Anda di halaman 1dari 43

UJI DAYA ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN BANDOTAN (Ageratum

conyzoides L) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

PROPOSAL

Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh :

Intan Elisa Putri

218007

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI POLITEKNIK


KATOLIK MANGUNWUJAYA

SEMARANG

2021
UJI DAYA ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN BANDOTAN (Ageratum

conyzoides L) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan oleh :

Intan Elisa Putri

NIM : 218007

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2021

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah

UJI DAYA ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN BANDOTAN (Ageratum

conyzoides L) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Diajukan oleh :

Intan Elisa Putri

NIM : 218007

Disetujui pada tanggal …………………….

Mengetahui,

Pembimbing, Kaprodi Diploma Tiga Farmasi

Politeknik Katolik Mangunwijaya

apt. Paulina Maya Octasari, M.Sc. apt. Septiana Laksmi R., M.Sc.
INTISARI

Pengobatan diabetes mellitus dapat dilakukan dengan bahan alam. Salah


satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid adalah tanaman bandotan
(Ageratum conyzoides L.) Senyawa flavonoid diketahui memiliki aktivitas sebagai
antidabetes. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dekokta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivias daya antidiabetes
pada dekokta daun bandotan pada tikus putih galur Wistar yang diinduksi aloksan.

Jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Rancangan


penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian
dilakukan pada 5 kelompok tikus putih galur Wistar. Dekokta daun bandotan
dibuat dalam tiga variasi dosis yantitu 100 mg, 200 mg, dan 300 mg. Pengukuran
kadar glukosa dilakukan pada hari ke 0, 3 dan 10 setelah pemberian aloksan
Pembanding dalam penelitian ini adalah glibenklamid sebagai kontrol positif dan
CMC Na sebagai kontrol negative.

Data dianalisis menggunakan Analisa data dilakukan test Kolmogorov-


Smirnov, test ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
terdistribusi normal atau tidak. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17 yaitu
menggunakan metode One Way Analisis Of Variance (ANOVA). Analisis
ANOVA dinyatakan dalam rata-rata ± standar deviasi dengan hasil pengujian
signifikan jika p ≤ 0,05. Analisis lanjutan Least Significant Difference (LSD)
dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc
Test untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau
berbeda secara signifikan dengan obat pembanding.

Kata Kunci : senyawa flavonoid, daun bandotan (Ageratum conyzoides


L.),aktivitas daya antidiabetes
Daftar Isi

UJI ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN BANDOTAN (Ageratum....................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii

INTISARI...............................................................................................................iii

Daftar Isi.................................................................................................................iv

Daftar Gambar........................................................................................................vi

Daftar Tabel............................................................................................................vi

Daftar Skema.........................................................................................................vii

Daftar Lampiran....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Perumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

D. Manfaat Penelitian........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS...............................................4

E. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)............................................................4

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................17

B. Variabel Penelitian......................................................................................18
C. Definisi Operasional...................................................................................19

D. Bahan dan Alat Penelitian...........................................................................20

E. Tatacara Penelitian......................................................................................21

F. Skema Penelitian Uji Antidiabets Dekokta Daun Bandotan (Ageratum

conyzoides L) Pada Tikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus)...................25

H. Jadwal Penelitian.........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

LAMPIRAN...........................................................................................................31
Daftar Gambar

Gambar 1. Tanaman Bandotan......................................................................................5

Daftar Tabel

Tabel 1. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Prediabetes
...........................................................................................................................................9
Tabel 2. Rancangan Penelitian Cek Kadar Glukosa Tikus.........................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan

adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi

insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. DM dapat menyebabkan

kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal,

saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis

(Johnson et al., 2020). Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai

240 juta. Menurut data RISKESDAS 2007, prevalensi nasional DM di Indonesia

untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Berdasar dData IDF tahun 2014, saat ini

diperkiraan 9,1 juta orang penduduk didiagnosis sebagai penyandang DM.

Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik

dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7

di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang DM.(Soelistijo et al., 2015)

Penggunaan bahan alam sebagai obat (biofarmaka) cenderung mengalami

peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis ekonomi yang

mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang

relatif lebih mahal harganya (Katili, 2015). Tanaman bandotan (Ageratum

conyzoides L.) merupakan gulma yang mudah ditemukan di sawah, kebun,

pekarangan rumah dan pinggir jalan. Meskipun dianggap sebagai tumbuhan

pengganggu, ternyata bandotan mempunyai berbagai manfaat. Kandungan bahan

1
2

aktif dalam Ageratum conyzoides L terutama pada bagian daun adalah alkaloid,

saponin, flavonoid (Astriani, 2010)

. Flavonoid yang terkandung merupakan sumber senyawa yang digunakan

sebagai suplemen antioksidan dengan mekanisme menghambat GLUT2, dan

menghambat enzim fosfodiesterase serta menurunkan stress oksidatif pada tingkat

sel penderita diabetes (Agbafor, Engwa and Obiudu, 2015). Dalam informasi

tersebut diharapkan pada penelitian ini dapat dibuktikan bahwa dekokta daun

bandotan mempunyai efektivitas sebagai antidiabetes terhadap tikus putih galur

wistar.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah dekokta daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) mempunyai efek

daya antidiabetes terhadap tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus) yang

diinduksi aloksan?

2. Bagaimanakah pengaruh variasi dosis dekokta daun bandotan (Ageratum

conyzoides L.) terhadap efek daya antidiabetes pada tikus putih galur Wistar

(Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efek daya antidiabetes pada dekokta daun bandotan (Ageratum

conyzoides L.) terhadap tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus) yang

diinduksi aloksan
3

2. Mengetahui pengaruh dari variasi dosis dekokta daun bandotan (Ageratum

conzyoides L.) terhadap efek daya antidiabetes pada tikus putih galur Wistar

(Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan

D. Manfaat Penelitian

1. Mengeksplorasi pengembangan obat dari bahan alam salah satunya daun

bandotan (Ageratum conzyoides L.) yang diduga mempunyai efek daya

antidiabetes

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa tanaman bandotan dapat

benilai ekonomis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

E. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

1. Definisi

Dalam bahasa Sangihe herba bandotan dikenyal dengan nama sopaamu, dalam

bahasa Tombulu dikenal dengan nama zukut kulo, dalam bahasa Ratahan dikenaal

dengan nama rumput busuk, dan dalam bahasa Tontemboan dikenal dengan nama

rumput putih (Kinho et al., 2011).

Berdasarkan Natural Resources Conservative Service (Kartesz, 2012)

herba bandotan diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Orde : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Ageratum Linn

Spesies : Ageratum conyzoides Linn


5

Gambar 1. Tanaman Bandotan


Sumber : Dokumentasi pribadi

Bandotan memiliki ketinggian mencapai 1 meter dengan ciri daun yang

mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil, berwarna putih

keunguan pucat, berbentuk seperti bunga matahari dengan diameter 5-8 mm.

Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna putih dan daunnya mencapai

panjang 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar sedangkan bijinya ringan dan mudah

terhembus angin (Mustafa et al., 2005) Bandotan telah digunakan di Afrika

sebagai tanaman obat untuk berbagai macam penyakit. Daun bandotan biasanya

digunakan untuk pengobatan luka, selain itu juga sebagai antiinflamasi, analgesik

dan antipiretik (Adebayo et al., 2010)

Kandungan fitokimia pada tanaman bandotan menunjukkan adanya 10

senyawa sebagai berikut : steroid, terpenoid, fenol, saponin, asam lemak dan

alkaloid (Kamboj and Saluja, 2008) Studi fitokimia lain yang dilakukan oleh

(Dash and Murthy, 2011) ekstrak bandotan menunjukkan beberapa kandungan

antara lain steroid, sterol, triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenolik,

karbohidrat dan protein.


6

2. Kandungan Fitokimia

a. Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organic yyang terbanyyak

ditemukan dialam. Hamper seluruh senyawa alkaloida berasal dai tumbuh-

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhyan. Semua

alkaloida mengandung apaling sedikit satu atom nitrogen yang biasanyya

bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan

bagian dari cincin heerosiklik (Lenny, 2006)

b. Flavonoid

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenyol

terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat

warna merah,ungu,biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan

dalam tumbuh-tumbuhan.(Lenny, 2006)

c. Tanin

Disebut sebagai polifenol tanaman, yang mempunyai peran dalam

pengikatan protein, pembentukan pigmen sebagai ion metal dan

mempunyai susunan molekul yang besar serta sebagai aktivitas

antioksidan. Tanin memiliki rumus molekul C75H52O46, ada yang tidak

berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat (Okuda and

Ito, 2011). Dua kelas besar tanin dikenal berdasarkan reaksi hidrolitik dan

asal fenoliknya. Kelas pertama disebut sebagai tanin hydrolysable dan

yang lain disebut tanin terkondensasi, disebut sebagai tanin hydrolysable

karena mudah larut dalam asam mineral atau enzim seperti tannase,
7

strukturnya berupa asam galat, hexahydrodiphenic atau allagic acid.

Sedangkan tanin terkondensasi tidak dapat larut dalam asam mineral dan

enzim sehingga disebut juga tannin nonhydrolisable (Rangari, 2007)

d. Saponin

Saponin adalah deterjen atau glikosida alami yang mempunyai sifat aktif

permukaan yang bersifat amfifilik, mempunyai berat molekul besar dan

struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut

dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula

(Sirohim, Singh and Puniya, 2014)

A. Skrining Fitokimia

Skirining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian

fitokimia yang bertujuan memberi gambaran tentang golongan senyawa yang

terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia yang

dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu

pereaksi warna (Kristiani, Kasmiyati and Herawati, 2016)

1. Flavonoid

Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan air panas secukupnya,

kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat sebanyak 5 mL

ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok

kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah,

kuning atau jingga (Harbone, 1987)

2. Tannin
8

Sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes larutan

besi(III)klorida 10%. Jika terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan

menunjukkan adanya tanin (Jones, 2006)

B. Diabetes Melitus

1. Definisi

DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan kadar glukosa

dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau menggunakan

insulin secara efektif. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di

pankreas kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa dari aliran darah

ke dalam sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya

insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespons insulin menyebabkan kadar

glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas DM.

Hiperglikemi, jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, dapat

menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang menyebabkan

perkembangan komplikasi kesehatan yang melumpuhkan dan mengancam

jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan penyakit mata,

yang menyebabkan retinopati dan kebutaan (Nam Han Cho (chair) et al.,

2017)

Berikut tabel diagnosa untuk diabetes (Soelistijo et al., 2019)


9

Tabel 1. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan


Prediabetes
Tabel 1. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan
Prediabetes

kategori HbA1c (%) Glukosa Glukosa


darah puasa plasma 2 jam
(mg/dL) setelah TTGO
(md/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥126 ≥200

Pre-Diabetes 5,7 - 6,4 100 - 140 -199


125
Normal < 5,7 70 -99 70-139

2. Klaisifikasi

Terdapat beberapa jenis dari DM dan berikut adalah penjelasan

klasifikasi DM menurut International Diabetes Federation (Nam Han Cho

(chair) et al., 2017)

a. DM Tipe 1

DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan

tubuh menyerang sel beta penghasil insulin dipankreas. Akibatnya, tubuh

menghasilkan insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi insulin relatif

atau absolut. Kombinasi kerentanan genetik dan pemicu lingkungan seperti

infeksi virus, racun atau beberapa faktor diet telah dikaitkan dengan DM

tipe 1. Penyakit ini bisa berkembang pada semua umur tapi DM tipe 1 paling

sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan DM tipe 1

memerlukan suntikan insulin setiap hari untuk mempertahankan tingkat

glukosa dalam kisaran yang tepat dan tanpa insulin tidak akan mampu
10

bertahan.

b. DM Tipe 2

DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling umum, terhitung sekitar 90%

dari semua kasus DM. Pada DM tipe 2, hiperglikemia adalah hasil dari

produksi insulin yang tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk

merespon insulin secara sepenuhnya, didefinisikan sebagai resistensi insulin.

Selama keadaan resistensi insulin, insulin tidak bekerja secara efektif dan

oleh karena itu pada awalnya mendorong peningkatan produksi insulin untuk

mengurangi kadar glukosa yang meningkat namun seiring waktu, suatu

keadaan produksi insulin yang relatif tidak memadai dapat berkembang.

DM tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua,

namun semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang dewasa muda.

Penyebab DM tipe 2 ada kaitan kuat dengan kelebihan berat badan dan

obesitas, bertambahnya usia serta riwayat keluarga. Di antara faktor

makanan, bukti terbaru juga menyarankan adanya hubungan antara konsumsi

tinggi minuman manis dan risiko DM tipe 2 (Nam Han Cho (chair) et al.,

2017)

c. DM Gestasional
DM gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi ibu hamil biasanya

selama trimester kedua dan ketiga kehamilan meski bisa terjadi kapan saja

selama kehamilan. Pada beberapa wanita DM dapat didiagnosis pada

trimester pertama kehamilan namun pada kebanyakan kasus, DM

kemungkinan ada sebelum kehamilan, namun tidak terdiagnosis. DM

gestasional timbul karena aksi insulin berkurang (resistensi insulin) akibat


11

produksi hormon oleh plasenta (Nam Han Cho (chair) et al., 2017)

d. Patofisiologis

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat

bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan

atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal

yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena

pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang

kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang

ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Bhatt, Saklani

and Upadhayay, 2016)

e. Gejala Klinis

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi dua yaitu gejala akut dan

kronik. Gejala akut diabetes melitus yaitu poliphagia (banyak makan),

polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di

malam hari), nafsu makan bertambah, tetapi berat badan turun dengan

cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik

diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk

tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,

pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan

seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil
12

sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau

dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg (Nam Han Cho (chair) et al., 2017)

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi

nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi

farmakologis dengan obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebgai

terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan

dekompensasi metabolic berat misalnya ketoasidosis, stress berat, berat

badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria,harus segera

dirujuk ke pelayannan kesehatan sekunder atau tersier. Penegatahuan

tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri tersebut dapat dilakuan setelah mendapat pelatihan

khusus. (Soelistijo et al., 2019)

C. Sulfonilurea

1. Definisi

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan.

Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat

hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug

of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan

normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis


13

sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan

pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. (Depkes, 2006)

2. Mekanisme Kerja

Obat-obat kelompok ini beketja merangsang sekresi insulin di kelenjar

pancreas, oleh sebab Itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans

pankreas maslh dapat berproduksl. Penurunan kadar glukosa darah

yang terjadi setelah pemberlan senyawa-senyawa sulfonilurea

disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas.

Sirat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa,

karena temyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal

merangsang sekresi insulin, senyawasenyawa obat ini masih mampu

meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat golongan

sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar

pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu

hal terhambat sekresinya(Depkes, 2006)

D. Aloksan Monohidrat

1. Definisi

Aloksan merupakan senyawa kimia yang sangat tidak stabil dengan

bentuk menyerupai molekul glukosa. Nama lain dari aloksan adalah

2,4,5,6-Tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6-pyrimidinetetrone. Aloksan

memiliki rumus kimia C4H2N2O4 dan merupakan turunan asam

barbiturat. 12 Aloksan termasuk asam lemah yang bersifat hidrofilik,


14

tidak stabil dan waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37˚C

adalah 1,5 menit (lenzen, 2008)

2. Mekanisme kerja

Dalam sel β pankreas, aloksan mengalami proses reaksi redoks

menjadi dialuric acid yang dapat direoksidasi menjadi aloksan lagi

(proses redoks), reaksi redoks ini akan mengakibatkan terbentuknya

ROS (Reactive Oxygen Species) dan radikal superoksida. Radikal

bebas ROS akan mengalami dismutasi menjadi hydrogen peroksida,

yang kemudian akan meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol

sehingga menyebabkan destruksi cepat sel β pankreas (Watkins, 2008)

Selain itu ROS akan menyebabkan fragmentasi DNA sehingga DNA

sel akan mengalami kerusakan yang akan merusak sel β pankreas

Kerusakan pada sel β pankreas akan menurunkan produksi insulin

yang menyebabkan hiperglikemia (Rohilla and Ali, 2012)

E. Dekokta

Dekokta merupakan meode untuk mengmbil zat aktif tanaman dengan cara

menimbang bahan yang akan di ekstraksi lalu emncampur bahan dengan air

kemudian dipanaskan selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90C sambil

diaduk kemudian dilakukan penyaringan untuk mendapat larutan dekokta.

Kelebihan metode dekokta adalah cara pembutanya sangat mudah dan waktu
15

pengerjaan relative singkat sehingga mudah untuk diterapkan di rumah (BPOM,

2010)

F. Tikus Putih Galur Wistar

Hewan coba adalah hewan yang dikembang biakkan untuk digunakan unruk

hewan uji coba. Tikus sering digunakan untuk penelitian medis selama bertahun –

tahun, hal ini karena tikus memiliki karakteristik genetik yang hampir sama

dengan manusia, mudah untuk didapatkannya, mudah berkembang biak, harganya

murah. Tikus adalah hewan yang melakukan aktivitasnya dimalam hari

(noctural).Tikus putih ini biasanya digunakan dalam mempelajari dan memahami

keadaan patologis yang kompleks misalnya digunakan dalam penelitian penyakit

hipertensi dan diabetes. Tikus putih (Rattus norvegicus L.)atau yang disebut

dengan norway rat yang berasal dari negri china yang kemudian menyebar di

daerah eropa bagian barat. Dan pada wilayah asia tenggara, tikus putih ini

berkembangbiak di filipina, indonesia, laos singapura dan malaysia. Tikuss wistar

ini adalah salah satu jenis strain tikus yang hampir banyak digunakan sebagai

penelitian laboratorium. Tikus wistar memiliki ciri khas yaitu telinga panjang,

kepala lebar, dan memiliki panjang ekor yang selalu kurang dari panjang

tubuhnya Tikus jantan banyak digunakan dibandingkan dengan tikus betina

karena tikus jantan menunjukkan periode pertumbuhan yang lebih lama

dibandingkan dengan betina (Moore, 2000)

G. Metode Enzimatik

Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada

glukosa sehingga mmeberikan hasil yang relatf lebih cepat dibandingkan dengan
16

metode lainnya. Metode enzimatis juga dapat digunakan degan alat glucometer.

Dengan menggunakan alat glucometer, hanya dibutuhkan sejumlah kecil sampel

darah yang diaplikasikan pada strip yang digunakan secara sekali pakai. Setelah

beberapa detik, layar pada glucometer akan menujukkan hasil engukuran. Prinsip

kerja laat ini yaitu pada strip terdapat nzim yang secraa spesisifik beeaksi pada

glukosa. Enzim tersebut akan menyampaikan electron ke elektroda untuk

pengukuran secara elektrokimia (Hönes, Müller and Surridge, 2008)

H. Hipotesis

1. Dekokta daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki aktivitas daya

antidiabetes pada hewan uji tikus jantan galur Wistar (Rattus novergicus) yang

diinduksi aloksan.

2. Semakin tinggi dosis dekokta daun bandotan (Ageratum conyzoides L.)

memiliki aktivitas daya antidiabetes yang juga lebih semakin tinggi pada hewan

uji tikus jantan galur Wistar (Rattus novergicus) yang diinduksi aloksan.
17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola searah dengan satu

faktor perlakuan. Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu tahap pembuatan

dekokta daun bandotan (DDB) dan tahap pengujian efek antidiabetes DDB

terhadap hewan uji tikus Wistar yang diinduksi dengan aloksan. Kadar glukosa

darah akan dievaluasi pada hari ke 0, 3 dan 10. Hasil akan dianalisis

menggunakan statistik dengan taraf kepercayaan 95%. Rancangan penelitian dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rancangan Penelitian Cek Kadar Glukosa Tikus

Perlakuan Kadar glukosa darah puasa pada hari ke-

Ke-0 Ke-3 Ke-10

Kelompok I (1-5) GDP(1-5) GDP3(1-5) GDP10(1-5)

Kelompok II(1-5) GDP0(1-5) GDP3(1-5) GDP10(1-5)

Kelompok III(1-5) GDP0(1-5) GDP3(1-5) GDP10(1-5)

Kelompok IV(1-5) GDP0(1-5) GDP3(1-5) GDP10(1-5)

Kelompok V (1-5) GDP0(1-5) GDP3(1-5) GDP10(1-5)


19

Keterangan:

Kelompok I : Kontrol Negatif Suspensi CMC Na0,5%

Kelompok II : Kontrol Positif Suspensi Glibenklamid dalam CMC Na

dosis 0,45mg/kgBB tikus

Kelompok III : Dekokta daun bandotan 100 mg/ kgBB

Kelompok IV : Dekokta daun bandotan 200 mg/kgBB

Kelompok V : Dekokta daun bandotan 300mg/kgBB

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis ekstrak

dekokta daun bandotan pada tikus jantan putih galur Wistar yaitu

100mg/kgBB, 200mg/kgBB, 300mg/kgBB

2. Variabel tergantung

Variable tergantug dalam penelitian ini adalah efek daya antidiabetes

yang ditunjukkan dengan presentase penurunan glukosa darah tikus jantan

galur Wistar yang diinduksi alkosan


20

3. Variable terkendali

Variable terkendali dalam penelitian ini adalah dan bandotan (jenis dan

asal tumbuhan, bagian tanaman) cara mengekstraksi simplisia (jenis dan

jumlah pelarut,metode ekstraksi), hewan uji dan metode enzimatis yang

digunakan dalam pengamatan uji antidiabetes, alat pengukur gula darah (alat

dan strip)

F. Definisi Operasional

1. Daun bandotan dalam penelitian ini adalah daun segar berwarn hijau tua

yang diperoleh di desa Kalisegoro, Kec, Gunungpati, Kab. Semarang

2. Dekokta daun bandotan adalah ekstrak daun bandotan yang diperoleh

dengan menggunakan metode dekokta, yaitu dengan cara merebus

simplisia dengan suhu 90C dengan waktu 30 menit dengan proses

pengentalan selama 3 hari

3. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar yang

berumur 2-3 bulan dengan berat 200-300 gram dalam keadaan sehat

4. Zat penginduksi yang digunakan adalah aloksan monohidrat dengan dosis

150mg/kgBB dengan metode pemberian secara intraperitoneal (i.p)

5. Kontrol negatif yang digunakan adalah suspensi CMC Na 0,5%

6. Kontrol positif yang digunakan yaitu suspensi gkibenklamid dalam

suspense CMC Na 0,5% dengan dosis 0,45mg/kgBB


21

7. Metode pengukuran diabetes pada hewan uji digunakan metode enzimatis

dengan menggunakan glucose meter Easy Touch dimana pengukuan

dilakukan pada hari ke- 0,ke-3, dan ke-10

8. Efek Daya antidiabetes ditunjukkan dengan penurunan kadar glukosa

darah pada hari kesepuluhtujuh secara signifikan (taraf kepercaaan 95%)

G. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

a. Pembuatan ekstrak daun bandotan meliputi daun bandotan dan

aquadest

b. Uji skrining fitokimia meliputik dekokta daun bandotan, aquadest,

serbuk Mg, HCl pekat, FeCl3

c. Uji antidiabetes meliputik dekokta daun bandotan,CMC Na 0,5%,

aquadest, aqua pro injection (Ika Parmindo), hewan uji, pakan mencit,

aloksan monohidrat, glibenklamid (PT. First Medipharma)

2. Alat

a. Pembuatan ekstrak meliputi pisau, blender, ayakan, timbangan digital,

batang pengaduk, baskom, thermometer, beaker glass (Pyrex),gelas ukur

(Pyrex) kain flannel, cawan porselen, water bath, oven, kompor, moisture

analyzer (Ohaus), corong kaca, aluminuium foil, plastik, sendok

b. Uji skrining fitokimia meliputi timbangan digital, rak tabung, pipet tetes,

gelas ukur (Pyrex), cawan porselen


22

c. Uji farmakologi meliputi mortar dan stemper, cawan porselen, kompoe,

water bath, sendok logam , labu takar 50mL (PyrexI), timbangan digital

(Ohaus) , krus, jarum suntik 3mL (onemed), jarum sonde oral, kandang

dan ram mencit, glucose meter Easy Touch, strip Easy Touch, handel

scalpel, blades, alcohol swab

H. Tatacara Penelitian

1. Determinasi Tanaman

Tanaman bandotan dideterminasi di Laboratorium Biologi Unniversitas

Semarang. Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran bahwa

tanaman yang digunakan yang adalah daun bandotan dari spesies

Ageratum conyzoides L

2. Pengumpulan bahan dan penyiapan bahan

Daun bandotan segar dan berwarna hijau tua yang telah dikumpulkan

disortir dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Daun bandotan

dipotong-potong menjadi lebih kecil kemudian di oven pada suhu 40̊C -

50̊C hingga daun kering. Daun yang kering dan mudah rapuh tersebut

dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk

(Hikmah1 et al., 2018). Pengayakan simplisia kering daun bandotan

digunakan ayakan mesh 60 (Simanjuntak, 2020) Serbuk yang telah

diperoleh selanjutnya diidentifikasi secara organoleptis, dihitung


23

rendemen, dan diuji pengeringan menggunakan moisture analyzer dengan

suhu 105̊C selama 10 menit sebanyak 2 gram dengan hasil susut

pengeringan simplisia memiliki kadar lembab dibawah 10% (Priamsari

and Krismonikawati, 2020)

3. Pembuatan Dekokta Daun Bandotan

Pembuatan dekokta daun bandotan dengan mencampur simplisia dengan

derajat halus yang sesuai dalam panci (wadah) dengan air secukupnya,

dipanaskan diatas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90̊C sambil

sekali-sekali diaduk dengan perbandingan 138 gram serbuk dalam 2,25

Liter aquadest (Nyunaï et al., 2015)

4. Uji Kandungan Flavonoid

Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan air panas secukupnya,

kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat sebanyak 5 mL

ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok

kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah,

kuning atau jingga(Harbone, 1987)

5. Uji Kandungan Tanin

Sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes larutan

besi(III) klorida 10%. Jika terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan

menunjukkan adanya tanin (Jones, 2006)

6. Penentuan Dosis Dekokta Daun Bandotan

Penentuan variasi dosis ekstrak daun bandotan yang digunakan adalah

dosis 100mg/kgBB, 200mg/kgBB, dan 300mg/kgBB (Nyunaï et al., 2015)


24

7. Penentuan Dosis Glibenklamid

Penentuan dosis glibenklamid pada manusia dewasa adalah 5 mg, jika

dikonversikan pada tikus dengan berat 200g adalah 0,09 mg/kgBB (Salma

et al., 2013)

8. Penentuan dosis aloksan

Dosis aloksan yang digunakan untuk menginduksi hewan uji adalah

150mg/kgBB (Lolok, Yuliastri and Abdillah, 2020)

9. Pengambilan Kadar Gula Darah Hewan Uji

Pengambilan kadar gula darah dilakukan pada hari ke-0, hari ke-3,dan ke-

10 perlakuan (Ebrilianti, 2013)

10. Uji Antidiabetes

Hewan uji sebanyak 25 ekor terlebih dahulu diadaptasikan seminggu

sebelum dilakukan perlakuan. Adaptasi dilakukan selama 7 hari dengan

cara menempatkan hewan uji pada ruangan yang sama, jauh dari

kebisingan dan tempat yang minimal cahaya agar tidak menimbulkan

stress pada hewan uji. Uji antidiabetes dilakukan sebanyak 3x dengan

melakukan tes gula darah puasa pada hari ke-0, ke-3,dan hari ke-10.

Sebelum dilakukan tes gula darah hewan uji dipuasakan terlebih dahulu

±18 jam. Pada hari ke-0 dilakukan tes gula darah puasa yang bertujuan

unuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diinduksi aloksan,

setelah diketahui kadar gua darah puasa kurang dari <126 mg/dL

kemudian dilakukan penginduksian aloksan pada hewan uji, setelah 3 hari

dilakukan tes gula darah puasa kembali untuk mengetahui agar hewan uji
25

memiliki hasil gula darah puasa >126mg/dL agar dapat dikatakan diabetes.

Setelah hewan uji sudah dinyatakan diabetes maka hewan uji diberi

perlakuan sebagai berikut :

Kelompok I : Kontrol Negatif Suspensi CMC Na0,5%

Kelompok II : Kontrol Positif Suspensi Glibenklamid dalam

CMC Na dosis 0,45mg/kgBB tikus

Kelompok III : Dekokta daun bandotan 100 mg/ kgBB

Kelompok IV : Dekokta daun bandotan 200 mg/kgBB

Kelompok V : Dekokta daun bandotan 300mg/kgBB

Setelah 7 hari pemberian kemudian di cek kembali pada hari ke-10

pelakuan untuk mengetahui presentase penurunan kadar gula darah puasa

sebelum pemberian ekstrak dan sesudah pemberian dekokta daun bandotan

11. Analisa Hasil

Data yang diperoleh dilakukan test Kolmogorov-Smirnov, test ini

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi

normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan uji

homogenitas varian. Jika varian homogen maka dilanjutkan dengan

analisis statistik parametrik yaitu analisis varian Data hasil penelitian

dianalisis menggunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 17 yaitu menggunakan metode One Way Analisis Of

Variance (ANOVA). Analisis ANOVA dinyatakan dalam rata-rata ±


26

standar deviasi dengan hasil pengujian signifikan jika p ≤ 0,05. Analisis

lanjutan Least Significant Difference (LSD) dilakukan dengan taraf

kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test untuk

mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau

berbeda secara signifikan dengan obat pembanding (Hari and Eka, 2017)

I. Skema Penelitian Uji Antidiabets Dekokta Daun Bandotan (Ageratum

conyzoides L) Pada Tikus Putih Galur Wistar (Rattus norvegicus) Yang

Diinduksi Aloksan

J.
Determinasi 25 ekor hewan uji Hewan uji Cek gula
dibagi menjadi 5 dipuasakan darah puasa Dilakukan
Pengumpulan kelompok ±18 jam pada hari penginduksian
bahan
ke-0 aloksan

Sortasi basah Hewan uji


Jika kadar GDP Cek gula Hewan uji
diadaptasi
>126 maka darah puasa dipuasakan
Pencucian selama 7
diberikan perlakuan pada hari ±18 jam
hari
secara per oral ke-3
Perajangan
yyyyyyyyyyyy

Pengeringan
KN KP DDB DDB DDB
100mg/kgBB 200mg/kgBB 300mg/kgBB
Sortasi kering

Penghalusan

Hewan uji
Pengayakan
dipuasakan
±18 jam
Ekstraksi dengan Uji LOD
metode dekokta serbuk

Cek gula
darah puasa
27

DDB

Pengentalan DDB selama


3 hari

Skrining Fitokimia Uji LOD ekstrak


DDB

Pembuatan 3
variasi dosis DDB

Pembuatan Pembuatan suspensi


suspensi KN Glibenklamid (CMC
(CMC Na 0,5%) Na 0,5%)

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
.
1 Studi Pustaka       
2 Pembuatan   

Proposal
3 Pelaksanaan   

Penelitian
4 Pengolahan Data  
5 Pembuatan  
28

Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, A. H. et al. (2010) ‘Biochemical, haematological and histopathological


studies of extract of ageratum conyzoides L. in Sprague Dawley rats’,
Journal of Medicinal Plants Research, 4(21), pp. 2264–2272.
Agbafor, K. N., Engwa, A. G. and Obiudu, I. K. (2015) ‘Analysis of chemical
Composition of Leaves and Roots of Ageratum conyzoides’, International
Journal of Current Research and Academic Review, 3(11), pp. 60–65.
Astriani, D. (2010) ‘Pemanfaatan Gulma Babadotan’, Jurnal AgriSains, 1(1), pp.
56–67.
Bhatt, H., Saklani, S. and Upadhayay, K. (2016) ‘Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers’, Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), pp. 74–79.
BPOM, R. (2010) Acuan Sediaan Herbal Vo.5. 1st edn. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia. Available at:
https://www.academia.edu/12146416/Acuan_Sediaan_Herbal_Vo5Edisi_I
Dash, G. K. and Murthy, P. N. (2011) ‘*9-/T893he wound healing effects of a
new polyherbal formulation’, Der Pharmacia Lettre, 3(1), pp. 342–349.
Depkes, R. I. (2006) Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Direktorak Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Kefarmasian dan Alkes.
Ebrilianti, Y. (2013) ‘Uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji alpukat’, Artikel
Publikasih, pp. 1–14. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/24213/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Harbone, J. B. (1987) Meode Fitokimia. Terjemahan: Padmawinata,K dan
Soediro. Edited by K. dan S. i. Terjemahan: Padmawinata. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Hari, P. and Eka, S. (2017) Statistika Farmasi (Aplikasi Praktis dengan SPSS).
Yogyakarta: Grafika Indah.
Hikmah1, A. U. et al. (2018) ‘PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN
BABANDOTAN (Ageratum conyzoides) SEBAGAI BIOHERBISIDA
GULMA RUMPUT TEKI (Cyperus Rotundus)’.
Hönes, J., Müller, P. and Surridge, N. (2008) The Technology Behind Glucose
Meters: Test Strips.
Johnson, E. L. et al. (2020) ‘Standards of medical care in diabetes—2020
abridged for primary care providers’, Clinical Diabetes, 38(1), pp. 10–38.
Jones, W. P. (2006) Extraction of Plant Secondary Metabolites. In: Sharker, S.D.
Latif Z., Gray A.L, eds. Natural Product Isolation. 2nd edn. New Jersey:
Humana Press.
Kamboj, A. and Saluja, A. (2008) ‘Ageratum conyzoides L.: A review on its
phytochemical and pharmacological profile’, International Journal of
Green Pharmacy, 2(2), p. 59.
Kartesz (2012) Ageratum conyzoides L. Topical Whiteweed. Available at:
https://plants.sc.egov.usda.gov/java/ (Accessed: 26 February 2020).
Katili, A. S. (2015) ‘Inventarisasi tumbuhan obat dan kearifan lokal masyarakat
Etnis Bune dalam memanfaatkan tumbuhan obat di Pinogu, Kabupaten
Bonebolango, Provinsi Gorontalo’, 1, pp. 78–84.
30

Kinho, J. et al. (2011) Tumbuhan obat tradisional di Sulawesi Utara jilid 1


(Traditional medicinal plants in North Sulawesi).
Kristiani, E. B. ., Kasmiyati, S. and Herawati, M. M. (2016) ‘SKRINING
FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI in vitro EKSTRAK
HEKSANA-PETROLEUM ETER Artemisia cina Berg. ex Poljakov’,
Agric, 27(1), p. 30.
Lenny, S. (2006) ‘Senyawa Flavonoida , Fenilpropanoida dan Alkaloida’, Usu
Repository, pp. 1–25.
lenzen (2008) ‘the mechanisms of alloxan- and streptozotocin-induced diabetes’.
Available at: he mechanisms of alloxan- and streptozotocin-induced diabetes.
Lolok, N., Yuliastri, W. O. and Abdillah, F. A. (2020) ‘Efek Antidiabetes
Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) Dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Pada Tikus Putih
Dengan Metode Induksi Aloksan’, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia,
6(01), pp. 13–29. Moore, D. (2000) Laboratory Animal Medicine and
Science Series I. Washington: University of Washington Health Science
Centre.
Mustafa, M. R. et al. (2005) ‘Evaluation of wound healing potential of Ageratum
conyzoides leaf extract in combination with honey in rats as animal
model.pdf’, International Journal of Molecular Medicine and Advance
Sciences, 1(4), pp. 406–410. Available at:
http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/ijmmas/2005/406-410.pdf.
Nam Han Cho (chair) et al. (2017) Eighth edition 2017, IDF Diabetes Atlas, 8th
edition. Available at: https://www.idf.org/aboutdiabetes/type-2
diabetes.html.
Nyunaï, N. et al. (2015) ‘Subacute antidiabetic properties of Ageratum
conyzoides leaves in diabetic rats’, International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research, 6(4), pp. 1378–1387
Okuda, T. and Ito, H. (2011) ‘Tannins of constant structure in medicinal and food
plants-hydrolyzable tannins and polyphenols related to tannins’,
Molecules, 16(3), pp. 2191–2217.
Priamsari, M. R. and Krismonikawati, R. A. (2020) ‘UJI DAYA
ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK KULIT TERONG
BELANDA (Solanum betaceum, Cav.) PADA MENCIT JANTAN YANG
DIINDUKSI KARAGENIN’, Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik,
16(02), p. 86.
Rangari, V. (2007) ‘Pharmacognosy: Tannin Containing Drugs’, pp. 1–16.
Rohilla, A. and Ali, S. (2012) ‘Alloxan Induced Diabetes : Mechanisms
and Effects’, International Journal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Science, 3(2), pp. 819–823.
Salma, N. et al. (2013) ‘ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK TUMBUHAN
SURUHAN (Peperomia pellucida [L.] Kunth) TERHADAP TIKUS
WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI SUKROSA’, Jurnal
Ilmiah Sains, 13(2), p. 116.
Simanjuntak, L. E. (2020) ‘Ekstraksi Simplisia Daun Senggani (Melastoma
malabathricum L.) Menggunakan Pelarut Metanol’, pp. 1–6.
31

Sirohim, S. ., Singh, N. and Puniya, A. . (2014) ‘Promising Plant Secondary


Metabolites for Enteric Methane Mitigation and Rumen Modulation’,
Recent Advances in Animal Nutrition, 4(April 2016), pp. 1–19.
Soelistijo, S. et al. (2015) Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe2 Di Indonesia 2015, Perkeni. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://pbper
eni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan
Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI
2015.pdf&ved=2ahUKEwjy8KOs8cfoAhXCb30KHQb1Ck0QFjADegQ
BhAB&usg=AOv.
Soelistijo, S. A. et al. (2019) ‘Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes
melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019’, Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, pp. 1–117. Available at: https://pbperkeni.or.id/wp
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di
Indonesia-eBook-PDF-1.pdf.
Watkins, D. (2008) ‘Effect of alloxan on permeability of pancratic islet tissue in
vitro’. Available at:
https://journals.physiology.org/doi/abs/10.1152/ajplegacy.1964.207.2.436.
LAMPIRAN

Lampiran I. Perhitungan Dosis Glibenklamid

- Dosis glibenklamid untuk manusia = 5mg/kgBB

- Konversi dosis dari manusia BB 70/kgBB ke tikus 200 g = 0,018

= 0,018 x 5mg

= 0,09 mg / 200g BB tikus

- Konsentrasi larutan stok (volume pemberian secara per oral maximal

5mL, volume pmberian ideal 2,5mL)

D x BB = C x Vp

0,09
x BB hewanuji terkecil=C x 2,5 mL
200 g

C = X1

0,09
x BB hewanuji terbesar=C x 2,5 mL
200 g

C = X2

X 1+ X 2
C= = Cmg/mL
2

- Volume pemberian glibenklamid

Y mg
x BB hewanuji=¿ c mg/ml x vp
200 g

= vp ml
33

Lampiran II. Perhitungan DDB 100 mg/kgBB

Rata-rata berat tikus = x gram

100 mg
x BBrata 2tikus=Y mg
1000

- Konsentrasi larutan stok (volume pemberian secara per oral maximal

5mL, volume pmberian ideal 2,5mL)

D x BB = C x Vp

Y mg
x BB hewanuji terkecil=C x 2,5 mL
200 g

C = X1

Y mg
x BB hewanuji terbesar=C x 2,5 mL
200 g

C = X2

X 1+ X 2
C=
2

- Volume pemberian DDB 100mg/kgBB

Y mg
x BB hewanuji=¿ c mg/ml x vp
200 g

= vp ml

-
34

Lampiran III. Perhitungan DDB 200 mg/kgBB

Rata-rata berat tikus = x gram

200 mg
x BBrata 2 tikus=Y mg
1000

- Konsentrasi larutan stok (volume pemberian secara per oral maximal

5mL, volume pmberian ideal 2,5mL)

D x BB = C x Vp

Y mg
x BB hewanuji terkecil=C x 2,5 mL
200 g

C = X1

Y mg
x BB hewanuji terbesar=C x 2,5 mL
200 g

C = X2

X 1+ X 2
C=
2

- Volume pemberian DDB 200mg/kgBB

Y mg
x BB hewanuji=¿ c mg/ml x vp
200 g

= vp ml

-
35

Lampiran IV. Perhitungan DDB 300 mg/kgBB

Rata-rata berat tikus = x gram

300 mg
x BBrata 2tikus=Y mg
1000

- Konsentrasi larutan stok (volume pemberian secara per oral maximal

5mL, volume pmberian ideal 2,5mL)

D x BB = C x Vp

Y mg
x BB hewanuji terkecil=C x 2,5 mL
200 g

C = X1

Y mg
x BB hewanuji terbesar=C x 2,5 mL
200 g

C = X2

X 1+ X 2
C=
2

- Volume pemberian DDB 300mg/kgBB

Y mg
x BB hewanuji=¿ c mg/ml x vp
200 g

= vp ml

Anda mungkin juga menyukai