Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR RENDAMAN RUMPUT FATIMAH


(ANASTATICA HIEROCHUNTICA) TERHADAP KADAR HORMON
ESTROGEN PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) BUNTING
(Effect of Giving Water of Fathimah Grass (Anastatica hierochuntica) Toward the
Level of Estrogen Hormone in Pregnant Albino Rats (Rattus Norvegicus)

Mata Kuliah: Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu: Nurul Azizah, S. Keb., Bd., M. Sc

Disusun Oleh
Arni Azis Yuliyantiningsih
221520100007

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “ETIKA
PENELITIAN- PENGARUH PEMBERIAN AIR RENDAMAN RUMPUT FATIMAH
(ANASTATICA HIEROCHUNTICA) TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN
PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) BUNTING” dapat kami selesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi kita semua tentang etika yang harus digunakan sebelum sampai sesudah
dilakukannya penelitian terhadap hewan sebagai bahan uji coba guna meningkatkan
pengetahuan kita terhadap ilmu baru yang ada disekitar kita. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pembimbing kami, Ibu Nurul Azizah S. Keb.,Bd.,M. Keb dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan
materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya

Sidoarjo, 23 Desember 2022

Arni azis yuliyantiningsih (07)


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah..............................................................................................1

1.3. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II TINJUAN TEORI ....................................................................................2

2.1 Definisi...............................................................................................................2

2.2 Desain Penelitian................................................................................................2

2.3 Obyek Uji Coba..................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................4

3.1Etika Penelitian terhadap obyek hewan uji.........................................................5

3.2Prosedur pengambilan darah vena tikus..............................................................6

3.3Pengukuran hasil uji terhadap tikus putih...........................................................6

BAB IV PENUTUP................................................................................................7

5.1. Kesimpulan.......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rattus norvegicus (tikus putih) adalah hewan yang sering digunakan sebagai hewan coba dalam
penelitian kesehatan dan kedokteran. Tikus jenis ini memiliki kemampuan untuk berkembang biak
lebih cepat, perawatannya mudah, karakternya lebih tenang dan ukurannya lebih besar sehingga lebih
tahan terhadap penyakit.

Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti, Rahmatina B. Herman, Joserizal Serudji yang
berjudul tentang pengaruh pemberian air rendaman rumput fatimah (anastatica hierochuntica)
terhadap kadar hormon esterogen pada tikus putih bunting (Rattus Norvegicus) menggunakan metode
penelitian penelitian eksperimental dengan desain Post-Test Only Control Group yang dilakukan di
Animal house dan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Yang
pastinya penelitian yang di lakukan harus sesuai dengan etika penelitian.

Etika penelitian yang dimaksud adalah penelitia yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan
norma pengkajian sistem nilai yang ada terhadap bahan uji dan bertanggung jawab atas sikap yang
diambil dengan berbagai ajaran moral yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan metode penelitian yang dilakukan oleh noviyanti dkk terhadap obyek uji coba yaitu
tikus putih bunting (Rattus Norvegicus)?
2. Etika keilmuan apa yang kemungkinan dilakukan terhadap obyek uji coba pada penelitian
yang dilakukan noviyanti dkk dalam hal ini kepada tikus putih (Rattus Norvegicus) bunting?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan metode penelitian yang dilakukan Noviyanti Dkk terhadap penelitian yang
dibuat kepada tikus putih bunting (Rattus Norvegicus)
2. Menjelaskan etika apa yang dilakukan Noviyanti Dkk terhadap obyek uji coba penelitian,
yaitu Tikus putih bunting (Rattus Norvegicus)

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Kepercayaan di negara berkembang, air rendaman rumput fatimah (Anastatica hierochuntica)


atau dikenal juga dengan Rose yerikho digunakan sebagai obat-obatan pada masa kehamilan terutama
sebelum persalinan yang diyakini dapat memudahkan persalinan dan mengurangi perdarahan.
Masyarakat Indonesia secara turun temurun telah mengenal dan menggunakan rumput fatimah untuk
mempercepat persalinan. Caranya dengan merendam rumput fatimah yang kering dalam air hangat,
kemudian meminum air rendaman tersebut.

Rumput fatimah mengandung bahan fitokimia


flavonoid yang merupakan bahan alami dengan struktur mirip
estradiol dan menunjukkan aktivitas estrogenik. Estrogen
kadar tinggi mendorong sinyal konekson di dalam sel-sel otot
polos uterus. Konekson yang terbentuk disisipkan di membran
plasma miometrium untuk membentuk taut celah yang secara
elektris menyatukan sel-sel otot polos uterus sehingga mereka
mampu berkontraksi secara terkoordinasi. Perubahan
miometrium ini menyebabkan responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang akhirnya
memicu persalinan. Estrogen kadar tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin yang berperan
dalam pematangan servik dengan merangsang enzim-enzim servik yang secara lokal menguraikan
serat kolagen.

Rumput fatimah diyakini dapat mempercepat persalinan karena kandungan fitoestrogen serta
mineral lainnya. Secara fisiologis, hormon estrogen bersifat proliferatif sehingga dapat meningkatkan
jumlah sel miometrium dan reseptor oksitosin pada miometrium. Dengan demikian dapat
meningkatkan sensitivitas miometrium terhadap oksitosin dan meningkatkan efektifitas kontraksi
myometrium.

2.2 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Post-Test Only Control
Group. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan
saintifik dengan menggunakan dua set variabel. Set pertama bertindak sebagai konstanta,
yang Anda gunakan untuk mengukur perbedaan dari set kedua. Metode penelitian kuantitatif,
misalnya, bersifat eksperimental. Definisi desain eksperimental klasik adalah, “Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam studi eksperimental.

Ada tiga jenis utama desain eksperimental, yaitu:


 Desain penelitian pra-eksperimental
 Desain penelitian eksperimental sejati
 Desain penelitian kuasi-eksperimental

2
Cara mengklasifikasikan subjek penelitian, berdasarkan kondisi atau kelompok, menentukan jenis
desain penelitian yang harus Anda gunakan.

a. Desain penelitian pra-eksperimental: Sebuah kelompok, atau berbagai kelompok,


diobservasi setelah menerapkan faktor sebab dan akibat. Anda akan melakukan penelitian ini
untuk memahami apakah penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk kelompok tertentu ini.
Kita dapat memecah penelitian pra-eksperimental lebih lanjut dalam tiga jenis:

 Desain Penelitian Studi Kasus Sekali Pakai


 Desain Penelitian Satu Kelompok Pretest-posttest
 Perbandingan grup statis

b. Desain penelitian eksperimental sejati: Penelitian eksperimental sejati bergantung pada


analisis statistik untuk membuktikan atau menyangkal hipotesis, menjadikannya bentuk
penelitian yang paling akurat. Dari jenis-jenis desain eksperimental, hanya desain sejati yang
dapat membangun hubungan sebab-akibat dalam suatu kelompok. Dalam percobaan yang
benar, tiga faktor harus dipenuhi:

 Ada Grup Kontrol, yang tidak akan mengalami perubahan, dan Grup Eksperimental,
yang akan mengalami variabel yang diubah.
 Sebuah variabel yang dapat dimanipulasi oleh peneliti
 Distribusi acak

Metode penelitian eksperimental ini umumnya terjadi dalam ilmu-ilmu fisika.

c. Desain penelitian kuasi-eksperimental: Kata “kuasi” menunjukkan kesamaan. Desain


kuasi-eksperimental mirip dengan eksperimental, tetapi tidak sama. Perbedaan antara
keduanya adalah penugasan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, variabel independen
dimanipulasi, tetapi peserta dari suatu kelompok tidak ditentukan secara acak. Penelitian
semu digunakan dalam pengaturan lapangan di mana penugasan acak tidak relevan atau tidak
diperlukan.

Penelitian eksperimental memungkinkan menguji ide di lingkungan yang terkendali


sebelum membawanya ke masyarakat. Juga memberikan metode terbaik untuk menguji teori
peneliti, keuntungan yang didapat antara lain:

 Peneliti memiliki pegangan yang lebih kuat atas variabel untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
 Subjek atau industri tidak mempengaruhi efektivitas penelitian eksperimental. Setiap
industri dapat menerapkannya untuk tujuan penelitian.
 Hasilnya spesifik.
 Setelah menganalisis hasilnya, Anda dapat menerapkan temuan Anda pada ide atau situasi
serupa.
 Anda dapat mengidentifikasi sebab dan akibat dari suatu hipotesis. Peneliti selanjutnya
dapat menganalisis hubungan ini untuk menentukan ide yang lebih mendalam.
 Penelitian eksperimental membuat titik awal yang ideal. Data yang Anda kumpulkan
adalah dasar untuk membangun lebih banyak ide dan melakukan lebih banyak penelitian.

Sebelum melakukan penelitian ini, haruslah peneliti mengumpulkan data dan fakta yang
terkait untuk membantu membuat keputusan yang lebih baik. Setiap penelitian yang dilakukan di
bawah kondisi yang dapat diterima secara ilmiah menggunakan metode eksperimental. Keberhasilan
studi eksperimental bergantung pada peneliti mengkonfirmasikan perubahan variabel hanya

3
didasarkan pada manipulasi variabel konstan. Penelitian harus menetapkan sebab dan akibat yang
menonjol

Sampel berupa 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) bunting usia 10-12 minggu dengan berat
badan 200-300gram yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok
perlakuan P1, P2 dan P3 yang masing-masing diberi 10gr, 20gr dan 40gr rumput fatimah yang
direndam dalam 350 cc air hangat suhu 70ºC. Air rendaman rumput fatimah diberikan pada hari ke-19
masa bunting dengan terlebih dahulu menimbang kembali berat badan tikus untuk memastikan dosis
pada masing-masing tikus. Air rendaman rumput fatimah diberikan sebanyak 3,857cc per 200gram
berat badan tikus.

Penelitian ini dilakukan di Animal house dan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang. Data mengenai hormon estrogen dikumpulkan melalui pengambilan
darah tikus sebanyak 2-3cc secara retro orbital. Darah dimasukkan ke dalam vacutainer, dibiarkan
selama 10 menit dalam suhu ruangan dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Serum dimasukkan ke dalam serum tube dan dibawa ke Laboratorium Biomedik dengan
menggunakan kotak pendingin dan disimpan pada suhu -20oC sebelum dilakukan pengukuran.
Hormon estrogen diukur dengan menggunakan metode ELISA. Analisis statistik menggunakan uji
One way ANOVA dan diteruskan dengan uji Multiple Comparisons (post hoc test) jenis Bonferroni.

2.3 Obyek Uji Coba

Dalam penelitian tentang pengaruh pemberian air rendaman rumput fatimah (anastatica
hierochuntica) terhadap kadar hormon esterogen pada tikus putih bunting (Rattus Norvegicus), set
variabelnya yaitu sampel berupa 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) bunting usia 10-12 minggu
dengan berat badan 200-300gram yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :

a. Kelompok control
b. Kelompok perlakuan P1,
c. Kelompok perlakuan P2, dan
d. Kelompok perlakuan P3

Yang masing-masing diberi 10gr, 20gr dan 40gr


rumput fatimah yang direndam dalam 350 cc air hangat suhu
70ºC. Air rendaman rumput fatimah diberikan pada hari ke-
19 masa bunting dengan terlebih dahulu menimbang
kembali berat badan tikus untuk memastikan dosis pada
masing-masing tikus. Air rendaman rumput fatimah
diberikan sebanyak 3,857cc per 200gram berat badan tikus.

Tikus putih (Rattus norvegicus) normal periode


hamilnya antara 21-23 hari dan dapat melahirkan 6-12 ekor anak tikus pada satu indukan.
Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan percobaan karena hewan ini mudah
diperoleh dalam jumlah banyak, mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah
yang mungkin terjadi pada manusia, dan harganya relatif murah. Dalam kode etik penelitian
kesehatan dicantumkan bahwa salah satu prinsip dasar riset biomedis dengan manusia sebagai subjek
harus memenuhi prinsip ilmiah yang telah diakui dan harus didasarkan atas eksperimen laboratorium
dan hewan percobaan yang memadai serta berdasarkan pengetahuan yang lengkap dari literatur ilmiah
(Oemijati et al., 1987).

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Etika Penelitian terhadap obyek hewan uji

Pada obyek uji coba (tikus putih bunting) dilakukan pengambilan data mengenai hormon
estrogen yang dikumpulkan melalui pengambilan darah tikus sebanyak 2-3cc secara retro orbital.
Pada dasarnya, pengambilan darah dari retro-orbital harus selalu dilakukan dengan anestesi.
Pengambilan sampel darah secara retro orbital sering dilakukan pada hewan tanpa ekor, mis., hamster.
Teknik ini juga digunakan di tikus dan mencit, ketika volume yang lebih besar diperlukan yang tidak
dapat diperoleh dari vena ekor.
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengambilan darah tikus antara lain: pipa
kapiler, jarum suntik, alkohol, silet/gunting, restrainer mencit, ketamin, dan microtube.
Prinsip dasar etik pelaksanaan penelitian biomedis menggunakan hewan uji coba adalah
memperlakukan hewan coba secara Humane. Tetapi bukan memanusiakan hewan sebab
hewan bukan manusia. Prinsip, kriteria dan prosedur pemantauan bertujuan untuk menghindarkan
penggunaan hewan coba secara tidak pantas atau berlebihan dan mencegah perlakuan yang kejam,
sebelum, selama dan sesudah percobaan.
Prinsip dasar etik penelitian terhadap hewan uji :
1. Respect : menghormati hewan coba sebagai makhluk hidup/bernyawa bukan benda
mati.
2. Beneficiary : bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain
3. Justice : bersikap adil dalam memanfaatkan hewan coba (setiap subyek memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlakuan maupun tidak-dipilih secara
acak)
4. Reduction : Memanfaatkan hewan dalam jumlah sekecil mungkin yang dapat memberikan
hasil penelitian yang sahih.
 Tidak menggunakan hewan lebih dari jumlah minimal
 Menambah jumlah harus dengan alasan yang dapat dibenarkan
 Menggunakan hewan seefisien & seefektif mungkin
5. Replacement
 relatif, yaitu menggunakan sel, jaringan atau organ dari hewan vertebrata yang dimatikan
secara manusiawi, (isolated organ)
 absolut, yaitu sama sekali tidak menggunakan hewan
6. Refinement : mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan penderitaan sehingga menjamin
kesejahteraan hewan coba.
7. Memberikan akses makanan & air minum yang sesuai & memadai untuk kesehatannya
(jumlah dan komposisi nutrisi)
8. Bebas dari rasa tidak nyaman, misalnya:
 Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologi spesies (siklus
cahaya, suhu & kelembaban lingkungan; fasilitas fisik).
 Ukuran kandang (Guide for the Care and Use of Laboratory Animals) dan komposisi
kelompok (social vs solitaire; hierarchy)
9. Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/ meniadakan rasa
sakit seperti:
 Pemilihan prosedur dengan pertimbangan meminimalkan rasa sakit (non-invasive)
 Penggunaan anesthesia dan analgesia apabila diperlukan
 Euthanasia dengan metoda yang “humane” untuk meminimalkan/ meniadakan
penderitaan hewan

5
10. Memberi kondisi (lingkungan, perlakuan) yang mencegah/ meminimalkan stress (aspek
husbandry, care, penelitian) misalnya:
 Memberikan masa adaptasi dan pengkondisian (misalnya training) bagi hewan
terhadap prosedur penelitian, lingkungan baru, dan personnel
 Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh personnel yang qualified, dan terlatih
11. Memberikan ruang dan fasilitas yang sesuai (Food searching, foraging, etc)
 Memberikan sarana untuk kontak sosial Pengandangan berpasangan atau
berkelompok. Memberikan kesempatan untuk grooming, mating, dan bermain, dll
 Program pengayaan lingkungan (Environmental Enrichment)

3.2 Prosedur Pengambilan Darah Vena Tikus

Prosedur pengambilan darah vena pada pleksus retro orbital tikus dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Tikus dianestesi dengan injeksi ketamin 50-150 mg/ kg BB kemudian dibaringkan
menyamping sehingga salah satu sisi tikus menempel pada meja. Kemudian dilakukan fiksasi
dengan ibu jari sehingga tangan dan kepala tikus menghadap ke bawah. Jari telunjuk menarik
kulit di sekitar mata ke arah luar dengan sedikit penekanan agar bola mata mengalami protusi
semaksimal mungkin. Perlu diperhatikan agar fiksasi ini tidak menekan saluran nafas tikus
terlalu dalam.
2. Setelah didapatkan posisi yang baik, ambil pipet Pasteur / pipet hematokrit dan masukan
ujungnya di sudut bawah cavum orbita. Arahkan pipet ini pada kemiringan 45o ke arah medio
superior cavum orbita dan dorong sedikit ke dalam. Saat mendorong ke dalam, pipet agak
diputar di antara jari.
3. Longgarkan penekanan agar darah lebih cepat masuk.
4. Setelah darah memasuki pipet dengan jumlah yang cukup, tutup bagian ujung terbuka pipet
dengan jari sebelum benar-benar mencabut pipet tersebut dari cavum orbita. Hal ini
dimaksudkan agar darah yang sudah masuk ke dalam pipet tidak keluar saat pencabutan.
5. Setelah pencabutan pipet selesai, biasanya perdarahan akan berhenti spontan dalam beberapa
menit.

3.3 Pengukuran hasil uji terhadap tikus putih

Hormon estrogen diukur dengan menggunakan metode ELISA. ELISA (Enzyme-linked


immunosorbent assay) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menilai kuantifikasi kadar
peptida, protein, antibodi dan hormon, berdasarkan prinsip ikatan antigen-antibodi
Prosedur pemeriksaan ELISA diawali dengan proses penempelan (coating) antigen dan atau
antibodi pada permukaan sumuran pada plate. Selanjutnya, dilakukan tahapan blocking ikatan antigen
dan antibodi pada unspecific-site dengan blocking agent. Setelah dilakukan inkubasi dan pencucian,
plate diinkubasi dengan antibodi yang terkait dengan enzim. Selanjutnya, Selanjutnya, dilakukan
pencucian plate dan dilanjutkan dengan penambahan substrate sehingga akan dihasilkan perubahan
warna dan akan didapatkan nilai OD (optical density) yang dibaca dengan ELISA reader. Tahapan
pencucian merupakan salah satu yang penting untuk menghilangkan antibodi yang tidak terikat
dengan antigen. Selain itu, pastikan agar tidak ada cairan pencuci yang tertinggal pada plate, karena
dikhawatirkan akan mempengaruhi tahapan pemeriksaan selanjutnya.

6
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh noviyanti dkk terhadap obyek uji coba yaitu tikus
putih bunting (Rattus Norvegicus). Prosedur yang digunakan sudah memenuhi standar etika keilmuan
dalam unsur Filsafat ilmu. Yaitu:
1. Menggunakan tikus putih sebagai bahan uji coba
2. Memperlakukan bahan uji dengan baik (pemberian anastesi, pemantauan tindakan)
3. Penelitian menghasilkan hasil yang signifikan pada tikus putih demi membantu
persalinan dengan meningkatkan sensitivitas miometrium terhadap oksitosin dan
meningkatkan efektifitas kontraksi myometrium.
Pemberian air rendaman rumput fatimah (Anastatica hierochuntica), secara signifikan
meningkatkan kadar hormon estrogen pada tikus putih (Rattus norvegicus) bunting. Dan diperlukan
penelitian lebih lanjut tentang rumput fatimah (Anastatica hierochuntica) untuk mencari dosis terapi
pada manusia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Mayarakat/Penelitian Eksperimental/2021/Universitas


Medan Area

Drh. Karinadintha Marsya Rachman / mengenal tikus putih/2021/gdm.id

Marice Sihombing, Sulistyowati Tuminah/ Perubahan Nilai Hematologi, Biokimia Darah, Bobot
Organ dan Bobot Badan Tikus Putih/2011/Universitas Udhayana

Dr. Apt. Siska, M. Farm/Online learning Cara pengambilan sampel darah dan urine pada hewan
coba/2020/Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Prof.Dr.dr.Teguh Wahju Sardjono, DTM&H MSc, SpParK/Etika Penelitian Menggunakan Hewan


Coba/2019/Universitas Brawijaya Malang

Anda mungkin juga menyukai