1. Fase atau bagian lemaknya dilelehkan diatas water bath, fase atau bagian yang larut dalam
air dicampur degan air panas. Kedua bagian diatas dicampur dan digerus dalam lumping
panas sampai terbentuk basis krim.
2. Fase lemak dan fase air dipanaskan perlahan-lahan sampai terbetuk larutan sabun, kemudian
digerus dalam lumping panas sampai terbetuk masa krim. Cara ini dilakukan untuk krim
dengan kadar lemak tinggi.
3. Zat yang larut di dalam air ditambahkan 30% air, zat fase lemak dilelehkan bersama-sama.
Kemudian tambahkan fase lemak gerus sampai menyatu dan terakhir sisa air. Cara ini
digunakan untuk krim dengan minyak tumbuh-tumbuhan.
Pengertian gel
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspense yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan (DepKes, 1995).
Menurut Ansel, Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan.
Basis Gel
1. Basis gel hidrofobik
basis gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel – partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase
pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antar kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak
secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (ansel, 1989:391).
2. Basis gel hidrofilik gels (hydrogel)
basis yang hidrofilik umumnya terdiri dari molekul – molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau
disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik –
menarik pada pelarut dari bahan – bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik- menarik dari bahan
hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar
(ansel, 1989:393).
• ·Xerogel (gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah)
Kegunaan gel
1. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet,
bahan pelindung koloid pada suspense, bahan pengental pada sediaan cairan oral,
dan basis suppositoria
2. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk
pada shampo, parfum, pasta gigi, dan sediaan perawatan rambut.
3. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan topikal (non steril) atau
dimasukan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril)
(Lachman,1989. Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse system. Volume 2, hal
495 496)
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN GEL
Keuntungan sediaan gel
Untuk hydrogel : efek pendingin pada kulit saat digunakan, penampilan jernih dan elegan, pada pemakain
pada kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak meyumbat pori
sehingga tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada
kulit baik
Kerugian sediaan gel
1.Untuk hydrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air sehingga diperlukan penggunaan
peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel
tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
2.Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan
yang tinggi.
3.Untuk hirdoalkoholoik : gel dengan kandungan alcohol yang tinggi dan meyebabkan pedih pada wajah
dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alcohol akan
menguap degan cepat dan meinggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
SYARAT-SYARAT SEDIAAN GEL
1. Memiliki viskositas dan daya lekat yang tinggi, tidak mudah mengalir pada permukaan
kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan, memiliki derajat kejernihan tinggi
(efek estetika)
3. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa laisan tipis seperti film saat pemakaian
4. Mudah tercucikan dengan air
5. Daya lubrikasi tinggi
6. Memberikan rasa lembut dan sensasi gingin saat digunakan.
(Formularium Nasional, hal 315)
Pembuatan Gel
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi pembuatan gel :
1. Penampilan gel
2. Inkompatibilitas
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat
rentan terhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas
saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel
FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL
DAUN LAMUN (Syringodium isoetifolium)
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
1. Daun Lamun 5. Paraffin cair
2. Etanol 96% 6. Cera alba
3. Sorbitan monostearat 7. Aquades
4. Trietanolamin
Preformulasi bahan
1. Daun lamun
– Lamun (Syringodium isoetifolium) merupakan tumbuhan yang hidup terendam
dilaut, berbunga, berdaun, serta batang yang tertancap kuat didasar perairan.
Daun lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan
serat pangan yang merupakan sumber makanan.
– Kandungan kimia yang terdapat dalam daun Lamun berupa flavonoid, fenol,
hidroquinon, dan antioksidan.
Sumber : PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 02 Mei
2013 ISSN 2302 - 2493
2. Etanol (FI, III)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas.
Mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
3. Aquadest/Aqua Destillata
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : dapat melarutkan semua zat yang sifatnya polar.
Bobot molekul : 18, 02 gram/mol
Fungsi : zat tambahan, sebagai larutan pembawa dalam injeksi.
Stabilitas : dapat stabil dalam semua keadaan fisika (es, cair dan uap).
Inkompatibilitas : dalam formulasi farmasi dapat bereaksi dengan obat dan
bahan tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis pada temperatur tinggi.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terbuat dari kaca/plastik.
Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 112 ; Handbook Of
Pharmaceutical Exipients Edisi 4 Halaman 675.
4. Cera Alba (FI. III)
Pemerian : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam
keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Kelarutan : tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam
kloroform, eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Fungsi : zat tambahan, sebagai peningkat konsistensi.
Stabilitas : ketika lilin dipanaskan di atas 150ºC, terjadi esterifikasi akibat menurunnya nilai asam dan
titik lebur. Lilin putih stabil bila disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 186; Handbook Of
Pharmaceutical Exipients Halaman 687-688.
5. Paraffin cair (Paraffinum Liquidum)
• Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak
mempunyai rasa.
• Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
• Khasiat : laksativum. (Depkes RI, 474).
• Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat terjadi perubahan secara fisik.
Parafin harus disimpan pada temperatur tidak melebihi 40°C dalam wadah tertutup baik. (Rowe, 475).
6. Sorbitan monostearat
• Nama resmi : sorbitan monoleat
• Nama lain : span 80
• Pemerian : cairan kental; berwarna kuning; berasa pahit; berbau khas.
• Kelarutan : pada umumnya larut/terdispersi dalam minyak, larut dalam pelarut organik, praktis tidak larut
dalam air.
• Stabilitas : perlahan-lahan akan membentuk busa dengan adanya asam kuat dan basa. Stabil pada pH asam
lemah dan basa lemah. Dapat disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat kering dan sejuk. (Rowe, 675).
7. Trietanolamin
• Pemerian : cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak,
higroskopik.
• Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol 95% dan larut dalam kloroform.
• Fungsi : zat tambahan, sebagai pengemulsi.
• Stabilitas : trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat pemaparan pada udara dan
cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat
yang sejuk dan kering.
• Inkompatibilitas : trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam kristal
dan eter. Trietanolamin juga bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks.
Trietanolamin juga dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk mengganti kelompok
hidroksi dengan halogen.
• Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Sumber : DEPKES RI, 1995, Halaman 1203; Handbook Of Pharmaceutical Exipients Halaman 663 - 664
FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK
ETANOL DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN)
SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS