Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

PENANGANAN TERI
DARI ATAS KAPAL SAMPAI KE TEMPAT PELELANGAN IKAN

AIDA MAULIDA FARHANI


NPM. 230110160067

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANG

PENANGANAN TERI
DARI ATAS KAPAL SAMPAI KE TEMPAT PELELANGAN IKAN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah praktik kerja lapangan

AIDA MAULIDA FARHANI


NPM. 230110160067

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
JUDUL : PENANGANAN TERI DARI ATAS KAPAL SAMPAI
KE TEMPAT PELELANGAN IKAN
PENULIS : AIDA MAULIDA FARHANI

NPM : 230110160067

Jatinangor, Agustus 2018


Menyetujui :
Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si.


NIP 19731220 200604 1 002
ABSTRAK

Aida Maulida Farhani (Dibimbing oleh : Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si.). 2018.
Penanganan Teri dari Atas Kapal Sampai ke Tempat Pelelangan Ikan

Teri merupakan komoditas ikan yang mudah mengalami proses


pembusukan dan penurunan mutu. Tujuan dari praktik kerja lapangan ini yaitu
untuk memiliki kompetensi penanganan hasil tangkapan. Penanganan terhadap ikan
meliputi penanganan ikan teri di atas kapal, penanganan ikan teri saat dibongkar
dan penanganan ikan teri di TPI. Metode yang digunakan berupa observasi,
wawancara, dan studi literatur. Hasil yang didapatkan dari kegiatan menunjukkan
bahwa nelayan hanya menerapkan aspek cepat pada saat di atas kapal dan
memindahkan teri ke TPI, aspek lainnya seperti dingin, hati-hati dan higienis
kurang diterapkan oleh nelayan.

Kata Kunci : Teri, PPN, Penanganan

i
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan yang
berjudul “Penanganan Ikan teri dari Atas Kapal Sampai ke Tempat Pelelangan
Ikan” ini tepat pada waktunya.
Laporan praktik kerja lapangan (PKL) ini dapat selesai berkat bantuan dari
berbagai pihak yang terus memberikan bimbingan, dukungan dan masukan untuk
penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku wali dosen penulis yang selalu memberikan
arahan dan masukan serta bimbingan dalam penulisan laporan ini
2. Asep Saepulloh, SP, M.Si. selaku pembimbing lapangan di PPN Karangantu
yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam menjalankan PKL
3. Dr. sc. agr Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu kelautan Universitas Padjadjaran.
4. Dr. A. A. Handaka Suryana, MT selaku Ketua Program Studi Perikanan
5. Bambang Koesminto, S.Pi. selaku Kepala Pelabuhan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Karangantu yang telah memberikan izin melaksanakan PKL
6. Bapak Amirullah, Bapak Isya, Mas Elfando serta seluruh staff Pelabuhan
Perikanan Nusantara Karangantu Banten
7. Teman teman dari UNPAD yaitu Mikha, Vinesca, Annisa dan Alifia yang selalu
menemani hari hari di Banten.
Jatinangor, Agustus 2018

Aida Maulida Farhani

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi
BAB I .........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup ....................................................................................2
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan...............................................................2
BAB II .......................................................................................................3
2.1 Profil Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu .................3
BAB III ......................................................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat ..............................................................................5
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................5
3.2.1 Alat....................................................................................................5
3.2.2 Bahan ................................................................................................5
3.3 Teknik Pengambilan Data ...................................................................6
3.4 Pelaksanaan Kegiatan .........................................................................7
BAB IV ......................................................................................................8
4.1 Deskripsi Alat Tangkap ......................................................................8
4.2 Penanganan Teri di Atas Kapal ..........................................................8
4.2.1 Fasilitas Terkait Penanganan Hasil Tangkapan ................................9
4.2.2 Cara Penanganan di Atas Kapal......................................................12
4.3 Penanganan Teri di Darat .................................................................14
BAB V .....................................................................................................18
5.1 Kesimpulan .......................................................................................18
5.2 Saran .................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................19
LAMPIRAN ...........................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Alat yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ........................ 5


2 Bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ..................... 5

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Cool box .......................................................................................... 9


2 Wadah.............................................................................................. 9
3 Es Balok .......................................................................................... 10
4 Pabrik Es ......................................................................................... 11
5 Sea Water Reverse Osmosis ............................................................ 12

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Struktur Organisasi Instansi PPN Karangantu ................................ 21


2 Tugas Pokok dan Fungsi PPN Karangantu...................................... 22
3 Data Diri Pembimbing Lapangan .................................................... 23
4 Fasilitas di PPN Karangantu............................................................ 24
5 Penanganan Ikan Teri ...................................................................... 25
6 Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan....................................... 26
7 Serifikat ........................................................................................... 28

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan, merupakan pangan yang mudah rusak (perishable). Ikan yang
dibiarkanmati setelah penangkapan, akan cepat mengalami pembusukan lebih
cepatdaripada bahan pangan yang lain.Pembusukan bahan pangan dapat terjadi akibat
enzimatis, kimia dankegiatan mikroba. Seperempat bahan pangan didunia dan 30%
produk perikanan rusak akibat pembusukan oleh mikroba (Ghaly et al 2010).
Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan tersebut
dengan metode penurunan suhu atau pendinginan selama ikan berada di atas kapal
sampai ke konsumen. Selama ini usaha menurunkan suhu ikan dengan teknik
pendinginan hasil perikanan sudah terbukti dalam mengawetkan ikan (Putra dan Eka,
2009) Penghambatan proses pembusukan daging ikan sangat memungkinkan untuk
dilakukan. Hingga saat ini penanganan yang dianggap baik adalah dengan penerapan
rantai dingin, yaitu mengusahakan ikan agar tetap dingin (suhu rendah). Penanganan
yang dianggap paling praktis dan ekonomis adalah dengan menggunakan es.
Penanganan ikan guna mempertahankan mutu ikan harus meliputi 4 aspek yaitu hati-
hati, bersih, cepat dan dingin.
Penanganan ikan harus dimulai sejak ikan diangkat dari laut dengan perlakuan
suhu rendah dan memperhatikan faktor kebersihan. Ikan hasil tangkapan segera
disemprot dengan air laut yang bersih diatas kapal lalu disortir berdasarkan jenis dan
ukurannya. Perlakuan ini harus diterapkan tanpa merusak fisik ikan artinya ikan tidak
boleh ditumpuk, dilempar dan diinjak. Ikan harus dilindungi dari paparan sinar
matahari menurunkan kecepatan pembusukan sebesar 50%
Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu merupakan pelabuhan yang
memiliki fasilitas tempat pelelangan ikan higienis yang memiliki fungsi diantaranya
memperlancar kegiatan pemasaran dengan sistem lelang, mempermudah pembinaan

1
2

mutu ikan hasil tangkapan nelayan dan mempermudah pengumpulan data statistik.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu dipilih sebagai tempat Praktik Kerja
Lapangan (PKL) karena memiliki fasilitas sarana tempat pelelangan ikan higienis yang
masih produktif dan kontinyu dalam usaha mempertahankan mutu ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan (PKL) yang akan dicapai di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Karangantu adalah untuk memiliki kompetensi dalam penanganan
teri selama di kapal hingga ke Tempat pelelangan ikan.
1.3 Ruang Lingkup
Untuk mempermudah penulisan laporan akhir PKL ini agar lebih terarah dan
berjalan dengan baik, maka perlu kiranya suatu batasan masalah. Adapun ruang
lingkup yang akan dibahas dalam penulisan laporan PKL ini adalah penanganan hasil
perikanan dengan menerapkan prinsip penanganan hasil tangkapan.

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan


Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Instalasi Pelabuhan Perikanan
Nusantara Karangantu Serang, Banten. Kegiatan ini dimulai dari tanggal 16 juli sampai
dengan 16 Agustus 2018.
BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Profil Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak pada posisi
koordinat 06º 02' LS - 106º 09' BT pada awal perkembangannya adalah suatu desa
pantai yang secara tradisional berkembang dari suatu kelompok yang mendiami lahan
di muara kali Cibanten. Sejalan dengan perkembangan sejarah pemukiman nelayan,
karangantu tumbuh dan berkembang menjadi suatu pelabuhan nelayan yang cukup
besar, dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian
besar kebutuhan ikan wilayah Propinsi Banten.
Pada Tahun 1975/1976 Pelabuhan Perikanan Karangantu mulai dibangun diatas
tanah seluas 2,5 Ha bertempat di desa Banten Kecamatan Kasemen dan berdasarkan
Surat Keputusan Mencumi Pertanian Nomor 311/Kpts/Org/5/1978 tanggal 25 Mei
1978 secara resmi beroperasional dan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dengan nama Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Karangantu bertipe C. Seiring dengan semakin berkembang dan meningkatnya
kegiatan operasional pelabuhan maka pada tanggal 30 Desember 2010 melalui
Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor :
PER.29/MEN/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor PER.06/MEN/2007 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pelabuhan Perikanan yang didahului dengan dikeluarkannya Surat
Mencumi Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia tanggal 2 desember 2010 Nomor: B.3677/M.PAN-RB/12/2010 tentang
Usulan Penataan UPT di lingkungan Kemencumian Kelautan dan Perikanan sehingga
pada tanggal 30 Desember 2010 tersebut, Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu
resmi berganti nama dan meningkat

3
4

kelasnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu bertipe B. Secara


umum perkembangan kegiatan operasional, pembangunan dan pengembangan PPN
Karangantu tahun ini cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari capaian Indikator
Kinerja Utama (IKU) dan daerah fishing ground PPN Karangantu berada pada WPP –
RI (Wilayah Pengelolaan Perikanan – Republik Indonesia) 712 (laut jawa), WPP – RI
572 dan WPP – RI 711 (laut tuna).
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam aktivitas kesehariannya
pengelolaan PPN Karangantu mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, diantaranya terdapat di Lampiran 2.
Sistem organisasi Instansi Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
dipimpin oleh kepala pelabuhan. Berikut adalah struktur organisasi secara lengkap dari
Instansi PPN Karangantu pada Lampiran 1.
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu meliputi tempat dermaga
bongkar muat ikan, tempat pelelangan ikan higienis, pabrik es dan tempat pengasinan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dengan judul “Cara Penanganan
Ikan Teri dari Atas Kapal sapai ke Tempat Pelelangan Ikan ” dilaksanakan pada
tanggal 16 Juli – 16 Agustus 2018 yang bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Karangantu di Kota Serang, Provinsi Banten Lama.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan pada kegiatan praktik kerja lapangan digunakan untuk
memperlancar praktik kerja lapangan ini.

3.2.1 Alat
Berikut adalah alat yang digunakan saat praktik kerja lapangan untuk
membantu memperlancar kegiatan ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktik kerja lapangan
No Nama Alat Fungsi
1. Kamera Untuk mendokumentasikan segala kegiatan di
atas kapal dan TPI
2. Alat tulis menulis Untuk mencatat segala yang berhubungan
dengan kegiatan penanganan hasil tangkapan
3.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang digunakan saat praktikum untuk membantu
memperlancar kegiatan praktikum :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan
No Nama Alat Fungsi
1. Ikan hasil tangkapan Sebagai sampel yang digunakan untuk
bagan perahu pengukuran

5
6

3.3 Teknik Pengambilan Data


Pengumpulan data pada Praktik Kerja Lapang (PKL) ini yaitu dengan
wawancara dan melihat langsung proses penanganan hasil tangkapan. Pengambilan
data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan studi literature.

1. Observasi

Menurut Arikunto (2006) observasi adalah mengumpulkan data atau


keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara
langsung ke tempat yang akan diselidiki.. Observasi dilakukan dengan mengamati
secara langsung suatu obyek yang diteliti dan pencatatan secara sistematis mengenai
hasil pengamatan. Dalam Praktik Kerja Lapang ini observasi yang dilakukan adalah
dengan cara mengamati, mencatat kegiatan apa yang dilakukan dan
mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dalam proses penanganan ikan. Observasi
yang dilakukan dalam Praktik kerja lapangan ini adalah dengan cara mengamati,
mencacat dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
penanganan ikan teri meliputi penanganan teri di atas kapal, penanganan teri saat
dibongkar, penanganan teri di TPI serta mendokumentasikan hal-hal lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan penanangan ikan teri.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang


diajukan secara lisan kepada responden (Supriyati 2011). Wawancara dilakukan
bertujuan untuk memperoleh jawaban yang bertolak pada masalah penelitian yang
dilakukan pada praktik kerja lapangan ini, wawancara dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan dan juga berdiskusi dalam kegiatan penanganan ikan teri.
Teknik wawancara dilakukan tidak terstruktur dengan cara tanya jawab kepada
pembimbing Praktik Kerja Lapang (PKL), kepada pengelola penanganan mengenai
teknik penanganan, serta proses penanganan ikan segar dan juga kepada nelayan.
Dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) ini wawancara yang dilakukan meliputi
7

penanganan ikan saat ditangkap, penyortiran ikan saat di kapal, penimbangan ikan di
TPI.

3. Studi Literatur

Studi literatur yaitu membandingkan atau melengkapi segala kekurangan yang


ada pada kunjungan praktik lapangan dengan literatur yang digunakan, dalam hal ini
literatur yang berkaitan dengan penanganan hasil tangkapan.

3.4 Pelaksaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan dimulai dari bongkar muat kapal lalu hasil tangkapan
dipindahkan ke Tempat Pelelangan Ikan untuk ditimbang dan dijual ke konsumen.
Menurut hasil pengamatan dan wawancara, penanganan hasil tangkapan belum
sepenuhnya memenuhi 4 aspek yaitu cepat, dingin, higienis dan cermat karena nelayan
hanya menerapkan prinsip cepat tanpa memperhatikan prinsip dingin, higienis dan
cermat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Alat Tangkap


Alat tangkap bagan perahu pemilik Pak Hafani, alat tangkap ini yang beroperasi
di perairan Teluk Banten. Ukuran kapal 11 GT, harga kapal Rp. 430.000.000, lama
pembuatan kapal kurang lebih 3 bulan, jumlah ABK 4 orang, dan 1 orang nahkoda.
Bahan yang digunakan solar sebanyak 200 liter untuk 2 hari dan bensin (untuk genset)
sebanyak 10 liter. Waktu yang digunakan nelayan untuk mencari ikan dari pukul 16.00
– 06.00 WIB, namun ada juga nelayan yang mencari ikan selama 2 hari 1 malam.
Hauling dilakukan dengan jarak waktu 2 jam sekali, hasil tangkapan terang bulan tidak
sebanyak hasil tangkapan pada saat gelap bulan. Hasil tangkapan yang didapatkan
nelayan berupa ikan pelagis kecil yang di dominasi oleh ikan teri, tembang, dan cumi-
cumi. Pengangkatan ikan dari jaring menggunakan sero, kemudian ikan disimpan di
dek kapal.
4.2 Penanganan Teri di Atas Kapal
4.2.1 Fasilitas Terkait Penanganan Hasil Tangkapan
Fasilitas – fasilitas yang dapat mendukung aktivitas terkait penanganan hasil
tankkapan yaitu wadah atau basket, air bersih, dan es. Keberadaan fasilitas ini sangat
mendukung aktivitas penanganan hasil tangkapan untuk menjaga mutu dari ikan
tersebut. Fasilitas yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

a. Cool Box
Cool box merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan
agar suhunya tetap terjaga. Untuk menghasilkan coolbox yang baik dan dapat menjaga
kualitas hasil tangkapan ikan dibuthkan coolbox yang memiliki bahan penyusun dari
fiberglass. Cool box digunakan di atas kapal sebagai tempat ikan hasil tangkapan
selama perjalanan dari laut untuk ke tempat pelelangan ikan (TPI). Ikan hasil tangkapan

8
9

Yang disimpan dalam cool box, ditambah dengan es yang sudah dicacah sehingga ikan
tidak mudah membusuk saat di dalam cool box.

Gambar 1. Cool box


b. Basket atau Wadah Hasil Tangkapan
Basket berguna untuk mengangkut ikan hasil tangkapan dari atas kapal ke
dermaga, lalu menuju TPI dan kemudian di distribusikan. Basket di PPN Karangantu
berbahan plastic berukuran 40 x 50 x 20 cm dimana terdapat lubang pada keempat
sisinya dan tertutup bagian bawahnya serta terbuka pada bagian atas. Basket yang
digunakan milik nelayan dapat menampung sekitar 25 kg hasil tangkapan berukuran
kecil.
Menurut KEPMEN Nomor 52A (2013), peralatan pedaratan yang berhubungan
langsung dengan hasil perikanan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan,
disanitasi, dan dijaga dalam keadaan baik.

Gambar 2. Wadah
10

c. Pengadaan Es
Es balok merupakan salah satu aspek penting dalam penanganan hasil
tangkapan ikan. Es digunakan untuk menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap 0°C dan
terjaga kualitasnya. Suhu yang rendah dapat mempertahahankan mutu ikan hasil
tangkapan karena suhu rendah dapat memperlambat atau menghentikan metabolisme
pembusukan. Pabrik es di PPN Karangantu dibangun pada Tahun 1976 diatas lahan
seluas 240 m2 dan mulai beroperasi tahun 1978.
Es balok yang berada pada palka dikeluarkan dan di masukan ke dalam
karung untuk di hancurkan. Es berfungsi untuk mengurangi pertumbuhan bakteri
dan menjaga agar suhu tubuh ikan tetap stabil sehingga pertumbuhan bakteri
sangat sedikit sehingga mutu ikan dapat terjaga. Makin kecil ukuran es, makin
banyak permukaan ikan yang bersinggungan dengan es, sehingga pendinginan
berlangsung lebih cepat (Hadiwiyoto, 1993).
Produksi es balok mencapai 260 balok per hari dengan harga Rp 17.600,- per
balok. Berat es balok berkisar antara 55 kg dengan panjang 80 cm. Pendistribusian es
balok dari PPN Karangantu diajukan untuk masyarakat nelayan sekitar pelabuhan.

Gambar 3. Es Balok
11

Gambar 4. Pabrik Es
Kemampuan produksi pabrik es hanya sekitar 13 – 15 menit ton perhari,
sedangkan kebutuhan es balok yang digunakan masyarakat perikanan PPN
Karangantu bisa melebihi kapasitas produksi kurang lebih 40 ton perhari.
d. Pengadaan Air Bersih
Air bersih digunakan untuk air minum, mencuci, kebutuhan bahan baku es.
Pemenuhan kebutuhan air bersih dipasok dari tempat penyulingan yang berada di PPN
Karangantu. Air bersih berasal dari air asin yang telah mengalami proses penyulingan.
Air asin tersebut dialirkan melalui pompa menuju tempat penampungan air, kemudian
disaring hingga jernih.
Proses penyulingan berlangsung sekitar 1 jam. Kapasitas dari Sea Water
Reverse Osmosis adalah 150 m3/hari. Air bersih hasil sulingan di distribusikan untuk
masyarakat nelayan dengan harga Rp 50,- per liter. Air bersih biasa digunakan nelayan
untuk perbekalan kapal selama melaut.
12

Gambar 5. Sea Water Reverse Osmosis


4.2.2 Cara Penanganan di Atas Kapal
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan ketika hauling proses
pemindahan ikan teri dari jaring, nelayan menggunakan serok. Penanganan ikan teri
yang dilakukan oleh nelayan menerapkan prinsip cepat dan menerapkan suhu rendah
atau dingin tanpa memperhatikan prinsip cermat, hati-hati serta bersih dan sehat.
Prinsip penanganan secara cepat dimaksudkan disini dimana setelah nelayan
melakukan hauling ikan teri tersebut segera di serok dan disimpan di atas dek kapal
untuk disortir dan dicuci, ikan teri di diamkan selama 30 menit, setelah itu ikan
dimasukan kedalam fiber dengan fondasi es balok setebal 10 – 15 cm ikan teri disusun
lalu diberi es serut sebagai lapisan ikan selanjutnya. Pendinginan di kapal dapat
menggunakan es atau cara lain seperti cool room atau langsung dibekukan
(Murachman, 2016). Prinsip penanganan menerapkan suhu rendah atau dingin
dimaksudkan karena nelayan menggunakan es dalam proses penanganan di atas kapal
tetapi dari hasil yang didapatkan nelayan memasukan es balok kedalam karung pada
pagi hari untuk digunakan saat berlayar dimalam hari, yang logikanya es tersebut akan
mencair karena disimpan terlalu lama dalam fiber yang bersuhu tinggi, jadi ketika hasil
tangkapan yang didapat ikan teri pun disimpan diatas karung yang sebelumnya karung
itu merupakan tempat balok es yang simpan dalam fiber.
13

Prinsip bersih dan sehat kurang diterapkan oleh nelayan meskipun dari pihak
PPN Karangantu sudah memberikan fasilitas yang memadai dan arahan yang
seharusnya diterapkan karena nelayan masih menggunakan air bersih yang tidak
mengalir. Sedangkan Prinsip cermat dan hati-hati tidak di terapkan karena ketika
nelayan mengangkat hasil tangkapan nelayan tidak secara hati-hati.
Penanganan di atas kapal menggunakan metode pendinginan es yang berguna
untuk menjaga mutu hasil tangkapan dan meminimalisir terjadinya penurunan mutu
oleh metabolisme bakteri yang ada dalam tubuh ikan. Penanganan hasil tangkapan
yang dilakukan oleh nelayan di PPN Karangantu umumnya menggunakan es dan lama
operasi penangkapan 1 sampai 2 hari paling lama 3 hari. Akan tetapi, ada pula
penanganan di atas kapal yang tidak menggunakan es, hal tersebut bergantung pada
nelayan itu sendiri. Penanganan yang pertama kali dilakukan ketika hasil tangkapan
sudah berada di atas kapal dengan tidak menggunakan es adalah menaruh hasil
tangkapan ke dalam basket. Proses pensortiran dilakukan ketika hari sudah pagi, hasil
tangkapan disortir sesuai dengan jenisnya kemudian dilakukan proses pencucian
dengan menggunakan air laut. Sedangkan penanganan yang pertama kali dilakukan
ketika hasil tangkapan berada di atas kapan dengan menggunakan es adalah melakukan
sortir sesuai jenisnya ke dalam basket. Kemudian langkah selanjutnya yaitu melakukan
pencucian hasil tangkapan dengan menggunakan air laut. Setelah dilakukan pencucian,
hasil tangkapan dimasukkan ke dalam fiber untuk menjaga mutu dari ikan tersebut
dengan menggunakan es.
Menurut KEPMEN 52A (2013), pendinginan adalah proses penurunan suhu
hasil perikanan sampai mendekati suhu titik leleh es. Ikan hasil tangkapan harus
terhindar dari panas matahari atau sumber panas lainnya. Hasil perikanan yang tidak
disimpan dalam keadaan hidup harus segera didinginkan setelah naik ke kapal
penangkap atau pengangkut ikan.
Biasanya nelayan membawa sekitar 3 – 6 balok es berukuran 25 x 25 x 80 cm
dan berat sekitar 50 – 60 kg / balok sesuai kebutuhan nelayan pada tiap tripnya. Es
yang dibawa pada tiap kali trip masih berbentuk balok, es balok akan dihancurkan
14

ketika hasil tangkapan sudah didapat. Menurut Yusra dan Effendie (2010), menyatakan
bahwa kecukupan perbekalan es yang dibawa oleh nelayan berdasarkan pada jumlah
ikan hasil tangkapan yang direncanakan, suhu udara rata – rata rata dilaut dan di daerah
penangkapan untuk memperkirakan suhu ikan, perkiraan lama operasi penangkapan,
kapasitas, ukuran, dan kondisi palka.
Posisi penyusunan ikan dalam wadah pendingin dilakukan secara selang-seling.
Hasil tangkapan dipindahkan kedalam basket jika sudah mulai memasuki kolam
pelabuhan. Menurut Susanto, et al. (2011), perbandingan ikan dan es yang paling baik
adalah 1:1.
Hasil tangkapan yang sudah penuh didalam basket kemudian dipindahkan
menuju haluan kapal. Jika hasil tangkapan yang berada di haluan kapal sudah penuh,
maka proses pembongkaran dari dalam box fiber diberhentikan sementara menunggu
pengangkutan hasil tangkapan dari atas kapal ke dermaga bongkar.
Es yang digunakan berasal dari pabrik es yang ada di PPN Karangantu. Air
untuk dijadikan es balok merupakan air bersih hasil dari penyulingan air asin. Air
suling tersebut sudah diuji di lab dan baik untuk digunakan untuk pengesan ikan baik
diatas kapal maupun di pasar ikan, akan tetapi es balok yang diproduksi tidak
diperkenankan untuk dikonsumsi.
Prinsip higienis kurang diterapkan oleh nelayan meskipun pihak PPN
Karangantu sudah memberikan sosialisasi yang seharusnya diterapkan dan fasilititas
yang memadai. Nelayan masih menggunakan air yang tidak mengalir, nelayan
menyentuh ikan dengan tangan langsung tanpa menggunakan sarung tangan dan
kurangnya kebersihan pada alat yang dipakai.
4.3 Penanganan Teri di Darat
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan dilapangan,
Nelayan PPN Karangantu dalam menangani hasil tangkapan teri di TPI higienis hanya
menerapkan prinsip cepat tanpa menerapkan prinsip cermat, dingin dan hati-hati.
Prinsip cepat yang dimaksud adalah saat bongkar muat teri dari kapal ke TPI
15

berlangsung cepat, teri yang sudah disortir berdasarkan ukurannya diturunkan lalu
ditimbang menggunakan timbangan online yang datanya langung terakses ke kantor
pusat kementrian kelautan dan perikanan. teri yang sudah ditimbang dapat langsung
dijual ke konsumen.
Pada prinsip cermat dan hati - hati nelayan kurang menerapkan prinsip ini, dari
hasil pengamatan nelayan tidak hati hati saat memindahakan ikan teri dari kapal ke
TPI, karena nelayan menumpuk keranjang ikan teri yang bisa menyebabkan kerusakan
pada fisik ikan teri itu sendiri sehingga dapat mempercepat proses pembusukan
dikarenakan kontaminasi dari mikroba terhadap kerusakan pada hasil tangkapan. Ikan
menjadi busuk disebabkan oleh pertumbuhan bakteri. Bakteri yang mengkontaminasi
ikan hasil tangkapan dapat berupa bakteri yang berasal dari air, kapal, dan lingkungan
itu sendiri.
Pada prinsip bersih dan sehat nelayan pun kurang menerapkan prinsip ini
karena pada saat ikan sampai ke TPI hasil tangkapan sampingan yang belum disortir
diatas kapal ikan tersebut disotir di TPI saat penimbangan dan ikan disimpan di lantai
tanpa menggunakan alas apapun.
Pada prinsip suhu dingin nelayan tidak menerapkan prinsip tersebut karena
ketika ikan teri turun dari kapal ikan tersebut sudah tidak terdapat es dalalm
keranjangnya dan suhu ikan pun sudah tidak 0°C sehingga dapat menyebabkan
penurunan mutu secara cepat yaitu jika tidak ada es dan ikan sudah tidak dingin lagi
maka akan mempercepat aktivitas mikroba.
Kegiatan pendaratan ikan teri di PPN Karangantu dilakukan di dermaga
bongkar. Hasil tangkapan tersebut umumnya berasal dari daerah perairan teluk Banten
dan sekitarnya, serta perairan Laut Jawa.
Proses pendaratan hasil tangkapan di PPN Karangantu pada umumnya
dilakukan pada pukul 06.00 WIB bahkan hingga pukul 09.00 WIB. Sebaiknya
Pelelangan terjadi pagi atau sore hari untuk menghindari panas terlalu tinggi.
Pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan secara cepat dan hati – hati akan lebih baik
untuk menjaga mutu hasil tangkapan dan menghindari kontak lebih lama dengan sinar
16

matahari yang dapat berpengaruh pula pada mutu hasil tangkapan. Pendaratan hasil
tangkapan dari haluan kapal ke dermaga dilakukan dengan cara diangkut oleh ABK,
hasil tangkapan terkena sinar matahari secara langsung karena tidak tersedia selasar
atau penutup kapal. Pada saat penurunan hasil tangkapan dari haluan kapal ke dermaga
ada beberapa hasil tangkapan yang jatuh ke lantai dermaga akibat tidak hati – hati
dalam penanganan yang cepat. Hasil tangkapan yang sudah jatuh diambil kembali dan
dimasukan kedalam basket semula, padahal lantai dermaga dalam kondisi kotor.
Begitupun pada saat pengangkutan di dermaga menuju gedung TPI, hasil tangkapan
diangkut menggunakan dorongan tanpa penutup yang memungkinkan ikan teri terkena
sinar matahari secara langsung yang dapat mempengaruhi mutu ikan teri.
Selain itu, ada beberapa hewan yang memakan langsung ikan teri dari dalam
basket yang sudah didaratkan di dermaga. Hal ini tentu dapat mempengaruhi mutu hasil
tangkapan. Maka perlu adanya sterilisasi dermaga bongkar ketika hasil tangkapan akan
didaratkan, serta perlu adanya sosialisasi mengenai cara penanganan ikan yang baik
kepada pada nelayan.
Setelah ikan teri tersebut didaratkan kemudian dibawa ke Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) untuk kemudian ditimbang dan dilakukan pendataan, Selama pelelangan
sebaiknya ikan selalu disiram air dingin agar suhu ikan tetap dingin dan lendir hilang.
Jumlah ikan yang dipajang untuk pelelangan sebaiknya sebagai sampel saja, sedangkan
sisanya disimpan di cool box. Pemajangan ikan disesuaikan dengan jenis, ukuran dan
tingkat kesegaran.
Penurunan mutu yang terjadi pada hasil tangkapan masih belum terlihat sangat
signifikan karena nelayan menerapkan prinsip cepat. Penurunan mutu yang signifikan
terlihat saat hasil tangkapan sudah berada di pasar PPN Karangantu. Penurunan mutu
yang terlihat diantaranya, teri sudah berwarna pucat, kekenyalan berkurang, lendirnya
bertambah, aromanya sudah membusuk (SNI 2731.1:2010)
Setalah kegiatan tersebut selesai maka ikan teri hasil tangkapan tersebut
dipasarkan yang meliputi pemasaran local dan adapula ikan teri yang diasinkan dan
dikeringkan. Seharusnya ikan dari TPI masuk ke pasar pada malam sampai menjelang
17

pagi. Pengangkutannya sore hari agar pendinginan efektif. Saat memasarkan ikan
malam hari perlu diperhatikan yaitu, lampu penerangan tidak terlampau dekat dengan
meja panjang, ikan yang tidak terjual secepatnya disimpan kembali dalam wadah ber-
es dan garam 2,5% dari berat es agar dapat terjual esok harinya, adah penyimpanan
sebaiknya terbuat dari isolator yang baik (styrofoam, plastik, fiberglas), pemajangan
sisa ikan cukup sekali jika lebih maka menjadi tidak layak konsumsi, sisa ikan tadi
diolah menjadi ikan asin atau tepung ikan.
Menurut KEPMEN Nomor 52A (2013), pekerja yang menangani langsung
hasil perikanan harus menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala
sehingga menutupi rambut secara sempurna, mencuci tangan sebelum memulai
pekerjaan, harus sehat, tidakk sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit
menular atau menyebabkan kuman penyakit menular, dan dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara periodic minimal satu kali dalam setahun dan tidak diperbolehkan
merokok, meludah, makan serta minum di area penanganan dan penyimpanan produk.
Proses bongkar muat dan pendaratan hasil perikanan harus dihindarkan dari
kontaminan dengan cara melakukan bongkar muat dan pendaratan dengan cepat, tidak
menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal – hal kerusakan pada
hasil perikanan dan menghindari pembongkaran langsung dibawah sinar matahari.
Menempatkan hasil perikanan pada tempat dengan suhu sesuai yang dipersyaratkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penanganan ikan teri belum dapat dikatakan baik karena dari 4 prinsip
penanganan yang diharuskan yaitu cepat, higienis, cermat dan dingin nelayan hanya
menerapkan prinsip cepat sedangkan pada prinsip dingin nelayan hanya memberi es di
atas kapal saja sehingga saat hasil tangkapan sampai ke tangan konsumen ikan sudah
mengalami penurunan mutu karena suhu sudah tidak lagi rendah. Untuk prinsip
higienis dan cermat nelayan kurang menerapkannya, hal ini dapat mengakibatkan
penurunan mutu ikan secara cepat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu nelayan perlu lebih mengetahui mengenai
penanganan ikan segar, karena pada saat dilapangan masih ada nelayan yang
melakukan penanganan tidak sesuai dengan prosedur.
Untuk dapat meningkatkan mutu ikan hendaknya tidak hanya menerapkan
prinsip cepat saja tetapi memperhatikan prinsip penanganan yang lainnya yaitu dingin,
hati-hati dan cermat serta memperhatikan kebersihan pada saat ikan masih di atas kapal
untuk menjaga mutu kesegaran ikan tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka


Cipta. Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Djarijah, A.B. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius, Yogyakarta ISBN 979-497-496-X.
56.
Frick, Heinz. 2008. Pedoman Karya Ilmiah; Karya Ilmiah, Cara PerolehanMateri,
Metode Penyusunan Manuskrip, Presentasi, dan Penilaian. Jakarta
Ghaly, A.E., D. Dave, S. Budge, and M.S. Brooks. 2010. Fish spoilage mechanisms
and preservation techniques review. Am. J. Appl. Sci. 7(7):859-877.
Keputusan menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013. Tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Murachman . 2006. Fish Handling. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas
Brawijaya. Malang.
Narimawati, U. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi. Agung Media. Bandung.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Cetakan 6. Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia.
Putra dan Eka. 2009. Summary Desain Sistem Isolasi Ruang Penyimpanan es dan Ikan
Untuk Kapal Ikan 30 6Y. ITS, Surabaya
Sangaji, Etta M., dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. ANDI.Yogyakarta.
Supriyati. 2011. Metodologi Penelitian. Labkat press. Bandung.
Widiastuti, Indah. 2010. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap pada
perbedaan Preparasi dan Waktu Penyimpanan IPB: Bogor.

19
KESAN DAN PESAN

Kesan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Instansi Pelabuhan Perikanan
Nusantara Karangantu sangat berkesan dan menyenangkan. Pimpinan serta staff dari
PPN Karangantu sangat ramah sehingga membuat suasana menjadi nyaman. Selain itu,
di PPN Karangantu banyak mendapatkan ilmu melalui pastisipasi aktif dalam
lapangan. Banyak pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan. Rasa terimakasih
mungkin tidak cukup untuk membalas semua ilmu yang telah diberikan dan
pengalaman yang berkesan di PPN Karangantu. Terutama saya sangat berterimakasih
kepada Pak Asep selaku pembimbing lapangan karena telah membimbing saya dengan
sabar, serta berterimakasih atas segala fasilitas yang telah diberikan.
Pesan
Pesan kepada keluarga besar Instansi Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu untuk tetap ramah dan tetap memberikan kehangatan kepada setiap orang
yang ada di lingkungan PPN dan kepada orang-orang baru. Kemudian dapat menjadi
pelabuhan yang dapat diharapkan oleh semua orang. Semoga kedepannya dapat terus
menjalin hubungan yang baik antara PPN Karangantu dengan Universitas Padjadjaran.
Semoga ilmu yang diperoleh oleh saya dari PPN Karangantu ini dapat bermanfaat
untuk kehidupan. Semoga semakin solid dan menyenangkan.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Struktur organisasi Instansi Pelabuhan Perikanan Nusantara


Karangantu

21
Lampiran 2. Tugas Pokok dan Fungsi PPN Karangantu
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan;
2. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor : 69 tahun 2001 tentang
Pembinaan Kepelabuhanan;
3. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor : 75 Tahun 2015 tentang
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang berlaku pada Kemencumian Kelautan dan Perikanan;
4. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.6/ PERMEN-
KP/2017 tanggal 13 Februari 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kemencumian Kelautan dan Perikanan;
5. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/ PERMEN-
KP/2012 tanggal 20 April 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan;
6. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.57/ PERMEN-
KP/2014 tentang Usaha Perikanan Tangkap;
7. Peraturan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.20/PERMEN-
KP/2014 tanggal 16 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan;
8. Keputusan Mencumi Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.10/SJ-KKP/2013
tentang Pengangkatan Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
Dalam pelaksanaan tugas pokoknya PPN Karangantu mempunyai beberapa
fungsi yang harus dilaksanakan, antara lain:
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi
pelabuhan perikanan;
2. Pelaksanaan pengaturan keberangkatan, kedatangan dan keberadaan kapal
perikanan di Pelabuhan Perikanan;
3. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan
Keberangkatan Kapal Perikanan;

22
4. Pelaksanaan pemeriksaan Log Book;
5. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar;
6. Pelaksanaan penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan;
7. Pelaksanaan pengawasan pengisian bahan bakar;
8. Pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pendayagunaan,
dan pengawasan, serta pengendalian sarana dan prasarana;
9. Pelaksanaan fasilitasi penyuluhan, pengawasan dan pengendalian sumber daya
ikan, perkarantinaan ikan, publikasi hasil penelitian, pemantauan wilayah
pesisir, wisata bahari, pembinaan mutu, serta pengolahan, pemasaran dan
distribusi hasil perikanan;
10. Pelayanan jasa, pemanfaatan lahan dan fasilitas usaha;
11. Pelaksanaan pengumpulan data, informasi, dan publikasi;
12. Pelaksanaan bimbingan teknis dan penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan
yang Baik (CPIB);
13. Pelaksanaan inspeksi pembongkaran ikan;
14. Pelaksanaan pengendalian lingkungan di pelabuhan perikanan;
15. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Lampiran 3. Data Pembimbing Lapangan

Nama : Asep Saepulloh,SP,M.Si


NIP : 19660604 199903 1 05
Pangkat/Golongan : IV / A
Instansi : Instansi Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Banten.
Alamat : Jl. Vihara no. 19, Kampung Baru, Karangantu, Banten.
No.Telp/Fax/Email : 0813 1612 5000

23
Lampiran 4. Fasilitas-fasilitas PPN Karangantu

Gudang Es Perbengkelan

Dermaga Ruang Enumerasi

Balai Pertemuan Nelayan Perpustakaan

24
TPI Higienis Kantor

Lampiran 5. Penanganan ikan Teri


1. Alat yang digunakan

Coolbox Hasil Tangkapan Cumi

Kapal Es Balok

25
Timbangan Digital

Lampiran 6. Kegiatan selama Praktik Kerja Lapang

Pengarahan Pengenalan Lingkungan

Pengambilam Sampel Pelaksanaan Apel

26
Pengarahan di TPI Uji Organoleptik

27
Lampiran 7. Sertifikat Praktik Kerja Lapang

28

Anda mungkin juga menyukai