Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah
lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan
ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan sehingga kota menjadi tempat
yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang, namun juga generasi berikutnya.
Green city bertujuan untuk menghasilkan sebuah pembangunan kota yang
berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan
dengan kombinasi strategi tata ruang, strategi infrastruktur dan strategi pembangunan
sosial.
Green city terdiri dari delapan elemen, yaitu
1. Green planning and design (Perencanaan dan rancangan hijau)
Perencanaan dan rancangan hijau adalah perencanaan tata ruang yang berprinsip
pada konsep pembangunan kota berkelanjutan. Green city menuntut perencanaan tata
guna lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta penciptaan tata ruang
yang atraktif dan estetik.
Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan tak mengorbankan aset
kota, tapi terus-menerus memupuk semua aset, yakni manusia,
lingkungan, dan sarana prasarana terbangun.
Beberapa ciri kota hijau antara lain memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber
daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu,
menjamin kesehatan lingkungan, serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan
berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip
pembangunan berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).
Ada delapan atribut kota hijau, yaitu:
1. Green planning and design : perencanaan dan perancangan kota yang beradaptasi
pada kondisi biofisik kawasan.
2. Green open space : mewujudkan jejaring ruang terbuka hijau.
3. Green waste : usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle).
4. Green transportation : pengembangan transportasi yang berkelanjutan/transportasi
massal.
5. Green water : efisiensi pemanfaatan sumber daya air.
6. Green energy : pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan
7. Green building : pengembangan bangunan hemat energi.
8. Green community : kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat dalam
pengembangan atribut kota hijau. Konstruksi bangunan yang ramah lingkungan menjadi
sebuah elemen vital dalam perwujudan kota hijau.
Tahapan awal perwujudan kota hijau ini juga terfokus pada tiga atribut, yakni green
planning and design, green open space, dan green community. Upaya perwujudan kota
hijau melalui tercapainya delapan atribut memerlukan peran, dukungan dan komitmen
seluruh stakeholder, yaitu masyarakat, pemda, swasta, dan sektor lain.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas
mengamanatkan minimal 30% dari wilayah kota berwujud ruang terbuka hijau (RTH)
dengan komposisi 20% RTH publik dan 10 persen RTH privat. Pengalokasian RTH ini
ditetapkan ke dalam peraturan daerah (perda) tentang RTRW kabupaten/kota.
Strategi menuju RTH 30% dengan cara menyusun rencana induk RTH dan melegalisasi
perda RTH, menentukan daerah yang tidak boleh dibangun, menghijaukan bangunan,
dan menambah luasan ruang terbuka hijau baru. Selain itu meningkatkan partisipasi
masyarakat, mengembangkan koridor hijau, mengakuisisi RTH privat, dan
meningkatkan kualitas RTH kota.