P O T E N S I T A N T A N G A N
Laut adalah sumber kemakmuran dan peluang ekonomi ini ditopang dari fondasi aset
Yang memperparah tantangan jangka panjang adalah tekanan langsung dari
yang baik dari sumber daya pesisir dan laut pandemic COVID-19
BLUE ECONOMY adalah strategi pembangunan yang membidik paling tidak tiga kepentingan yaitu
penumbuhan ekonomi, pensejahteraan masyarakat dan penyehatan lingkungan. Tantangan jangka panjang maupun jangka pendek
diatas dapat ditangani melalui strategi ekonomi biru melalui pendekatan:
• Kondisi kesehatan ekosistem
• Aktivitas ekonomi yang berpusat pada kesejahteraan masyarakat
• Pelestarian Kearifan Lokal dan Budaya Maritim
EKONOMI BIRU
LAUT SEHAT INDONESIA SEJAHTERA
MENGUTAMAKAN PARTISIPASI
MASYARAKAT LOKAL
(COMMUNITY BASED)
TREND PENGEMBANGAN
PARIWISATA KEDEPAN
DESA WISATA
Pengembangan destinasi wisata berbasis
komunitas dan kearifan lokal masyarakat desa
1. WISATA MANGROVE
• Mangrove dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah ekonomi untuk wisata,
olahan buah mangrove
• Pengembangan Mangrove menyumbang blue karbon . dapat menyerap karbon
sebesar 3x lipat lebih banyak dari ekosistem daratan
• Membentuk Ekosistem yang berkelanjutan, menahan abrasi, tempat pemijahan
ikan dll
“…. Melalui PermenKP No. 93/2020 Tentang Desa Wisata Bahari (Dewi
Bahari), KKP mendukung penuh pengembangan wisata bahari dengan
mengoptimalkan peran masyarakat berbasis kawasan desa pesisir untuk
mendapatkan nilai tambah ekonomi …”
DESA WISATA BAHARI ADALAH
EKOWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
Kapal Tiongkok
Catatan sejarawan Tiongkok
bahwa pada abad X – XX ±
30.000 kapal Tiongkok yang
berlayar diantaranya ke
Nusantara tidak pernah
kembali ke pelabuhan asal Kapal Portugis
karena berbagai sebab
Tahun 1650 sebanyak
800 kapal Portugis
berlayar dari Lisabon
ke Asia Tenggara dan
Kapal Inggris 150 kapal hilang tanpa
Antara tahun 1600 – 1800 jejak
kapal-kapal dari perusahaan
dagang Inggris East India BEBERAPA LOKASI BMKT DI SUMATERA
Company (EIC) kehilangan
lebih dari 7.000 kapal dan
• Dari perkiraan 463 titik BMKT, kebanyakn tenggelam ke Kapal Belanda
baru 25% yg telah disurvey, 3% yg dasar laut
telah diangkat, 138,378 keping VOC kehilangan 290 kapal
BMKT berstatus BMN karena karam di Perairan MANDEH NIAS UTARA
• Perkiraan 15 - 30 % potensi lokasi Nusantara
kapal tenggelam untuk wisata. Kapal Negara Lain
• Benchmark lelang Christie – the
Belum termasuk kapal
Nanking: Nilai lelang ± US$ 20 juta dagang dan kapal perang dari
• Asumsi 463 lokasi x US$ 20 juta =
Swedia, Spanyol, Perancis,
USD 9,260,000,000
Jepang, dll
BABEL NATUNA
POTENSI WISATA BAHARI
S U M A T E R A
TANTANGAN
EKONOMI BIRU UNTUK PROGRAM WISATA BAHARI
• Adopsi konsep ekonomi biru yang berorientasi pada peningkatan ekonomi, konservasi/ kelestarian lingkungan serta
keberlanjutan aspek sosial memerlukan komitmen tinggi disertai reformasi kebijakan dan investasi. Selain itu,
pengambilan keputusan berdasarkan data ilmiah, koordinasi lintas sektor dan partisipasi stakeholders.
• Sumberdaya perikanan makin berkurang/overfished, ekosistem pesisir dan laut (mangrove, terumbu karang, lamun)
terdegradasi karena aktivitas wisata/manusia, serta masalah sampah di laut/marine debris.
• Kurangnya sinergi dukungan baik dari Pemda, Pemerintah Pusat, Desa dan swasta dalam Pengembangan wisata
bahari dan BMKT termasuk Pengembangan Potensi Wisata Kapal Tenggelam.
• Kurangnya sinergitas program pengembangan wisata bahari yang berorientasi pada wisata berkelanjutan MENUJU
EKONOMI BIRU.
• Kurangnya dukungan dalam penyusunan daya dukung dan tampung suatu kawasan wisata sebagai upaya mengurangi
degradasi sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai aset wisata bahari
• Penataan pembangunan perlu disesuaikan dengan TATA RUANG LAUT (Reklamasi, Pariwisata, pertambangan dll)
UNTUK PENGELOLAAN BERKELANJUTAN
STRATEGI MENUJU EKONOMI BIRU
1. Peningkatan pengelolaan aset laut dan pesisir (perikanan, mangrove, terumbu karang)
termasuk mengoptimalkan pengelolaan jasa sumberdaya laut dan pesisir untuk wisata
3. Sistem yang lebih baik untuk pengumpulan dan pemantauan data. Perlunya sistem informasi
terperinci dan tepat waktu bagi pengelolaan perikanan, ekosistem, dan dampak dari kegiatan
manusia. Ekosistem yang baik akan menguntungkan sektor perikanan, budidaya serta pariwisata.
4. Membangun kembali dengan “lebih biru" setelah pandemi COVID-19. Aktivitas restorasi pesisir
dan laut yang bersifat padat karya, seperti restorasi mangrove, Terumbu karang pembersihan
pantai sangat membantu mewujudkan ekonomi biru bagi masyarakat terdampak.