Anda di halaman 1dari 17

POTENSI, TANTANGAN DAN

PROGRAM WISATA BAHARI DAN BMKT


DALAM IMPLEMENTASI EKONOMI BIRU DI PERAIRAN SUMATERA
Dr. Miftahul Huda
Direktur Jasa Kelautan

Disampaikan dalam Webinar Session MELAUT


Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT


KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2021
EKONOMI BIRU
LAUT SEHAT INDONESIA SEJAHTERA

P O T E N S I T A N T A N G A N

BUDAYA PESISIR LAUT PERIKANAN TANGKAP BMKT

SDLP yang tidak dikelola dengan baik dapat merusak


potensi ekonomi yang ada
Peningkatan trend harian penyebaran
TERUMBU KARANG_MANGROVE_LAMUN virus Covid-19
PARIWISATA

Laut adalah sumber kemakmuran dan peluang ekonomi ini ditopang dari fondasi aset
Yang memperparah tantangan jangka panjang adalah tekanan langsung dari
yang baik dari sumber daya pesisir dan laut pandemic COVID-19

BLUE ECONOMY adalah strategi pembangunan yang membidik paling tidak tiga kepentingan yaitu
penumbuhan ekonomi, pensejahteraan masyarakat dan penyehatan lingkungan. Tantangan jangka panjang maupun jangka pendek
diatas dapat ditangani melalui strategi ekonomi biru melalui pendekatan:
• Kondisi kesehatan ekosistem
• Aktivitas ekonomi yang berpusat pada kesejahteraan masyarakat
• Pelestarian Kearifan Lokal dan Budaya Maritim
EKONOMI BIRU
LAUT SEHAT INDONESIA SEJAHTERA

KEBIJAKAN EKONOMI BIRU HARUS MENOPANG EKONOMI INDONESIA


Disampaikan dalam peluncuran
Program Ekonomi Biru: Laut Sehat Indonesia Sejahtera
HUT KKP ke-22 Tanggal 26 Oktober 2021

“……….Keseimbangan ekologi untuk pertumbuhan ekonomi dan


peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir……..”

Masa depan sektor kelautan ini pada kesehatan aset alam –


ekosistem laut dan pesisir.

EKONOMI BIRU MAKTUB DALAM


RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL Pengelolaan sumber daya kelautan dan akselerasi
peningkatan nilai tambah (salah satunya) PARIWISATA
[RPJMN] 2020-2024

Peningkatan kualitas lingkungan hidup / meenjaga


KUALITAS LINGKUNGAN LAUT DAN PESISIR
PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI BARU
MELALUI DIVERSIFIKASI JENIS PARIWISATA
WISATA BAHARI
YANG BERKELANJUTAN

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI


1. KAWASAN KONSERVASI NASIONAL (KKPN)
2. KAWASAN KONSERVASI DAERAH (KKPD)
3. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM (SESUAI
DENGAN RZWP3K)

MENGUTAMAKAN PARTISIPASI
MASYARAKAT LOKAL
(COMMUNITY BASED)
TREND PENGEMBANGAN
PARIWISATA KEDEPAN

DESA WISATA
Pengembangan destinasi wisata berbasis
komunitas dan kearifan lokal masyarakat desa

DESA WISATA BAHARI


[DEWI BAHARI]
Pengembangan wisata pesisir dengan berbasis sumber daya kelautan dan
Caption perikanan dengan mempertimbangkan aspek kepentingan masyarakat lokal,
kelestarian lingkungan dan peningkatan nilai tambah ekonomi
KONSEP PENGEMBANGAN WISATA BAHARI
EKONOMI BIRU DAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

KESEHATAN SDLP WISATA BAHARI


EKONOMI BIRU Peningkatan nilai tambah ekonomi dari
Pondasi utama industri
Perbaikan pengelolaan sumber daya pemanfaatan jasa lingkungan SDLP sekaligus
pariwisata bahari dan sumber
pesisir dan laut untuk pengembangan melestarikan keanekaragaman hayati
mata pencaharian masyarakat
ekonomi sektor perikanan dan
kelautan

DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT


KONSEP PENGEMBANGAN WISATA BAHARI
EKONOMI BIRU DAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

KESESUAIAN RUANG LAUT menjaga


PERIJINAN BERUSAHA
keberlanjutan nilai-nilai ekologis dan
menghindarkan terjadinya konflik
pemanfaatan

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG


keberlanjutan kawasan wisata tidak hanya
bergantung pada jumlah wisatawan akan
tetapi juga pada prilaku wisatawan,
sarana/prasarana dan strategi pengelolaan

SKEMA PEMBAYARAN JASA


KESEHATAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
Agar menjadi destinasi pariwisata Jenis pembayaran atas penggunaaan jasa dari
unggulan Indonesia harus memastikan sumber daya untuk menjamin keberlanjutan
bahwa aset laut dan pesisirnya dikelola dari sumber daya tersebut
secara berkelanjutan PKKPRL, Persetujuan Lingkungan dan
Perizinan Berbasis Resiko Untuk memastikan
keberlanjutan dari SDLP

DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT


KEBIJAKAN WISATA BAHARI UNTUK EKONOMI BIRU

Beberapa wisata bahari mendukung ekonomi biru, antara lain :

1. WISATA MANGROVE
• Mangrove dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah ekonomi untuk wisata,
olahan buah mangrove
• Pengembangan Mangrove menyumbang blue karbon . dapat menyerap karbon
sebesar 3x lipat lebih banyak dari ekosistem daratan
• Membentuk Ekosistem yang berkelanjutan, menahan abrasi, tempat pemijahan
ikan dll

2. CORAL GARDEN : RESTORASI SEKALIGUS ATRAKSI WISATA


Taman bawah laut, selain berfungsi untuk memulihkan kondisi ekosistem karang,
sekaligus sebagai edukasi dan atraksi wisata

3. WISATA MINAT KHUSUS [TAMAN ARKEOLOGI BAWAH LAUT/BMKT]


Pengembangan Insitu BMKT, sebagai atraksi wisata sekalgus menjaga Kelestarian
ekosistem dan sejarah : Peluang Ekonomi dan investasi
PROGRAM KKP UNTUK PENGEMBANGAN WISATA

PROGRAM DESA WISATA BAHARI ATAU DEWI BAHARI

SAKTI WAHYU TRENGGONO, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

“…. Melalui PermenKP No. 93/2020 Tentang Desa Wisata Bahari (Dewi
Bahari), KKP mendukung penuh pengembangan wisata bahari dengan
mengoptimalkan peran masyarakat berbasis kawasan desa pesisir untuk
mendapatkan nilai tambah ekonomi …”
DESA WISATA BAHARI ADALAH
EKOWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia 10


DESA WISATA BAHARI ADALAH COMMUNITY BASED TOURISM
BOTTOM-UP APPROACH COMMUNITY PARTICIPATION

PERMENKP 93/2020 PASAL 7 AYAT 2


• Lokus pengembangan adalah kawasan desa
• Kelompok Masyarakat penggerak utama pariwisata COMMUNITY PARTICIPATION AND
EMPOWERMENT

• Berada di lahan milik desa/masyarakat lokal


COMMUNITY OWNERSHIP

PERMENKP 93/2020 PASAL 6 DAN 7 AYAT 3


• Atraksi dikembangkan berdasarkan sumber daya alam, daya tarik wisata buatan (man-made)
atau warisan budaya LOCAL RESOURCES AND CULTURAL PRESERVATION

PERMENKP 93/2020 PASAL 2-5 DAN PASAL 23


• Fokus pengembangan/pembangunan masyarakat lokal
COMMUNITY DEVELOPMENT
• Kontribusi untuk meningkatkan kualitas lingkungan pesisir dan laut
ENVIRONMENT CONSERVATION
PERMENKP 93/2020 PASAL 2
• Manfaat sepenuhnya untuk kemajuan desa dan peningkatan ekonomi masyarakat lokal
COMMUNITY BENEFIT
IMPLEMENTASI PROGRAM DESA WISATA BAHARI

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBINAAN KEMITRAAN


Rencana Induk Atraksi/Amenitas/Aksesbilitas Informasi/Pelayanan/Promosi Kolaborasi dan Sinergitas

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia 12


POTENSI BMKT
S U M A T E R A

Kapal Tiongkok
Catatan sejarawan Tiongkok
bahwa pada abad X – XX ±
30.000 kapal Tiongkok yang
berlayar diantaranya ke
Nusantara tidak pernah
kembali ke pelabuhan asal Kapal Portugis
karena berbagai sebab
Tahun 1650 sebanyak
800 kapal Portugis
berlayar dari Lisabon
ke Asia Tenggara dan
Kapal Inggris 150 kapal hilang tanpa
Antara tahun 1600 – 1800 jejak
kapal-kapal dari perusahaan
dagang Inggris East India BEBERAPA LOKASI BMKT DI SUMATERA
Company (EIC) kehilangan
lebih dari 7.000 kapal dan
• Dari perkiraan 463 titik BMKT, kebanyakn tenggelam ke Kapal Belanda
baru 25% yg telah disurvey, 3% yg dasar laut
telah diangkat, 138,378 keping VOC kehilangan 290 kapal
BMKT berstatus BMN karena karam di Perairan MANDEH NIAS UTARA
• Perkiraan 15 - 30 % potensi lokasi Nusantara
kapal tenggelam untuk wisata. Kapal Negara Lain
• Benchmark lelang Christie – the
Belum termasuk kapal
Nanking: Nilai lelang ± US$ 20 juta dagang dan kapal perang dari
• Asumsi 463 lokasi x US$ 20 juta =
Swedia, Spanyol, Perancis,
USD 9,260,000,000
Jepang, dll
BABEL NATUNA
POTENSI WISATA BAHARI
S U M A T E R A
TANTANGAN
EKONOMI BIRU UNTUK PROGRAM WISATA BAHARI

• Adopsi konsep ekonomi biru yang berorientasi pada peningkatan ekonomi, konservasi/ kelestarian lingkungan serta
keberlanjutan aspek sosial memerlukan komitmen tinggi disertai reformasi kebijakan dan investasi. Selain itu,
pengambilan keputusan berdasarkan data ilmiah, koordinasi lintas sektor dan partisipasi stakeholders.
• Sumberdaya perikanan makin berkurang/overfished, ekosistem pesisir dan laut (mangrove, terumbu karang, lamun)
terdegradasi karena aktivitas wisata/manusia, serta masalah sampah di laut/marine debris.
• Kurangnya sinergi dukungan baik dari Pemda, Pemerintah Pusat, Desa dan swasta dalam Pengembangan wisata
bahari dan BMKT termasuk Pengembangan Potensi Wisata Kapal Tenggelam.
• Kurangnya sinergitas program pengembangan wisata bahari yang berorientasi pada wisata berkelanjutan MENUJU
EKONOMI BIRU.
• Kurangnya dukungan dalam penyusunan daya dukung dan tampung suatu kawasan wisata sebagai upaya mengurangi
degradasi sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai aset wisata bahari
• Penataan pembangunan perlu disesuaikan dengan TATA RUANG LAUT (Reklamasi, Pariwisata, pertambangan dll)
UNTUK PENGELOLAAN BERKELANJUTAN
STRATEGI MENUJU EKONOMI BIRU

1. Peningkatan pengelolaan aset laut dan pesisir (perikanan, mangrove, terumbu karang)
termasuk mengoptimalkan pengelolaan jasa sumberdaya laut dan pesisir untuk wisata

2. Mobilisasi insentif dan investasi Mengurangi sampah/limbah mengelola dampak lingkungan


terhadap daerah pesisir, meningkatkan layanan dasar dan kualitas hidup masyarakat pesisir, serta
melindungi destinasi wisata dari kerusakan.

3. Sistem yang lebih baik untuk pengumpulan dan pemantauan data. Perlunya sistem informasi
terperinci dan tepat waktu bagi pengelolaan perikanan, ekosistem, dan dampak dari kegiatan
manusia. Ekosistem yang baik akan menguntungkan sektor perikanan, budidaya serta pariwisata.

4. Membangun kembali dengan “lebih biru" setelah pandemi COVID-19. Aktivitas restorasi pesisir
dan laut yang bersifat padat karya, seperti restorasi mangrove, Terumbu karang pembersihan
pantai sangat membantu mewujudkan ekonomi biru bagi masyarakat terdampak.

DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT


T E R I M A K A S I H

Anda mungkin juga menyukai