Anda di halaman 1dari 70

TESIS

PENGARUH PEMBERIAN DEPO MEDROXY PROGESTERON


ACETATE (DMPA) JANGKA PANJANG TERHADAP KADAR
NITRIC OXIDE (NO) PADA TIKUS PUTIH (RATTUS
NORVEGICUS) WISTAR BETINA

EFFECT OF LONG TERM DEPO MEDROXY PROGESTERON


ACETATE (DMPA) TREATMENT ON NITRIC OXIDE
PRODUCTION IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)
IN FEMALES WISTAR

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Disusun dan diajukan oleh

NURHAYATI
P1502216005

Kepada
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
TESIS

PENGARUH PEMBERIAN DEPO MEDROXY PROGESTERON


ACETATE (DMPA) JANGKA PANJANG TERHADAP KADAR
NITRIC OXIDE (NO) PADA TIKUS PUTIH (RATTUS
NORVEGICUS) WISTAR BETINA

EFFECT OF LONG TERM DEPO MEDROXY PROGESTERON


ACETATE (DMPA) TREATMENT ON NITRIC OXIDE
PRODUCTION IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)
IN FEMALES WISTAR

NURHAYATI
P1502216005

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

2
3
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurhayati

Nim : P1502216005

Jurusan/Program Studi : Fisiologi/Ilmu Biomedik

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Depo Medroxy Progeterone Acetate (DMPA) terhadap kadar


Nitric Oxide (NO) Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Wistar Betina”

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah
tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan
diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.
20Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Makassar,

Yang membuat pernyataan,

Nurhayati

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia_Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan

tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Biomedik pada Program Studi Ilmu

Biomedik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

kepada dr. M. aryadi Arsyad, M.Biomed.,Ph.D dan Prof. Dr. dr. Andi Wardihan

Sinrang, MS sebagai tim penasihat atas waktu yang telah diluangkan untuk

membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literature serta diskusi-

diskusi yang telah dilakukan.

Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada dr. Isra Wahid, Ph.D

sebagai kepala Laboratorium Entomologi Parasitologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin dan kepada Laboratorium Mikrobiologi atas pemberian izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Hal yang sama juga peneliti sampaikan

kepada Dr. dr. Andi Mardiah Tahir, Sp.OG (K) sebagai Ketua Program Studi

Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan dr. M.

Aryadi Arsyad, M. Biomed,.Ph.D sebagai kepala bagian Fisiologi Program Magister

Ilmu Biomedik Universitas Hasnuddin beserta staf bagian Fisiologi yang telah

memberi andil yang sangat besar dalam penelitian ini. Semoga bantuan yang

diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Terkahir, ucapan terima kasih kepada ayah dan ibu beserta saudara-saudara

penelitian atas bantuan, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama penelitian tesis

5
ini. Semoga semua pihak mendapat kebaikan dari-Nya atas bantuan yang diberikan

oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari

berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam tesis ini sepenuhnya

menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran

yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini.

Makassar, Juli 2018

Peneliti

6
ABSTRAK
Pengaruh Pemberian Depo Medroxy Progesteron Acetate (DMPA)
Jangka Panjang terhadap Kadar Nitric Oxide (NO) pada
Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Wistar Betina

Nurhayati, M.Aryadi Arsyad, Andi Wardihan Sinrang

Penggunaan DMPA Jangka panjang dapat menekan produksi estrogen, estrogen


diketahui sebagai molekul vasoprotektif yang dapat meningkatkan produksi nitric
oxide (NO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian DMPA
jangka panjang terhadap kadar NO. Desain penelitian menggunakan Posttest Only
Control Group Design dengan jumlah sampel 12 ekor tikus Putih (Ratus Norvegicus)
Wistar Betina yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dipilih dengan tekhnik non-probability sampling secara Quota Sampling.
Kelompok kontrol yaitu kelompok tikus tanpa pemberian DMPA dan kelompok
perlakuan yaitu tikus yang diinjeksi DMPA tiap minggu secara IM dengan dosis 2.7
mg. Kadar nitric oxide (NO) plasma masing-masing kelompok tikus diukur pada
minggu ke-4 serta minggu ke-8 dengan metode ELISA dan data dianalisis dengan
Paired T-Test dan Unpaired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan pada minggu ke-
4, kadar NO kelompok perlakuan (127.73 ± 19.04 μmol/L) tidak berbeda (p=0.24)
dengan kadar NO kelompok kontrol (111.21 ± 39.87 μmol/L). Namun, setelah
pemberian DMPA selama 8 minggu, kadar NO kelompok perlakuan (99.12 ± 24.63
μmol/L) jauh lebih rendah (p=0.04) dibandingkan dengan kelompok kontrol (127.46 ±
19.40 μmol/L). Disimpulkan bahwa, DMPA dapat menurunkan kadar NO plasma
pada pemberian DMPA jangka panjang pada tikus putih (rattus norvegicus) wistar
betina.

Kata kunci : DMPA Jangka Panjang, Estrogen, Nitric Oxide, Tikus Betina

7
ABSTRACT
Effect Of Long Term Depo Medroxy Progesteron Acetate (DMPA)
Treatment on Nitric Oxide Production in White Rats
(Rattus Norvegicus) in Females Wistar

Nurhayati, M.Aryadi Arsyad, Andi Wardihan Sinrang

Long-term use of DMPA can reduce estrogen production, estrogen is known as a


vasoprotective molecule that can increase the production of nitric oxide (NO). This
study aims to determine the effect of long-term DMPA on NO levels. The research
designed was post-test only control group design with the 12 white rats (rattus
norvegicus) female wistar divided into two groups, the control group and treatment
group were selected taken with non-probability sampling technique i.e. Quota
Sampling. The control group was a group of rats without DMPA and the treatment
group was rats injected with DMPA every week IM with a dose of 2.7 mg. Plasma
nitric oxide (NO) levels of each group of rats were measured at week 4 and week 8
with the ELISA method and data were analyzed by Paired T-Test and Unpaired T-
Test. The results show that at week 4, NO levels of the treatment group (127.73 ±
19.04 μmol / L) were not different (p = 0.24) with NO levels in the control group
(111.21 ± 39.87 μmol / L). However, after administration of DMPA for 8 weeks, the
levels of NO (99.12 ± 24.63 μmol / L) of the treatment group were much lower (p =
0.04) compared to the control group (127.46 ± 19.40 μmol / L).In addition, DMPA can
reduce NO plasma levels in long-term DMPA administration in white rats (rattus
norvegicus) in females wistar.

Keywords: Long Term DMPA, Estrogen, Nitric Oxide, Female Rat

8
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

ABSTRACK ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiiii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) ......................... 6

2.2 Estrogen dan Progesterone ..................................................... 8

9
2.3 Estrogen dan Nitric Oxide (NO) .............................................. 11

2.4 Nitric Oxide dan Reseptor ETB ................................................. 15

2.5 Hewan Coba ........................................................................... 17

2.6 Kerangka Teori ........................................................................ 20

2.7 Kerangka Konsep .................................................................... 21

2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................. 22

2.9 Defenisi Operasional ............................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 25

3.3 Populasi dan Tekhnik Sampel ................................................ 25

3.4 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................... 28

3.5 Prosedur Kerja ........................................................................ 29

3.6 Alur Penelitian ........................................................................ 31

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 32

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Subjek Penelitian .................................................................... 35

5.2 Analisis Perbedaan antar Kelompok ...................................... 36

5.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................. 41

6.2 Saran ....................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

10
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Konversi dosis Hewan Percobaan ........................................................................... 19

2.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 22

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) .................................................... 6

2.2 Struktur dan Produksi Estrogen .......................................................................... 8

2.3 Bisontesis Nitric Oxide (NO) oleh Estrogen ........................................................ 13

2.4 Efek Langsung Hormone Progesterone pada Pembuluh Darah ......................... 13

2.5 Aktivasi Nongenomik Sintase Oksida Nitrat oleh Estrogen ................................. 14

2.6 Reseptor Endothelin yang mempengaruhi Tekanan Darah ................................ 16

2.7 Kerangka Teori .................................................................................................. 20

2.8 Kerangka Konsep ............................................................................................... 21

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 23

3.2 Alur Penelitian .................................................................................................... 30

4. 1 Perbedaan Rerata Kadar NO antar Kelompok .................................................. 33

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat-surat Penelitian

2 Kode Etik Penelitian

3 Dokumentasi selama Penelitian

4 Master Tabel Hasil Pemeriksaan ELISA kadar NO

5 Hasil Analisis Ouput SPSS

6 Hasil Uji Analisis Data

13
DAFTAR SINGKATAN /SIMBOL

Singkatan/simbol Keterangan

DMPA Depo Medroxy Progesterone Acet

GnRH Gonadotropin Releasing Hormon

LH Luitenizing Hormon

FSH Folicle Stimulating Hormon

Ca2+ Calsium

PI3-Kinase-Akt Phosphatidylinositol-3-Kinase-Akt

MAP-Kinase Mitogen Activated Protein Kinase

TK Tirosin Kinase

eNOS Endothelin Nitric Oxide Sintase

NO Nitric Oxide

GTP Guanosine Triphosphate

cGMP Cyclic Guanosine Monophosphate

HSP90 Heat Shock Protein 90

ET-1 Endothelin-1

ETA Reseptor Endothelin-A

ETB Reseptor Endothelin-B

14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga Berencana merupakan salah satu strategi pemerintah untuk

mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda

melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat

jarak melahirkan dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun) (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Pencapaian peserta Keluarga Berencana (KB) dari waktu

ke waktu terus meningkat, pada tahun 2016 menunjukkan jumlah peserta KB di

Indonesia sekitar 74.8% pengguna KB (Tendean and Hamel, 2017). Sekitar

49,7% wanita di Indonesia peserta KB baru dan KB aktif memilih dan

menggunakan jenis kontraspesi suntikan hormonal termasuk jenis Depo

Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) (Depkes, 2017)

Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia sampai saat

ini adalah jenis kontrasepsi suntikan DMPA (Runiari and Kusmarjathi, 2011) .

DMPA menempati peringkat tertinggi dalam pemilihan kontrasepsi untuk

mencegah kehamilan (Cushman et al., 1996). DMPA diketahui sebagai

kontrasepsi yang paling efektif, dimana angka kehamilan penggunaan DMPA

hanya 0,3% pada tahun pertama penggunaan (Segall-Gutierrez et al., 2012)

(Westhoff, 2003) dan merupakan kontrasepsi pilihan yang dapat

direkomendasikan pada wanita yang ingin menunda kehamilan (Westhoff, 2003).

Penyebab dari peningkatan tekanan darah pada umumnya adalah

multifaktorial, salah satu penyebab peningkatan tekanan darah adalah

15
penggunaan KB hormonal yaitu DMPA jangka panjang (Tendean and Hamel,

2017). Sebuah penelitian pada 1.050 wanita, 24% mengalami perubahan

tekanan darah yang menunjukkan peningkatan diastolik yang relative cepat dari

penggunaan DMPA (Leiman, 1972). Sebuah penelitian juga memperlihatkan

dari penggunaan DMPA selama 12-24 bulan, sekitar 28 orang (46,7%)

diklasifikasikan dalam kategori pra-hipertensi dan 32 orang memiliki tekanan

darah normal (Runiari and Kusmarjathi, 2011). Penelitian lain juga

memperlihatkan, dari 80 akseptor KB DMPA selama satu tahun, terjadi

peningkatan tekanan darah yaitu sebanyak 47 orang (58.8%) dan yang tidak

mengalami peningkatan sebanyak 33 orang (41.3%) (Ardiansyah et al., 2017).

Efek dari penggunaan DMPA juga terlihat dari beberapa penelitian

diantaranya penggunaan DMPA jangka panjang menunjukkan kadar estrogen

relative rendah dari penggunaan selama lima tahun (Nakamura, 1972).

Sementara itu, penelitian pada tikus juga melaporkan terjadinya

ketidakseimbangan hormonal dari penggunaan DMPA (Bakry et al., 2010), serta

pemberian DMPA jangka panjang menghambat perlindungan estrogen (Lestari,

Wagiyo and Elisa, 2013).

Estrogen adalah molekul vasoprotektif penting yang menyebabkan

pelebaran pembuluh darah dengan cepat dengan mengaktifkan nitrat oksida

sintase endotel (eNOS) melalui mekanisme yang tidak diketahui (Chen et al.,

1999). Pemberian Estradiol dapat memperbaiki fungsi endotel, tetapi ketika

penambahan progesterone tidak menyebabkan peningkatan fungsi endotel,

menunjukkan bahwa progestorone oral bertentangan dengan efek estradiol

pada endotel wanita sehat (Miner et al., 2011). Estrogen dan progesterone

16
bertanggung jawab terhadap efek peningkatan tekanan darah namun

mekanisme kerja masih belum diketahui (Woods, 1988).

Pemberian Estrogen secara khusus meningkatkan transkripsi dan

translasi eNOS, menghasilkan tingkat protein eNOS yang lebih tinggi di seluruh

endhotelium vascular tapi tidak pada pemberian progesterone (McNeill et al.,

1999). Estradiol merangsang sintesis nitrat oksida endotel (eNOS) dan generasi

nitrat oksida berikutnya (NO), dimana NO dipengaruhi oleh estradiol secara

langsung yang berdampak pada keuntungan dan kerugian terapi estrogen (Zhu

and Smart, 2003).

DMPA merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang berisi

hormone progesterone sintetik. Salah satu efek samping penggunaan KB

hormonal DMPA jangka panjang adalah terjadinya peningkatan tekanan darah

(Tendean and Hamel, 2017). Penggunaan DMPA jangka panjang

memperlihatkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal (Bakry and Abdullah,

2009), kadar estrogen relative rendah (Nakamura, 1972), serta terhambatnya

perlindungan estrogen (Lestari, Wagiyo and Elisa, 2013). Estrogen sebagai

molekul vasoprotektif yang dapat meningkatkan produksi NO di vaskuler

(McNeill et al., 1999), NO diketahui sebagai zat vasodilator yang berperan

dalam pengaturan keseimbangan tekanan darah (Chen et al., 1999). Namun,

bagaimana kadar NO pada penggunaan DMPA jangka panjang hubungannya

dengan peningkatan tekanan darah masih belum jelas, sehingga perlu

dilakukan study lebih lanjut untuk melihat bagaiamana kadar Nitric Oxide dari

penggunaan DMPA Jangka Panjang pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Wistar Betina.

17
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh pemberian DMPA jangka panjang terhadap kadar NO

pada Tikus Putih (Ratus Norvegicus) Wistar Betina ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian DMPA jangka panjang terhadap

kadar NO pada Tikus Putih (Ratus Norvegicus) Wistar Betina

1.3.1. Tujuan Khusus

1.3.1.1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian DMPA dosis 2,7

mg/minggu selama 4 minggu terhadap kadar NO pada

Tikus Putih (Ratus Norvegicus) Wistar Betina

1.3.1.2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian DMPA dosis 2,7

mg/minggu selama 8 minggu terhadap kadar NO pada

Tikus Putih (Ratus Norvegicus) Wistar Betina

1.3.1.3. Menganalisis perbedaan kadar NO Tikus Putih (Ratus

Norvegicus) Wistar Betina Dewasa yang diberikan DMPA

dosis 2,7 mg/minggu selama 4 minggu dengan kadar NO

Tikus Putih (Ratus Norvegicus) Wistar Betina yang diberikan

DMPA dosis 2,7 mg/minggu selama 8 minggu

18
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan atau bahan acuan dalam memahami pengaruh

pemberian DMPA jangka panjang terhadap kadar Nitric Oxide (NO)

sebagai zat vasodilator hubungannya dengan efek samping DMPA

jangka panjang terhadap peningkatan tekanan darah.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Calon dan Akseptor KB : Bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dalam memilih dan menggunakan

kontrasepsi hormonal jangka panjang.

1.4.2.2. Bagi Peneliti Lain : Sebagai bahan referensi dan sumber

bacaan untuk rmenambah wawasan dan pengetahuan

pembaca tentang bagaiamana kadar Nitric Oxide (NO) sebagai

zat vasodilator dengan penggunaan DMPA jangka panjang.

1.4.2.3. Bagi Klinik : Menghasilkan konsep mengenai bagaimana

pengaruh DMPA jangka panjang terhadap kadar Nitric Oxide

sebagai zat vasodilator hubungannya dengan peningkatan

tekanan darah

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA)

Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) dengan nama dagang

Depoprovera merupakan kontrasepsi suntik yang hanya mengandung

progestin. Secara farmakologi DMPA tersedia dalam larutan mikrokristalin

suspensi medroksiprogesteron asetat (MPA, 17-hidroksi-6a-metilpregn-4-

ene-3,20-dione 17-asetat). Dosis yang diberikan untuk mendapatkan manfaat

kontrasepsi ini adalah 150 mg yang disuntikkan secara intramuskular (IM)

setiap 12 minggu. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA di dalam darah

mencapai puncak setelah 7 hari. DMPA dapat diberikan kepada wanita usia

reproduksi baik nullipara atau yang telah memiliki anak (Ortiz et al., 1977).

Gambar 2.1 Depo Medroxy Progesterone Acetate

Sebuah Penelitian menunjukkan dari berbagai dosis minimal DMPA

(1,25 mg, 0,62 mg, 0,31 mg) didapatkan dosis minimal DMPA yang dapat

20
menurunkan konsentrasi dan viabilitas spermatozoa, serta kadar hormone

testosterone pada tikus galur adalah dosis 1,25 mg dan dosis ini setara

dengan 150 mg pada dosis manusia (Suryandari and Moeloek, 2009).

Konsentrasi serum Medroxy Progesterone Acetate (MPA) meningkat

dengan cepat dengan injeksi 150 mg DMPA dalam 3 wanita yang diteliti,

mencapai level dari 1 sampai 3 ng / ml dalam 24 jam, konsentrasi agak

konstan dalam kisaran sekitar 1 sampai 1,5 ng / ml untuk yang pertama 2

sampai 3 bulan setelah injeksi (Ortiz et al., 1977). Konsentrasi MPA serum

lebih tinggi yang dihasilkan dari suntikan 150 mg (Kirton and Cornette, 1974).

Konsentrasi serum E2 diukur dari saat injeksi DMPA sampai kadar MPA

serum menurun menjadi 0,5 sampai 0,25 ng / ml pada kisaran awal hingga

pertengahan, menunjukkan penurunan produksi estrogen ovarium yang

menunjukkan tidak adanya pematangan folikel ke keadaan preovulasi.

Tingkat serum E2 menurun pada wanita yang menerima injeksi DMPA ini

dilaporkan pada penelitian sebelumnya (Nakamura, 1972).

Mekanisme kerja utama dari kontrasepsi DMPA diketahui

menghambat Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) sehingga sekresi

Folicle Stmiulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) juga

terhambat akibatnya pematangan folikel (Sherwood L, 2014) dan ovulasi

tidak terjadi. Selain itu, kontarsepsi DMPA juga dapat mengentalkan lendir

serviks dan mucus sehingga menghambat penetrasi sperma menuju tuba

yang akhirnya mencegah terjadinya kehamilan (Sharma, Shakya and Baral,

2017).

21
2.2. Estrogen dan Progesterone

Estrogen endogen yang banyak ditemukan dalam tubuh manusia

adalah estradiol-17ß (E2), estron (E1) dan estriol (E3). Ketiganya merupakan

steroid dengan 18 atom karbon yang terbentuk dari ko-lesterol (Nelson and

Bulun, 2001). Sumber primer estradiol ialah kelenjar gonad (sel teka dan sel

granulosa ovarium pada perempuan dan sel Leydig pada laki-laki),

sedangkan estron dan estriol disintesis di hepar dari estradiol. Selain itu,

pembentukan senyawa estrogen dapat pula berlangsung di otot, jaringan

lemak, jaringan saraf dan trofoblas (Nelson and Bulun, 2001) (Christian J,

Gruber, 2002)

Estrogen adalah hormon steroid yang secara tradisional terkoneksi

dengan reproduksi wanita. Hormon ini terutama disintesis di ovarium dan

testis, tapi juga di jaringan perifer melalui aromatisasi androgen. Estrogen

memiliki fungsi penting baik di sistem reproduksi dan jaringan lainnya seperti

tulang dan sistem kardiovaskular (Enmark and Gtafssuson, 1999). Sel

endotel pada wanita dan pria juga dapat terpapar estrogen yang berasal dari

konversi testosteron atau testosteron lokal menjadi E2 oleh aromatase

(Simpson et al, 1997).

Gambar 2.2 Struktur dan Produksi Estrogen (Christian J, Gruber, 2002)

22
Efek estrogen hanya terlihat pada sel-sel dan jaringan yang memiliki

reseptor estrogen. Fungsi estrogen dalam tubuh manusia ditentukan oleh

jenis reseptor estrogen, lokasi reseptor dan interaksinya antara estrogen,

reseptornya dan struktur lain di dalam sel target. Sejauh ini dikenal dua jenis

reseptor estrogen: reseptor alfa (ERα) dan reseptor beta (ERβ). Meskipun

ERα dan ERβ berinteraksi dengan ligan estrogen yang sama, yakni estradiol-

17ß, keduanya memiliki perilaku yang berbeda, bahkan bertentangan.

Sebagai contoh, ERα yang terikat dengan ligan dapat mengaktivasi

transkripsi gen, sedangkan ERβ justru menginhibisi transkripsi (Dowall,

2003).

Progesterone merupakan hormone yang berperan dalam pengaturan

penting fungsi sistem reproduksi wanita yaitu uterus, indung telur, kelenjar

mammae dan otak serta memiliki peran penting dalam non reproduksi seperti

sistem vaskuler, sistem saraf dan tulang (Enmark and Gustafsson, 1999).

Efek progesterone dimediasi dengan mengikat reseptor progesterone nuklir.

Ketika terikat pada progesteron, Progesteron reseptor (PR) mengaktifkan

transkripsi gen target dalam beragam jaringan target seperti sistem

payudara, rahim, otak, saraf pusat dan kardiovaskular. Efek progesteron

pada jaringan target ini beragam, dan bukti sampai saat ini mendukung

pandangan bahwa koregulator memainkan peran penting dalam mengatur

besarnya dan sifat respon biologis terhadap progesterone (Enmark and

Gustafsson, 1999).

Beberapa penelitian menunjukkan peran hormone steroid pada

wanita yang berperan dalam keseimbangan vasodilatator dan vasokonstriktor

23
di pembuluh darah. Diketahui bahwa estrogen dan progesterone dapat

bertindak dengan cara yang antagonistik satu sama lain, sebuah penelitian

telah menunjukkan bahwa di saluran telur anak ayam dan uterus tikus,

progesterone mencegah kelanjutan efek estrogen (Palmiter and Wrenn,

1971). Efek estrogen dan progesterone di pembuluh darah masih

kontroversial karena variabilitas spesies dan keterbatasan dan teknik yang

berbeda dalam setiap eksperimen. Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa

estrogen dan progesterone berperan dalam produksi Nitric Oxide (NO) dan

Endothelin-1 (ET-1) (White et al., 1995).

Kadar nitric oxide (NO) di endothelium meningkat selama fase

folikuler siklus menstruasi bersamaan dengan meningkatnya 17β estradiol

dan menurun selama fase progesterone postovulasi yaitu pada saat fase

progesterone tinggi (Roselli M, Imthrun B, 1994).

Studi menunjukkan bahwa estradiol meningkatkan vasodilatas

dengan merangsang endotel NO dan respon sel otot terhadap

vasokonstriktor seperti ET-1 (White et al., 1995). Perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut efek progesterone pada pembuluh darah karena sejauh ini

penelitian berfokus pada efek pemberian estrogen saja.

Telah terbukti bahwa hanya sedikit penelitian yang terlihat

komprehensif pada tingkat coregulator Progesterone Reseptor (PR) dan

berfungsi dalam jaringan manusia, sehingga sulit untuk menilai apakah

perbedaan tindakan progesteron dapat dikaitkan dengan interaksi

coregulator tertentu dengan PR. Namun demikian, perbedaan dalam

ekspresi coregulator PR di berbagai jaringan manusia, seperti di

24
endometrium sepanjang fase siklus menstruasi yang berbeda, menunjukkan

bahwa koregulator PR berperan penting dalam mengatur respons spesifik

jaringan terhadap progesterone (Enmark and Gustafsson, 1999).

2.3. Estrogen dan Nitric Oxide (NO)

Nitric Oxide (NO) adalah sebuah molekul yang disintesis oleh enzim

NO Shyntase (NOS) yang menhasilkan NO dan Citruline melalui oksidasi

elektron dan L-arginine. Tiga isoform yang berbeda dari NOS telah

diidentifikasi pada manusia dan organisme lainnya. Dua di antaranya

dinyatakan secara konstitutif: NOS neuronal (nNOS; juga dikenal sebagai

NOS-1, karena ini adalah bentuk isoform pertama yang terdeteksi) dan NOS

endotel (eNOS; NOS-3) yang diatur oleh kalsium (Ca2+) dan calmodulin dan

dengan modifikasi enzim pasca translasi. Bentuk ketiga adalah NOS yang

dapat diinduksi (iNOS; NOS-2) diatur oleh stimulasi sitokin, dan

menghasilkan jumlah NO yang jauh melebihi yang dihasilkan oleh dua

isoform lainnya. Enzim ini semua memerlukan beberapa kofaktor untuk

fungsi yang tepat, termasuk tetrahydrobiopterin (BH4), nikotinamida-adenin-

dinukleotida fosfat (NADPH), flavin adenin dinukleotida, dan flavin

mononukleotida. eNOS telah diidentifikasi pada sel-sel otot endotel, miosit

jantung, sel-sel tulang, dan neuron. nNOS telah ditemukan di neuron, otot

rangka, pankreas, dan ginjal. iNOS dapat diekspresikan di hampir semua

jenis sel di bawah stimulasi sitokin, namun juga secara konstruktif

diekspresikan di beberapa jaringan seperti dinding usus. NO memilki

sejumlah fungsi fisiologis untuk homeostatis vaskuler. Namun, satu jalur

umum di pembuluh darah melibatkan pengaktifan guanylyl cyclase yang

25
larut, yang kemudian menghasilkan GMP siklik (cGMP). cGMP tampaknya

menjadi utusan kedua yang bertanggung jawab untuk menengahi fungsi

vasorelaksinasi dan antiplatelet. NO menghambat proliferasi dan migrasi

SMC melalui cGMP, walaupun jalur cGMP untuk tindakan ini juga telah

ditemukan. NO juga bisa bertindak langsung pada jalur kalium yang

bergantung kalsium, yang menyebabkan relaksasi otot polos. Efek

vasoprotektive dari NO yaitu proliferasi sel endotel, perlindungan sel endotel

dari apoptosis, dan penghambatan terhadap inflamasi sel (Barbato and

Tzeng, 2004).

Estrogen adalah molekul vasoprotektif menyebabkan pelebaran

pembuluh darah dengan cepat mengaktifkan endothelial nitrit oxide

shyntase (eNOS) (Chen et al., 1999) (McNeill et al., 2002), meningkatkan

produksi NO dan relaksasi vaskuler (Knowlton and Lee, 2012), aktivator

cepat endothelial nitrit oxide shyntase (eNOS) dan penentu utama

homeostatis kardiovaskuler (Haynes et al., 2000). Estrogen merupakan

molekul atheroprotektif yang penting menyebabkan pelebaran cepat

pembuluh darah dengan merangsang eNOS. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa estrogen memodulasi produksi NO (Liao, Magness and Chen, 2005).

Gambar 2.3 Biosintesis Nitrit Oxide (NO) oleh estrogen untuk


relakasasi pada otot polos vaskuler (White et al., 1995)

26
Estrogen memiliki efek vasodilatasi yang cepat dan tindakan jangka

panjang yang menghambat respons terhadap cedera vascular, Efek ini

dimediasi oleh aksi langsung pada sel endotelial vaskuler dan sel otot polos.

Efek jangka pendek estrogen pada pembuluh darah tanpa perubahan

apapun pada ekspresi gen (efek nongenomik) dan efek jangka panjang

estrogen melibatkan perubahan eskpresi gen (efek genomik) yang dapat

dimediasi oleh reseptor estrogen (Michael et al., 1999)

Gambar 2.4 Efek langsung hormone estrogen pada pembuluh darah (Michael
et al., 1999)

Beberapa penelitian menjelaskan mekanisme pengaktifan eNOS

diantaranya studi sel endothelial ovum utuh, 17β-estradiol (E2)

menyebabkan aktivasi eNOS melalui mekanisme mitogen-activated protein

kinase (MAP kinase-dependent) (Chen et al., 1999), keterlibatan reseptor

estrogen membrane menghasilka pelepasan NO endotel secara cepat

memalui jalur phosphatidylinositol-3-kinases (PI3-Kinase-Akt) (Haynes et al.,

2000). Penelitian juga melaporkan bahwa Aktivasi E2 maupun translokasi

eNOS dari membrane plasma pada stimulasi E2 telah ditemukan

bergantung pada kalsium (Goetz et al., 1999), (Hisamoto et al., 2001).

27
Selain itu, E2 juga ditemukan untuk menginduksi asosiasi heat shock protein

90 (HSP90-eNOS), memberikan bukti lebih lanjut untuk peran HSP90 dalam

aktivasi eNOS oleh E2 (Russell et al., 2000).

Estrogen berperan dalam remodeling jantung dan respon terhadap

cedera, studi dasar menunjukkan bahwa estrogen berperan dalam

mencegah apoptosis dan nekrosis sel jantung dan endotel (Knowlton and

Lee, 2012). Aktivasi reseptor estrogen pada jaringan serebrovaskuler

menghasilkan peningkatan aktivitas eNOS dan kadar protein. Pada sebuah

studi lain dikatakan estrogen memiliki efek pada cedera vaskuler yang

berperan dalam penyembuhan endotel vaskuler yang cedera dimana terjadi

reendothelialization dan relaksasi yang lebih besar pada segemn arteri yang

sebelumnya terluka yang dikaitkan dengan peningaktan kapasitas produksi

NO (McNeill et al., 1999).

Gambar 2.5 Mekanisme Cepat, Aktivasi Nongenomik Sintase Oksida


Nitrat oleh Estrogen pada Sel Endothelial dan Sel Otot
polos vaskuler (Michael et al., 1999)

Sebagian besar kerja kardiovaskuler berfokus pada ERα, ERα

mengurangi produksi NO basal pada aorta tikus yang diobati dengan E2

28
sementara ERβ tidak berpengaruh pada produksi NO (Darblade et al., 2002).

ERα dan ERβ dapat mengaktifkan eNOS, namun ada perbedaan dalam hasil

penelitian ini mengenai reseptor mana yang bertanggung jawab untuk

aktivasi eNOS pada sel endotel. Penelitian menggunakan model dewasa

(tikus dan domba hamil) semuanya menemukan bahwa ERα adalah reseptor

predominan yang terkait dengan membran sel endotel dan dengan caveolae.

Penelitian pada model dewasa menunjukkan ERα menjadi estrogen reseptor

(ER) utama yang terkait dengan caveolae pada sel endotel (Liao, Magness

and Chen, 2005).

2.4. Nitric Oxide (NO) dan Reseptor ETB

Dua subtipe reseptor, reseptor endothelin-A (ETA) dan reseptor

endothelin-B (ETB), yang biasanya memiliki tindakan yang berlawanan,

memediasi tindakan endotermal. Reseptor ETA berfungsi untuk

meningkatkan vasokonstriksi, pertumbuhan dan inflamasi sedangkan

reseptor ETB menghasilkan vasodilatasi, meningkatkan ekskresi natrium dan

menghambat proliferasi dan inflamasi (Schneider, Boesen and Pollock,

2007).

Reseptor ETA dan ETB yang terletak pada otot polos vaskular

memediasi efek vasokonstriktor yang merupakan karakteristik endothelin.

Meskipun sinyal yang bertanggung jawab atas vasokonstriksi yang

disebabkan oleh endotelin di vaskular yang berbeda masih diselidiki secara

aktif, umumnya diketahui bahwa aktivasi fosfolipase C, inositol trifosfat, dan

mobilisasi (Ca2+) dari intra dan ekstraselular terlibat reseptor ETB yang

memberikan peran ganda pada vaskular, karena aktivasi reseptor ET B yang

29
terletak pada endotelium merangsang produksi metabolit siklooksigenase

nitrat dan vasodilator, yang memberikan efek vasorelaksis pada otot polos

(Schneider, Boesen and Pollock, 2007).

Reseptor ETB pada otot polos polos vaskuler endothelin merupakan

mediasi efek vasokonstriktor pada otot polos vaskuler endothel (Schneider,

Boesen and Pollock, 2007). Aktivasi reseptor ETB memberikan peran pada

vaskuler karena aktivasi reseptor ETB yang terletak pada endothelium

merangsang produksi NO dan vasodilatator yang memberikan efek

vasorelaksan pada otot polos (Schneider, Boesen and Pollock, 2007).

Pada sel endotel, Aktivasi reseptor ET B terjadi ketika ET-1 berikatan

dengan reseptor ETB yang akan meningkatkan [Ca2+] dan menghasilkan

Nitric Oxide (NO) di sel endotel. ET-1 merangsang pelepasan NO melalui

aktivasi dari reseptor ETB (Plato, Pollock and Garvin, 2000). Kemudian NO

yang berasal dari L-arginine oleh NOS di sel endotel tersebut yang dapat

menyebabkan relaksasi otot polos (Niwa et al., 2000).

Gambar 2.6. Reseptor Endothelin yang mempengaruhi Tekanan Darah


(Schneider, Boesen and Pollock, 2007).

Blockade reseptor ETA menghasilkan rata-rata penurunan kecil atau

tidak ada perubahan pada tekanan arteri, menunjukkan bahwa reseptor ET A

berperan relatif kecil dalam menetukan vaskuler individu sehat. Sebaliknya

blockade reseptor ETB akut dan kronis secara konsisten telah terbukti

30
meningkatkan tekanan arteri (Pollock, 2001). Aktivasi reseptor ETA juga

meningkat namun diperkuat lagi oleh hilangnya produksi NO melalui reseptor

ETB, dengan demikian reseptor ETA memilki peran penting dalam

mengendalikan tekanan darah dan pengaturan vaskuler dari pada reseptor

ETA dengan melindungi vaskulatur melawan efek vasokonstriktor yang kuat

dari endothelin endogen (Schneider, Boesen and Pollock, 2007).

Studi terbaru pada tikus menunjukkan bahwa reseptor ETA berperan

dalam remodeling vaskuler setelah cedera sementara reseptor ET B

menghambat cedera vaskuler melaui pelepsan NO (Nuedling et al., 2003).

2.5. Hewan Coba

Hewan coba banyak digunakan dalam studi eksperimental berbagai

cabang medis dan ilmu pengetahuan dengan pertimbangan hasil penelitian

dapat diaplikasikan langsung pada manusia untuk alasan praktis dan etis.

Pemakaian hewan coba untuk penelitian klinis pada manusia telah

memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman tentang berbagai proses

fisiologis dan patologis yang mempengaruhi manusia (Ferreira et al., 2008)

Tikus merupakan hewan rodensia banyak digunakan dalam

penelitian. Tikus sebagai “mouse model” sangat cocok untuk penelitian

penyakit pada manusia dengan adanya kesamaan organisasi DNA dan

ekspresi gen dimana 98% gen manusia memiliki gen yang sebanding dengan

gen tikus. Tikus juga memiliki kesamaan dengan manusia dalam sistem

reproduksi, sistem syaraf, penyakit (kanker, diabetes) dan bahkan

kecemasan. Melalui penelitian manipulasi gen tikus dapat dipakai untuk

pengembangan pengobatan penyakit manusia, membantu memahami

31
fisiologis manusia dan penyebab penyakit (Badan Penelitian dan

PengembanganPertanian and Pertanian, 2008).

Tikus sebagai hewan coba di laboratorium yang paling umum

digunakan adalah tikus Norwegia yang telah berevolusi menjadi Rattus

Norvegicus yang hidup terutama dalam liang di tanah. Rattus Norvegicus

mempunyai tiga galur, yiatu Sprague Dawley, Wistar dan Long Evans. Galur

Spargue Dawley memiliki tubuh yang ramping, kepala kecil, telinga tebal dan

pendek dengan rambut lebih halus, serta ukuran ekor lebih panjang dari

pada badannya. Galur wistar memilki kepala yang besar dan ekor yang

pendek sedangkan galur Long Evans memeiki ukuran tubh yang lebih kecil

serat bulu kepala dan bagian tubuh depan berwarna hitam. Berdasarkan

perilaku alami, semua spesies rodensia termasuk tikus adalah species sosial

dan harus rutin ditempatkan berpasangan atau kelompok, dengan beberapa

pengecualian.

Tikus laboratorium hidup sekitar 2 hingga 3.5 tahun (rata-rata tiga

tahun). Sedangkan harapan hidup manusia adalah 80 tahun, dengan variasi

di berbagai Negara-negara sesuai dengan konsisi sosial dan ekonomi. Oleh

karena itu, satu tahun manusia hampir sama dengan dua minggu tikus (13.8

hari tikus). 26.7 hari manusia sama dengan 1 hari tikus ( Sengupta P, 2013).

Di dalam melakukan percobaan dengan menggunakan hewan coba,

seringkali menggunakan bahan kimia baik sebagai bahan yang akan diteliti

maupun sebagai pembanding. Untuk itu perlu diketahui cara mengubah dosis

manusia ke hewan coba. Berikut tabel konversi dosis hewan percobaan :

32
Tabel 2.1 Konversi dosis Hewan Percobaan (Stevani, 2016)

Mencit Tikus Kelinci Manusia


20 g 200 g 1,5 kg 70 kg
Mencit
1,0 7,0 27,80 387,9
20 g
Tikus
0,14 1 3,9 56,0
200 g
Kelinci
0,04 0,25 1,0 14,2
1.5 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,07 1,0
70 kg

33
2.6. Kerangka Teori

DMPA Jangka
Panjang

↑Serum DMPA

↑Progesterone

Inhibisi GnRH

Sekresi FSH & LH


terhambat

Pematangan Folikel
&
Ovulasi tidak terjadi

↓Estrogen

Jalur PI3-Kinase –akt


Jalur MAP-Kinase/TK
HSP90
Ca2+ ↑Prepro-ET-1

↓eNOS
L- arginine L- Citruline + ↓NO ↑Big ET-1

ECE-1

↑ET-1
Guanylate Cyclase
GTP cGMP ETB ETA
↓Ca2+

↓Vasodilatasi ↑Vasokontriksi Vaskuler


Vaskuler

Peningkatan Tekanan Darah ↑Resistensi Vaskuler

Gambar 2.7 Kerangka Teori (Kirton and Cornette, 1974; Barbato and Tzeng,
2004; Roselli M. Imthrun B, 1994; Chambliss and Shaul, 2002;Schneider,
Boesen and Pollock, 2007)

34
Keterangan :
DMPA : Depo Medroxy Progesterone Acetate
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
LH : Luitenizing Hormon
FSH : Folicle Stimulating Hormon
Ca2+ : Calsium
PI3-Kinase-Akt : Phosphatidylinositol-3-Kinase-Akt
MAP-Kinase : Mitogen Activated Protein Kinase
TK : Tirosin Kinase
eNOS : Endothelin Nitric Oxide Sintase
NO : Nitric Oxide
GTP : Guanosine Triphosphate
cGMP : Cyclic Guanosine Monophosphate
HSP90 : Heat Shock Protein 90
ET-1 : Endothelin-1
ETA : Reseptor Endothelin-A
ETB : Reseptor Endothelin-B

2.7. Kerangka Konsep

DMPA Progesterone ↑ Kadar


Jangka Panjang Estrogen ↓ Nitric Oxide (NO)

Keterangan :

Variabel independen =

Variabel dependen =

Varabel Antara =

Gambar 2.8 Kerangka Konsep

35
2.8. Hipotesis Penelitian

2.8.1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada pengaruh pemberian DMPA jangka panjang terhadap kadar

Nitric Oxide (NO) Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Wistar Betina

2.8.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh pemberian DMPA jangka panjang terhadap kadar Nitric

Oxide (NO) Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Wistar Betina

2.9. Defenisi Operasional

Tabel 2.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat dan Metode skala


1. DMPA Pemberian Serum Depo Setiap minggu dilakukan Nomina
Jangka Medroxy Progesterone Acetate pemberian injeksi DMPA l
Panjang (DMPA) yang dikemas dalam sampai selama 4 minggu
bentuk vial merupakan dan 8 minggu di bagian
kontrasepsi Suntik Andalan paha tikus dengan dosis
terdaftar dengan merek Depo pemberian 2.7 mg untuk
Medroxy Progesterone Acetate satu kali pemberian.
(DMPA) di produksi oleh
Harsen Jakarta-Indonesia
diberikan selama 4 minggu dan
8 minggu
2. Kadar Nitric NO adalah protein alamiah di Kadar NO plasma Rasio
Oxide (NO) dalam tubuh yang dilepaskan diperiksa dengan Teknik
oleh sel endotel pembuluh ELISA menggunakan Kit
darah yang berperan sebagai Rat NO “Sandwich
substansi dilator. ELISA Kit” oleh Bioassay
Technology Laboratory
Sanghai, China dengan
microplate reader (
Elisa reader) pada
panjang gelombang 450
nm

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian True-

Eksperiment dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design

dimana penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan (intervensi)

kemudian dilakukan pengukuran. Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut

dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelompok kontrol yang tidak

menerima perlakuan (intervensi) (Notoadmodjo S, 2012), (Sastroasmoro S,

Ismael S, 2016).

4 minggu 8 minggu

K K1 K2

A S

P P1 P2

Gambar 3.1 Skema Desain Penilitian

Keterangan :

A : Aklimatisasi. Pada kelompok ini sampel hanya akan diberi pakan

standar dan air minum ad libitum selama 8 minggu.

S : Sampel. Sampel akan dibagi ke dalam 2 kelompok.

K : Kelompok kontrol yang hanya akan diberi pakan standar dan air

minum ad libitum selama 8 minggu.

37
P : Kelompok perlakuan akan diberikan pakan standar, air minum dan

DMPA dengan dosis 2.7 mg satu kali/minggu. Perlakuan ini dilakukan

selama 8 minggu.

K1 : Kadar NO kelompok Kontrol DMPA setelah 4 minggu

K2 : Kadar NO kelompok Kontrol setelah DMPA 8 minggu

P1 : Kadar NO kelompok Perlakuan DMPA setelah 4 minggu

P2 : Kadar NO kelompok Perlakuan DMPA setelah 8 minggu

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Entomologi Hewan

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan Pengukuran Kadar

NO di Laboratorium Mikrobiologi RSP Universitas Hasanuddin.

3.2.2. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2018 di

Laboratorium Entomologi Hewan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin dan Laboratorium Mikrobiologi RSP Universitas

Hasanuddin.

3.3. Populasi dan Tekhnik Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Tikus Puith (Rattus Norvegicus) Wistar

Betina di Laboratorium Entomologi Hewan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar

3.3.2. Tekhnik Sampel

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian adalah tekhnik non-

probability sampling yaitu secara Quota Sampling dilakukan dengan

cara menetapkan sejumlah anggota sampel secar quotum atau

38
jatah, kemudia jumlah quotum itulah yang dijadikan dasar untuk

mengambil unit sampel yang diperlukan (Notoadmodjo S, 2012).

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (tidak

diberikan DMPA) yaitu 6 ekor tikus betina dan perlakuan DMPA

yaitu 6 ekor tikus betina, jadi jumlah sampel dalam penelitian yaitu

12 ekor tikus yang dipilih berdasarkan :

Kriteria Inklusi :

a. Galur Wistar Betina

b. Umur 140 – 168 hari

c. Sehat dan aktif

d. Berat badan 200 – 250 gram

Kriteria Eksklusi :

Tikus sakit atau mati saat penelitian berlangsung

Tikus hamil

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

a. KIT Nitric Oxide (NO)

b. Timbangan digital

c. Kandang Tikus

d. Tabung EDTA

e. Alat Centrifuge

f. Spoit 1cc

g. Eppendorf Tube

2. Bahan Penelitian

39
a. Larutan DMPA

b. Spesies Tikus Putih (Rattus Norvegicus) jenis Galur Wistar Betina

dewasa

c. Pakan Tikus standar jenis AD2

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. DMPA

Tikus akan disuntik DMPA secara intramuskular (IM) pada otot

quadricep menggunakan dosis 2,7 mg/minggu selama 8 minggu.

Konversi Dosis tersebut diperoleh dari :

Dosis DMPA untuk Tikus dengan BB 200 gram

= Dosis Lazim DMPA pada Manusia x Faktor konversi

= 150 mg x 0,018

= 2.7 mg/minggu

Dosis yang digunakan juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Bakry and Abdullah, 2009) (Bakry et al., 2010)

(Hegazy and Hegazy, 2015) (Girling et al., 2004)(Hegazy and

Hegazy, 2015) (Sharma, Shakya and Baral, 2017)

3.5.2. Perlakuan Terhadap Hewan Coba

Seluruh sampel tikus putih (Rattus Norvegicus) Wistar betina akan

dikandangkan secara berkelompok di Laboratorium Entomologi

Fakultas Kedokteran Unhas. Selama penelitian berlangsung,

sampel akan mendapatkan pakan dan air minum standar yang

sama. Untuk adaptasi, sampel hanya akan diberikan pakan standar

dan air minum ad libitum selama tujuh hari pertama. Selanjutnya,

40
sampel akan dibagi secara acak ke dalam dua kelompok sebagai

berikut.

3.5.2.1. Kelompok Kontrol (K)

Kelompok kontrol hanya akan diberikan pakan standar

dan air minum ad libitum selama 8 minggu.

3.5.2.2. Kelompok Perlakuan (P)

Kelompok perlakuan akan diberikan pakan standar, air

minum ad libitum, dan DMPA dengan dosis setiap

satu kali/minggu selama 8 minggu

3.5.3. Pemeriksaan Nitric Oxide (NO)

Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar Nitric Oxide (NO) dengan

menggunakan ELISA kit, maka terlebih dahulu dilakukan

pengambilan sampel darah tikus pada minggu ke-4 dan minggu ke-

8 setelah perlakuan DMPA. Kemudian dilakukan persiapan

spesimen plasma menggunakan EDTA, dilanjutkan dengan

melakukan centrifuge dengan kecepatan 2000-3000 RPM selama

15 menit, selanjutnya plasma yang diperoleh disimpan dalam lemari

pendingin dengan suhu -20oC. Pemeriksaan kadar NO

menggunakan microplate reader ( Elisa reader) pada panjang

gelombang 450 nm. Adapun prosedur pemeriksaan kadar Nitric

Oxide (NO) dengan metode ELISA yaitu :

3.5.3.1. Mempersiapkan semua reagen, standar solution dan

sampel sesuai petunjuk. Menyimpan dan membawa

41
semua reagen ke suhu ruangan sebelum digunakan.

Uji ini dilakukan pada suhu ruangan.

3.5.3.2. Menentukan Jumlah strip yang diperlukan untuk

pemeriksaan. Masukkan strip di frame untuk

digunakan. Strip yang tidak digunakan harus disimpan

pada suhu 2-8oC

3.5.3.3. Menambahkan 50 μl standar ke standar well

3.5.3.4. Menambahkan 40 μl sampel ke sampel well dan

kemudian tambahkan 10 antibodi anti-NO ke well

sampel, kemudian tambahkan 50 streotavidin-HRP ke

sampel well dan standar well. Menutup plate dengan

sealer. Inkubasi 60 menit pada suhu 37 oC

3.5.3.5. Melepaskan sealer dan cuci plate 5 kali dengan buffer

cuci. Rendam well dengan 0,35 ml wash buffer selama

30 detik hingga 1 menit untuk setiap pencucian. Untuk

pencucian otomatis, aspirasi semua well dan cuci 5

kali dengan wash buffer, overtilling well dengan wash

buffer. Blot plate pada kertas untuk well atau bahan

penyerap lainnya

3.5.3.5. Menambahkan 50 μl substrat solution A ke setiap well

dan kemudian 50 μl substrat solution B ke setiap well.

Inkubasikan plate cover selama 10 menit pada suhu

37oC tanpa cahaya

42
3.5.3.6. Menambahkan 50 μl larutan untuk masing-masing strip

dan segera akan berubah menjadi kuning

3.5.5.7. Menetukan optical density (nilai OD) dari setiap well

segera menggunakan microplate reader (ELISA

reader) pada panjang gelombang 450 nm dalam 30

menit setelah menambahkan stop solution.

43
3.6. Alur Penelitian
Memilih tikus betina usia empat minggu yang ada di Lab Entomologi Fak
Kedokteran Universitas Hasanuddin

Persiapan penelitian seperti pembuatan kandang, pembersihan lokasi, persiapan


makanan

Perawatan tikus hingga umur dewasa (140-168 hari)

Randomisasi

Kontrol (K) Perlakuan (P)


n=6 n=6

Pakan standar Pakan standar + suntik DMPA


IM (2,7 mg/minggu)

4 Minggu
Minggu ke-4 Minggu ke-4

Mengambil darah untuk Mengambil darah untuk


mengukur kadar NO mengukur kadar NO

Pakan standar Pakan standar + suntik DMPA


(2,7 mg/minggu)

Minggu ke-8 Minggu ke-8

Mengambil darah untuk Mengambil darah untuk


mengukur kadar NO mengukur kadar NO

Analisa Data

Kesimpulan

Gambar 3.2 Alur Penelitian

44
3.7. Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1. Pengolahan Data

Cara pengolahan data dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah

yaitu :

3.6.1.1. Editing, data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali

kebenarannya.

3.6.1.2. Coding, data yang telah diedit kemudian diberi kode numeric

(angka) yang terdiri atas beberapa kode.

3.6.1.3. Entry data, setelah dilakukan kegiatan editing dan koding

dilanjutkan dengan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database

computer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau dengan membuat table kontingensi.

3.6.1.4. Melakukan teknik analisis, melakukan analisis khususnya

terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic

terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis dengan menggunakan bantuan computer program

SPSS yang akan menjawab hipotesis penelitian.

3.6.2. Analisa Data

3.6.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis data untuk memberikan gambaran tentang

karakteristik data yang didapatkan dari hasil peneltian

berupa mean (rata-rata) dan standar deviasi kadar Nitric

Oxide (Dahlan, S, 2016). .

45
3.6.2.2. Analisis Normalitas

Analisis normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Data berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 (Dahlan, S,

2016).

3.6.2.3. Uji Komparatif

Analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata

kadar Nitric Oxide (NO) pada 2 kelompok tidak berpasangan

(kelompok kontrol DMPA dan kelompok pemberian DMPA)

yaitu Unpaired T-Test karena seluruh data berdistribusi

normal. Analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh

waktu terhadap kadar NO pada pemberian DMPA adalah

Paired T-Test (data berdistribusi normal) dengan tingkat

kemaknaan 5% (p < 0,05).

46
BAB IV

HASIL

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental dengan menggunakan

Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor tikus

putih (Rattus Norvegicus) galur wistar betina. Sampel dibagi menjadi dua kelompok

masing-masing berjumlah 6 ekor yaitu kelompok kontrol (tanpa perlakuan) dan

kelompok perlakuan (pemberian DMPA). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis

statistik kadar NO antar kelompok minggu ke-4 dan minggu ke-8 dengan

menggunakan uji unpaired t-test maka diperoleh hasil seperti di bawah ini :

160 *
140

120
KADAR NO (μmol/L)

100

80
KONTROL
60
PERLAKUAN
40

20

0
4 8
Minggu

Gambar 4.1 Perbedaan Rerata Kadar NO plasma Minggu ke-4 dan Minggu ke-8 antar
Kelompok. Minggu ke-4 kadar NO diukur pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) dan
kelompok perlakuan (diberikan injeksi DMPA dosis 2.7 mg/minggu). Selanjutnya, minggu
ke-8 kadar NO diukur pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) dan kelompok perlakuan
(diberikan injeksi DMPA dosis 2.7 mg/minggu), *menunjukkan perbedaan bermakna rerata
kadar NO antar kelompok kontrol dan perlakuan minggu ke-8 (p<0.05); n=6 ekor tikus betina.

47
Gambar 4.1 Pada minggu ke-4 pemberian DMPA dilakukan pengukuran

kadar NO baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Rerata Kadar

NO minggu ke-4 pada kelompok kontrol yaitu 111.21 ± 39.87 μmol/ sedangkan pada

kelompok pemberian DMPA yaitu 127.73 ± 19.04 μmol/L menujukkan tidak terdapat

perbedaan rerata kadar NO pada minggu ke-4 dengan nilai p=0.24. Dari grafik juga

memperlihatkan pada pemberian DMPA 4 minggu belum terlihat kadar NO yang

lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada 4

minggu pemberian DMPA belum terlihat pengaruh terhadap perubahan kadar NO

pada tikus.

Selanjutnya, pada minggu ke-8 pemberian DMPA dilakukan pengukuran

kadar NO baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Rerata Kadar

NO minggu ke-8 pada kelompok kontrol yaitu 127.46 ± 19.40 μmol/L sedangkan

pada kelompok pemberian DMPA kadar NO terlihat lebih rendah yaitu 99.12 ± 24.63

μmol/L. Pada minggu ke-8 terlihat rerata perbedaan kadar NO antara kelompok

kontrol dan perlakuan sebesar 28.34 μmol/L, menujukkan kadar NO jauh lebih

rendah dibanding kelompok kontrol dengan nilai *p=0.04. Hal ini menunjukkan

bahwa pada 8 minggu pemberian DMPA terlihat pengaruh terhadap kadar NO pada

tikus.

48
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Subjek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian Depo Medroxy Progesterone Acetate

(DMPA) jangka panjang terhadap kadar nitric oxide, maka dilakukan penelitian

eksperimental dengan rancangan Posttest Only Control Group Desain

menngunakan 12 tikus putih (Rattus Norvegicus) galur Wistar betina, dewasa

umur 140-168 hari, dengan berat badan tikus 200-250 gram. Tikus tersebut

dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

DMPA. Kelompok kontrol diberikan pakan standard dan minum ad libitum tiap

hari selama perawatan dan perlakuan DMPA. Kelompok perlakuan diberikan

DMPA dengan dosis 2.7mg/minggu selama 8 minggu kemudian dilakukan

pengukuran kadar NO pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.

Berdasarkan hasil uji normalitas seluruh data kadar Nitric Oxide (NO)

tikus baik pada kelompok kontrol dan perlakuan data yang diperoleh

berdistribusi normal. Hasil Uji unpaired t-test digunakan untuk melihat pengaruh

DMPA pada Minggu ke-4 dan minggu ke-8 kelompok kontrol dan pemberian

DMPA diperoleh nilai p>0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok kontrol dan pemberian DMPA diperoleh nilai p<0.05

yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan

pemberian DMPA. Sedangkan uji paired T-Test digunakan untuk melihat

pengaruh waktu dari masing-masing kelompok diperoleh nilai p>0.05 yang

49
artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minggu ke-4 dan

minggu ke-8 kelompok kontrol serta antara minggu ke-4 dan minggu ke-8

kelompok DMPA.

5.2. Analisis Perbedaan kadar Nitric Oxide Minggu ke-4 dan Minggu ke-8

antar kelompok

Dalam penelitian ini terlihat perbedaan bermakna kadar nitric oxide

(NO) pada kelompok tikus yang diberikan DMPA, kadar NO minggu ke-8 lebih

rendah dibanding minggu ke-4. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kadar nitric

oxide mengalami penurunan minggu ke-8 pemberian DMPA. Bertambahnya

waktu pemberian memberikan efek penurunan kadar NO pada tikus yang

diberikan DMPA. Sedangkan pada kelompok tikus yang tidak diberikan DMPA

pada minggu ke-4 dan minggu ke-8 menunjukkan tidak terdapat perbedaan

bermakna antara minggu ke-4 dan minggu ke-8 namun jika dilihat rerata kadar

NO mengalami kenaikan dari minggu ke-4 ke minggu ke-8 pengukuran.

Efek pemberian DMPA jangka panjang terhadap estrogen fungsinya

pada vaskuler dalam produksi kadar nitric oxide yang berperan sebagai zat

vasodilator dapat dilihat antara kelompok yang diberikan DMPA dengan

kelompok yang tidak diberikan DMPA pada minggu ke-8 pengukuran terlihat

terjadi penurunan kadar nitric oxide serta terlihat perbedaan bermakna kadar

nitric oxide antara kelompok yang tidak diberikan DMPA dan kelompok yang

diberikan DMPA pada minggu ke-8, sementara pada minggu ke-4 pemberian

DMPA belum terlihat terjadi penurunan akadar NO bermakna, kadar NO pada

minggu ke-4 kelompok tikus DMPA hampir sama dengan kadar NO kelompok

yang tidak diberikan DMPA. Hal ini menunjukkan bahwa kadar NO kelompok

50
pemberian DMPA selama 4 minggu relatif masih normal dan belum menujukkan

penurunan yang bermakna ke kadar NO yang lebih rendah.

Hal ini berhubungan dengan teori dan hasil penelitian menyebutkan

bahwa kadar estrogen relative rendah dari penggunaan DMPA selama lima

tahun (Nakamura, 1972). Pemberian dan penambahan DMPA dalam waktu

yang lebih lama menghambat perlindungan estrogen (Lestari, Wagiyo and Elisa,

2013). Sedangkan Tanepanicchakul, dkk menyatakan bahwa pada pemakaian

KB DMPA jangka panjang terjadi penuruan kadar estradiol sampai mencapai

kadar terendah tetapi masih dalam kisaran pada fase folikuler dini tetapi masih

lebih tinggi dibandingkan pada keadaan menopause (Taneepanichskul et al.,

1997).

Penelitian menunjukkan peran hormone steroid pada wanita yang

berperan dalam keseimbangan vasodilator dan vasokonstriktor di pembuluh

darah. Beberapa bukti telah menunjukkan Estrogen dan progesterone berperan

dalam produksi kadar NO (White et al., 1995). Kadar nitric oxide di endothel

meningkat ketika estradiol juga meningkat dan menurun selama progesterone

tinggi (Roselli M, Imthrun B, 1994).

Kadar nitric oxide (NO) di endothelium meningkat selama fase

folikuler siklus menstruasi bersamaan dengan meningkatnya 17β estradiol dan

menurun selama fase progesterone postovulasi yaitu pada saat fase

progesterone tinggi (Roselli M, Imthrun B, 1994).

Estrogen adalah molekul vasoprotektif menyebabkan pelebaran

pembuluh darah dengan cepat mengaktifkan endothelial nitrit oxide shyntase

(eNOS) (Chen et al., 1999) (McNeill et al., 2002), meningkatkan produksi NO

51
dan relaksasi vaskuler (Knowlton and Lee, 2012), aktivator cepat endothelial

nitrit oxide shyntase (eNOS) dan penentu utama homeostatis kardiovaskuler

(Haynes et al., 2000).

Penelitian memperlihatkan dari penggunaan DMPA selama satu tahun

yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 47 orang dari 100 ibu

yang diteliti (Runiari and Kusmarjathi, 2011), penelitian lain juga

memperlihatkan bahwa ibu yang menggunakan DMPA selama 2 tahun sekitar

46.7% yang dikategorikan dalam pra-hipertensi (Ardiansyah et al., 2017).

Penelitian lain yang dilakukan Taneepanichskul (1979) mengatakan

bahwa progesteron berperan dalam kejadian hipertensi diperlukan evaluasi

lebih lanjut, karena pasien yang hipertensi setelah pengobatan DMPA masih

kontroversial, hal ini terlihat setelah pemberian 3 bulan DMPA tidak

menyebabkan hiperteNsi secara klinis (Taneepanichskul et al., 1997). Beberapa

penelitian gagal menemukan secara signifikan bahwa DMPA dikaitkan dengan

peningkatan tekanan darah.

Hal ini terlihat juga dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Runiari and

Kusmarjathi, 2011) juga menjelaskan bahwa dari penggunaan kontrasepsi

suntikan progesterone selama < 12 bulan kebanyakan mempunyai tekanan

darah normal yaitu 11 responden (73,3%). Kelompok responden yang memakai

kontrasepsi suntikan selama 12-24 bulan kebanyakan mempunyai tekanan

darah masih normal yaitu 16 responden (55,2%). Sedangkan kelompok

responden yang memakai kontrasepsi suntikan > 24 bulan kebanyakan memiliki

tekanan darah yang tergolong pre-hipertensi yaitu 11 responden (68,8 %).

52
Studi klinis dan hewan telah menunjukkan efek menguntungkan

estrogen pada sistem vaskular. Namun, karena estrogen mempengaruhi begitu

banyak proses seluler, sangat penting untuk memahami yang lebih luas tentang

mekanisme molekuler, baik genom dan non-genomik, dimana estrogen

menginduksi sinyal seluler dan memodulasi respons vaskular terkait

penggunaan DMPA jangka panjang. (Tostes et al., 2003)

Keterlibatan reseptor ETB dalam produksi dan pelepasan NO di

endothel melalau ET-1 yang selanjutnya akan berperan dalam relaskasi otot

polos perlu dikaji lebih lanjut, mengingat penelitian ini tidak dilakukan

pemeriksaan reseptor ETB sehingga sulit untuk menentukan apakah efek dari

penggunaan DMPA telah memepengaruhi reseptor ET B dalam produksi NO dari

penggunaan DMPA.

5.3. Keterbatasan Peneltian

Penelitian ini memiliki beberapa faktor yang menyebabkan hasil penelitian

tidak bermakna secara statistik diantaranya :

5.3.1. Belum adanya penelitian-penelitian terdahulu terkait Pemberian

Hormon Progesterone khususnya kontrasepsi DMPA yang melihat

kadar Nitric Oxide efeknya ke vaskuler sebagai zat vasodilator

hubungannya dengan peningkatan tekanan darah sehingga belum

dapat dilakukan perbandingan dengan kadar Nitric Oxide dari

pemberian DMPA 4 dan 8 minggu yang ditemukan oleh peneliti.

5.3.2. Pemeriksaan kadar hormone estrogen progesterone tidak dilakukan

setelah penggunaan DMPA 4 minggu dan 8 minggu

53
5.3.3. Kadar eNOS yang tidak diketahui apakah mengalami kenaikan atau

penurunan dari penggunaan DMPA 4 minggu dan 8 minggu,

mengingat eNOS memilki peran penting dalam produksi NO dalam

pengaturan tekanan darah

5.3.4. Pemeriksaan ekspresi reseptor ETB tidak dilakukan, reseptor ETB

memiliki peran penting terhadap produksi NO melalui ET-1

54
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Setelah 4 minggu pemberian DMPA kadar NO tidak berbeda antara tikus

yang diberikan DMPA dan tidak diberikan DMPA. Namun, setelah 8

minggu pemberian DMPA dengan dosis yang sama kadar NO jauh lebih

rendah dibandingkan tikus yang tidak diberikan DMPA. Hal ini

menunjukkan pemberian DMPA jangka panjang (8 minggu) dapat

menekan produksi nitric oxide (NO) pada tikus wistar betina.

6.2. Saran

6.2.1 Perlu dipertimbangkan untuk menambah lamanya waktu

pemberian DMPA untuk lebih melihat efek yang signifikan dan

bermakna dari penggunaan DMPA yang lebih lama terhadap

kadar nitric oxide (NO)

6.2.3. Penelitian ini hanya menggunakan total 12 sampel tikus, termasuk

sampel yang kecil untuk dilakukan statistik, maka perlu dilakukan

penambahan sampel lebih besar agar dapat diterima secara

statistik.

55
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, A. et al. (2017) ‘Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Tiga


Bulanan selama Satu Tahun dengan Peningkatan Tekanan Darah’, 11(1), pp.
56–62.
Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, K. (BPPK)Tim K. and Pertanian
(2008) ‘Hewan Coba’, pp. 1–81.
Bakry, S. et al. (2010) ‘Effect of Depo-Provera on Estrous Cyclicity , Serum Proteins
and Lipid Profile in Mice’, World Applied Sciences Journal, 8(9), pp. 1042–
1049.
Bakry, S. and Abdullah, A. (2009) ‘Effect of Depot Medroxyprogesterone (Dmpa) on
Body Weight and Serum Lipid Profile in Adult Female Rats.’, The Egyptian
Journal of Biochemistry & Molecular Biology, 27, pp. 17–30. doi:
10.4314/ejbmb.v27i1.43181.
Barbato, J. E. and Tzeng, E. (2004) ‘Nitric oxide and arterial disease’, Journal of
Vascular Surgery, 40(1), pp. 187–193. doi: 10.1016/j.jvs.2004.03.043.
Chen, Z. et al. (1999) ‘Estrogen receptor mediates the nongenomic activation of
endothelial nitric oxide synthase by estrogen’, Journal of Clinical
Investigation, 103(3), pp. 401–406. doi: 10.1172/JCI5347.
Christian J, Gruber, M. . (2002) ‘Production and action of Estrogen’, English
Journal, 346(5), pp. 340–352. doi: 10.1016/S0960-0760(01)00184-4.
Dahlan S. (2016). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Epidemiologi
Indonesia.
Darblade, B. et al. (2002) ‘Estradiol alters nitric oxide production in the mouse aorta
through the α-, but not β-, estrogen receptor’, Circulation Research, 90(4),
pp. 413–419. doi: 10.1161/hh0402.105096.
Depkes (2017) Profil Kesehatan Indonesia.
Enmark, E. and Gustafsson, J. Å. (1999) ‘Oestrogen receptors - An overview’,
Journal of Internal Medicine, 246(2), pp. 133–138. doi: 10.1046/j.1365-
2796.1999.00545.x.
Girling, J. E. et al. (2004) ‘Effect of long-term progestin treatment on endometrial
vasculature in normal cycling mice’, 70, pp. 343–350. doi:
10.1016/j.contraception.2004.04.006.
Goetz, R. M. et al. (1999) ‘Estradiol induces the calcium-dependent translocation of
endothelial nitric oxide synthase’, Cell Biology, 96(March), pp. 2788–2793.
doi: 10.1073/pnas.96.6.2788.
Haynes, M. P. et al. (2000) ‘Endothelial Nitric Oxide Synthase via the PI3-Kinase –
Akt’, pp. 677–682.
Hegazy, R. and Hegazy, A. (2015) ‘DMPA- Induced Changes in Estrogen and
Progesterone Receptors of Ampulla of Rat-oviducts : An

56
Immunohistochemical Study’, 3(2), pp. 33–40. doi:
10.13189/ujmsj.2015.030201.
Hisamoto, K. et al. (2001) ‘Estrogen Induces the Akt-dependent Activation of
Endothelial Nitric-oxide Synthase in Vascular Endothelial Cells’, Journal of
Biological Chemistry, 276(5), pp. 3459–3467. doi: 10.1074/jbc.M005036200.
Kementerian Kesehatan RI (2016) Profil Kesehatan Indonesia 2015. doi: 351.077
Ind.
Kirton, K. T. and Cornette, J. C. (1974) ‘Return of ovulatory cyclicity following an
intramuscular injection of medroxyprogesterone acetate (Provera)’,
Contraception, 10(1), pp. 39–45. doi: 10.1016/0010-7824(74)90130-9.
Knowlton, A. A. and Lee, A. R. (2012) ‘Estrogen and the cardiovascular system’,
Pharmacology and Therapeutics. Elsevier B.V., 135(1), pp. 54–70. doi:
10.1016/j.pharmthera.2012.03.007.
Leiman, G. (1972) ‘Depo-medroxyprogesterone acetate as a contraceptive agent:
its effect on weight and blood pressure.’, American journal of obstetrics and
gynecology. Elsevier Inc., 114(1), pp. 97–102. doi: 10.1016/0002-
9378(72)90296-7.
Lestari, I. P., Wagiyo and Elisa (2013) ‘Hubungan Antara Lama Penggunaan
Metode Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian Hipertensi’, Keperawatan,
pp. 1–5.
Liao, W. X., Magness, R. R. and Chen, D. (2005) ‘Expression of Estrogen
Receptors-α and -β in the Pregnant Ovine Uterine Artery Endothelial Cells In
Vivo and In Vitro1’, Biology of Reproduction, 72(3), pp. 530–537. doi:
10.1095/biolreprod.104.035949.
McNeill, A. M. et al. (1999) ‘Chronic Estrogen Treatment Increases Levels of
Endothelial Nitric Oxide Synthase Protein in Rat Cerebral Microvessels
Editorial Comment’, Stroke, 30(10), pp. 2186–2190. doi:
10.1161/01.STR.30.10.2186.
McNeill, A. M. et al. (2002) ‘Estrogen increases endothelial nitric oxide synthase via
estrogen receptors in rat cerebral blood vessels: Effect preserved after
concurrent treatment with medroxyprogesterone acetate or progesterone’,
Stroke, 33(6), pp. 1685–1691. doi: 10.1161/01.STR.0000016325.54374.93.
Michael et al. (1999) ‘The Protective Effect of Estrogen on the Cardiovasculer
System’, pp. 1801–1811.
Miner, J. A. et al. (2011) ‘Short-term oral progesterone administration antagonizes
the effect of transdermal estradiol on endothelium-dependent vasodilation in
young healthy women’, AJP: Heart and Circulatory Physiology, 301(4), pp.
H1716–H1722. doi: 10.1152/ajpheart.00405.2011.
Nakamura, M. D. R. J. K. K. T. I. (1972) ‘Estrogenic activity in women receiving an
injectable progestogen for contraception. TT -’, American Journal of
Obstetrics and Gynecology. Elsevier Inc., 113(3), pp. 372–376. doi:
10.1016/0002-9378(72)90687-4.

57
Nelson, L. R. and Bulun, S. E. (2001) ‘Estrogen production and action’, Journal of
the American Academy of Dermatology, 45, pp. S116–S124. doi:
10.1067/mjd.2001.117432.
Niwa, Y. et al. (2000) ‘Production of nitric oxide from endothelial cells by 31-amino-
acid- length endothelin-1, a novel vasoconstrictive product by human
chymase’, Life Sciences, 67(9), pp. 1103–1109. doi: 10.1016/S0024-
3205(00)00700-1.
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nuedling, S. et al. (2003) ‘17 β -Estradiol regulates the expression of endothelin
receptor type B in the heart’, British Journal of Pharmacology, 140(1), pp.
195–201. doi: 10.1038/sj.bjp.0705409.
Ortiz, A. et al. (1977) ‘Serum Medroxyprogesterone Acetate (Mpa) Concentrations
and Ovarian-Function Following Intramuscular Injection of Depo-Mpa’,
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 44(1), pp. 32–38. Available
at:
http://apps.webofknowledge.com.queens.ezp1.qub.ac.uk/full_record.do?prod
uct=UA&search_mode=GeneralSearch&qid=3&SID=Z2qMJNZk85DTrK7B3P
E&page=1&doc=1.
Palmiter, R. D. and Wrenn, J. T. (1971) ‘Interaction of estrogen and progesterone in
chick oviduct development: III. tubular gland cell cytodifferentiation’, Journal
of Cell Biology, 50(3), pp. 598–615. doi: 10.1083/jcb.50.3.598.
Pollock, D. M. (2001) ‘Contrasting pharmacological ETB receptor blockade with
genetic ETB deficiency in renal responses to big ET-1’, Physiol Genomics,
6(1), pp. 39–43.
Roselli M, Imthrun B, M. E. (1994) ‘Circulating nitrate/nitrit levels increase with
folliculer development : Indirect evidence for estradiol mediated no release’.
Department Obstetrics and Gynekology, clinic of Endocrinology, University
Hospital Zurich, Switzerland, p. Department Obstetrics and Gynekology,
clinic of En.
Runiari, N. and Kusmarjathi, N. K. (2011) ‘Hubungan antara Lama Pemakaian
Kontrsepsi Suntikan Progestin (Depoprovera) dengan Tekanan Darah pada
Akseptor KB di Puskesmas II Denpasar Selatan’, pp. 7–12.
Russell, K. S. et al. (2000) ‘Estrogen Stimulates Heat Shock Protein 90 Binding to
Endothelial Nitric Oxide Synthase in Human Vascular Endothelial Cells’,
275(7), pp. 5026–5030. doi: 10.1074/jbc.275.7.5026.
Schneider, M. P., Boesen, E. I. and Pollock, D. M. (2007) ‘Contrasting Actions of
Endothelin ET A and ET B Receptors in Cardiovascular Disease’, Annual
Review of Pharmacology and Toxicology, 47(1), pp. 731–759. doi:
10.1146/annurev.pharmtox.47.120505.105134.
Segall-Gutierrez, P. et al. (2012) ‘Deterioration in cardiometabolic risk markers in
obese women during depot medroxyprogesterone acetate use’,
Contraception. Elsevier Inc., 85(1), pp. 36–41. doi:
10.1016/j.contraception.2011.04.016.

58
Sharma, S., Shakya, T. and Baral, P. (2017) ‘Effects of Depot-
Medroxyprogesterone Acetate on White Albino Rat ’ S Liver : a Histological
Study’, 4(3), pp. 251–256.
Stevani, H. (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Farmakologi.
Kementerian Kesehatan RI Pusdik SDM.
Suryandari, D. A. and Moeloek, N. (2009) ‘Pengaruh Penyuntikan Dosis minimal
Depo Medoksiprogesteon Asetat (DMPA) terhadap Berat Badan dan Kimia
Drah Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley’, 13(2), pp. 189–194.
Taneepanichskul, S. et al. (1997) ‘Bone mineral density in long-term depot
medroxyprogesterone acetate acceptors’, Contraception, 56(1), pp. 1–3. doi:
10.1016/S0010-7824(97)00066-8.
Tendean, B. and Hamel, R. S. (2017) ‘Hubungan Penggunaan Alat Kntrasepsi
Suntik Depomesroksi Progesteron Asetat (DMPA) dengan Tekanan Darah
pada Ibu di Puskesmas Ranotana Weru’, 5.
Tostes, R. C. et al. (2003) ‘Effects of estrogen on the vascular system’, Brazilian
Journal of Medical and Biological Research, 36(9), pp. 1143–1158. doi:
10.1590/S0100-879X2003000900002.
Westhoff, C. (2003) ‘Depot-medroxyprogesterone acetate injection (Depo-
Provera®): A highly effective contraceptive option with proven long-term
safety’, Contraception, 68(2), pp. 75–87. doi: 10.1016/S0010-7824(03)00136-
7.
White, M. M. et al. (1995) ‘Estrogen, progesterone, and vascular reactivity: Potential
cellular mechanisms’, Endocrine Reviews, 16(6), pp. 739–751. doi:
10.1210/edrv-16-6-739.
Zhu, W. and Smart, E. J. (2003) ‘Caveolae, estrogen and nitric oxide’, Trends in
Endocrinology and Metabolism, pp. 114–117. doi: 10.1016/S1043-
2760(03)00027-4.

59
L
A
M
P
I
R
A
N

LAMPIRAN UJI ANALISIS DATA

60
4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Nitric Oxide (NO)

a. Kelompok Kontrol

Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Kadar NO

Kadar No (μmol/L)

No Subjek Kontrol (K)


Minggu Minggu
Ke-4 (K1) Ke-8 (K2)
1 Tikus 1 87.56 151.08
2 Tikus 2 87.50 115.68
3 Tikus 3 96.74 109.80
4 Tikus 4 92.39 106.49
5 Tikus 5 190.34 146.96
6 Tikus 6 112.71 134.75
Mean 111.21 127.46
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.1 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar NO pada 6 tikus wistar

betina pada kelompok kontrol minggu ke-4 dengan rerata 111.21 μmol/L dan

minggu ke-8 dengan rerata 127.46 μmol/L. Hal ini menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol terjadi peningkatan dari minggu ke-4 ke minggu ke-8 kadar

NO sebesar 16.25 μmol/L.

61
4.2. Kelompok DMPA
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Kadar NO

Kadar No (μmol/L)
Pemberian
No Subjek DMPA (P)
Minggu Minggu
Ke-4 (P1) Ke-8 (P2)
1 Tikus 1 110.46 92.47
2 Tikus 2 132.36 76.77
3 Tikus 3 150.46 109.94
4 Tikus 4 125.57 90.08
5 Tikus 5 145.45 143.71
6 Tikus 6 102.07 81.74
Mean 127.73 99.12
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar NO pada 6 tikus wistar

betina pada kelompok perlakuan (pemberian DMPA) minggu ke-4 dengan

rerata 127.73 μmol/L dan minggu ke-8 dengan rerata 99.12 μmol/L. Hal ini

menunjukkan bahwa pada kelompok pemberian DMPA terjadi penurunan

dari minggu ke-4 ke minggu ke-8 kadar NO sebesar 28.61 μmol/L.

62
4.3. Analisis Deskriptif Kadar Nitic Oxide (NO)

Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar NO antar Kelompok

Nitric Rerata
Kelompok
Oxide n NO SD Maks Min
Uji
(μmol/L) (μmol/L)
Minggu
Kontrol 6 111.21 39.87 190.34 87.50
ke-4
Pemberian
6 127.73 19.04 150.46 102.07
DMPA
Kontrol 6 127.46 19.40 151.08 106.49
Minggu
Ke-8 Pemberian
6 99.12 24.63 143.71 76.77
DMPA

4.4. Uji Komparatif Efek Perlakuan

a. Analisis normalitas kadar Nitric Oxide (NO)

Uji normalitas data kadar NO dan berat badan subyek penelitian diuji

dengan Shapiro-Wilk dengan jumlah sampel 12 ekor. Tabel 4.3

menunjukkan data kadar NO subyek penelitian untuk dua kelompok

dan dua waktu pengukuran berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05.

Tabel 4.3
Hasil Analisis Normalitas Kadar Nitric Oxide (NO) antar Kelompok

Waktu Kelompok
Karakteristik n p Ket
Prngukuran Uji
Kontrol
6 0.751 Normal
Minggu
Kadar NO
Ke-4 Pemberian
6 0.004 Normal
DMPA
Kontrol
6 0.200 Normal
Minggu
Kadar NO
ke-8 Pemberian
6 0.288 Normal
DMPA
Uji Shapiro Wilk

63
b. Analisis efek perlakuan terhadap Kadar Nitric Oxide (NO) antar

Kelompok

Analisis Perbedaan Kadar Nitric Oxide (NO) antar kelompok kontrol

dan kelompok Pemberian DMPA pada minggu ke-4 dan minggu ke-8

disajikan dalam tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5
Hasil Analisis Perbedaan Kadar Nitric Oxide (NO) antar kelompok pada minggu
ke-4 dan minggu ke-8

Nitric Pemberian
Oxide Kontrol DMPA Selisih
n p
(μmol/L Rerata (SD) Rerata (IK95%)
) (SD)
Minggu 127.73 0.074
6 111.21 (39.87) 0.24
ke-4 (19.04) (-0.05-0.20)
Minggu 99.12 -0.11
6 127.46 (19.40) 0.04
Ke-8 (24.63) (-0.22-(-0.00)
Unpaired T-Test. *Levenes Test* Varian sama

64
Lampiran : DOKUMENTASI PENELITIAN

LABORATORIUM ENTOMOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS

PROSES INJEKSI DMPA PEMELIHARAAN TIKUS

65
PROSES PENGAMBILAN DARAH TIKUS

PROSES CENTRIFUGE

66
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI RSP UNHAS

CENTRIFUGE PROSES ELISA

67
68
69
70

Anda mungkin juga menyukai