PENANGANAN TERI
DARI ATAS KAPAL SAMPAI KE TEMPAT PELELANGAN IKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANG
PENANGANAN TERI
DARI ATAS KAPAL SAMPAI KE TEMPAT PELELANGAN IKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
JUDUL : PENANGANAN TERI DARI ATAS KAPAL SAMPAI
KE TEMPAT PELELANGAN IKAN
PENULIS : AIDA MAULIDA FARHANI
NPM : 230110160067
Aida Maulida Farhani (Dibimbing oleh : Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si.). 2018.
Penanganan Teri dari Atas Kapal Sampai ke Tempat Pelelangan Ikan
i
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan yang
berjudul “Penanganan Ikan teri dari Atas Kapal Sampai ke Tempat Pelelangan
Ikan” ini tepat pada waktunya.
Laporan praktik kerja lapangan (PKL) ini dapat selesai berkat bantuan dari
berbagai pihak yang terus memberikan bimbingan, dukungan dan masukan untuk
penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku wali dosen penulis yang selalu memberikan
arahan dan masukan serta bimbingan dalam penulisan laporan ini
2. Asep Saepulloh, SP, M.Si. selaku pembimbing lapangan di PPN Karangantu
yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam menjalankan PKL
3. Dr. sc. agr Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu kelautan Universitas Padjadjaran.
4. Dr. A. A. Handaka Suryana, MT selaku Ketua Program Studi Perikanan
5. Bambang Koesminto, S.Pi. selaku Kepala Pelabuhan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Karangantu yang telah memberikan izin melaksanakan PKL
6. Bapak Amirullah, Bapak Isya, Mas Elfando serta seluruh staff Pelabuhan
Perikanan Nusantara Karangantu Banten
7. Teman teman dari UNPAD yaitu Mikha, Vinesca, Annisa dan Alifia yang selalu
menemani hari hari di Banten.
Jatinangor, Agustus 2018
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi
BAB I .........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup ....................................................................................2
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan...............................................................2
BAB II .......................................................................................................3
2.1 Profil Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu .................3
BAB III ......................................................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat ..............................................................................5
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................5
3.2.1 Alat....................................................................................................5
3.2.2 Bahan ................................................................................................5
3.3 Teknik Pengambilan Data ...................................................................6
3.4 Pelaksanaan Kegiatan .........................................................................7
BAB IV ......................................................................................................8
4.1 Deskripsi Alat Tangkap ......................................................................8
4.2 Penanganan Teri di Atas Kapal ..........................................................8
4.2.1 Fasilitas Terkait Penanganan Hasil Tangkapan ................................9
4.2.2 Cara Penanganan di Atas Kapal......................................................12
4.3 Penanganan Teri di Darat .................................................................14
BAB V .....................................................................................................18
5.1 Kesimpulan .......................................................................................18
5.2 Saran .................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................19
LAMPIRAN ...........................................................................................20
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mutu ikan hasil tangkapan nelayan dan mempermudah pengumpulan data statistik.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu dipilih sebagai tempat Praktik Kerja
Lapangan (PKL) karena memiliki fasilitas sarana tempat pelelangan ikan higienis yang
masih produktif dan kontinyu dalam usaha mempertahankan mutu ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan (PKL) yang akan dicapai di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Karangantu adalah untuk memiliki kompetensi dalam penanganan
teri selama di kapal hingga ke Tempat pelelangan ikan.
1.3 Ruang Lingkup
Untuk mempermudah penulisan laporan akhir PKL ini agar lebih terarah dan
berjalan dengan baik, maka perlu kiranya suatu batasan masalah. Adapun ruang
lingkup yang akan dibahas dalam penulisan laporan PKL ini adalah penanganan hasil
perikanan dengan menerapkan prinsip penanganan hasil tangkapan.
3
4
3.2.1 Alat
Berikut adalah alat yang digunakan saat praktik kerja lapangan untuk
membantu memperlancar kegiatan ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktik kerja lapangan
No Nama Alat Fungsi
1. Kamera Untuk mendokumentasikan segala kegiatan di
atas kapal dan TPI
2. Alat tulis menulis Untuk mencatat segala yang berhubungan
dengan kegiatan penanganan hasil tangkapan
3.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang digunakan saat praktikum untuk membantu
memperlancar kegiatan praktikum :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan
No Nama Alat Fungsi
1. Ikan hasil tangkapan Sebagai sampel yang digunakan untuk
bagan perahu pengukuran
5
6
1. Observasi
2. Wawancara
penanganan ikan saat ditangkap, penyortiran ikan saat di kapal, penimbangan ikan di
TPI.
3. Studi Literatur
a. Cool Box
Cool box merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan
agar suhunya tetap terjaga. Untuk menghasilkan coolbox yang baik dan dapat menjaga
kualitas hasil tangkapan ikan dibuthkan coolbox yang memiliki bahan penyusun dari
fiberglass. Cool box digunakan di atas kapal sebagai tempat ikan hasil tangkapan
selama perjalanan dari laut untuk ke tempat pelelangan ikan (TPI). Ikan hasil tangkapan
8
9
Yang disimpan dalam cool box, ditambah dengan es yang sudah dicacah sehingga ikan
tidak mudah membusuk saat di dalam cool box.
Gambar 2. Wadah
10
c. Pengadaan Es
Es balok merupakan salah satu aspek penting dalam penanganan hasil
tangkapan ikan. Es digunakan untuk menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap 0°C dan
terjaga kualitasnya. Suhu yang rendah dapat mempertahahankan mutu ikan hasil
tangkapan karena suhu rendah dapat memperlambat atau menghentikan metabolisme
pembusukan. Pabrik es di PPN Karangantu dibangun pada Tahun 1976 diatas lahan
seluas 240 m2 dan mulai beroperasi tahun 1978.
Es balok yang berada pada palka dikeluarkan dan di masukan ke dalam
karung untuk di hancurkan. Es berfungsi untuk mengurangi pertumbuhan bakteri
dan menjaga agar suhu tubuh ikan tetap stabil sehingga pertumbuhan bakteri
sangat sedikit sehingga mutu ikan dapat terjaga. Makin kecil ukuran es, makin
banyak permukaan ikan yang bersinggungan dengan es, sehingga pendinginan
berlangsung lebih cepat (Hadiwiyoto, 1993).
Produksi es balok mencapai 260 balok per hari dengan harga Rp 17.600,- per
balok. Berat es balok berkisar antara 55 kg dengan panjang 80 cm. Pendistribusian es
balok dari PPN Karangantu diajukan untuk masyarakat nelayan sekitar pelabuhan.
Gambar 3. Es Balok
11
Gambar 4. Pabrik Es
Kemampuan produksi pabrik es hanya sekitar 13 – 15 menit ton perhari,
sedangkan kebutuhan es balok yang digunakan masyarakat perikanan PPN
Karangantu bisa melebihi kapasitas produksi kurang lebih 40 ton perhari.
d. Pengadaan Air Bersih
Air bersih digunakan untuk air minum, mencuci, kebutuhan bahan baku es.
Pemenuhan kebutuhan air bersih dipasok dari tempat penyulingan yang berada di PPN
Karangantu. Air bersih berasal dari air asin yang telah mengalami proses penyulingan.
Air asin tersebut dialirkan melalui pompa menuju tempat penampungan air, kemudian
disaring hingga jernih.
Proses penyulingan berlangsung sekitar 1 jam. Kapasitas dari Sea Water
Reverse Osmosis adalah 150 m3/hari. Air bersih hasil sulingan di distribusikan untuk
masyarakat nelayan dengan harga Rp 50,- per liter. Air bersih biasa digunakan nelayan
untuk perbekalan kapal selama melaut.
12
Prinsip bersih dan sehat kurang diterapkan oleh nelayan meskipun dari pihak
PPN Karangantu sudah memberikan fasilitas yang memadai dan arahan yang
seharusnya diterapkan karena nelayan masih menggunakan air bersih yang tidak
mengalir. Sedangkan Prinsip cermat dan hati-hati tidak di terapkan karena ketika
nelayan mengangkat hasil tangkapan nelayan tidak secara hati-hati.
Penanganan di atas kapal menggunakan metode pendinginan es yang berguna
untuk menjaga mutu hasil tangkapan dan meminimalisir terjadinya penurunan mutu
oleh metabolisme bakteri yang ada dalam tubuh ikan. Penanganan hasil tangkapan
yang dilakukan oleh nelayan di PPN Karangantu umumnya menggunakan es dan lama
operasi penangkapan 1 sampai 2 hari paling lama 3 hari. Akan tetapi, ada pula
penanganan di atas kapal yang tidak menggunakan es, hal tersebut bergantung pada
nelayan itu sendiri. Penanganan yang pertama kali dilakukan ketika hasil tangkapan
sudah berada di atas kapal dengan tidak menggunakan es adalah menaruh hasil
tangkapan ke dalam basket. Proses pensortiran dilakukan ketika hari sudah pagi, hasil
tangkapan disortir sesuai dengan jenisnya kemudian dilakukan proses pencucian
dengan menggunakan air laut. Sedangkan penanganan yang pertama kali dilakukan
ketika hasil tangkapan berada di atas kapan dengan menggunakan es adalah melakukan
sortir sesuai jenisnya ke dalam basket. Kemudian langkah selanjutnya yaitu melakukan
pencucian hasil tangkapan dengan menggunakan air laut. Setelah dilakukan pencucian,
hasil tangkapan dimasukkan ke dalam fiber untuk menjaga mutu dari ikan tersebut
dengan menggunakan es.
Menurut KEPMEN 52A (2013), pendinginan adalah proses penurunan suhu
hasil perikanan sampai mendekati suhu titik leleh es. Ikan hasil tangkapan harus
terhindar dari panas matahari atau sumber panas lainnya. Hasil perikanan yang tidak
disimpan dalam keadaan hidup harus segera didinginkan setelah naik ke kapal
penangkap atau pengangkut ikan.
Biasanya nelayan membawa sekitar 3 – 6 balok es berukuran 25 x 25 x 80 cm
dan berat sekitar 50 – 60 kg / balok sesuai kebutuhan nelayan pada tiap tripnya. Es
yang dibawa pada tiap kali trip masih berbentuk balok, es balok akan dihancurkan
14
ketika hasil tangkapan sudah didapat. Menurut Yusra dan Effendie (2010), menyatakan
bahwa kecukupan perbekalan es yang dibawa oleh nelayan berdasarkan pada jumlah
ikan hasil tangkapan yang direncanakan, suhu udara rata – rata rata dilaut dan di daerah
penangkapan untuk memperkirakan suhu ikan, perkiraan lama operasi penangkapan,
kapasitas, ukuran, dan kondisi palka.
Posisi penyusunan ikan dalam wadah pendingin dilakukan secara selang-seling.
Hasil tangkapan dipindahkan kedalam basket jika sudah mulai memasuki kolam
pelabuhan. Menurut Susanto, et al. (2011), perbandingan ikan dan es yang paling baik
adalah 1:1.
Hasil tangkapan yang sudah penuh didalam basket kemudian dipindahkan
menuju haluan kapal. Jika hasil tangkapan yang berada di haluan kapal sudah penuh,
maka proses pembongkaran dari dalam box fiber diberhentikan sementara menunggu
pengangkutan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga bongkar.
Es yang digunakan berasal dari pabrik es yang ada di PPN Karangantu. Air
untuk dijadikan es balok merupakan air bersih hasil dari penyulingan air asin. Air
suling tersebut sudah diuji di lab dan baik untuk digunakan untuk pengesan ikan baik
diatas kapal maupun di pasar ikan, akan tetapi es balok yang diproduksi tidak
diperkenankan untuk dikonsumsi.
Prinsip higienis kurang diterapkan oleh nelayan meskipun pihak PPN
Karangantu sudah memberikan sosialisasi yang seharusnya diterapkan dan fasilititas
yang memadai. Nelayan masih menggunakan air yang tidak mengalir, nelayan
menyentuh ikan dengan tangan langsung tanpa menggunakan sarung tangan dan
kurangnya kebersihan pada alat yang dipakai.
4.3 Penanganan Teri di Darat
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan dilapangan,
Nelayan PPN Karangantu dalam menangani hasil tangkapan teri di TPI higienis hanya
menerapkan prinsip cepat tanpa menerapkan prinsip cermat, dingin dan hati-hati.
Prinsip cepat yang dimaksud adalah saat bongkar muat teri dari kapal ke TPI
15
berlangsung cepat, teri yang sudah disortir berdasarkan ukurannya diturunkan lalu
ditimbang menggunakan timbangan online yang datanya langung terakses ke kantor
pusat kementrian kelautan dan perikanan. teri yang sudah ditimbang dapat langsung
dijual ke konsumen.
Pada prinsip cermat dan hati - hati nelayan kurang menerapkan prinsip ini, dari
hasil pengamatan nelayan tidak hati hati saat memindahakan ikan teri dari kapal ke
TPI, karena nelayan menumpuk keranjang ikan teri yang bisa menyebabkan kerusakan
pada fisik ikan teri itu sendiri sehingga dapat mempercepat proses pembusukan
dikarenakan kontaminasi dari mikroba terhadap kerusakan pada hasil tangkapan. Ikan
menjadi busuk disebabkan oleh pertumbuhan bakteri. Bakteri yang mengkontaminasi
ikan hasil tangkapan dapat berupa bakteri yang berasal dari air, kapal, dan lingkungan
itu sendiri.
Pada prinsip bersih dan sehat nelayan pun kurang menerapkan prinsip ini
karena pada saat ikan sampai ke TPI hasil tangkapan sampingan yang belum disortir
diatas kapal ikan tersebut disotir di TPI saat penimbangan dan ikan disimpan di lantai
tanpa menggunakan alas apapun.
Pada prinsip suhu dingin nelayan tidak menerapkan prinsip tersebut karena
ketika ikan teri turun dari kapal ikan tersebut sudah tidak terdapat es dalalm
keranjangnya dan suhu ikan pun sudah tidak 0°C sehingga dapat menyebabkan
penurunan mutu secara cepat yaitu jika tidak ada es dan ikan sudah tidak dingin lagi
maka akan mempercepat aktivitas mikroba.
Kegiatan pendaratan ikan teri di PPN Karangantu dilakukan di dermaga
bongkar. Hasil tangkapan tersebut umumnya berasal dari daerah perairan teluk Banten
dan sekitarnya, serta perairan Laut Jawa.
Proses pendaratan hasil tangkapan di PPN Karangantu pada umumnya
dilakukan pada pukul 06.00 WIB bahkan hingga pukul 09.00 WIB. Sebaiknya
Pelelangan terjadi pagi atau sore hari untuk menghindari panas terlalu tinggi.
Pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan secara cepat dan hati – hati akan lebih baik
untuk menjaga mutu hasil tangkapan dan menghindari kontak lebih lama dengan sinar
16
matahari yang dapat berpengaruh pula pada mutu hasil tangkapan. Pendaratan hasil
tangkapan dari haluan kapal ke dermaga dilakukan dengan cara diangkut oleh ABK,
hasil tangkapan terkena sinar matahari secara langsung karena tidak tersedia selasar
atau penutup kapal. Pada saat penurunan hasil tangkapan dari haluan kapal ke dermaga
ada beberapa hasil tangkapan yang jatuh ke lantai dermaga akibat tidak hati – hati
dalam penanganan yang cepat. Hasil tangkapan yang sudah jatuh diambil kembali dan
dimasukan kedalam basket semula, padahal lantai dermaga dalam kondisi kotor.
Begitupun pada saat pengangkutan di dermaga menuju gedung TPI, hasil tangkapan
diangkut menggunakan dorongan tanpa penutup yang memungkinkan ikan teri terkena
sinar matahari secara langsung yang dapat mempengaruhi mutu ikan teri.
Selain itu, ada beberapa hewan yang memakan langsung ikan teri dari dalam
basket yang sudah didaratkan di dermaga. Hal ini tentu dapat mempengaruhi mutu hasil
tangkapan. Maka perlu adanya sterilisasi dermaga bongkar ketika hasil tangkapan akan
didaratkan, serta perlu adanya sosialisasi mengenai cara penanganan ikan yang baik
kepada pada nelayan.
Setelah ikan teri tersebut didaratkan kemudian dibawa ke Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) untuk kemudian ditimbang dan dilakukan pendataan, Selama pelelangan
sebaiknya ikan selalu disiram air dingin agar suhu ikan tetap dingin dan lendir hilang.
Jumlah ikan yang dipajang untuk pelelangan sebaiknya sebagai sampel saja, sedangkan
sisanya disimpan di cool box. Pemajangan ikan disesuaikan dengan jenis, ukuran dan
tingkat kesegaran.
Penurunan mutu yang terjadi pada hasil tangkapan masih belum terlihat sangat
signifikan karena nelayan menerapkan prinsip cepat. Penurunan mutu yang signifikan
terlihat saat hasil tangkapan sudah berada di pasar PPN Karangantu. Penurunan mutu
yang terlihat diantaranya, teri sudah berwarna pucat, kekenyalan berkurang, lendirnya
bertambah, aromanya sudah membusuk (SNI 2731.1:2010)
Setalah kegiatan tersebut selesai maka ikan teri hasil tangkapan tersebut
dipasarkan yang meliputi pemasaran local dan adapula ikan teri yang diasinkan dan
dikeringkan. Seharusnya ikan dari TPI masuk ke pasar pada malam sampai menjelang
17
pagi. Pengangkutannya sore hari agar pendinginan efektif. Saat memasarkan ikan
malam hari perlu diperhatikan yaitu, lampu penerangan tidak terlampau dekat dengan
meja panjang, ikan yang tidak terjual secepatnya disimpan kembali dalam wadah ber-
es dan garam 2,5% dari berat es agar dapat terjual esok harinya, adah penyimpanan
sebaiknya terbuat dari isolator yang baik (styrofoam, plastik, fiberglas), pemajangan
sisa ikan cukup sekali jika lebih maka menjadi tidak layak konsumsi, sisa ikan tadi
diolah menjadi ikan asin atau tepung ikan.
Menurut KEPMEN Nomor 52A (2013), pekerja yang menangani langsung
hasil perikanan harus menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala
sehingga menutupi rambut secara sempurna, mencuci tangan sebelum memulai
pekerjaan, harus sehat, tidakk sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit
menular atau menyebabkan kuman penyakit menular, dan dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara periodic minimal satu kali dalam setahun dan tidak diperbolehkan
merokok, meludah, makan serta minum di area penanganan dan penyimpanan produk.
Proses bongkar muat dan pendaratan hasil perikanan harus dihindarkan dari
kontaminan dengan cara melakukan bongkar muat dan pendaratan dengan cepat, tidak
menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal – hal kerusakan pada
hasil perikanan dan menghindari pembongkaran langsung dibawah sinar matahari.
Menempatkan hasil perikanan pada tempat dengan suhu sesuai yang dipersyaratkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penanganan ikan teri belum dapat dikatakan baik karena dari 4 prinsip
penanganan yang diharuskan yaitu cepat, higienis, cermat dan dingin nelayan hanya
menerapkan prinsip cepat sedangkan pada prinsip dingin nelayan hanya memberi es di
atas kapal saja sehingga saat hasil tangkapan sampai ke tangan konsumen ikan sudah
mengalami penurunan mutu karena suhu sudah tidak lagi rendah. Untuk prinsip
higienis dan cermat nelayan kurang menerapkannya, hal ini dapat mengakibatkan
penurunan mutu ikan secara cepat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu nelayan perlu lebih mengetahui mengenai
penanganan ikan segar, karena pada saat dilapangan masih ada nelayan yang
melakukan penanganan tidak sesuai dengan prosedur.
Untuk dapat meningkatkan mutu ikan hendaknya tidak hanya menerapkan
prinsip cepat saja tetapi memperhatikan prinsip penanganan yang lainnya yaitu dingin,
hati-hati dan cermat serta memperhatikan kebersihan pada saat ikan masih di atas kapal
untuk menjaga mutu kesegaran ikan tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
KESAN DAN PESAN
Kesan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Instansi Pelabuhan Perikanan
Nusantara Karangantu sangat berkesan dan menyenangkan. Pimpinan serta staff dari
PPN Karangantu sangat ramah sehingga membuat suasana menjadi nyaman. Selain itu,
di PPN Karangantu banyak mendapatkan ilmu melalui pastisipasi aktif dalam
lapangan. Banyak pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan. Rasa terimakasih
mungkin tidak cukup untuk membalas semua ilmu yang telah diberikan dan
pengalaman yang berkesan di PPN Karangantu. Terutama saya sangat berterimakasih
kepada Pak Asep selaku pembimbing lapangan karena telah membimbing saya dengan
sabar, serta berterimakasih atas segala fasilitas yang telah diberikan.
Pesan
Pesan kepada keluarga besar Instansi Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu untuk tetap ramah dan tetap memberikan kehangatan kepada setiap orang
yang ada di lingkungan PPN dan kepada orang-orang baru. Kemudian dapat menjadi
pelabuhan yang dapat diharapkan oleh semua orang. Semoga kedepannya dapat terus
menjalin hubungan yang baik antara PPN Karangantu dengan Universitas Padjadjaran.
Semoga ilmu yang diperoleh oleh saya dari PPN Karangantu ini dapat bermanfaat
untuk kehidupan. Semoga semakin solid dan menyenangkan.
20
LAMPIRAN
21
Lampiran 2. Tugas Pokok dan Fungsi PPN Karangantu
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan;
2. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor : 69 tahun 2001 tentang
Pembinaan Kepelabuhanan;
3. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor : 75 Tahun 2015 tentang
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang berlaku pada Kemencumian Kelautan dan Perikanan;
4. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.6/ PERMEN-
KP/2017 tanggal 13 Februari 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kemencumian Kelautan dan Perikanan;
5. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/ PERMEN-
KP/2012 tanggal 20 April 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan;
6. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.57/ PERMEN-
KP/2014 tentang Usaha Perikanan Tangkap;
7. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.20/PERMEN-
KP/2014 tanggal 16 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan;
8. Keputusan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.10/SJ-KKP/2013
tentang Pengangkatan Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
Dalam pelaksanaan tugas pokoknya PPN Karangantu mempunyai beberapa
fungsi yang harus dilaksanakan, antara lain:
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi
pelabuhan perikanan;
2. Pelaksanaan pengaturan keberangkatan, kedatangan dan keberadaan kapal
perikanan di Pelabuhan Perikanan;
3. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan
Keberangkatan Kapal Perikanan;
22
4. Pelaksanaan pemeriksaan Log Book;
5. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar;
6. Pelaksanaan penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan;
7. Pelaksanaan pengawasan pengisian bahan bakar;
8. Pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pendayagunaan,
dan pengawasan, serta pengendalian sarana dan prasarana;
9. Pelaksanaan fasilitasi penyuluhan, pengawasan dan pengendalian sumber daya
ikan, perkarantinaan ikan, publikasi hasil penelitian, pemantauan wilayah
pesisir, wisata bahari, pembinaan mutu, serta pengolahan, pemasaran dan
distribusi hasil perikanan;
10. Pelayanan jasa, pemanfaatan lahan dan fasilitas usaha;
11. Pelaksanaan pengumpulan data, informasi, dan publikasi;
12. Pelaksanaan bimbingan teknis dan penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan
yang Baik (CPIB);
13. Pelaksanaan inspeksi pembongkaran ikan;
14. Pelaksanaan pengendalian lingkungan di pelabuhan perikanan;
15. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
23
Lampiran 4. Fasilitas-fasilitas PPN Karangantu
Gudang Es Perbengkelan
24
TPI Higienis Kantor
Kapal Es Balok
25
Timbangan Digital
26
Pengarahan di TPI Uji Organoleptik
27
Lampiran 7. Sertifikat Praktik Kerja Lapang
28