Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI LIMBAH SAYURAN DENGAN

STARTER EM4 UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI TANAMAN BUDIDAYA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Daerah Kecamatan Bulu merupakan wilayah pedesaan yang terletak di lereng
Gunung sumbing dengan mata pencaharian utamanya adalah pertanian, terutama jenis
sayuran seperti tomat, sawi, kobis,cabai . Ketika panen raya, maka terdapat sampah
atau limbah dari sisa sisa sayuran yang tidak dimanfaatkan dikarenakan memiliki
kualitas yang buruk setelah melalui proses penyortiran.

Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah diambil
bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi
ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian alam (Amurwaraharja, 2006).
Untuk mengurangi adanya sampah sayur busuk yang berpotensi menyebabkan
terjadinya pencemaran di desa-desa sekitar Sekolah kami SMP N 2 Bulu maka kami
berupaya untuk mengolah sampah sayur sisa panen tersebut menjadi bahan yang lebih
berguna dan bernilai ekonomis yang tinggi, yaitu digunakan untuk membuat Pupuk
Cair. Produk dari pembuatan pupuk cair berbahan dasar sampah sayuran ini
diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil tanaman budidaya yang dilakukan
oleh petani disekitar SMP N 2 Bulu. Disamping itu tujuan utama dari kegiatan ini
adalah membantu mengurangi limbah di pedesaan sehingga Desa-desa disekitar SMP
N 2 Bulu bisa menjadi desa yang bersih dan terhindar dari pencemaran serta berbagai
macam penyakit yang disebabkan karena adanya sampah sisa sayur sayuran yang
membusuk.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pembuatan pupuk cair dari sampah sayuran yang dibantu dengan
menggunakan starter EM4 ?
2. Bagaimanakah efektifitas pupuk cair dari bahan dasar sampah sayuran untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SAMPAH SAYURAN
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah diambil bagian
utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah
tidak ada harganya lagi dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan kelestarian alam (Amurwaraharja, 2006).
Agar sampah bisa dijadikan sebagai bahan baku kompos, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sesuai jenis. Saat ini memang masih terasa
sulit memilah-milah sampah. Namun, bila sejak awal sudah dibiasakan, pemilahan akan lebih
mudah dilakukan. Pemilahan sebaiknya sudah dilaksanakan sejak tingkat rumah tangga,
pasar, atau komunitas lain. Sampah organik dipisah dari sampah non-organik. Caranya,
dengan menempatkan masing-masing jenis ke dalam kantong plastik yang berbeda warna.
Misalnya kantong plastik bening untuk sampah organik, kantong plastik putih untuk sampah
kertas/karton, dan kantong warna hitam untuk jenis sampah lainnya (Hakim, 2007)

Jenis-jenis Sampah

a. Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik
kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan untuk sampah yang mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan
bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik yang kandungan
airnya kecil. Contoh sampah organik kering adalah kayu atau ranting kering, dan
dedaunan kering.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal dari bahan yang
bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit terurai oleh jasad renik. Jenis
sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.
c. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi
manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot
atau minyak wangi (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

B. PUPUK CAIR

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan
jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk
organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah. Bahkan penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada
hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia pupuk organik (Musnamar, 2007).
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat
penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian
yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia
sehingga aman dikonsumsi.
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,
tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak
tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini juga memiliki
bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung
digunakan oleh tanaman.
Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya
sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk
fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak putih pada
permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan
dengan bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007)

C. Em4 (Effective Microorganism)


EM4 (Effective Microorganism) merupakan bahan yang mengandung beberapa
mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses fermentasi. Mikroorganisme yang
terdapat dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis (Rhodopseudomonas sp.), bakteri
asam laktat, ragi (Sacharomices sp.), actinomycetes, dan aspergillus sp. EM4 (Effective
Microorganism) dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik,
meningkatkan ketersedian unsur hara untuk tanaman, serta meningkatkan aktivitas
serangga, hama dan mikroorganisme patogen (Djuarnani, dkk., 2005). EM4 (Effective
Microorganism) merupakan bahan yang mengandung beberapa mikroorganisme yang
sangat bermanfaat dalam proses fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4
terdiri dari bakteri fotosintesis (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat, ragi
(Sacharomices sp.), actinomycetes, dan aspergillus sp. EM4 (Effective Microorganism)
dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersedian
unsur hara untuk tanaman, serta menigkatkan aktivitas serangga, hama dan
mikroorganisme patogen (Djuarnani, dkk., 2005).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Pisau
2. Botol
3. Baskom atau ember plastik
4. Saringan
Bahan :
1. Sisa –sisa sayuran
2. Em4
3. Air
4. Gula pasir 20 gram
B. CARA PEMBUATAN PUPUK CAIR
1. Siapkan bahan sisa-sisa sayuran 200 gram, kemudian rajang kecil-kecil.
2. Masukkan kedalam botol yang berisis air 2L
3. Tambahkan mollase dari gula pasir 20 gram.
4. Aduk sampai merata bahan-bahan dalam botol tersebut
5. Pastikan tutup botol tertutup secara rapat
6. Tunggu pupuk cair hingga matang (jadi), dengan ciri bau harum seperti tape dan
warna sudah stabil
7. Jika pupuk cair sudah matang pisahkan cairan dengan ampasnya dengan
menyaring menggunakan saringan.
8. Pupuk cair siap di aplikasikan di tanaman
C. Pembuatan Pupuk Cair dan uji pupuk cair
1. Lokasi : Laboratorium SMP N 2 Bulu
2. Waktu Pelaksanaan :
a) Persiapan : 4- 5 April 2016
b) Pelaksanaan : 6 – 14 April 2016
c) Fermentasi Bahan : 6- 13April 2016
d) Pengamatan pada kacang Hijau : 7 – 13 April 2016
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Gambar Hasil Pupuk Cair
2. Gambar Hasil Uji Pupuk cair pada tanaman Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris)

Gambar 1. Hasil uji pupuk cair tanaman kacang hijau umur 4 hari

Gambar 2. Hasil uji pupuk cair tanaman kacang hijau umur 7 hari
3. Tabel Hasil pengamatan pada tinggi kacang hijau
NO Hari Ke- Tinggi tanaman (cm)
Kontrol Pupuk cair Pupuk cair Pupuk cair
1% 5% 10%
1 1 0,3 0,4 0,5 0,3
2 2 0,4 0,5 0,9 0,5
3 3 0,6 0,9 1,3 0,7
4 4 1,2 1,7 1,9 1,1
5 5 1,8 2,3 2,3 1,7
6 6 2,1 3,2 3,6 2,0
7 7 2,9 4,6 4,9 2,7
Rata rata pertumbuhan 1,32 1,94 2,2 1,28

B. PEMBAHASAN

Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk


pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman. Unsur-unsur hara itu terdiri
dari:

1. Unsur Nitrogen (N), untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun.


2. Unsur Fosfor (P), untuk merangsang pertumbuhan akar buah, dan biji.
3. Unsur Kalium (K), untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit.
Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan
padat. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur. Sedangkan pupuk organik padat adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,
kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk padat (Hadisuwito, 2007).
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi
hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara
cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini
juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan
tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya
sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan
bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak –
bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan
berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat,
2007)
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran.
Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk
cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo,
Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman,
Meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Sarjana Parman, 2007).
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri,
Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007) :
1) dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2) dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan
patogen penyebab penyakit.
3) merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4) meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5) mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Dari data pengamatan hasil uji pupuk cair dari bahan sisa sayuran terlihat pupuk
cair berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau. Pada
perlakuan pupuk cair dengan konsentrasi 1% dan 5% pertumbuhannya lebih bagus
daripada yang Kontrol hanya disiram dengan aquades(air). Rata rata pertumbuhan
tanaman kacang panjang tertinggi yaitu 2,2 cm pada konsentrasi 5% setelah pengamatan
selama 7 hari. Pupuk cair ini bekerja secara maksimal mempengaruhi pertumbuhan
tanaman kacang hijau pada konsentrasi 5 %. Sedangkan pada konsentrasi 10% justru
pupuk cair ini tidak bekerja secara maksimal dengan rata-rata pertumbuhan terkecil yaitu
1,28 cm. Hal ini dikarena tumbuhan justru kelebihan unsur C dan N yang berasal dari
pupuk cair tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak bisa maksimal.
Pupuk cair dari limbah sisa sayuran ini dapat diaplikasikan ke tanaman budidaya
yang ada disekitar SMPN 2 BULU yang ditanam oleh wali murid dari siswa setelah
dilakukan sosialisasi atau pelatihan pembuatan pupuk cair ke masyarakat. Sehingga
dapat meningkatkan produksi tanaman budidaya yang pada akhirnya dapat berimbas
pada peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar SMP N 2 BULU.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :


a. Proses pembuatan pupuk cair dilakukan dengan cara :
1. Siapkan bahan sisa-sisa sayuran 200 gram, kemudian rajang kecil-kecil.
2. Masukkan kedalam botol yang berisis air 2L
3. Tambahkan mollase dari gula pasir 20 gram.
4. Aduk sampai merata bahan-bahan dalam botol tersebut
5. Pastikan tutup botol tertutup secara rapat
6. Tunggu pupuk cair hingga matang (jadi), dengan ciri bau harum seperti tape dan
warna sudah stabil
7. Jika pupuk cair sudah matang pisahkan cairan dengan ampasnya dengan
menyaring menggunakan saringan.
8. Pupuk cair siap di aplikasikan di tanaman
b. Pupuk cair dari sampah sayuran efektif berpengaruh pada konsentrasi 5%, oleh karena itu
jika akan memanfaatkan pupuk cair tersebut dapat dilakukan pada konsentrasi ini.
Daftar Putaka

Amurwaraharja, I. P., 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki
Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi Studi Kasus di Jakarta Timur, Makalah Falsafah
Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Ilmu Pengolahan Sumber Daya Alam dan lingkungan
Program Pascasarjana.
Djuarnani,dkk.2005.Pembuatan kompos menggunakan EM4 cair. Putaka Press. Bandung
Purwendro dan Nurhidayat.2007.Pengelolaan sampah kota.CV Garuda.Jakarta
Setyamijaya D.1996. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplek. Jakarta
Sarief,S. 2007. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Anda mungkin juga menyukai