Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL ILMIAH MIKROBIOLOGI

MIKROBA PATOGEN PADA NASI BASI


( Basillus cereus )
Standard

ARTIKEL ILMIAH MIKROBIOLOGI

MIKROBA PATOGEN PADA NASI BASI

( Basillus cereus )

Oleh : Nurhasanah

NIM : 1113016100019

PENDIDIKAN BIOLOGI 4A

Dosen : Meiry Fadillah Noor, M.Si

      Sebagai Negara agraris, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi Negara penghasil bahan
pangan terbesar di dunia. Salah satu bahan pangan tersebut adalah beras. Beras merupakan bahan
pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras dapat diolah menjadi nasi.
hampir seluruh lapisan dan wilayah di Indonesia adalah pengkonsumsi nasi sebagai menu utama
dalam setiap hidangan, bahkan ada pendapat ‘’kalau belum makan nasi berarti belum makan ‘’.
Nasi tentunya banyak mengandung karbohidrat dan air, sehingga manfaat nasi sebagai sumber
utama cepat dan mudah diserap oleh tubuh.
Padi dari kohler’s book of medicinal plan :

Klasifikasi ilmiah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies Oryza sativa

     Kemajuan teknologi mendorong terciptanya alat menyimpan sekaligus menghangatkan nasi,
akan tetapi penyimpanan nasi tersebut memiliki kekurangan yaitu dapat menurunkan kualitas
nasi yang tersimpan di dalamnya.

Pengolahan serta penyimpanan nasi dapat mempengaruhi kandungan gizi dalam makanan. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi penyimpanan pangan dan olahannya, yaitu waktu, suhu, air,
serta pH, yang juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
( Buckle,1987 ).

Penelitian yang dilakukan suprayogi (2008) Kandungan zat gizi mikro pada nasi terutama zat
besi (Fe) yang menyumbang 25%-30% dari total kebutuhan tubuh juga belum diketahui
bagaimana pengaruhnya jika tersimpan dalam waktu lama dalam rice cooker. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemanasan dalam rice cooker terhadap kandungan
zat besi (Fe) dan total mikroba nasi putih. Adapun hasil dari penelitiannya menemukan bahwa
pada pemanasan secara terus-menerus dengan selang waktu 12 jam, kualitas nasi menjadi rusak
setelah 36 jam,sedangkan pada pemanasan dengan selang waktu 6 jam, kualitas nasi menjadi
rusak setelah 60 jam. Hal ini terlihat dari adanya perubahan fisik seperti warna nasi berubah
menjadi kekuningan, nasi berbau tengik, dan rasa nasi berubah Perubahan ini disebabkan oleh
adanya aktivitas bakteri pada nasi, dan biasanya terjadi setelah nasi disimpan selama +-12 jam di
dalam alat penghangat nasi.

Makanan yang telah dihinggapi mokroorganisme tersebut mengalami penguraian, sehingga dapat
mengurangi nilai gizi dan kelezatannya, bahkan dapat menyebabkan sakit sampai kematian
( dwijoseputro,2012). Tentunya Penurunan kualitas nasi ini dapat menyebabkan hilangnya selera
makan dan akhirnya nasi yang berbau tersebut akan dibuang karena tidak layak untuk dimakan.
Sedangkan dalam islam dianjurkan untuk tidak membuang makanan karena hal itu termasuk
mubajir, dalam QS Al-Isra ayat 26-27 yang artinya : Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (26). Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya (27).
Proses pembusukan pada nasi , Semua bahan organik termasuk nasi dapat mengalami
pembusukan / basi., hal ini diakibatkan oleh bakteri pengurai yg melakukan aktivitasnya, akan
tetapi nasi atau  bahan organik lain tidak akan membusuk atau basi bila terbebas dari bakteri
pengurai, dan tidak ada hal yang menyebabkan penurunan kadar airnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh diesna sari dkk pada jurnalnya yang berjudul
“PENGARUH LAMA PEMANASAN DALAM RICE COOKER TERHADAP KANDUNGAN
ZAT BESI (FE) DAN TOTAL MIKROBA NASI PUTIH’’ lama pemanasan mempengaruhi
jumlah total mikroba nasi dalam rice cooker. Semakin lama waktu pemanasan maka rata-rata
jumlah total mikroba akan meningkat.

Total mikroba serta kandungan zat fe pada nasi berpengaruh terhadap lamanya pemanasan dalam
rice cooker. Semakain lama waktu pemanasan , maka rata-rata total mikroba dan kadar ppm fe
akan meningkat.

Menurut Fardiaz koloni yang tumbuh menunjukkan jumlah seluruh mikroorganisme yang ada di
dalam sampel , seperti bakteri, kapang, khamir. Terlihat dengan jelas bahwa ketika tanak pun
terdapat bakteri dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh
bakteri Bacillus cereus yang tergolong ke dalam jenis bakteri mesofilik yang mampu mengubah
bentuk menjadi endosprora yang tahan terhadap panas, sehingga mampu bertahan hidup selama
proses pemasakan nasi.

Bakteri Bacillus cereus adalah jenis bakteri yang menghasilkan racun. Racun ini dapat
menyebabkan dua jenis penyakit yaitu yang ditandai dengan yaitu ditandai dengan diare dan
satunya adalah mual dan muntah. Jenis bakteri ini hadir dalam makanan dan dapat berkembang
biak dengan cepat pada suhu kamar.

     Bacillus cereus memproduksi satu toksin muntah (ETE) dan tiga enterotoksin berbeda :HBL,
NHe dan EntK. Sumber adanya bakteri ini dari berbagai makanan, terutama beras dan sisa
makanan , serta saus, sup serta makanan olahan lainnya yang disimpan terlalau lama pada suhu
kamar. Masa inkubasi terkena penyakit akibat bakteri ini adalah : diare 6-15 jam, mual muntah
30 menit-6 jam. Cara penanggulangan penyakit yang terjadi akibat bakteri adalah minum banyak
air dan istirahat. jika anda tidak cukup makan cairan untuk mencegah dehidrasi,maka anda wajib
mendatangi pelayanana kesehatan setempat atau hubungi dokter anda.

Bakteri Bacillus cereus yang telah diwarnai menjadi berwarna ungu. Menunjukkan bakteri yang
dominan terdapatpada nasi termasuk ke dalam golongan gram positif, dan setelah
pengidentifikasian bakteri tersebut memiliki cirri-ciri : berbentuk streptobasil dan terdapat
endospora di bagian tengah tubuhnya. Berikut ini adalah gambar bakteri yang dominan terdapat
pada nasi.
Menurut istifani haq dkk dalam jurnalnya yang berjudul ‘’Efektivitas Penggunaan Sari Buah
Jeruk Nipis terhadap Ketahanan Nasi’’ . untuk mencegah nasi cepat rusak bahkan basi
ditambahkan satu buah jeruk nipis pada saat sebelum menanak beras. Perlakuan ini dapat
membuat nasi menjadi awet meski lama disimpan dalam alat penghangat nasi ( sekitar 2-3 hari ).
Dari hasil penelitian sebelumnya , diperoleh hasil bahwa ekstrak dari jeruk nipis memiliki
efektifitas antimicrobial yang tinggi. Cara menambahkan nasi yang tepat itu yaitu disimpan
dalam alat penghangat nasi (istifany dkk, 2010 ).

Disarankan pada masyarakat untuk tidak memanaskan nasi dalam rice cooker dalam waktu yang
lama Dan hanya memasak nasi secukupnya agar tidak terbuang percuma, dan selalu menjaga
kebersihan agar terhindar dari berbagai penyakit . Semoga artikel ini bermanfaat bagi 
semuanya .

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A, dkk.Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press; 1987.

Dwijoseputro, D. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan; 2005.

Fardiaz, S. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 1993.

Istifany Haq, dkk. Efektifitas Penggunaan Sari Buah Jeruk Nipis Terhadap Ketahanan Nasi.
Jurnal Sains Dan Teknologi Kimia 2010; 1(1): 44-58. Tersedia di
http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/JURNAL_SAINS_DAN_TEKNOLOGI_KIMIA/
Jurnal_Sains_dan_Teknologi_Kimia_Jilid_1_No._1/
EFEKTIVITAS_PENGGUNAAN_SARI_BUAH_JERUK_NIPIS_TERHADAP_KETAHANA
N_NASI.pdf . diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.30 wib

Suprayogi, D. Pengaruh Lama Waktu Penggunaan Magic Jar Terhadap Perubahan Kualitas Nasi
yang Meliputi Bau, Warna, Tekstur, dan Rasa. 2008. Tersedia di:
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008-suprayogid-9696. Diakses pada tanggal
23 April, 2015 pukul 20.10 wib

Anonim. Pembusukan-nasi.http://www.scribd.com/doc/208798177/Pembusukan-Nasi#scribd.
Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 21.00 wib
Yahya,Rachmanuddin chair. http://www.jevuska.com/2013/04/08/gambar-bacillus-cereus/.
Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 22.20 wib

LAPORAN PENELITIAN MIKROBA pada


NASI BASI (Rhizopus Olingosporus)
By
ernawidiasmini
-
July 18, 2017
0
1726

Share on Facebook

Tweet on Twitter

LAPORAN PENELITIAN MIKROBA pada NASI BASI

(Rhizopus Olingosporus)

OLEH :

Kls/Smt : A/II

Nama Kelompok :

1. Putu Ayu Purnamasari                        (131010)


2. Komang Ayu Sarini                            (131011)
3. Dewi Putriyani                                    (131012)
4. Ni Luh Dian Pratiwi                           (131013)
5. I Putu Esa Diputra Anjasmara                        (131014)
6. Dewa Ayu Dwina Inggriani               (131015)
7. Dewa Ayu Embas Saraswati              (131016)
8. Ni Putu Erna Widiasmini                    (131017)
9. Eugenius Surya Puji                            (131018)

 
AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2014

1.1  Landasan Teori
 A.    Sterilisasi
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Ketika anda untuk pertama kalinya
melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya anda telah menggunakan
salah satu sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun kebanyakan peralatan dan media yang umum
dipakai dalam pekerjaan mikrobiologis akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia
berbagai metode lain yang efektif (Hadioetomo, 1993).Salah satu cara sterilisasai adalah
sterilisasi dengan menggunakan tekanan atau sterilisasi uap (autoclaf)            Pada saat
melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama
waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang
mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme serta ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi
protein sel (Lukas, 2006).
Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:a.       Uap
merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memunginkan terjadinya koagulasi.b.      Bersifat
nontoksik, mudah diperoleh, dan relative mudah dikontrol. Suhu jenuh uap air (100oC) pada
tekanan 1 atmosfir ternyata masih kurang dalam membunuh kuman yang resisten. Oleh karena
itu, kita harus mengupayakan agar suhu jenuh uap ditingkatkan dengan cara meningkatkan
tekanananya. Kemudian, kita dapat melakukannya dalam wadah tertutup rapat agar dapat
tercapai suhu sterilisasi, yaitu 121oC atau lebih (Lukas, 2006). Sterilisasi demikian biasa
digunakan untuk mensterilkan:Sediaan injeksi dan suspensi               : 121oC 15 menitBaju
operasi                                        : 134oC 3 menitPlastik dan karet                                 : disterilkan
terpisah dari containerSiklus sterilisasi uap meliputi pada fase pemanasan (conditioning),
pemaparan uap(exposure), pembuangan (exhaust), dan pengeringan (Lukas, 2006). Faktor-faktor
yang mempengaruhi sterlisasi uap adalah:a.       Waktub.      Suhuc.       Kelembaban

B.     Pembuatan Media
Medium adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan energi, bahan pembangun sel, dan sintesis protplasma serta bagian-bagian
sel lainnya. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologis tertentu, sehingga memerlukan nutrisi
tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relative tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang
terkandung di dalam sel. Penyusun utama sel adalah C, H, O, N, dan P, yamg jumlahnya sekitar
95% dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain yaitu air 80-90% dan
bagian-bagian lain 10-20% terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan,
polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain.  Ada tiga jenis media pengembangbiakan berdasarkan
konsentrasinya antara lain:a)      Media padat, yaitu media berbentuk padat yang mengandung
agar 1-1,5% misalnya nutrient agar
b)      Media cair yaitu media yang berbentuk cair yang tidak mengandung agar, misalnya
nutrient broth
c)      Media semi padat, yaitu media yang berbentuk padat pada suhu dingin, dan berbentuk cair
bila suhu panas, misalnya media SIM (media yang digunakan untuk uji produksi sulfur, indiol,
motilitas.
Fungsi-fungsi medium adalah sebagai berikut :·         Media basal dapat mendukung
pertumbuhan berbagai jenis spesies tanpa syarat nutrisi
·         Media penghambat merupakan medium yang memuat unsur pokok tertentu yang
menghambat pertumbuhan dari jenis mikroorganisme tertentu.
·         Medium pemeliharaan digunakan untuk pertumbuhan awal dan penyimpanan selanjutnya,
mempersiapkan kultur organisme yang disimpan baik pada suhu ruang atau suhu dingin
(Singleton, dkk, 2001)
C.    Pengambilan Sampel
Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)·         Teknik Preparasi SuspensiSampel yang telah
diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya
adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah
penanganannya. Macam-macam preparasi bergantung kepada bentuk sampel.a.       Swab (ulas),
dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada
umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu,
batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan
kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud
dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.

1. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada


permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse
merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan
perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian
dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.

1. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar
dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas
kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antara lain bakso, biji, buah dll.
Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Untuk
sampel dari tanah tak perlu dimaserasi.

 Teknik Pengenceran Bertingkat

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung
kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel
dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10
sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.

1. Penanaman

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari
medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada
dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi.
Teknik penanaman antara lain :

1. Teknik penanaman dari suspensi

Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi
dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan
koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.

a.1.  Spread Plate (agar tabur ulas)

Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar
diperoleh kultur murni. Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam
cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu
disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan
kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik .Pada beberapa
pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah –pisah.

a.2.  Pour Plate (agar tuang)

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri
ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar
(di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O 2 dan ada yang
tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.

1. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)

Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke


dalam medium baru. Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan
yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah Inokulum digoreskan di permukan
media agar nutrien dalam cawaan petridish dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-
garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.

b.1   Goresan Sinambung

Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan
untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

b.2    Goresan T

            b.3    Goresan Kuadran (Streak quadrant)

1. Pengamatan Pertumbuhan
Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung microbial yaitu dengan perhitungan jumlah
sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa sel secara tak langsung.
Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik,
MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Dari ketiga metode
tersebut,  metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan. Oleh karena itu, pada
kegiatan praktikum mikrobiologi untuk perhitungan koloni sampel, digunakan metode hitungan
cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih
hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpamenggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).

Metode hitungan cawan dapatdibedakan atas dua cara yaitu:

1. Metode tuang (pour plate)


2.      Metode permukaan (surface / spread plate).

Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceranagar jumlah koloni
mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuaistandar, yaitu berjumlah

30  – 300 per cawan. Pengenceran dilakukan secaradesimal untuk memudahkan perhitungan.

1. Pewarnaan

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan pembesaran 100 x 10
yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit
terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke
permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras
sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.

Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan
dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat
warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negative. Zat warna
basa lebih banyak digunakam kerena matan negative banyak ditemukan pada permukaan sel.
Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin,
Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin,Congo Red dll.

Adapun macam-macam pewarnaan, antara lain :

1. Pewarnaan Sederhana

Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan dengan menggunakan satu jenis pewarna saja
dengan tujuan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya. Pewarnaan ini dapat
menggunakan pewarna basa pada umumnya, antara lain : kristal violet, metylen blue, karbol
fuchsin, dan safranin.

1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif. Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai gram
A, iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D.

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif. Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai gram
A, iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D.

2. Pewarnaan Kapsul

Pewarnaan ini mengunakan dua reagen, yaitu: kristal violet sebagai dekolorisator (penghapus
warna utama) serta kopper sulfat sebagai pewarna tandingan teradsorbsi bahan kapsular yang
mengalami dekolorisasi. Hasil pewarnaannya ialah kapsul akan berwarna biru terang kontras
dengan warna ungu gelap dari sel.

Pewarnaan ini mengunakan dua reagen, yaitu: kristal violet sebagai dekolorisator (penghapus
warna utama) serta kopper sulfat sebagai pewarna tandingan teradsorbsi bahan kapsular yang
mengalami dekolorisasi. Hasil pewarnaannya ialah kapsul akan berwarna biru terang kontras
dengan warna ungu gelap dari sel.

3. Pewarnaan Spora

Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malchit green dan safranin, yang
dalam hasil pewarnaanya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel
vegetatifnya, yaitu pada Bacillus subtilis.

Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malchit green dan safranin, yang
dalam hasil pewarnaanya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel
vegetatifnya, yaitu pada Bacillus subtilis.

Teknik- teknik pewarnaan secara umum, antara lain :

1. Pewarnaan Sederhana

Pewarnaan ini digunakan untuk visualisasi bentuk morfologis yang berupa basil, kokus, basil,
vibrio dan spiral), dan susunan (rantai, gerombol, berpasangan, dan tetrad).

1. Pewarnaan diferensial

Pewarnaan ini digunakan untuk pemisahan dalam kelompok yang terbagi menjadi dua, yaitu
pewarna gram dan pewarna tahan asam. Selain itu juga digunakan untuk visualisasi struktur yang
dibedakan menjadi empat, yaitu pewarna kapsul, pewarna flagel, pewarna spora, dan pewarna
inti.

Pewarnaan ini digunakan untuk pemisahan dalam kelompok yang terbagi menjadi dua, yaitu
pewarna gram dan pewarna tahan asam. Selain itu juga digunakan untuk visualisasi struktur yang
dibedakan menjadi empat, yaitu pewarna kapsul, pewarna flagel, pewarna spora, dan pewarna
inti.

dalam praktikum kali ini menggunakan pewarnaan gram dengan sampel tanah, karena dalam
waktu 24 jam sampel daun yang di simpan pada inkubator, bakteri yang terdapat pada daun tidak
tumbuh pada media NA

Pewarnaan gram masih merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk
mencirikan banyak bakteri. Terutama amat berarti di laboratorium diagnostik rumah sakit karena
informasi yang diperoleh dari pengamatan spesimen yang diwarnai dengan pewarnaan gram
dengan cepat dapat memberi petunjuk akan organisme penyebab suatu infeksi . Bakteri gram
negatif berbeda dari bakteri gram positif yaitu bakteri gram negatif lebih rentan terhadap asam
antibiotik seperti streptomisin. Bakteri gram positif pada umumnya lebih rentan terhadap
antibiotik penisilin dan kurang rentan terhadap disintegrasi oleh perlakuan mekanis atau bila
diberi enzim-enzim tertentu .Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pewarnaan mikroba antara
lain adalah fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarna untuk mempercepat pewarnaan
mikroba sehingga zat akan terikat lebih mudah di dalam jaringan. Zat warna penutup untuk
memberikan warna kontras pada sel mikroba, yang diwarnai yang tidak menyerap warna pula.

 METODE

1. Waktu dan Tempat Praktikum Mikrobiologi

No Hari Tanggal Tempat Keterangan


Laboratorium
1 Sabtu 14 Juni 2014 Sterilisasi Alat
AFS
Pembuatan Media,
Lantai 3 Gedung
2 Senin 16 Juni 2014 Pengambilan sampel dan
AFS
Penanaman sampel
Lantai 3 Gedung Pengamatan Mikroba dan
3 Rabu 18 Juni 2014
AFS Pewwarnaan Mikroba

1. Alat dan Bahan yang Digunakan

 Alat yang digunakan :

1. Sterilisasi
2. Autoclaf                             1 Buah
3. Cawan Petri                        3 Buah
4. Beaker Glass                       1 Buah
5. Batang Pengaduk               1 Buah
6. Tabung Reaksi                    5 Buah
7. Pipet Volume                      8 Buah
8. Batang L                             1 Buah
9. Moartar dan Pestle             1 Buah
10. Kertas                                 Secukupnya
11. Tali                              Secukupnya

1. Pembuatan Media
2. Autoklaf                             1 Buah
3. Cawan Petri                        3 Buah
4. Hot Plate Stirer                   1 Buah
5. Beaker Glass                       1 Buah
6. Pengambilan Sampel
7. Tabung reaksi                    5 Buah
8. Pipet volume                     5 Buah
9. Pipet filler                         1 Buah
10. Timbangan analitik            1 Buah
11. Beaker glass                      1 Buah
12. Mortar dan Pestle              1 Buah
13. Batang Pengaduk              1 Buah
14. Penanaman
15. Pipet volume                       3 Buah
16. Cawan petri                                    3 Buah
17. Batang L                             1 Buah
18. Lampu Bunsen                   1 Buah
19. Inkubator                            1 Buah
20. Laminar Air Flow               1 Buah
21. Kapas/Tissue                       Secukupnya
22. Pipet filler                           1 Buah
23. Pengamatan Pertumbuhan
24. Coloni counter                   1 Buah
25. Pulpen                                1 Buah
26. Pewarnaan
27. Kaca object                             1 Buah
28. Lampu Bunsen                        1 Buah
29. Penjepit Tabung Reaksi          1 Buah
30. Jarum Inokulum (ose)             1 Buah
31. Mikroskop                               1 Buah
32. Kapas/Tissue                           Secukupnya

 Bahan yang digunakan :

1. Sterilisasi
2. Air
3. Pembuatan Media
4. PDA (Potato Dextrosa Agar)
5. Aquadest
6. Pengambilan Sampel
7. Nasi Basi
8. Penanaman
9. Tabung Reaksi yang berisi Mikroba
10. Media Agar
11. Pengamatan Pertumbuhan
12. Sampel nasi basi yang berisi bakteri
13. Pewarnaan
14. Sampel hasil penanaman
15. Aquadest
16. Kristal violet
17. Mordant (lugol iodine)
18. Ethanol 96%
19. Safranin

1. Cara Kerja
2. Sterilisasi
3. Siapkan alat-alat yang akan disterilisasi
4.  Bungkus alat-alat tersebut dengan menggunakan kertas Koran atau allumunium foil dan
ikat menggunakan tali
5. Setelah semuanya selesai, beri air di dalam autoclave hingga menutupi elemen autoklaf,
kemudian masukan alat kedalam keranjang autoclave
6.  Nyalakan autoclave sampai suhunya mencapai 121°C
7. Setelah suhunya 121°C, tunggu selam 5 menit lalu buka katup uap autoclave, sampai
suhunya turun menjadi 0oC
8. Kemudian buka katup uap autoclave dengan perlahan, dan ambillah alat yang sudah
disterilisasi menggunakan lap
9. Pembuatan Media
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
11. Nyalakan hot plate stirrer
12. Masukkan air kedalam beker glass
13. Letakkan beker glass yang berisi air didalam hot plate
14. Masukkan agar kedalam beaker glass yang berisi air
15. Tunggu sampai air dan agar homogen
16. Siapkan cawan petri dan tabung reaksi yang sudah disterilisasi
17. Tuang agar yang sudah homogen kedalam cawan petri dan tabung reaksi  yang sudah
disterilisasi
18. Pengambilan Sampel
19. Siapkan alat yang sudah disterilkan.
20. Nasi yang berbentuk padat ditumbuk dengan mortar dan pestle
21. Timbang nasi basi di timbangan analitik
22. Buatlah perbandingan nasi dan air 1 : 9 (w/v) di dalam beaker glass
23. Sampel yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama
(1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel
dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan
dengan mengocokannya
24. Diambil 1 ml dari tabung 10-1dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-

secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan
sampai homogen.
25. Pemindahan dilanjutkan hinggatabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama.
Sampai pengenceran ke 3
26. Tutup dengan kapas ujung tabung reaksi.
27. Penanaman
28. Ambil agar yang sudah disterilkan dan letakkan di safety cabinet.
29.  Ambil tabung reaksi yang sudah berisi sampel .
30.  Tuang 0,1 ml ke dalam cawan petri yang sudah berisi agar.
31.  Ratakan dengan batang L yang sudah steril (di pijar) .
32. Tutup cawan petri yang sudah berisi biakan dan pindahkan ke dalam inkubator.
33. Tutup inkubator. Tunggu selama 24 jam .

1. Pengamatan Pertumbuhan
2. Setelah 24 jam sampel didiamkan dalam inkubator, kita lihat apakah bakteri berkembang
biak atau tidak
3. Jika berkembang biak, amati warna koloni bakteri
4. Amati pula jumlah koloni bakteri yang terbentuk di coloni counter
5. Pewarnaan
6. Siapkan alat dan bahan yang akan dilakukan pewarnaan.
7. Ambil biakan yang sudah ditumbuhi mikroorganisme.
8. Ambil sedikit biakan,diletakkan di kaca preparat dengan menggunakan jarum inokulum
yang telah dipijar.
9. Kemudian kaca object yang telah berisi mikroba dipanaskan di atas lampu bunsen,
hingga mikroba menempel pada permukaan kaca object
10. Teteskan Kristal violet secara merata sampai menutupi permukaan mikroba dan tunggu ±
1 menit
11. Cuci dengan aquadest mengalir
12. Teteskan mordant (lugol’s iodine) lalu tunggu ± 1 menit
13. Cuci dengan aquadest mengalir
14. Berilah larutan pemucat (etanol 96% / aseton ) setetes demi setetes hingga ethanol yang
jatuh berwarna jernih. Jangan sampai terlalu banyak, tunggu ± 1 menit
15. Cuci dengan aquadest mengalir
16. Teteskan safranin dan tunggu selama ± 45 detik.
17. Keringkan preparat dengan kertas tissue, yang ditempelkan di sisi ulasan biarkan
mengering di udara
18. Letakkan kaca preparat dalam mikroskop.
19. Amati warna mikroorganismenya.

HASIL PRAKTIKUM

1.  Sterilisasi
Menggunakan autoclaf 

 
 

2. Pembuatan Media

Pada praktikum ini kami menggunakan PDA

3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel yang kami gunakan adalah maserasi dan pengenceran 10-5 
 

4. Penanaman Media 

5. Pengamatan Pertumbuhan

 
 

6. Pewarnaan 

7. Jamur yang terdapat pada nasi

PEMBAHASAN

            Pada praktikum kali ini kelompok kami mengamati bakteri koloni pada sampel nasi basi.
Terlebih dahulu kami melakukan sterilisasi alat yang akan digunakan pada praktikum. Sterilisasi
yang digunakan yaitu sterilisasi basah. Sterilisasi basah merupakan sterilisasi yang menggunakan
suhu tinggi dengan dibantu uap air. Sterilisasi ini menggunakan autoklaf. Dengan autoklaf ini,
tekanan dan temperature diatur dengan jumlah panas dari api. Dalam sterilisasi ini, yang
dilakukan adalah sebagai berikut, hal pertama yang dilakukan adalah memeriksa banyaknya air
dalam autoklaf, lalu memasukkan alat/bahan yang akan disterilkan lalu tutup dan kencangkan
skrup pengaman, setelah itu menyalakan api dan membiarkannya katup uap terbuka sampai
semua udara dalama utoklaf diganti dengan uap. Kemudian menutup katupnya. Proses sterilisasi
dimulai setelah suhu meningkat hingga 1210C dan tekanan 1 atm atau 15 lbs selama 15-20 menit.
Setelah selesai, kemudian mematikan api, dan biarkan tekanan turun sampai 0. Dan yang terakhir
yaitu membuka tutup autoklaf, lalu ambil alat yang telah disterilisasi. Media yang digunakan
yaitu PDA (Potato Dextrosa Agar). Tujuan digunakannya media ini yaitu karena di dalam nasi
tidak hanya terdapat bakteri tetapi juga terdapat fungi atau jamur. Medium PDA berfungsi untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakan fungi atau jamur serta medium PDA mengandung nutrisi
– nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara maseration dan pengenceran bertingkat. Maseration
(pengancuran) ini dilakukan dengan menumbuk sampel di dalam mortar menggunakan pestle
sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan
kedalam air. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertamaa dalah 1 : 9 (w/v).
Dalam praktikum ini dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali.  Pengenceran yang digunakan
untuk penanaman yaitu pengenceran yang ketiga, keempat dan kelima. Tujuan pengenceran ini
agar mendapatkan bakteri yang lebih spesifik. Selanjutnya dilakukan penanaman sampel
dengan mengambil agar yang sudah disterilkan dan letakkan di safety cabinet. Kemudian tabung
reaksi yang sudah berisi sampel dituang sebanyak 0,1 ml ke dalam cawan petri yang sudah berisi
agar, ratakan dengan batang L yang sudah steril (di pijar) proses tersebut dilakukan di dalam
LAF (Laminar Air Flow). Tutup cawan petri yang sudah berisi biakan dan pindahkan ke dalam
inkubator. Tutup inkubator. Tunggu selama 24 jam . Untuk pengamatan sampel yang kami
gunakan adalah cawan petri dengan pengenceran ke 10-5, karena pengenceran yang ke 10-3 dan
10-4 terlalu banyak mengandung air. Dari pengamatan sampel dengan menggunakan coloni
counter didapatkan 5 koloni setelah 2 hari. Warna dari koloni tersebut adalah putih, setelah
pengamatan tersebut dilakukan pewarnaan gram pada bakteri untuk mengetahui tipe bakteri.

Pewarnaan gram ini dilakukan dengan cara membuat preparat ulas (smear) yang telah difiksasi
dari bakteri gram positif missal bacillus subtilis dan gram negatif missal Escherichia coli, setelah
membuat preparat ulas di teteskan Kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat,
usahakan semua ulasan terwarnai dan tunggu selama ± 1 menit,lalu cuci dengan aquadest
mengalir kemudian teteskan mordant(lugol,s iodine) tunggu ± 1 menit kemudian cuci dengan
aquadest mengalir. Selanjutnya  beri larutan pemucat (ethanol 96%/aseton ) setetes demi setetes
hinga ethanol yang jatuh berwarna jernih jangan sampai terlalu banyak lalu cuci lagi dengan
aquadest mengalir dan teteskan counterstain(safranin)dan tunggu sampai ± 45 detik kemudian
cuci dengan aquadest mengalir yang terakhir preparat tadi dikeringkan dengan kertas tissue yang
di tempelkan disisi ulasan dan jangan sampai merusak ulasan.

Hasil pewarnaan tersebut yaitu bakteri gram positif yang berbentuk basil, di dalam literatur
disebutkan bakteri yang terdapat pada nasi basi adalah bacillus cereus. Karakteristik
umum Bacillus cereus merupakan golongan bakteri Gram-positif (bakteri yang
mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram), aerob fakultatif
(dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan dapat
membentuk spora (endospora). Spora Bacillus cereus lebih tahan pada panas kering daripada
pada panas lembab dan dapat bertahan lama pada produk yang kering. Selnya berbentuk batang
besar (bacillus) dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya. Keracunan akan timbul
jika seseorang menelan makanan atau minuman yang mengandung bakteri atau bentuk sporanya,
kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang
mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang
dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare (disebabkan oleh protein
dengan berat molekul besar) dan toksin yang menyebabkan muntah atau emesis (disebabkan oleh
peptida tahan panas dengan berat molekul rendah). Gejala keracunannya, yaitu:Tipe penyebab
diare (diarrheal form) atau Long IncubationTipe ini merupakan tipe yang paling ditemukan
kasusnya dan terjadi bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab
diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa
mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan
yang telah terkontaminasi Bacillus cereus.

Jamur yang terdapat pada nasi basi adalah kapang dari filum Zygomicota yang banyak
menghasilkan enzim protease. Zigomicota memiliki cirri-ciri miselium bercabang banyak dan
hifa tak bersekat sehingga terlihat seperti pipa atau buluh. Tubuh tersusun dari stoln rizoid, dan
sporangiofor. Tidak memiliki tubuh buah. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi reproduksi
seksual dengan zigospora. Sebagian saprofit makanan sisa/ tumbuhan sisa / hewan, sebagai
parasit pada manusia dan tumbuhan, menguntungkan bagi lumut kerak.

 KESIMPULAN

1. Sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi basah. Sterilisasi basah merupakan sterilisasi
yang menggunakan suhu tinggi dengan dibantu uap air. Sterilisasi ini menggunakan
autoklaf.
2. Media yang digunakan yaitu PDA (Potato Dextrosa Agar). Tujuan digunakannya media
ini yaitu karena di dalam nasi tidak hanya terdapat bakteri tetapi juga terdapat fungi atau
jamur.
3. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara maseration dan pengenceran bertingkat.
Maseration (pengancuran) ini dilakukan dengan menumbuk sampel di dalam mortar
menggunakan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat
terlepas kemudian dilarutkan kedalam air. Perbandingan antar berat sampel dengan
pengenceran pertamaa dalah 1 : 9 (w/v). Dalam praktikum ini dilakukan pengenceran
sebanyak 5 kali.
4. Penanaman sampel dengan mengambil agar yang sudah disterilkan dan letakkan di safety
cabinet. Kemudian tabung reaksi yang sudah berisi sampel dituang sebanyak 0,1 ml ke
dalam cawan petri yang sudah berisi agar, ratakan dengan batang L yang sudah steril (di
pijar) proses tersebut dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow).
5. Pengamatan sampel dengan menggunakan coloni counter didapatkan 5 koloni setelah 2
hari. Warna dari koloni tersebut adalah putih
6. Hasil pewarnaan tersebut yaitu bakteri gram positif yang berbentuk basil, di dalam
literatur disebutkan bakteri yang terdapat pada nasi basi adalah bacillus cereus.
7. Jamur yang terdapat pada nasi basi adalah kapang dari filum Zygomicota

DAFTAR PUSTAKA

1.  Modul Praktikum Mikrobiologi Semester II


2.      Bacillus Cereus.pdf
3.      http://indonesiaindonesia.com/f/95357-bab-6-fungi-jamur/

Anda mungkin juga menyukai