Usul Penelitian
Untuk memenuhi persyaratan melakukan
Penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
Oleh
Andini Utami
NIM SF15008
OKTOBER 2018
1
1
I. LATAR BELAKANG
V. TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Sarang Burung Walet
Walet adalah burung pemakan serangga yang bermigrasi dari
samudra Hindia melalui Asia Tenggara dan Australia Utara Hingga
ke Samudra Pasifik. Diantara berbagai jenis walet dalam genus
Collocalia, hanya terdapat empat spesies yang berhabitat di Asia
Tenggara. Spesies tersebut mampu menghasilkan.sarang dengan nilai
komersial, karena di konsumsi oleh manusia. Spesies yang dimaksud
adalah Collocalia fuciphaga, Collocalia maxima, Collocalia
germanis, dan Collocalia unicolor. Spesies burung walet merupakan
salah satu komoditi yang memberikan kontribusi besar terhadap
perolehan devisa ekspor nonmigas (Elfita, 2014).
Collocalia fuciphaga merupakan spesies dari burung walet
yang menghasilkan sarang putih dengan nilai ekonomi tinggi.
Indonesia merupakan negara yang menghasilkan sebagian besar
Sarang Burung Walet di dunia.Pengusaha budidaya burung walet di
Indonesia dilakukan sejak abad ke-18 dan banyak dikembangkan di
luar habitat aslinya, yaitu pada gedung rumah burung walet (Hakim,
2011).
Sarang burung walet terbuat dari saliva burung walet yang
disekresikan oleh kelenjar ludah burung walet (Liu et al., 2012).
Sebagai bahan makanan, sarang burung walet mengandung gizi yang
lengkap dengan nilai yang tinggi. Sarang burung walet mengandung
kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin, dan
5
sarang. Kaki sarang terletak di kedua ujung sarang walet. Jarak antar
kaki berkisar 6-10 cm, tergantung ukuran sarang. Kaki sarang
dibangun dari air liur yang bertumpuk-tumpuk dan tidak beraturan
karena berfungsi sebagai paku yang menempel pada papan sirip dan
tempat sarang menggantung. Kedua kaki sarang dihubungkan oleh
fondasi sarang.Fondasi sarang juga menempel pada papan sirip.
Fungsi fondasi adalah untuk mendukung kaki dalam memperkuat
sarang (Panduan Lengkap Walet, 2011).
Dasar sarang merupakan bagian alas sarang sebagai tempat
untuk bertelur, mengeram, dan kasur bagi anak walet (piyik). Pada
bagian ini, terdapat rongga yang suhunya lebih hangat dan berguna
saat pengeraman. Akan tetapi, bagian rongga ini sering dijadikan
oleh kutu busuk atau kepinding untuk berkembang biak. Di dasar
sarang ini pula, banyak pecahan cangkang telur yang terselip
(Panduan Lengkap Walet, 2011).
Dinding sarang berbentuk lekukan, seperti mangkuk dan
berfungsi untuk menampung telur atau piyik. Ukuran dinding sarang
bervariasi, berkisar 2-5 cm dengan ketebalan 1-2 mm. Dinding
sarang dibangun dari serat-serat air liur yang sejajar dan melekat satu
sama lain. Oleh karena serat yang sejajar dan jalinan serat padat dan
kuat maka dinding sarang mampu menampung telur atau piyik
(Panduan Lengkap Walet, 2011).
Bibir sarang merupakan bagian luar dari sarang yang
berbentuk huruf U, seperti setengah lingkaran. Ketebalan bibir
sarang sekitar 1-2 mm untuk bagian muka, sedangkan ketebalan
bagian samping yang menghubungkan bagian kaki lebih
besar.Fungsi bibir sarang yaitu sebagai batas sehingga telur atau
piyik tidak mudah jatuh dari sarang.Selain itu, bibir sarang juga
merupakan tempat untuk induk menggantung menyuapi piyik
(Panduan Lengkap Walet, 2011).
5.4. Kandungan dan Manfaat Sarang Burung Walet
7
Analisis Unsur
(ppm)
Fosfor 40 45 90 4060
Besi 30 60 20 20
8
5.5. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh
bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme
oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik
yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan
bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit
kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Amrun et al.,
2007).
Secara umum antioksidan dikelompokan menjadi 2 yaitu,
antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis
misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation
peroksidase. Antioksidan enzimatis masih dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid,
flavonoid, quinon, dan bilirubin.
2. Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, asam urat, dan
protein pengikat logam.
Berdasarkan mekanisnme kerjanya, antioksidan
digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Antioksidan Primer (Antioksidan Endogenus)
Suatu senyawa dikaatakan sebagai antioksidan primer
apabila dapat membersihkan atom hydrogen secara cepat kepada
senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yangterbentuk
segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan
primer disebut juga antioksidan enzimatis. Antioksidan primer
meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation
peroksidase.
10
2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus
atau antioksidan non-enzimatis. Kerja antioksidan non-enzimatis
yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya. Akibatnya, radikal bebas
tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan
sekunder meliputi Vit. E, Vit. C, -karoten, flavonoid, asam urat,
bilirubin dan albumin. Vit.C dan karotenoid banyak terdapat
dalam buah buahan dan sayuran.
3. Antioksidan Tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem DNA-Repair
dan metionin sulfoksida reductase. Enzim ini berfungsi dalam
perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal
bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas
dicirikan oleh rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-
basa maupun basa (Winarsi, 2007).
5.6. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Metode DPPH digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
antioksidan untuk mengikat radikal bebas yang merupakan faktor
utama dalam kerusakan biologis yang disebabkan oleh reaksi
oksidasi. Uji ini memberikan informasi mengenai kemampuan
antioksidan dari senyawa yang diujikan (Suhanya, et al., 2009).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan
sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa
senyawa atau ekstra bahan alam.
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah proses reduksi
senyawa DPPH oleh antioksidan yang menghasilkan pengurangan
intensitas warna dari larutan DPPH. Pemudaran warna akan
mengakibatkan penurunan nilai absorbansi sinar tampak dari
Spektrofotometer. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan a,a-
diphenyl-b-picrylhidrazine, melalui kemampuan antioksidan
menyumbang hidrogen. Semakin pudarnya warna DPPH setelah
11
VI. HIPOTESIS
Kegiatan Bulan ke
12 1 2 3 4
Perizinan X
Pengumpulan Sampel X
Ekstrasi Sampel X
Pengujian Aktivitas Antioksidan X
Analisis Data X X
Penyusunan Skripsi X X X
17
Aswir, A.R., & W.M. Nazaimoon. 2011. Effect of Edible Bird’s Nest On
Cell and Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-α) Release In Vitro.
International Food Research Journal. 18: 1123-1127.
Colombo, J.P., C.G. Rodenas., P.R. Guesry., J. Rey. 2003. Potential Effects
of Supplementation With Amino Acids, Choline or Sialic Acid on
Cognitive Development in Young Infants. Acta Paediatr Suppl. 46:
92.
Elfita, L. 2014. Analisis Profil Protein Dan Asam Amino Sarang Burung
Walet (Collocalia Fuchipaga) Asal Painan. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis. 1: 27-37.
Jun, M.H.Y., J. Fong., X. Wan., C.S. Yang., C.T. Ho. 2003. Camparison
of Antioxidant Activities of Isoflavones Form Kudzu Root
(Puerarua labata). Journal Food Science Institute of
Technologist. 68: 2117-2122.
Ma, Fucui., & D. Liu. 2012. Sketch of The Edible Bird’s Nest and Its
Important Bioactivities. Food Research International, 48 (2012)
559-567.
Nuroini, Fitri. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Pada Mencit Yang Diinduksi Karagenan. Tesis. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.