Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN SISWA

DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN


KONTEKSTUAL

Indarini Dwi Pursitasari

FKIP Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, 94118


E-mail: pursitasarii@yahoo.co.id

Abstract: The Improvement of StudeQWV¶ $FWLYLWLHV DQG 8QGHUVWDQGLQJ LQ &KHPLVWU\ WKURXJK


Contextual Teaching. 7KLV VWXG\ ZDV FRQGXFWHG LQ RUGHU WR LPSURYH WKH VWXGHQWV¶ DFWLYLWLHV DV ZHOO DV WKH
learning outcomes in the subject of thermochemistry through contextual teaching. The subjects of the
study were 21 students of Grade XI IPA 2 of Madrasah Aliyah Alhaerat Palu. Observations as well as
reflection were carried out during the treatment process. Questionnaire was distributed after the treatment
was given. The study revealed that contextuDO WHDFKLQJ ZDV VXFFHVVIXO LQ LPSURYLQJ WKH VWXGHQWV¶ DFWLYLWLHV
and learning outcomes

Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran kimia, pembelajaran kontekstual.

Pemerintah telah menyiapkan seperangkat kuriku- berdasarkan pada buku teks, kurang pengayaan ma-
lum yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi teri, lebih mengejar target kurikulum, dan siswa cen-
yang sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan derung lebih menyukai pelajaran yang bersifat ha-
Pendidikan (KTSP) dalam rangka meningkatkan mu- falan.
tu pendidikan nasional. Kurikulum ini diarahkan untuk Berdasarkan diskusi dengan guru dalam rangka
mengembangkan pengetahuan, kemahiran, nilai, si- meningkatkan kualitas pembelajaran kimia siswa ke-
kap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan las XI IPA 2, dapat disimpulkan bahwa pembelajar-
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan an yang berfokus pada guru dan kurangnya kesem-
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Namun patan siswa untuk aktif dalam pembelajaran untuk
kenyataannya sering timbul permasalahan dalam pem- menuangkan ide dan pendapatnya kurang memberi-
belajaran, baik itu metode, strategi, media, ataupun kan hasil yang memuaskan (hasil belajar rendah).
faktor lain. Beberapa alternatif tindakan yang bisa dikem-
Masalah yang muncul dalam pembelajaran bangkan antara lain (1) dilakukan diskusi atau tanya
kimia di kelas XI IPA 2 MA Al-Khaerat Palu ber- jawab, (2) menggunakan multimedia, (3) pemberian
awal dari keluhan guru yang mengajar di kelas ter- tugas pekerjaan rumah (TPR); dan (4) pembelajaran
sebut karena materi yang diajarkan belum mencapai dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan
hasil yang memuaskan. Di antara materi yang diajar- diskusi/tanya jawab sering didominasi oleh siswa
kan di kelas XI IPA 2, ternyata perolehan hasil bela- yang pandai sehingga kurang memberikan kesempat-
jar yang terendah adalah Termokimia dengan rerata an kepada siswa berkemampuan rendah, sedangkan
42,6 (tahun ajaran 2005/2006) dan 58,4 (tahun 2006/ penggunaan multimedia terkendala dengan peralatan
2007). dan software. Pada pemberian TPR, seringkali ada
Beberapa siswa menyatakan bahwa dalam pe- beberapa siswa yang tidak mengumpulkan atau
nyampaian materi ajar, guru lebih banyak bercera- tugas tidak dikerjakan sendiri (meniru pekerjaan te-
mah tanpa memberikan kesempatan kepada siswa man). Bahkan beberapa siswa banyak yang menge-
untuk bertanya, tugas yang diberikan terlalu sulit, ha- luh karena terlalu banyak tugas yang diberikan oleh
sil pekerjaan siswa tidak dikembalikan sehingga tidak guru. Adapun pendekatan kontekstual cocok diguna-
tahu letak kesalahan serta kurang menghubungkan kan dalam pokok bahasan Termokimia karena siswa
materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat mengaitkan perubahan entalpi suatu sistem
juga menyadari selama ini penyajian materi lebih dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membentuk

172
Pursitasari, Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Kontekstual 173

konsep secara diskusi dengan teman, serta menga- dekatan konvensional terhadap kemampuan berpikir
lami sendiri pengetahuan yang diperolehnya antara tingkat tinggi (analisis, sintesis) dan keterampilan ber-
lain dengan melakukan praktikum. komunikasi (membuat tabel dan presentasi). Model
Pembelajaran kimia menekankan pada penga- pembelajaran kontekstual dalam matakuliah kewira-
laman langsung untuk mengembangkan kompetensi usahaan program D3 bahasa Inggris juga dapat me-
agar siswa mampu menjelajah dan memahami alam ningkatkan nilai rata-rata mahasiswa dalam setiap
sekitar. Salah satu pendekatan yang mungkin dapat siklusnya (ada 3 siklus). Di samping itu, motivasi ma-
membantu siswa dalam memperoleh pemahaman yang hasiswa dalam menyelesaikan tugas kelompok cen-
lebih mendalam tentang alam sekitar adalah CTL derung meningkat, disiplin mahasiswa juga meningkat,
(Contextual Teaching and Learning) (Sumarmi, 2008). serta hasil belajar yang diperoleh dengan pembela-
CTL didasarkan pada pengertian bahwa proses kon- jaran kontekstual lebih baik daripada konvensional
tstruktivis seperti berpikir kritis, pembelajaran inkuiri, (Rizal, 2007).
dan pemecahan masalah harus diletakkan pada kon- Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini
teks fisik, intelektual, dan sosial (Miller dan Sounders, adalah menerapkan pembelajaran kontekstual untuk
2004). Pembelajaran kimia dengan pendekatan kon- meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa kelas
tekstual dapat dilakukan dengan langkah-langkah XI IPA 2 pada pokok bahasan Termokimia.
sebagai berikut (Azizah, 2003): (1) mengembangkan
pemikiran bahwa anak didik akan belajar lebih ber- METODE
makna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sen-
diri, serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan, dan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di XI
keterampilan barunya; (2) melaksanakan kegiatan in- IPA 2 Madrasah Aliyah Al-Khaerat Palu dengan
kuiri untuk semua topik; (3) mengembangkan sikap jumlah subjek penelitian sebanyak 21 siswa. Pelak-
ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan sanaan tindakan dilakukan pada bulan Juli sampai
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok); (5) Agustus 2008 tahun ajaran 2008/2009. Prosedur pe-
memberikan model sebagai contoh pembelajaran; nelitian adalah sebagai berikut. Perencanaan tindak-
(6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan (7) an dilakukan dengan mengkaji dan membahas ulang
melakukan penilaian yang sebenar-benarnya. draft instrumen penelitian tentang materi ajar termo-
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah kimia, soal-soal tes sebelum dan sesudah tindakan,
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah jenis LKS atau tugas yang diberikan kepada siswa,
sebagai berikut. Invitasi: guru memulai pelajaran de- skenario pembelajaran, lembar observasi, angket untuk
ngan menyampaikan indikator hasil belajar, memo- mengungkap pendapat siswa tentang strategi pem-
tivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang akan belajaran yang diterapkan serta mempersiapkan sa-
dipelajari, mengkaitkan pelajaran dengan pengetahu- rana dan prasarana pembelajaran untuk mendukung
an awal siswa. Eksplorasi: guru menjelaskan garis pelaksanaan tindakan.
besar materi yang akan dipelajari dengan membagi- Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak 4
kan tugas (LKS) sebagai bahan yang harus dipelajari kali sesuai jadwal yang berlaku pada semester ganjil
kepada kelompok siswa. Eksplanasi: siswa secara 2008, yaitu hari Senin (09.20²10.40 Wita) dan Ka-
berkelompok melakukan pemecahan masalah untuk mis (12.30²14.00 Wita). Pada pertemuan pertama,
mendapatkan konsep-konsep yang dipelajari. Apli- guru memfasilitasi dan memotivasi siswa mempela-
kasi: konsep yang diperoleh siswa diaplikasikan da- jari hukum kekekalan energi, sistem, dan lingkung-
lam konteks yang berbeda melalui pertanyaan-per- an. Pada pertemuan kedua, guru memfasilitasi dan
tanyaan dalam tugas. Evaluasi: siswa mempresenta- memotivasi siswa memahami reaksi endoterm dan
sikan hasil kerjanya dan mendiskusikannya bersama eksoterm serta macam-macam entalpi reaksi. Perte-
kelompok lain. muan ketiga, guru memfasilitasi, memotivasi, dan
Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan bah- membimbing siswa menghitung perubahan entalpi
wa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembe- reaksi berdasarkan percobaan dan hukum Hess. Per-
lajaran keterampilan menulis bahasa Jerman dapat temuan keempat, guru memfasilitasi, memotivasi,
memotivasi siswa kelas X1 SMAN 8 Malang. Di dan membimbing siswa menentukan perubahan en-
samping itu, siswa lebih memahami teks tulis seder- talpi reaksi berdasarkan data pembentukan entalpi
hana terutama dengan metode inqury, questioning standar dan energi ikatan.
dan modelling (Rosida, 2007). Dalam penelitian ter- Pertemuan pada siklus II, guru memberikan ma-
pisah, Prayitno (2008) menyatakan bahwa pendekat- teri pengayaan berupa soal-soal penentuan perubah-
an kontekstual melalui pembelajaran kooperatif lebih an entalpi reaksi berdasarkan hukum Hess, data
efektif secara signifikan dibandingkan dengan pen- pembentukan entalpi standar dan energi ikatan serta
174 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009, hlm. 172-177

memotivasi dan membimbing siswa sehingga pe- HASIL DAN PEMBAHASAN


mahaman siswa menjadi lebih luas dan mendalam.
Pada setiap pertemuan dilakukan 5 (lima) ta- Hasil
hap kegiatan, yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi, Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan
aplikasi, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran ber- dengan 4 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama
langsung di laboratorium dan di kelas, serta dipan- (tanggal 28 Juli 2008) guru menyiapkan 3 buah ge-
tau oleh dosen dan guru kimia lainnya untuk menge- las yang terisi air panas. Gelas pertama dibiarkan
tahui letak kesulitan dan kelemahan yang terjadi di terbuka, gelas kedua ditutup rapat, dan gelas ketiga
dalam kelas. selain ditutup rapat, dinding gelas juga dilapisi alu-
Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan minium foil. Siswa disuruh mengamati dan menje-
segala tindakan yang dilakukan guru serta respon laskan apa yang terjadi pada ketiga gelas tersebut.
yang ditunjukkan oleh siswa terhadap pembelajaran Sebelumnya guru juga memberikan contoh konkrit
kontekstual yang diterapkan pada pembelajaran termo- tentang sistem dan lingkungan. Namun demikian,
kimia di kelas XI IPA 2. Observasi secara intensif pembelajaran belum dapat berlangsung seperti yang
pada setiap pertemuan menggunakan instrumen ob- diharapkan karena siswa masih pasif. Meskipun du-
servasi. Perekaman juga dilakukan menggunakan duk berkelompok namun siswa tidak berani bertanya
tape rekorder dan dokumentasi. kepada teman sehingga belum terjadi diskusi dengan
Refleksi dilakukan pada akhir pelaksanaan tin- baik. Tiap siswa tampak mengerjakan soal sendiri
dakan untuk merumuskan/menganalisis kekuatan, sehingga suasana kelas terasa hening. Interaksi siswa-
kelemahan, peluang yang dapat di optimalkan untuk siswa maupun siswa-guru masih kurang. Selain itu,
peningkatan kualitas proses pembelajaran kimia khu- guru juga terlihat canggung dan masih ragu-ragu
susnya Termokimia yang menjadi fokus penelitian. dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual se-
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang hingga pengembangan materi agak kurang. Guru be-
dilakukan, diadakan evaluasi sebelum/pratindakan lum menghubungkan materi dengan kehidupan dan
dan setelah/pascatindakan. Tes pratindakan dilaksa- pengalaman siswa, guru kesulitan dalam mengaloka-
nakan pada tanggal 26 Juli 2008 yang dihadiri oleh sikan waktu, dan guru belum dapat menciptakan
19 siswa yang dilakukan untuk mengetahui kemam- suasana diskusi dengan baik. Pada waktu guru mem-
puan awal siswa pada materi termokimia. Soal tes berikan pertanyaan hanya siswa tertentu saja yang
berjumlah 15 nomor bentuk pilihan ganda dan 5 soal menjawab, sementara siswa lain terlihat ragu-ragu.
uraian. Skor diberikan sesuai dengan bobot soal. Se- Aktivitas siswa pada pertemuan pertama ditunjukkan
lanjutnya, dari perolehan skor dihitung daya serap pada Tabel 1. Untuk itu, pada pertemuan berikutnya
individu dan daya serap klasikal terhadap materi ter- guru perlu memotivasi siswa untuk tidak takut dalam
mokimia. Di samping itu, juga ditentukan siswa yang mengeluarkan pendapat, aktif selama pembelajaran,
tuntas dan belum tuntas. dan mempersiapkan materi dengan baik. Siswa juga
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disuruh untuk mempelajari terlebih dahulu materi
adalah data kegiatan yang berkaitan langsung de- yang akan dibahas dan membuat ringkasan.
ngan proses pembelajaran. Situasi pembelajaran saat Pertemuan kedua (31 Juli 2008) guru membe-
dilaksanakan tindakan diambil menggunakan lembar rikan contoh tentang reaksi endoterm dan eksoterm
observasi dan perekaman. Segala kegiatan siswa se- yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
lama berlangsungnya tindakan ditulis dalam catatan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mem-
lapangan. Tanggapan siswa terhadap strategi pembe- berikan contoh lain. Kegiatan belajar dilanjutkan de-
lajaran diambil dari angket yang disebarkan. Hasil ngan mengukur perubahan panas yang terjadi pada
belajar siswa diperoleh dari evaluasi sebelum dan se- reaksi endoterm maupun eksoterm dengan melaku-
sudah tindakan. kan percobaan dan siswa menjawab beberapa per-
Aktivitas setiap siswa saat pembelajaran selan- tanyaan yang tertuang dalam LKS untuk kemudian
jutnya dihitung skornya untuk masing-masing krite- membuat kesimpulan. Pada pertemuan kedua sudah
ria. Hasil belajar yang diperoleh, dihitung daya serap terjadi peningkatan (Tabel 1). Suasana pembelajaran
individu, daya serap klasikal, ketuntasan individu, sudah lebih bergairah. Diskusi dalam dan antarke-
dan ketuntasan klasikal. lompok sudah berlangsung baik, siswa tidak ragu
Indikator keberhasilan dalam tindakan ini ada- ataupun takut untuk bertanya kepada teman ataupun
lah minimal 80% siswa mempunyai aktivitas yang guru jika ada yang tidak dimengerti. Siswa juga dapat
baik dalam pembelajaran termokimia dan hasil bela- menjawab dan menyelesaikan pertanyaan dalam LKS
jar siswa mempunyai daya serap klasikal minimal berdasarkan kajian literatur dan pemahaman siswa.
sebesar 75%. Aktivitas guru dalam pembelajaran juga meningkat.
Pursitasari, Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Kontekstual 175

Peningkatan ini terjadi karena guru sudah menguasai ranya tentang reaksi yang terjadi pada waktu me-
materi dengan baik, tidak canggung lagi serta dapat masak beras, menuliskan persamaan termokimia
memimpin jalannya diskusi. Suasana kelas juga pada reaksi peruraian perak nitrat, dan menghitung
tidak lengang/hening lagi. Siswa sudah berani berta- perubahan entalpi berdasarkan data energi ikatan
nya jawab, baik kepada teman maupun guru. Siswa dengan persentase jawaban benar masing-masing
juga antusias dalam melakukan percobaan untuk 5, 19, 19, dan 24%. Oleh karena itu, pada tanggal
membedakan reaksi endoterm dan eksoterm. 21 Agustus 2008 diputuskan untuk memberikan dan
Pertemuan ketiga (4 Agustus 2008) guru mem- membahas soal yang terkait dengan permasalahan
bimbing siswa melakukan percobaan menggunakan di atas guna lebih memantapkan pengetahuan dan
kalorimeter untuk menentukan kalor reaksi kimia. pemahaman siswa dalam mempelajari Termokimia.
Siswa menghitung temperatur sebelum dan sesudah Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus 2
reaksi untuk selanjutnya dihitung besarnya kalor yang adalah sebagai berikut. (1) Guru perlu menanamkan
diterima ataupun dilepaskan dari suatu reaksi. Di konsep dengan memberikan contoh yang lebih kon-
samping itu, siswa juga diberi diagram reaksi untuk krit. (2) Dalam kaitannya dengan penulisan reaksi
menentukan perubahan entalpi reaksi menggunakan kimia, guru perlu menekankan kepada siswa untuk
hukum Hess. Pada pertemuan ketiga juga terjadi pe- melihat kesetaraan reaksi sebelum dan sesudah reaksi
ningkatan (Tabel 1). Siswa terlihat bersemangat me- dan melihat tanda pada nilai perubahan entalpi ¨+
lakukan percobaan dan menjawab pertanyaan. Hampir reaksi apakah terjadi pelepasan atau penyerapan ka-
semua pertanyaan dalam LKS dapat terjawab dengan lor. (3) Guru mengingatkan kembali pada siswa ten-
benar. Hal serupa terjadi pada kemampuan guru da- tang rumus yang digunakan pada saat perhitungan
lam membimbing dan memotivasi siswanya. ¨+ reaksi berdasarkan data ¨+ pembentukan standar
Pertemuan keempat (11 Agustus 2008) dilaksa- dan energi ikatan sehingga siswa tidak miskonsepsi
nakan di dalam kelas karena membahas perhitungan lagi. (4) Guru perlu lebih memotivasi siswa supaya
perubahan entalpi reaksi berdasarkan data entalpi berani mempresentasikan pekerjaannya dan senan-
pembentukan standar dan energi ikatan. Siswa diberi tiasa menghubungkan materi pelajaran yang telah
kesempatan untuk mendiskusikan pertanyaan dalam diperolehnya dengan alam sekitar.
LKS berdasarkan kajian literatur dan pemahaman Kegiatan pembelajaran juga diamati dan kese-
siswa. Aktivitas dan semangat siswa menyelesaikan luruhan siswa memberikan aktivitas yang baik (Ta-
permasalahan terlihat meningkat (Tabel 1). Namun bel 1). Hal ini ditunjukkan dengan (1) semua siswa
demikian, beberapa siswa terlihat masih lemah dalam aktif dalam diskusi untuk memecahkan persoalan,
perhitungan, baik dalam operasi penjumlahan, pengu- (2) sebagian besar siswa (90%) sudah dapat meman-
rangan, perkalian maupun pembagian. Bahkan ada faatkan waktu secara optimal; dan (3) sebagian besar
siswa yang salah hitung pada saat menjumlahkan siswa (71%) berkeinginan untuk mempresentasikan
(-274,3 + 281,4) kkal. Siswa menjawab -71 kkal hasil pekerjaannya di depan kelas dan siswa yang lain
karena beranggapan jika ada tanda (-) dan (+) maka terlihat aktif memberikan tanggapan. Disamping ter-
hasilnya selalu (-)/negatif. Siswa lain berusaha menje- jadi peningkatan aktivitas, ternyata perolehan hasil
laskan hal itu berlaku pada operasi perkalian bukan belajar siswa juga meningkat (Tabel 3). Ini berarti pe-
dalam operasi penjumlahan dengan memberikan bebe- mahaman siswa juga menunjukkan adanya pening-
rapa contoh. Kemampuan dan keterampilan guru da- katan.
lam mengelola pembelajaran juga terjadi peningkatan. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman
Hasil evaluasi pada siklus I sudah memenuhi siswa, dilakukan evaluasi sebelum pelaksanaan tin-
indikator keberhasilan yang ditetapkan. Namun demi- dakan, akhir siklus I, dan siklus II. Ringkasan hasil
kian, masih ada beberapa soal yang belum dapat di- evaluasi dicantumkan pada Tabel 2.
jawab siswa dengan baik. Soal-soal tersebut di anta-

Tabel 1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Termokimia


Jumlah Kategori Aktivitas Siswa
siswa Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
No Siklus Pertemuan
yang hadir Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1. Pertama I 19 - - 10 53 7 37 2 10 - -
2. II 19 - - - - 10 53 7 37 2 10
3. III 21 - - - - 10 48 7 33 4 19
4. IV 19 - - - - 2 10 13 68 4 21
5. Kedua I 21 - - - - - - 16 76 5 24
176 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16, Nomor 2, Juni 2009, hlm. 172-177

Tabel 2. Hasil Evaluasi Siswa pada waktu mengukur suhu larutan dengan termometer
Pembelajaran Termokimia pada pertemuan 2 dan 3. Perbedaan persepsi ini sulit
Tes
dihilangkan, namun dapat diupayakan penyelesaian-
No Keterangan Siklus I Siklus II nya.
Awal
1. Jumlah siswa yang hadir 19 21 21 Temuan 2 menunjukkan terjadi peningkatan
2. Skor tertinggi 33 85 85 daya serap klasikal secara bertahap dari 21,1% (tes
3. Skor terendah 12 67 75
4. Simpangan baku 6,67 5,16 3,75
awal) menjadi 77,1% (siklus I) dan 81,0% (siklus II).
5. Daya serap klasikal 21,1% 77,1% 81,0% Peningkatan pemahaman ditandai dengan peningkat-
6. Ketuntasan klasikal 0% 100% 100% an perolehan hasil belajar. Ini disebabkan selama
dalam pembelajaran siswa lebih banyak aktif, baik
Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan se- dalam praktikum maupun diskusi untuk menyelesai-
mua siswa kelas XI IPA 2 dinyatakan tuntas belajar kan LKS. Kegiatan praktikum di laboratorium dapat
dengan daya serap klasikal sebesar 77,1 dan 81,0% mendorong siswa dalam memahami materi yang di-
pada siklus II. Kenyataan ini didukung juga data ang- ajarkan. Hal ini didukung oleh penelitian Aminah,
ket yang menyatakan lebih dari 60% siswa menun- dkk. (2006) yang menyatakan bahwa perbaikan dan
jukkan peningkatan minat, motivasi, pemahaman, peningkatan kualitas hasil pembelajaran kimia di kelas
penguasaan konsep, kemampuan menghubungkan pe- XI dapat dilakukan melalui pendekatan kontekstual
ngetahuan yang telah diperoleh dengan konsep baru, dengan mengoptimalkan sumber belajar di laborato-
kerjasama belajar dalam kelompok, menghubungkan rium. Di samping itu, siswa juga tidak menerima
materi pelajaran dengan contoh dalam kehidupan konsep dari guru melainkan mencari, menelaah, dan
sehari-hari, kemampuan menyelesaikan perhitungan mengerjakan soal dalam LKS sehingga konsep yang
terkait dengan materi yang dipelajari, dan hasil bela- diterima menjadi lebih bermakna. Guru juga menghu-
jar, serta 100% siswa menyatakan terjadi pening- bungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Pada
katan aktivitas pada saat pembelajaran. setiap akhir pertemuan siswa juga diberi kuis untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap ma-
Pembahasan teri yang telah dipelajari. Dengan demikian, tahapan
yang dilakukan dalam pembelajaran kontekstual ada-
Temuan 1 menunjukkan terjadi peningkatan lah invitasi, eksplorasi, eksplanasi, aplikasi, dan eva-
aktivitas belajar pada setiap pertemuan secara ber- luasi. Hal ini sesuai dengan strategi yang dikembang-
tahap, yaitu 10, 47, 52, dan 89% (siklus I) serta kan dalam pendekatan kontekstual, antara lain (1)
100% (siklus II). Hal ini disebabkan pada pembela- pengajaran menekankan pada masalah, (2) mengajar
jaran kontekstual siswa memperoleh pengetahuan siswa dengan memonitor dan mengarahkan siswa un-
dengan jalan mengkonstruksi sendiri melalui penga- tuk mandiri, (3) mengaitkan pembelajaran dengan
lamannya, baik melalui diskusi kelompok maupun konteks kehidupan siswa yang berbeda, (4) mendo-
melakukan praktikum. Kemampuan siswa melaku- rong siswa untuk belajar dengan sesama teman; dan
kan dan berpikir merupakan azas dalam pendekatan (5) menerapkan penilaian (Nur, 2001). Pemahaman
kontekstual. Paduan keduanya mendorong naluri ingin siswa tentang reaksi eksoterm dan endoterm dapat
tahu siswa dan menjadikan pembelajaran merupakan diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari seperti pada
suatu aktivitas yang bermakna bagi siswa. Hal ini se- waktu hujan badan terasa dingin disebabkan terjadi
suai dengan hasil penelitian Lukas, dkk (2005) yang penyerapan kalor oleh lingkungan. Demikian halnya
menyatakan bahwa aktivitas siswa akan meningkat pemahaman tentang perubahan entalpi reaksi dapat
jika pembelajaran dilakukan berkelompok. Perdebat- digunakan untuk menentukan jumlah kalor yang di-
an dalam pemecahan kasus secara berkelompok, ti- perlukan untuk mendinginkan sebotol minuman soft-
dak menghalangi pengambilan keputusan yang lebih drink dengan massa tertentu.
baik. Sesuai dengan konstruktivisme, siswa memang Pada prinsipnya pembelajaran dengan pende-
diarahkan untuk mampu berargumentasi dan belajar katan kontekstual berlangsung dalam bentuk siswa
menghargai perbedaan pendapat serta menghargai bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
keputusan bersama. dari guru ke siswa. Menurut Callahan (2002), apa-
Pada saat siswa memegang ketiga gelas di per- bila siswa dapat menghubungkan, mengalami, meng-
temuan pertama terjadi perbedaan persepsi. Hal ini aplikasikan, mentransfer pengetahuan yang diterima-
disebabkan adanya pengalaman panca indera. Pada nya dan dapat bekerjasama dengan baik, maka pem-
dasarnya pengalaman panca indera adalah segala se- belajaran lebih terpadu, terintegrasi, efektif, bermakna,
suatu yang mengakibatkan perbedaan persepsi ter- dan tahan lama (memori). Strategi dan proses pem-
hadap sesuatu yang sama. Demikian halnya pada belajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Siswa
Pursitasari, Peningkatan Aktivitas dan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Kontekstual 177

mempelajari apa yang bermakna bagi dirinya dan rapkan dalam materi Termokimia di kelas XI IPA 2
berupaya menggapainya. Guru berperan sebagai fasi- MA Al-Khaerat Palu dapat meningkatkan aktivitas
litator, pengarah, dan pembimbing (Johnson, 2002). belajar siswa. Peningkatan aktivitas`siswa melalui
Dengan demikian, pembelajaran secara konte- pembelajaran kontekstual dalam materi Termokimia
kstual penting dalam proses pengajaran dan pembe- dapat meningkatkan pemahaman siswa sekaligus.
lajaran untuk merangsang siswa belajar dengan penuh Sejalan dengan hal tersebut disarankan beberapa
motivasi, bekerjasama, dan dapat melihat kereleva- hal berikut. Guru MA/SMA yang akan menerapkan
nan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari- pembelajaran kontekstual hendaknya lebih memper-
hari, serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan siapkan pilihan konsep yang dikembangkan di ke-
yang diperolehnya untuk kehidupan sekarang dan ma- las`dengan menggunakan contoh konkrit dan meng-
sa depan sebagai anggota keluarga, masyarakat, bang- optimalkan ketersediaan alat dan bahan di laborato-
sa, maupun pada saat bekerja (Clifford and Wilson, rium. Siswa harus membaca terlebih dahulu tentang
2000). materi yang akan dipelajari sehingga akan memper-
lancar proses pembelajaran serta suasana pembela-
KESIMPULAN DAN SARAN jaran lebih interaktif. Pemetaan konsep sebelum disa-
jikan di kelas akan membantu siswa dalam pengem-
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bangan materi dan peningkatan aktivitas siswa.
sebagai berikut. Pembelajaran kontekstual yang dite-

DAFTAR RUJUKAN

Aminah, S., Santoso, T., Haeruddin, Nurasiah & Wahdia. Miller, B. & Sounders, T. 2004. Contextual Teaching and
2006. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Learning of Science in Elementary Schools. Jour-
di Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Palu Melalui nal of Elementary Science Education, (Sept, 22,
Pendekatan Kontekstual dengan Mengoptimalkan 2004), (Online), (http://goliath.ecnext.com/coms2/
Kegiatan Pembelajaran di Laboratorium. Laporan gi01994602171/contextual-teaching-and-learning-
penelitian tidak diterbitkan. Palu: Lembaga Peneli- of.html., diakses 10 Juni 2009).
tian Untad. Nur, M. 2001. Contextual Teaching and Learning. Sura-
Azizah, U. 2003. Pendekatan Kontekstual. Makalah disa- baya: University Press.
jikan dalam Kegiatan Ujicoba Naskah Model Bu- Prayitno, B.A. 2008. Keefektifan Pendekatan Kontekstual
ku Pelajaran PPKn, Geografi, Biologi, dan Kimia, Melalui Pembelajaran Kooperatif Learning terha-
di Kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 20-22 dap Kemampuan Analisis dan Sintesis serta Kete-
Oktober. rampilan Berkomunikasi pada Matakuliah Biologi
Callahan. 2002. Teaching in the Middle and Secondary Umum Mahasiswa STKIP di Selong. Selong: STKIP
School. (7th.edition). New Jersey: Merrill, Prentice Selong.
Hall. Rizal, Y. 2007. Model Pembelajaran Kontekstual
Clifford, M. & Wilson, M. 2000. Contextual Teaching, Matakuliah Kewirausahaan pada Program D3
Proffesional Learning and Student Experiences: Bahasa Inggris Profesi FKIP Universitas Lam-
Lesson Learned from Implementation. Journal pung. Laporan penelitian, (Online),
Educational Brief, (Online) No. 2. Des. 2000, (http://www.digilib.ac.id/
(http:www/cew.wisc.edu/TeachNet/publication/ go.php?id=laptunilapgdtres-2007-yonrizal-679, di-
breif2p.pdf., diakses 10 Juni 2009). akses 15 Juli 2008).
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: Rosida, F. 2007. Penerapan Pendekatan Kontekstual da-
:KDW LV ,W DQG ,W¶V +HUH WR 6WD\ California: Cor- lam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa
win Press, Inc. Jerman SMAN 8 Malang, (Online), (http://www.
Lukas, S., Liawatimena, S. & Tassim, M.T. 2005. Penerap- infoskripsi.com/research/penerapan-pendekatan-
an Metode Pengajaran Constructivism (Pembentuk- kontekstual.html, diakses 15 Juli 2008).
an Pengetahuan) pada Mata Kuliah Pengantar Tek-
nologi Informasi. Jurnal Pendidikan dan Kebu-
dayaan, 052 (11): 67-80.

Anda mungkin juga menyukai