Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT ANTI KOAGULAN


Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Dosen pengampu : Supatmi, S. Kep., Ns,m.Kep

Disusun Oleh :
1. Inti Mukharomatul Nikmah (20211326)
2. Kholifah (20211337)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMIK KEPERAWATAN KARYA BAKTI HUSADA
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Obat Anti Koagulan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
farmakologi serta bertujuan untuk memberikan informasi terkait dengan Obat
Anti Koagulan. Kami ucapkan terimakasih kepada semua orang yang terlibat
dalam proses penyusunan makalah ini, khususnya kepada :
1. Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini,
2. Orang tua kami, yang telah memfasilitasi kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini,
3. Ibu Supatmi, S. Kep., Ns,m.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
farmakologi
4. Teman-teman mahasiswa program studi D3 Keperawatan Akademik
Keperawatan Karya Bakti Husada Yogyakarta tahun ajaran 2021/2022,
yang telah memberikan dukungan semangat selama proses penyusunan
makalah ini.

Atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kami penulis


menerima segala kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya kami dapat
mengerjakan tugas serupa dengan lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................

1.3 Tujuan Makalah ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

2.1 Pengertian Obat Anti Koagulan...................................................................................

2.2 Farmakodinamik Dan Farmakokinetik Obat Anti Koagulan.......................................

2.3 Indikasi Dan Kontra Indikasi Obat Anti Koagulan.....................................................

2.4 Macam-Macam Obat Anti Koagulan...........................................................................

2.5 Cara Pemberian Obat Anti Koagulan..........................................................................

2.6 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat......................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya


pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan. Dalam pemeriksaan laboratorium dapat
digunakan macam-macam antikoagulan, tergantung dari jenis pemeriksaan yang
akan dilakukan. Salah satu antikoagulan yang biasa digunakan dalam pemeriksaan
hematologi adalah EDTA.
Antikoagulan EDTA bekerja dengan cara mengubah ion kalsium dari
darah menjadi bentuk yang bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar
dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Selain itu EDTA
mencegah trombosit bergumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai
antikoagulan pada hitung trombosit. Pemberian antikoagulan K3EDTA yang
kurang akan menyebabkan terjadinya gumpalan sehingga menyebabkan jumlah
trombosit menurun sebaliknya, jika kelebihan pemberian antikoagulan K3EDTA
akan menyebabkan trombosit mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya
trombosit raksasa yang masih dalam pengukuran trombosit sehingga dapat
menyebabkan peningkatan palsu jumlah trombosit. Salah satu bahan tanaman
yang dapat dijadikan antikoagulan selain EDTA adalah bawang putih.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah vitamin
membahas tentang:
1. Apa pengertian obat anti koagulan?
2. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik obat anti
koagulan?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi dari obat anti koagulan?
4. Apa saja macam obat anti koagulan?
5. Bagaimana cara pemberian obat anti koagulan?
6. Apa peran perawat dalam pemberian obat anti koagulan?

1.3Tujuan Masalah

Tujuan penulisan bagi pembaca yaitu untuk menambah wawasan dan


pengetahuan ,adapun tujuan lain dari makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud obat anti koagulan
2. Untuk mengetahui bagamaimana farmakodinamik dan
farkakonetik obat anti koagulan
3. Untuk mengatuhui indikasi serta kontra indikasi dari obat anti
koagulan
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat dan
bagaimana cara-cara pemberian obat anti koagulan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat Anti Koagulan

Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau
psikologi organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari
makanan dan zat yang menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan
melalui inhalasi, injeksi, merokok, ingesti, absorpsi melalui kulit, atau disolusi di
bawah lidah.
Antikoagulan adalah obat yang berfungsi mencegah penggumpalan darah.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam proses
pembekuan darah.Obat antikoagulan sering disebut sebagai obat pengencer darah,
namun sebutan ini kurang tepat. Obat antikoagulan tidak mengencerkan darah,
tetapi memperpanjang waktu darah untuk membeku.Proses pembekuan darah
berperan penting untuk menghentikan perdarahan jika terjadi luka. Namun, darah
yang membeku dan menggumpal di otak, jantung, atau paru-paru justru berbahaya
karena dapat menyumbat atau menghentikan aliran darah ke organ tersebut.

2.2 Farmakodinamik Dan Farmakokinetik Obat Anti Koagulan


1. Antikoagulan Langsung
Heparin adalah golongan obat antikoagulan parenteral, digunakan untuk
pengobatan awal trombosis vena dan embolisme pulmoner karena onsetkerjanya
yang cepat. Pasien yang mengalami tromboembolisme berulangdapat diberikan
heparin dalam jangka panjang (meskipun mendapatantikoagulasi oral yang
memadai), contohnya adalah pasien dengan sindromTrousseau. Heparin
digunakan pada penanganan awal pasien dengan anginatidak stabil atau infark
miokardial akut, selama dan setelah angioplasti koroneratau pemasangan
stent

3
,dan selama pembedahan yang memerlukan operasi bypass kardiopulmoner.
Heparin juga digunakan untuk mengobati pasientertentu dengan koagulasi
intravaskuler yang menyebar.Heparin bekerja dengan cara mengikat antitrombin
III membentukkompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri,
terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa.
Olehkarena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah.
Dosiskecil heparin dengan AT-III menginaktivasi faktor Xa dan mencegah
pembekuan dengan mencegah perubahan protrombin menjadi trombin.Heparin
dengan jumlah yang lebih besar bersama AT-III menghambat pembekuan dengan
menginaktivasi trombin dan faktor-faktor pembekuansebelumnya, sehingga
mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin.

Heparin juga menginaktivasi faktor XIIIa dam mencegah terbentuknya bekuan


fibrin yang stabil.Heparin tidak diasorbsi secara oral (mukosa gastrointestinal),
oleh karena itu harus diberikan melalui infus intravena kontinu atau injeksi
subkutan.Heparin mempunyai onset kerja segera ketika diberikan secara intravena
sedangkan pemberian secara subkutan memberikan masa kerja yang lebih lama
dan efeknya tidak dapat diramalkan. Heparin cepat dimetabolisme terutama di
hati. Masa paruhnya tergantung dari dosis yang digunakan,suntikan IV 100, 400,
atau 800 unit/kgBB memperlihatkan masa paruh masingmasing kira kira 1, 2½
dan 5 jam. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli paru dan
memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Heparin
tampaknya dibersihkan dan didegradasi terutama oleh sistem retikuloendotelium;
sejumlah kecil heparin yang tidak didegradasi muncul dalam urine. Untuk heparin
dosis besar (injeksi intravena) diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
Penderita emboli paru memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena
bersihan yang lebih cepat. Terdapat variasi individual dalam efek antikoagulan
yang ditimbulkan maupun dalam kecepatan bersihan obat. Heparin tidak dapat
menembus plasenta dan air susu ibu, obat ini tidak menyebabkan malformasi
fetus, oleh karena itu heparin dipilih menjadi obat antikoagulan selama kehamilan.
Jika insiden mortalitasfetus atau persalinan prematur terjadi, maka pemberian

4
heparin harus dihentikan 24 jam sebelum persalinan untuk memperkecil risiko
perdarahan pasca persalinan.

2. Antikoagulan tidak langsung


Antikoagulan oral yang paling dikenal adalah golongan derivat 4-hidroksikumarin
dan derivat indan-1,3-dion. Seperti halnya heparin,antikoagulan oral berguna
untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli.Obat ini diindikasikan untuk
penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infark
miokard, penyakit jantung reumatik,serangan iskemia selintas (
transient ischemic attacks,
TIA), trombosis vena,emboli paru dan DIC (
Disseminated Intravascular Coagulation
).Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K, vitamin K ialah kofaktor
yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X yaitu dalam
mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam gama-karboksiglutamat.
Agar bisa berfungsi, vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati.
Antikoagulan oral bertugas untuk mencegah reduksi vitamin K teroksidasi
sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah terganggu/tidak terjadi.Semua
derivat 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion dapat diberikan per oral,
warfarin dapat juga diberikan IM dan IV. Absorpsi dikumarol dan saluran cerna
lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin diabsorpsi lebih cepat dan hampir
sempurna. Kecepatan absorpsi berbeda untuk tiap individu. Dalam darah
dikumarol dan warfarin hampir seluruhnya terikat pada albumin plasma, ikatan ini
tidak kuat dan mudah digeser oleh obat tertentu misalnya fenilbutazon dan asam
mefenamat. Hanya sebagian kecil dikumarol dan warfarin yang terdapat dalam
bentuk bebas dalam darah,sehingga degradasi dan ekskresi menjadi lambat. Masa
paruh warfarin 48 jam,sedangkan masa paruh dikumarol 10-30 jam. Masa paruh
dikumarol sangat bergantung dosis dan bedasarkan faktor genetik berbeda pada
masing-maingindividu. Dikumarol dan warfarin ditimbun terutama dalam paru-
paru, hati,limpa dan ginjal. Efek hipoprotrombinemiknya berkorelasi dengan
lamanyaobat tinggal di hati.Efek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar

5
puncak obat dalam plasma, karena diperlukan waktu untuk mengosongkan faktor-
faktor pembekuan darah dalam sirkulasi. Makin besar dosis awal, makin
cepattimbulnya efek terapi; tetapi dosis harus tetap dibatasi agar tidak
sampaimenimbulkan efek toksik. Lama kerja sebanding dengan masa paruh
obatdalam plasma

2.3Indikasi Dan Kontra Indikasi Obat Anti Koagulan


A. Indikasi obat antikoagulan
Obat ini biasanya diberikan pada orang yang berisiko tinggi mengalami
pembekuan darah, sehingga risikonya mengalami komplikasi yang berbahaya,
seperti stroke, transient ischaemic attack, serangan jantung, trombosis vena dalam,
dan emboli paru, bisa diminimalisasi.

B. Kontraindikasi obat antikoagulan


Secara umum, pemberian antikoagulan dikontraindikasikan untuk diberikan pada
banyak kondisi, contohnya penderita defisiensi vitamin K, malnutrisi, polisitemia
vera, anemia, gangguan pembekuan darah, keganasan, hipertensi berat yang tidak
terkontrol, infeksi bakteri pada katup jantung, perikarditis, ulkus lambung atau
duodenum, gangguan hati berat, sumbatan saluran empedu, penyakit ginjal
dengan penurunan fungsi ginjal, dan banyak lagi kontraindikasi lainnya

2.4 Macam-Macam Obat Anti Koagulan

Antikoagulan terbagi ke dalam empat golongan. Pembagian ini berdasarkan


fungsinya dalam menghambat fungsi protein yang berperan dalam proses
penggumpalan darah. Keempat golongan tersebut adalah:

 Warfarin, yaitu jenis obat antikoagulan coumarin yang bekerja dengan


menghambat kerja vitamin K di dalam darah
 Penghambat faktor Xa, yaitu jenis obat antikoagulan yang bekerja dengan
menghambat kerja faktor Xa
 Penghambat thrombin, yaitu golongan obat antikoagulan yang berfungsi
mencegah aktivasi thrombin
 Heparin, yaitu jenis obat antikoagulan yang berperan dalam menghambat
thrombin dan faktor Xa

6
2.5 Cara Pemberian Obat Anti Koagulan

Dosis antikoagulan tergantung pada jenis dan bentuk obat, serta usia dan kondisi
pasien.

Warfarin

Bentuk sediaan: tablet

Merek dagang: Warfarin, Simarc, Rheoxen, Notisil

 Kondisi: pengobatan dan pencegahan deep vein thrombosis (DVT)


Dewasa: dosis awal adalah 5–10 mg, sekali sehari. Dosis pemeliharaan 3–
9 mg per hari.

Fondafarinux

Bentuk sediaan fondafarinux: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC)

Merek dagang: Arixtra

 Kondisi: trombosis vena luar


Dewasa: 2,5 mg, sekali sehari, selama 30–45 hari.
 Kondisi: deep vein thrombosis (DVT)
Dewasa: 5–10 mg, sekali sehari, selama 5–9 hari. Dosis disesuaikan
dengan berat badan.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT pada bedah perut dan tulang
Dewasa: 2,5 mg, sekali sehari, dimulai 6–8 jam setelah operasi. Suntikan
dapat dilanjutkan hingga 5–32 hari.

Rivaroxaban

Bentuk sediaan rivaroxaban: tablet

Merek dagang: Xarelto

7
 Kondisi: pengobatan DVT dan emboli paru
Dewasa: dosis awal 15 mg, 2 kali sehari, selama 3 minggu. Dosis
pemeliharaan untuk perawatan dan pencegahan kambuhnya penyakit
adalah 20 mg, sekali sehari.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi
Dewasa: 10 mg, sekali sehari, dimulai 6–10 jam setelah operasi.
Pengobatan dilanjutkan sampai 2–5 minggu setelah operasi penggantian
panggul dan lutut.
 Kondisi: pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah
Dewasa: 2,5 mg, 2 kali sehari.

Apixaban

Bentuk sediaan apixaban: tablet

Merek dagang: Eliquis

 Kondisi: pengobatan DVT dan emboli paru


Dewasa: dosis awal 10 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari; diikuti 5 mg, 2 kali
sehari. Setelah menjalani pengobatan selama minimal 6 bulan,
konsumsilah apixaban 2,5 mg, 2 kali sehari, untuk mencegah kekambuhan.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi
Dewasa: 2,5 mg, 2 kali sehari, dimulai 12–24 jam setelah operasi.
Pengobatan dilanjutkan sampai 10–38 hari setelah operasi.
 Kondisi: pencegahan stroke dan emboli akibat gangguan irama jantung
Dewasa: 5 mg, 2 kali sehari

Heparin

Bentuk sediaan: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena (lewat
pembuluh darah/IV)

8
Merek dagang: Hepagusan, Heparinol, Hico, Inviclot, Oparin, Thromboflash,
Thrombogel, Thrombophob, Thromecon

 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi


Dewasa: 5.000 unit (U) secara SC, diberikan 2 jam sebelum operasi,
kemudian diberikan tiap 8–12 jam, selama 7 hari atau sampai pasien dapat
bergerak.
 Kondisi: emboli arteri perifer, emboli paru, angina, DVT
Dewasa: 75–80 U/kgBB atau 5.000–10.000 U, diikuti 18 U/kgBB atau
1.000–2.000 U per jam melalui infus di pembuluh darah.
Anak-anak: 50 U/kgBB, diikuti 15–25 U/kgBB per jam.
 Kondisi: DVT
Dewasa: 15.000–20.000 U secara SC, tiap 12 jam, atau 8.000–10.000 U
tiap 8 jam.
Anak-anak: 250 U/kgBB, 2 kali sehari

Enoxaparin

Bentuk sediaan enoxaparin: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena


(lewat pembuluh darah/IV)

Merek dagang: Lovenox

 Kondisi: serangan jantung STEMI (ST-elevation myocardial infarction)


Dewasa: 30 mg secara IV dan 1 mg/kgBB secara SC. Setelah itu,
dilanjutkan dengan dosis 1 mg/kgBB secara SC, selama 8 hari atau sampai
perawatan rumah sakit selesai. Dua suntikan SC yang dilakukan di awal
tidak boleh lebih dari 100 mg.
Pada pasien yang menjalani pemasangan ring jantung, dosis akan
ditambahkan 300 mcg/kgBB secara IV bila suntikan SC terakhir sudah
lebih dari 8 jam.
Lansia ≥75 tahun: 750 mcg/kgBB tiap 12 jam. Dosis maksimal 75 mg
pada 2 suntikan pertama.

9
 Kondisi: unstable angina
Dewasa: 1 mg/kgBB secara SC, tiap 12 jam, selama 2–8 hari.
 Kondisi: pencegahan DVT selama operasi
Dewasa: 20–40 mg, sekali sehari, selama 7–10 hari. Dosis pertama
diberikan 2–10 jam sebelum operasi. Pada pasien yang menjalani operasi
penggantian panggul, pengobatan dilanjutkan dengan dosis 40 mg, sekali
sehari, sampai 3 minggu setelah operasi.
Anak-anak: 500–750 mcg/kgBB secara SC, tiap 12 jam.
 Kondisi: pengobatan DVT
Dewasa: 1 mg/kgBB secara SC, tiap 12 jam; atau 1,5 mg/kgBB, sekali
sehari, sampai 5 hari.
Anak-anak: 1–1,5 mg/kgBB, secara SC, tiap 12 jam.
 Kondisi: pencegahan penggumpalan darah saat cuci darah
Dewasa: 1 mg/kgBB yang disuntikkan melalui selang arteri yang menuju
mesin saat prosedur cuci darah dimulai.

Nadroparin

Bentuk sediaan: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena (lewat
pembuluh darah vena/IV).

Merek dagang: Fraxiparine

 Kondisi: serangan jantung/unstable angina


Dewasa: 86 unit/kgBB secara SC, 2 kali sehari, selama 6 hari. Dosis
pertama dapat diberikan secara IV.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi
Dewasa: Untuk pasien risiko sedang, 2.850 unit secara SC, sekali sehari,
selama 7 hari atau sampai pasien bisa bergerak. Suntikan pertama
diberikan 2–4 jam sebelum operasi.
Untuk pasien risiko tinggi, 38–57 unit/kgBB, sekali sehari, diberikan 12

10
jam sebelum operasi, 12 jam setelah operasi, dan dilanjutkan sampai 10
hari.
 Kondisi: pengobatan DVT
Dewasa: 85 unit/kgBB secara SC, 2 kali sehari; atau 171 unit/kgBB, sekali
sehari.
 Kondisi: pencegahan penggumpalan darah saat cuci darah
Dewasa: 2.850 U (BB <50kg), 3.800 U (BB 50–69 kg), atau 5.700 U (BB
≥70 kg) disuntikkan melalui selang arteri yang menuju mesin saat cuci
darah dimulai.

Parnaparin

Bentuk sediaan parnaparin adalah suntikan subkutan (di bawah kulit/SC)

Merek dagang: Fluxum

 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi


Dewasa: 3.200–4.250 unit (U), diberikan 12–2 jam sebelum operasi
hingga 7–10 hari setelah operasi.
 Kondisi: pengobatan DVT
6.400 U, selama 7–10 hari.

Dabigatran

Bentuk sediaan tablet

Merek dagang: Pradaxa

 Kondisi: pencegahan DVT setelah operasi


Dewasa: dosis awal 110 mg yang diberikan 1–4 jam setelah operasi,
dilanjutkan 220 mg, 1 kali sehari, pada hari selanjutnya sampai dengan
10–35 hari.
Lansia ≥75 tahun: dosis awal 75 mg yang diberikan 1–4 jam setelah

11
operasi, dilanjutkan 150 mg, 1 kali sehari, pada hari selanjutnya sampai
10–35 hari.
 Kondisi: pencegahan stroke dan penyakit emboli lain akibat gangguan
irama jantung.
Dewasa: 150 mg, 2 kali sehari.
Lansia 75-80 tahun: 110–150 mg, 2 kali sehari.

2.6 peran perawat dalam pemberian obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memeberikan obat, tidak sekderar
memberikan pil untuk diminum(oral) atau injeksi obat mellaui pembuluh
darah(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap
pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentan manfaat dan efek samping
obat sanagt penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran utama
dalam meningkatkan dan mempertahnkan Kesehatan dengan mendorong
klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobataan. Perawat
berusaha mmembantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan
jelas tentang pengobatan. Mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan
dan turut serta bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga Kesehatan lain perawat dalam memberikan
obat juga harus memberikan resep obat yang diberikan harus tepat.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil diskusi yang kami lakukan kami mendapat kesimpulan bahwa
obat antikoagulan merupakan Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan
perubahan fisiologi atau psikologi organisme saat dikonsumsi. Sama seperti obat
yang lain onat anit koagulan juga mempunyai efek samping serta dosis yang harus
diberikan sesuai aturan yang ada.obat anti koagulan mempunyai berbagia macam
jenis nha dengan manfaat serta kegunaannya sendiri-sendiri.

3.2 Saran

Seorang perawat harus melakukan tugasnya dan perannya sebagai seorang


perawat dalam pemebrian obat. Bukan hanya obat antikoagulan namun juga
pemberian obat-obat yang lain seorang perawat harus mengetahui efek samping
dan bahaya dari obat yang diberkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-
mempengaruhi-darah/obat-yang-mempengaruhi-
koagulasi/warfarin/kontraindikasi-dan-peringatan
https://www.academia.edu/36698486/ANTIKOAGULAN
https://www.alodokter.com/antikoagulan
https://www.alodokter.com/antikoagulan
https://www.alodokter.com/antikoagulan#:~:text=Dewasa
%3A%2020%E2%80%9340%20mg%2C,secara%20SC
%2C%20tiap%2012%20jam.
https://www.academia.edu/8425462/
Peran_Perawat_Dalam_Pemberian_Obat

14

Anda mungkin juga menyukai