam cairan penyari. Maka
kelarutan, senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar
sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar (Depkes
RI, 2000). Pelarut yang digunakan dalam maserasi adalah etanol 70%, yang
bertujuan untuk menarik semua komponen kimia di dalam daun jeringau (Acorus
calamus L.), karena pelarut etanol merupakan pelarut universal yang dapat
menarik senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut non polar hingga polar dan
19
memiliki indeks polaritas sebesar 5,2 (Snyder,1997). Ekstrak etanol daun jeringau
digunakan sebagai penolak nyamuk yang dibuat dalam bentuk sediaan krim
dengan tujuan mudah digunakan karena tidak lengket, mudah menyebar merata
pada kulit dan mudah dicuci dengan air (Collet dan Aulton, 1990).
konsistensi krim yang sangat berpengaruh pada sifat fisik sediaan krim. Cera alba
konsentrasi basis akan mempengaruhi sifat fisik sediaan krim, oleh karena itu
dalam pembuatan sediaan krim pada penelitian ini digunakan konsentrasi 3, 6 dan
sedikit dapat memenuhi sifat fisik sediaan krim. Konsentrasi terbaik cera alba
C. Hipotesis
sifat fisik sediaan krim ekstrak daun jeringau (Acorus calamus L.)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam desain ekperimental ini antara lain:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentasi cera
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah sifat fisik meliputi uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji viskositas.
3. Variabel Terkendali
20
21
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi daun jeringau yang
formula krim seperti asam stearat, triethanolamin, Cera alba, Vaselin alum,
Propylene glycoli, nipagin, akuades yang diperoleh dari PT. Brataco Chemika.
2. Alat
timbangan analitik (Acis), seperangkat alat glass mortar dan stamper (Herma),
D.Rencana Penelitian
1. Pengumpulan Bahan
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilagkan debu dan kotoran
yang menempel. Daun jeringau yang sudah dicuci bersih kemudian dipotong-
keringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dan ditutup dengan
asing yang masih tinggal dalam simplisia. Serbuk simplisia kemudian disimpan
Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam dengan ditutup plastik hitam
Perbandingan pelarut dengan simplisia adalah 1:4 yaitu 100 gram serbuk
(2014) konsentrasi terbaik dari basis cera alba adalah konsentrasi 10 dan 20%.
Pada penelitian ini dibuat pengembangan variasi basis cera alba dibawah
penelitian yang sudah ada untuk mengetahui bahwa dengan konsentrasi lebih
sedikit dapat memenuhi standar sifat fisik krim. Pengembangan formula krim
23
(Liberman, 1996). Tabel formula pengembangan basis cera alba dari ekstrak
Bahan Fungsi F1 F2 F3
Ekstrak etanol daun
Zat aktif 5% 5% 5%
jeringau
Asam stearat Emulsi agent 15% 15% 15%
Cera alba Pengental 3% 6% 9%
Vaselin album Emolin 8% 8% 8%
Trietonalamine Pengemulsi 1,5% 1,5% 1,5%
Propilenglikol Humektan 8% 8% 8%
Nipagin Pengawet 3,75% 3,75 % 3,75%
Aquadest Pelarut Ad 100% Ad 100% Ad 100%
krim. Krim yang terbentuk kemudian dicampur dengan ekstrak etanol daun
a. Uji organoleptis
krim yang dibuat. Menurut Ansel, (1989) krim yang baik adalah krim yang
memiliki ciri organoleptis warna putih, tidak berubah warna dan baunya dalam
penyimpanan.
b. Pengujian Homogenitas
pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
Menurut Ditjen POM (1985) sediaan yang homogen adalah sediaan yang
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran
kasar.
c. Pengujian pH
berdiameter 15 cm, letakkan kaca laindi atasnya dan dibiarkan selama 1 menit.
Diameter sebar krim diukur, setelah itu ditambahkan 150 gram beban
tambahan dan di diamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan.
dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangakat dari gelas
obyek dipasang pada alat test. Alat uji diberi beban 80 gram dan kemudian
dicatat waktu pelepasan krim dari gelas obyek. Menurut Susanti (2011) syarat
dikeringkan. Ditimbang krim sebanyak 0,25 gram, krim dioleskan diatas kertas
saring. Pada kertas saring yang lain dibuat suatu area (2,5x2,5cm) dibuat
pematang pada pinggir area tersebut dengan parafin padat yang dilelehkan.
26
Tempelkan kertas saring ini diatas kertas saring sebelumnya, tetesi dengan
larutan KOH 0,1 N pada area tersbut. Amati ada tidaknya noda pada waktu 15,
30, 45, 60 detik, 3 dan 5 menit, jika tidak ada noda merah berarti krim
g. Pengujiaan Viskositas
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data pada penelitiaan kali ini
dilakukan dengan pengujian sifat fisik krim. Hasil uji organoleptis, uji
homogenitas, dan uji viskositas dianalisis secara deskriptif sedangkan hasil uji pH,
uji daya lekat, uji daya sebar dan uji daya proteksi dianalisis dengan metode
Persiapan bahan
Hasil Uji pH
alba yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim ekstrak daun jeringau
(Acorus calamus L.). Proses pembuatan krim ekstrak etanol daun jeringau dimulai
dengan ekstraksi daun jeringau untuk memperoleh kandungan zat aktif dari daun
jeringau dan dilanjutkan dengan pembuatan formula krim ekstrak etanol daun
jeringau yang selanjutnya dilakukan uji sifat fisik krim ekstrak etanol daun
jeringau. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil ekstrak etanol daun jeringau dapat dilihat pada gambar 3. Dari
ekstraksi yang dilakukan diperoleh ekstrak kental etanol yang berwarna coklat
zat aktif dilakukan dengan memodifikasi dari pelarut metanol menjadi pelarut
etanol 70%, hal ini dikarenakan pelarut metanol besifat toksik jika kontak
langsung dengan kulit. Tujuan pengunaan pelarut etanol 70% ini adalah untuk
28
29
menarik senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut non polar hingga polar
(Snyder, 1997). Proses maserasi dilakukanhingga tidak ada lagi senyawa yang
terekstrak yang ditandai dengan warna pelarut yang jernih atau hampir tidak
lebih besar yaitu7,8% hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantanya
faktor teknis dan metode ekstraksi yang digunakan. Pada penelitiaan ini
lampiran 3.
Krim ekstrak etanol daun jeringau (Acorus calamus L.) yang dibuat
dibawah. Pemilihan variasi konsentrasi ini bertujuan untuk melihat apakah dari
ketiga variasi konsntrasi tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dari krim
Bahan Fungsi F1 F2 F3
Ekstrak etanol daun
Zat aktif 5% 5% 5%
jeringau
Asam stearat Emulsi agent 15% 15% 15%
Cera alba Pengental 3% 6% 9%
Vaselin album emolin 8% 8% 8%
Trietonalamine Pengemulsi 1,5% 1,5% 1,5%
Propilenglikol Humektan 8% 8% 8%
Nipagin Pengawet 3,75% 3,75 % 3,75%
Aquadest Pelarut Ad 100% Ad 100% Ad 100%
dengan mengamati bentuk, warna, dan bau dari sediaan. Hasil uji organoleptis
Tabel II. Hasil uji organoletis krim ekstrak etanol daun jeringau
Uji
Semi padat sedikit kaku agak Semi padat sedikit kaku agak
Bentuk Semi padat agak berminyak
berminyak dan lengket berminyak danlengket
Warna Putih kecoklatan Putih kecoklatan Putih kecoklatan
Bau Khas jeringau Khas jeringau Khas jeringau
pengamatan mempunyai warna yang sama. Krim ekstrak daun jeringau pada
formula A dengan konsentrsi basis cera alba 3% memiliki bau khas dari daun
jeringau dan menunjukkan warna putih kecoklatan dengan massa yang agak
lembek, sedikit berminyak dan tidak lengket ketika dioleskan. Pada formulasi
dengan bau khas daun jeringau dan memiliki massa yang agak kaku sedikit
berminyak dan agak lengket ketika dioleskan pada kulit. Pada formulasi C
denga bau khas daun jeringau dan memiliki massa yang agak kaku sedikit
dioleska pada kulit, sehingga menyebabkan sediaan ini agak sulit tercuci
dengan air. Uji organoleptis sediaan krim ekstrak daun jeringau menunjukkan
dioleskan pada sekeping kaca menunjukkan hasil yang homogen. Hasil uji
homogen dari ketiga formula krim dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Hasil uji homogenitas krim ekstrak etanol daun jeringau
Sediaan yang homogen adalah sediaan yang harus menunjukkan susunan yang
dioleskan pada kaca terlihat rata, massa krim tetap homogen serta konsistensi
homogen antara basis dengan ekstrak dalam sediaan krim. Hasil gambar
sekeping kaca menunjukkan susunan yang merata yaitu dilihat dengan tidak
adanya gumpalan partikel. Sediaan yang homogen akan memberikan hasil yang
baik karena bahan obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata,
sehingga dalam setiap bagian krim mengandung bahan obat yang jumlahnya
kimia dalam sediaan krim dan bertujuan agar sediaan krim tidak mengiritasi
yang dilakukan denga mencocokkan warna yang diperoleh dengan tabel warna
yang ada. Nilai pH dikatakan netral jika berada pada angak 7 dan untuk nilai
pH lebih dari 7 maka dinyatakan mempunyai sifat basa serta jika nilai pH lebih
kecil dari 7 maka mempunyai sifat asam (Yosipovitch dkk.,2003) Kulit yang
bahwa sediaan krim yang dibuat telah memenuhi syarat pH kulit. Berdasarkan
tabel diatas dilakukan uji Test of Normality untuk mengetahui sebaran data
pada variabel. Hasil analisis Test of Normality dapat dilihat pada lampiran 7.
Hasil yang diperoleh dari uji Test of Normality dari ketiga formula yaitu
(0,630). Karena ketiga data tersebut memikili nilai signifikasi > 0,05maka
data uji pH tersebut terdistribusi normal. Karena data memenuhi uji normalitas
maka data diteruskan pada uji Test of Homogeneity of Variances yaitu untuk
34
mengetahui apakah data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Hasil
ketiga formula yaitu dengan nilai signifikasi (0,624> 0,05) maka data uji pH
ekstrak etanol daun jeringau dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil uji analisi
Hasil uji analisis ANOVAdiatas didapat nilai signifikasin (0,611 > 0,05).
etanol daun jeringau. Hal ini dikarenakan cera alba memiliki pH 6.0 dan pada
pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan krim diharapkan
dioleskan maka luas permukaan kontak obat dengan kulit semakin besar,
yang sangat nyaman dalam penggunaan. Hasil uji daya sebar krim ekstrak
Tabel V. Hasil uji daya sebar krim ekstrak etanol daun jeringau
memberikan hasil penyebaran pada yang paling besar, karena semakin kecil
semakin besar konsentrasi cera alba semakin kecil daya penyebaranya. Jadi
perbedaan daya sebar tiap formula tergantung dari konsentrasi basis yang
digunakan, semakin kecil konsentrasi cera alba maka konsistensi sediaan lebih
konsentrasi cera alba maka konsistensi sediaan lebih padat. Dari pengamatan
uji daya sebar yang dilkukan ketiga formula tidak memenuhi standar daya
sebar semisolid yaitu 5-7cm. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang
Dari data hasil daya sebar ketiga formula tersebut,kemudian data diuji
Hasil yang diperoleh dari uji Test of Normality dari ketiga formula yaitu
pada formula A dengan nilai signifikan (0,510), formula B (0,780) dan formula
C (0,108). Karena ketiga data tersebut memikili nilai signifikasi > 0,05 maka
data uji daya sebar tersebut terdistribusi normal.Karena data memenuhi uji
yaitu untuk mengetahui apakah data mempunyai variansi yang homogen atau
lampiran 9.
dengan nilai signifikan (0,08> 0,05) maka data uji daya sebar mempunyai
mengetahui pengaruh konsentrasi basis terhadap nilai daya sebar krim ekstrak
etanol daun jeringau dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil uji analisi
Hasil uji analisis ANOVA diatas didapat nilai signifikasi (0,000< 0,05).
daya sebar krim ekstrak etanol daun jeringau. Jadi dapat simpulkan bahwa
konsentrasi cera alba berpengaruh signifikan terhadap daya sebar krim ekstrak
Hoc Test dilakukan dengan menggunakan metode Tukey. Hasil analisis statistik
cera alba dapat mengikat minyak sehingga makin banyak minyak yang terikat
maka menyebabkan sediaan kental. Jadi semakin sedikit konsentrasi cera alba
maka, sediaan krim memiliki konsistesi yang lembek karena daya sebar
berbanding terbalik dengan viskositas sediaan semi padat, semakin besar daya
sebar maka vikositas semakin kecil (Garg dkk., 2002) viskositas tersebut sesuai
hasil organoleptis yaitu semakin tinggi konsentrasi cera alba maka sediaan
untuk menempel pada kulit. Semakin besar daya lekat krim maka absorbsi obat
38
akan semakin besar karena ikatan yang terjadi antara krim dengan kulit
semakin lama, sehingga basis dapat melepaskan obat lebih optimal. Menurut
Susanti (2011) syarat waktu lekat krim yang baik adalah tidak kurang dari 4
detik. Hasil daya lekat krim ekstrak etanol daun jeringau dapat dilihat pada
tabel VII.
Tabel VII. Hasil uji daya lekat krim ekstrak etanol daun jeringau
memenuhi syarat daya lekat yang baik, pada formula B dan formula C
memberikan hasil daya lekat yang besar, karena semakin besar konsentrasi
basis cera alba semakin besar daya lekatnya, sebaliknya semakin kecil
konsentrasi cera alba semakin kecil daya lekatanya. Hal ini juga berkaitan
dengan sifat fisik dari basis cera alba yang kembali memadat setelah dilakukan
berkurang, jadi perbedaan daya lekat tiap formula tergantung dari konsentrasi
basis yang digunakan, semakin besar konsentrasi cera alba maka konsistensi
sediaan semakin tinggi sehingga daya lekat semakin besar sebaliknya semakin
kecil konsentrasi cera alba maka konsistensi sediaan lebih lembek. Dari
pengamatan uji daya lekat yang dilakukan bahwa peningkatan konsentrasi cera
alba berpengaruh terhadap daya lekat krim ekstrak etanol daun jeringau.
39
Dari data hasil daya sebar ketiga formula tersebut, kemudian data diuji
variabel. Hasil analisis Test of Normality dapat dilihat pada lampiran 11.
Hasil yang diperoleh dari uji Test of Normality yaitu dari ketiga formula
yaitu pada formula A dengan nilai (0,878), formula B dengan nilai (0,637) dan
formula C dengan nilai (0,344). Karena ketiga data tersebut memikili nilai
signifikasi > 0,05 maka data uji daya lekat tersebut terdistribusi normal. Karena
data memenuhi uji normalitas maka data diteruskan pada uji Test of
dengan nilai signifikan (0,126 > 0,05) maka data uji daya lekat mempunyai
variansi yang homogen. Karena didapatkan variasi yang homogen, maka untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi basis terhadap nilai daya lekat krim ekstrak
etanol daun jeringau dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil uji analisi
Hasil uji analisis ANOVA diatas didapat nilai signifikasi (0,000< 0,05).
daya lekat krim ekstrak daun jeringau. Jadi dapat simpulkan bahwa konsentrasi
cera alba berpengaruh signifikan terhadap daya sebar krim ekstrak etanol daun
jeringau.
40
Karena terdapat perbedaan signifikan antar kelompok maka uji Posh Hoc Test
cera alba, karena daya lekat dipengaruhi oleh kekentalan. Menurut Widayanti
dkk., (2004) cera alba dapat mengikat minyak sehingga makin banyak minyak
yang terikat maka menyebabkan sediaan semakin kental. Jadi semakin besar
konsentrasi cera alba maka sediaan krim memiliki konsistesi lebih padat
kemampuan krim melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu,
polusi dan sinar matahari. Pengujian daya proteksi krim dilakukan dengan
KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N mewakili zat yang
dapat mempengaruhi efektifitas kerja krim terhadap kulit. KOH 0,1 N akan
bereaksi dengan phenoftalein yang akan membentuk warna merah, yang berarti
41
Widayanti dkk., (2011) syarat waktu proteksi krim yang baik adalah lebih dari
perlindungan lebih dari 5 menit, maka dapat disimpulkan krim memiliki daya
proteksi yang baik yang ditandai dengan tidak munculnya noda merah pada
kertas saring saat ditetesi dengan KON 0,1 N. Hal ini dikarenakan cera alba
sebagai basis menyebabkan krim memiliki fisik yang baik dengan memberikan
proteksi pada kulit (Pasroni, 2003). Pada pengujian ini dilakukan untuk melihat
daya proteksi sediaan terhadap suasana basa yang diberikan oleh KOH0,1 N.
Hasil uji viskositas diperoleh dari ketiga formula adalah pada formula A
dibuat dalam tabel keterimaan. Tabel keterimaan dapat dilihat pada tabel IX.
42
Keterangan :
= Memenuhi kriteria
− = Tidak memenuhi kriteria
BAB V
A. Kesimpulan
terhadap daya sebar dan daya lekat pada masing-masing formula krim ekstrak
etanol daun jeringau (Acorus calamus L.), namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap pH. Formulasi krim yang paling memenuhi standar sifat fisik krim
repellent adalah konsentrasi cera alba 9%, ditunjukan dengan hasil daya lekat
B. Saran
terhadap sifat fisik krim ekstrak etanol daun jeringau (Acorus calamus L.).
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., Bialangi, N., Duengo, Suleman, Uji Aktifitas Repellent Nyamuk dari
Ekstrak Daun Jeringau (Acorus Calamus L.i), 2012,Jurnal, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negri Gorontalo,
Gorontalo.
Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Ansel, M, 1994, Farmasetika, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anwar, E., 2012, Eksepien dalam Sediaan Farmasi : Karakterisasi dan Aplikasi,
cetakan 1, 198 – 225, Dian Rakyat, Jakarta.
Banne, Y., Suatan, R.A., dan Ulaen, S.P.J., 2012, Pembutan Krim Anti Jerawat
dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.), Jurnal
Farmasi, Fakultas Farmasi, Poltekkes Kemenkes Manado, Mamado.
Collet, D.M., dan M.E Aulton. 1990. Pharmaceutical Practice. Churchill.
Lipingstone, London, Melborne, New York.
Dephub, 2009, Pedoman Invertarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, Peraturan Mentri Kehutanan No.
P.33/Menhut-II/2009.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Idonesia. 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Kepublik Indonesia.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Idonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Kepublik Indonesia
Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Devi S.A And Ganjawela, D. 2014. Antimicrobacterial Activity Of Acorus
Calamus (L.) Rhizome And Leaf Extract. Acta Biologica Szegediediensis
Vol 53(45:49).
Fitriana, M. 2009. Formulasi dan Uji Aktivitas Antijamur Secara In Vitro Salep
Minyak Atsiri Rimpang Temu Giring dengan Basis Vaselin. Skipsi.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Sigla, A. K., 2002, Speading of semisolid
formulatoin: An Update, pharmaceutical technology,september 2002, 84-
102, www.pharmacitec.com. Diakses 16 mei 2017. Jam 15.30.
Gunandini, 2006, Bieokologi dan Pengendalian Nyamuk Sebagai Vektor
Penyakit.Seminar Nasional Peptisida Nabati III, Balittro, 43-48.
Harborne J.B, 1997, Metode Fitokimia. Edisi ke-2, Padmawinata K, Soediro I,
Penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung, Terjemahan dari:
Phytochemical Method.
Hasan, M. U., Saghee, M., Ullah, E., Ahmad, F., & Wakil, W., 2006. Incektisidal
activity of different doses of Acorus calamus oil against Trogoderma
granarium (event). J. Agriculture Science 43 (1-2): 55-58.
45
Hasan , M.N., 2016, Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)
Dalam Beberapa Pelarut Organik Terhadap Aktivitas Antioksidan dan
Antifungi Secara In Vitro, Jurnal, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Isalam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Iswanto, B. 2009. Pengaruh Homogenitas Terhadap Stabilitas Emulsi Santan
Awet dengan Penanbahan Carboxymethylcelulose.Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertaniaan, Institut Pertaniaan Bogor, Bogor.
Jaedun, A. 2011, Metodologi Penelitiaan Eksperimen, Universitas Negri
Yogyakarta, hal : 5-6.
Lieberman, Herbert A. 1996. Pharmaceutical Dosage Form: Dispere System.
Volume 2. Marcel Dekker Inc. New York.
Marunung, D, M., 2012, Formulasi Krim Tipe M/A dan A/M Repellent Minyak
Atsiri Akar Wangi, Skipsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Murniati, H dan Destria I.S.,.2014. Uji Pelepasan dan Aktivitas Glutation Sediaan
Krim Tipe A/MMenggunakan Cera alba.Jurnal.Fakultas Farmasi dan
FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.
Naibaho, O.H., Yamlean, P.V.Y. dan Wiyono W., 2013, Pengaruh Basis Krim
Terhadap Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) Pada Kulit punggung yang Dibuat Infeksi Staphylococcus
aureus , Jurnal Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Unsrat, Manado.
Pakasi, Sandra E. dan Christina, dan L. Salaki . 2013. Budidaya yang Baik
Tanaman Karumenga (Acorus calamus L.). Sam Ratulangi: Fakultas
Pertaniaan Universitas Sam Ratulangi.
Pasroni, 2003, Pengaruh Tipe Basis Terhadap Pelepasan Zat Aktif Minyak Atsiri
Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Sebagai repellent Secara In
Vitro, skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pratiwi, A. 2015, Formulasi Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamusL.) dan Uji Kestabilitas Fisiknya, Skipsi, Politeknik kesehatan
Palembang, Palembang.
Pusat Study Biofarmaka LPPM ITB dan Gagas Ulung. 2014. Sehat Alami Dengan
Herbal 250 Tanaman Herbal Berkhasiat Obat +60 Resep Menu
Kesehatan. Jakarta.
Rahmawati, D., Anita, S., dan Peni, I., 2010, Formula Krim Atsiri Rimpang Temu
Giring (Curcuma Hheyneana Val & Zijp): Uji Sifat Fisik Terhadap
Candida Albicans Secara In Vitro, Majalah Obat Tradisional, Vol. 15,
No. 2, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta, hal : 60.
Rowe, R.C., Sheekey, P.J., &Quinn, M.E., 2009, Handbookof Pharmaceutical
Excipienis, Sixth Edition, Parmaceutical Press and American Parmacists
Association , London.
Seytolaksono,2013,http://atsiriindonesia.com/2013/09/16/tanaman-
jerigau/,diakses pada 15/11/16pukul 22.20.
Susanti, Lina dan Kusriyani. 2011.Formulasi dan Uji Sifat Fisik Sediaan Krim
Ekstrak Etanolik Daun Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.).Universitas
Setia Budi.Surakarta.
46
a. Perhitungan formula I
5
ekstrak etanol daun jeringau = 100 x 20 = 1 gram
3
cera alba = 100 x 20 = 0,6 gram
b. Perhitungan formula II
5
ekstrak etanol daun jeringau = 100 x 20 = 1 gram
6
cera alba = 100 x 20 = 1,2 gram
9
cera alba = 100 x 20 = 1,8 gram
48
8
Vaselin album =100 x 20= 1,6 gram
1,5
Trietonalamin =100 x 20 = 0,3 gram
8
Propilenglikol = x 20 = 1,6 gram
100
3,75
Nipagin = 100 x 20 = 0,75 gram
B. Perhitungan rendemen
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑋 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
18,01
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑋 100% = 4,50%
400
50
Daun jeringau yang baru Proses pencucian daun Daun jeringau yang telah
dipanen jeringau dikeringkan dan sudah
menjadi simplisaia
Formula
Replikasi
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
1 5 5 6 7 6 6 5 7 5
pH 2 6 5 6 6 6 5 6 6 6
3 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Rata-rata 5,66 5,33 6 6,33 6 5,66 5,66 6,33 5,33
Keterangan :
Formula I : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 3%.
Formula II : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 6%.
Formula III : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 9%.
0,511 2 6 0,624
Jika nilai sig. > 0,05 maka tidak ada perbedaan antar kelompok
54
Tanpa
Formula Replikasi 50 100 150 200 Rata-Rata
Beban
2,50 3,14 3,30 3,46 3,87
1 2,49 2,94 3,37 3,51 3,81
2,50 3,04 3,38 3,55 3,84
2,44 2,94 3,26 3,35 3,68
B1 2 2,43 3,15 3,45 3,66 3,94 3,22
2,40 3,15 3,35 3,55 3,81
2,33 3,11 3,36 3,57 3,88
3 2,33 2,96 3,24 3,35 3,56
2,58 2,93 3,25 3,48 3,72
2,44 3,23 3,35 3,59 3,76
1 2,42 3,17 3,32 3,32 3,64
2,58 3,25 3,38 3,45 3,70
2,55 3,21 3,32 3,54 3,67
B2 2 2,32 2,86 3,27 3,41 3,78 3,20
2,60 3,25 3,39 3,47 3,725
2,39 2,93 3,25 3,44 3,47
3 2,28 3,21 3,33 3,52 3,85
2,35 2,95 3,29 3,47 3,66
2,33 3,22 3,43 3,59 3,98
1 2,51 3,28 3,48 3,53 3,45
2,62 3,00 3,25 3,46 3,715
2,77 3,21 3,46 3,48 3,97
B3 2 2,65 3,36 3,25 3,46 3,46 3,25
2,61 3,25 3,35 3,32 3,695
2,65 3,11 3,43 3,61 3,96
3 2,56 2,81 3,32 3,33 3,54
2,65 2,96 3,35 3,47 3,75
56
Tanpa
Formula Replikasi 50 100 150 200 Rata-Rata
Beban
2,20 2,37 2,46 2,73 2,97
1 2,23 2,26 2,44 2,50 3,33
2,15 2,45 2,55 2,45 3,55
2,27 2,39 2,48 2,35 3,21
C1 2 2,11 2,34 2,36 3,01 3,34 2,66
2,19 2,35 2,62 2,83 3,425
2,13 3,22 2,38 2,64 3,07
3 2,03 2,45 3,66 2,89 3,08
2,24 2,25 3,42 2,95 3,425
2,13 2,43 2,48 2,91 3,13
1 2,05 2,36 2,56 2,77 3,17
2,14 2,25 2,52 2,99 3,24
2,11 2,34 2,55 2,96 3,20
C2 2 2,06 2,28 2,45 2,67 3,18 2,59
2,05 2,26 2,35 2,55 3,44
2,16 2,43 2,31 2,57 3,43
3 2,10 2,34 2,66 2,85 3,02
2,23 2,25 2,65 2,91 3,425
2,17 2,28 2,59 3,06 3,45
1 2,24 2,36 2,60 2,82 3,31
2,05 2,32 2,45 2,94 3,23
2,13 2,44 2,55 2,70 2,97
C3 2 2,22 2,42 2,36 2,56 3,39 2,62
2,25 2,38 2,55 3,10 3,43
2,14 2,26 2,75 2,71 3,30
3 2,11 2,24 2,59 2,85 3,14
2,25 2,35 2,62 2,73 2,78
Keterangan :
Formula I : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 3%.
Formula II : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 6%.
Formula III : Krim ekstrak daun jeringau dengan konsentrasi basis cera alba 9%.
2,977 2 6 0,126
Jika nilai sig. < 0,05 maka ada perbedaan antar kelompok