Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI

PRINSIP AKSI OBAT


Dosen pengampu : Gusti Ayu Rai Saputri, M.Si., Apt

Disusun Oleh :

1. Dermawan
2. Dewi Maysaroh K
3. Dila Yuni Antika
4. Dwi Novita Masdalena
5. Eliza Tiara Tartila
6. Erdina
7. Fitroh Hayati
8. Gusti Ayu Putri Mei R
9. Henny Agustina
10. Hendra Afriyando

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


PUTRA INDONESIA
LAMPUNG
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
lah makalah ini dapat terselesaikan.

Melalui makalah ini, kita dapat mengetahui tentang prinsip aksi obat, definisi aksi obat, jenis aksi
obat, dan tempat aksi obat.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, serta data-data yang kami peroleh dari
beberapa sumber dan pemikiran yang kami gabungkan menjadi sebuah makalah yang semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Saya menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh sebab itu, saya membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini akan semakin baik sajiannya.

Semoga makalah ini dapat bermannfaat bagi semua pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
1. LATAR BELAKANG 4

BAB II PRINSIP KERJA OBAT 5


1. DEFINISI AKSI OBAT 5
2. JENIS AKSI OBAT 5
3. TEMPAT AKSI OBAT 12

BAB III: PENUTUP 13


1. SIMPULAN 13
2. SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,membebaskan
gejala,atau mengubah proses kimia dalam tubuh untuk itu obat sangat diperlukan.Terkadang
obat tidak selamanya baik,kadang justru obat berbahaya karena takaran terentu dari suatu obat
yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.

Di era teknologi yang sudah maju semua bisa kita dapatkan dengan cepat.Apalagi dengan
adanya internet,semua aktivitas sudah bisa dilakukan di internet.Mulai dari kirim
email,chatting,tele-confrence,dan bisnis.Demikian juga dengan obat untuk mendapatkan obat
melalui internet sudah bisa dilakukan.Permasalahannya adalah apakah semua obat yang kita
minum menimbulkan aksi didalam tubuh kita.

4
BAB II
PRINSIP AKSI OBAT
1. DEFINISI AKSI OBAT
Aksi = kerja= perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya efek(respon).
Efek= perubahan fungsi struktural atau proses sebagai aksi atau kerja obat.

2. JENIS AKSI OBAT

Mekanisme Aksi Obat


Satu prinsip dasar dari farmakologi adalah molekul obat dapat mempengaruhi komponen
organisme hidup sehingga dapat menghasilkan efek atau respon. Obat dapat bekerja dalam tubuh
apabila berinteraksi atau berikatan dengan komponen tubuh dan berdasarkan apakah obat tersebut
diperantarai oleh komponen tertentu dari sel (target obat spesifik). Dalam bekerja suatu organisme
hidup, mekanisme aksi obat dibedakan menjadi :
A. Aksi non-spesifik,yaitu mekanisme aksi obat yang didasarkan sifat fisika kimiawi yang
sederhana.
B. Aksi spesifik,yaitu mekanisme aksi obat yang melibatkan interaksi dengan komponen
spesifik organisme misalnya reseptor, enzim, komponen genetik, kanel ion.

A. AKSI OBAT NON-SPESIFIK


Pertimbangan utama obat yang bereaksi dengan mekanisme fisika kimiawi non-
spesifik adalah bahwa obat tersebut tidak menunjukan efek yang lain pada dosis di mana obat
tersebut menghasilkan suatu aksi fisika kimiawi dalam ilmu fisiologi yang sesuai. Aksi obat
non-spesifik biasanya melibatkan dosis yang besar dalam menimbulkan efek atau respons.
Aksi obat non-spesifik yang berdasarkan sifat fisika adalah aksi yang berdasarkan
osmolaritas,massa fisis,adsorpsi, radioopasitas atau muatan listrik.sedangkan yang
berdasarkan sifat kimia adalah berdasarkan asam basa,oksidasi, reduksi, atau kelasi.

Aksi obat berdasarkan sifat osmolaritas


Senyawa yang tidak melintasi membran fisiologi yang permeabel terhadap air cenderung untuk
tinggal dalam hingga kondisi ekuilibrium osmotik tercapai. Obat yang termasuk dalam golongan ini
menimbulkan efek karena sifat osmotiknya. Contoh obat adalah purgatif salin, diuretik osmotik,
senyawa pengganti protein plasma, dan senyawa yang digunakan untuk menurunkan tekanan
intraokuler dalam glaukoma.

Aksi obat bedasarkan massa fisis


Aksi obat ini dalam menimbulkan efek diakibatkan karena perubahan masaa fisis dari obat tersebut.
Pemberian peroral suatu bulk laxative dan biji psilium dapat menyerap air dan mengembang
volumenya sehingga mengakibatkan peristaltik dan purgasi. Bulk laxative meliputi metilselulosa dan
gum, merupakan polimer polisakarida yang sulit dicerna pada proses normal dalam usus halus. Agen
ini dapat menahan air dalam lumen usus sehingga meningkatkan volume air, dan selanjutnya
merangsang aktifitas peristaltik dan memacu defakasi.

Aksi obat berdasarkan sifat adsorben


Suatu material yang partikelnya mempunyai area permukaan adsorpsi yang luas dapat digunakan
untuk pengobatan diarea, misalnya kaolin (aluminium silikat terhidrasi), attalpugit (aluminium
magnesium silikat) dan karbon aktif, atau untuk pengobatan dermatologi.

5
Aksi obat berdasarkan rasanya
Senyawa yang mempunyai rasa pahit dapat menghilangkan keluarnya asam klorida ke lambung
sehingga akan merangsang nafsu makan.senyawa biasanya digunakan sebelummakan untuk
merangsang nasfu makan. Contoh senyawa adalah gentian dan calumba.

Aksi obat berdasarkan aktivitas asam dan basa


Aktivitas asam dan basa dapat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit. Beberapa penyakit
timbul diakibatkan karena kelebihan keasaman atau kebasaan di organ tertentu. Obat yang bereaksi
dengan menetralisasi kelebihan keasaman atau kebasaan tersebut tergolongkan dalam kelompok ini.
Antasida digunakan untuk pengobatan ulser lambung oleh kemampuan basanya.

B. AKSI OBAT SPESIFIK

Beberapa obat menghasilkan suatu efek setelah berikatan atau berinteraksi dengan komponen
organisme yang spesifik. Komponen organisme biasanya berupa suatu protein. Beberapa obat
bereaksi sebagai substrat yang salah satunya sebagai inhibitor untuk sistem transfor atau enzim.
Kebanyakan obat menghasilkan efeknya dengan aksi pada molekul yang spesifik dalam organisme,
biasanya pada membran sel. Protein tersebut dinamakan reseptor, dan secara normal merespon
senyawa kimia endogen dalam tubuh. Senyawa tersebut adalah substansi transmiter sinapsis atau
hormon. Sebgai contoh asetilkolin merupakan suatu substansi transmitter yang dilepaskan dari ujung
saraf autonom dan dapat mengaktifasi reseptor pada otot polos skeletal, mengalawi serangkaian
kejadian yang menghasilkan kontraksi otot polos.

Gambar 1. Target aksi obat spesifik (kenakin,1997)

Senyawa kimia(misalnya asetilkolin) atau obat yang mengaktifasi reseptor dan menghasilkan
respon dinamakan agonis. Beberapa obat dinamakan antagonis dapat berikatan dengan reseptor, tapi
tidak menghasilkan suatu efek. Antagonis menurunkan kemungkinan substansi transmitter atau
agonis yang lain untuk berinteraksi dengan reseptor sehingga lebih lanjut dapat menurunkan atau
mengeblok aksi gonis tersebut. Aktifasi reseptor oleh suatu agonis atau hormon disertai dengan
respon biokimia atau fisiologi oleh mekanisme transduksi yang sering melibatkan molekul-molekul
yang dinamakan pembawa pesan kedua. Interaksi antara obat dengan sisi ikatan pada reseptornya
tergantung dari kesesuaian atau keterpaduan dari dua molekul tersebut. Terdapat beberapa komponen
organisme yang digunakan sebagai target aksi obat spesifik, yaitu:

1. Enzim
Obat yang bekerja pada enzim dibagi menjadi 3, berdasarkan mekanisme aksinya:
a. Inhibitor Kompetitif

6
Obat bereaksi secara kompetitif dengan substrat enzim terhadap enzim pada sisi aktifnya.
Interaksi antara obat dengan enzim mengakibatkan penghambatan aktifitas enzim
tersebut. Aspirin suatu obat analgesik, bereaksi menghambat enzim siklooksigenase yang
memperantai perubahan substrat asam arakidonat menjadi beberapa mediator inflamasi
yaitu prostaglandin, tromboksan.
b. Subtrat Palsu
Obat anti kanker fluorourasil merupakan suatu contoh obat yang bereaksi sebagai substrat
palsu. Pada proses normal, urasil dalam 2-deoksiuridilat diubah menjadi 2-deoksitimidilat
melalui enzim timidilat sintetase. Timidilat digunakan dalam proses sintesis purine atau
sintesis DNA sel. Pada pemberian fluorourasil senyawa akan mengalami transformasi
kimia untuk membentuk produk abnormal yang mengganti jalur metabolisme yang
normal. Dalam tubuh fluorourasil diubah menjadi fluorodeoksiuridin monofosfat, dapat
berinteraksi dengan timifilat sintetase namun tidak menghasilkan 2-deoksitimidilat hal
ini mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan pada akhirnya pembelahan sel
terhenti.
c. Pro-drug
Istilah pro-drug merupakan suatu obat yang berinteraksi dengan enzim metabolisme
dalam tubuh, diubah menjadi suatu metabolit yang mempunyai efek farmakologi. Hal ini
obat tersebut bisa tidak aktif, namun metabolitnya lebih aktif. Contoh pro-drug (tidak
aktif) dengan metabolit aktifnya adalah kortison(hidrokortison), predmison(predmisolon),
enalapril(enalaprilat), azathioprin(merkaptopurine), zidovudin(zidovudintrifosfat). Atau
obat tersebut bersifat aktif namun metabolitnya jauh lebih aktif.

2. Kanal ion
Kanal ion merupakan protein pada membran sel, terdapat pada lapisan lipid yang
tersusun oleh sub unit protein membentuk suatu pori-pori yang digunakan untuk transpor ion-
ion pada membran tersebut. Selain itu kanal ion berperan penting dalam pengaturan potensial
listrik dan signaling dalam sel. Lapisan lemak membran sel berfungsi memisahkan antara
bagian intraseluler dengan ekstraseluler. Konsentrasi ion-ion antar kedua bagian tersebut
berbeda. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan potensial aksi dalam sel.
Terdapat beberapa kanal ion penting dalam tubuh yaitu kanal ion natrium, kanal ion
kalium, kanal ion alkalsium dan kanal ion klorida. Pada kondisi istrahat, konsentrasi ion
natrium, kalsium dan klorida lebih banyak dibandingkan didalam sel, sedangkan konsentrasi
ion kalium lebih banyak didalam sel. Kanal ion natrium berperan dalam penghantaran
potensial aksi dan depolarisasi. Terbentuknya kanal ion natrium menyebabkan depolarisasi
sehingga potensial aksi sel akan meningkat. Depolarisasi adalah penurunan perbedaan
potensial aksi antara ekstra sel dengan intra sel. Kanal ion kalium berperan untuk proses
polarisasi atau hiperpolarisasi. Repolarisasi merupakan prosen terjadinya kembali perbedaan
potensial aksi antara ekstra sel dengan intra sel. Terbuka nya ion kalium menyebabkan
repolarisasi sehingga menurun potensial aksi sel. Sedangkan kanal ion kalsium berperan
dalam kontraksi otot, proses eksusitosis dan pelepasan neuprotransmitter. Terbukanya kanal
ion kalsium akan memicu ketiga proses tersebut.
Berdasarkan mekanismenya, obat dengan target aksi kanal ion dibedakan menjadi
dua,yaitu :
a. Pengeblok kanal
Obat golongan ini mengeblok kanal ion secara fisik sehingga menghambaat transpor ion
pada membran.

7
b. Modulator kanal
Obat golongan ini bekerja dengan cara memodulasi kanal ion sehingga menyebabkan
kanal ion terbuka atau tertutup.

3. Molekul pembawa (protein transporter)


Transpor molekul organik kecil dan ion menembus membran sel biasa nya
membutuhkan protein pembawa karena molekul tersebut terlalu polar untuk menembus
membran sel, yang tersusun oleh dua lapisan lipid. Protein pembawa mempunyai sisi aktif
terhadap senyawa yang akan dibawa dan bersifat spesifik. Protein pembawa pada membran
berinteraksi membentuk sebuah kompleks dengan subtrat, selanjutnya terjadi perubahan
konformasi protein pembawa tersebut. Kemudian terjadi translokasi kompleks tersebut kesisi
yang berlawanan, selanjutnya protein melepaskan subtrat. Protein pembawa dibedakan
menjadi dua jenis berdasarkan proses transpornya yaitu

a. Transporter pasif
Transporter pasif merupakan suatu protein pembawa yang membantu proses transpor
senyawa dengan mekanisme difusi pasif (difusi fasilitatif) dimana obat bergerak sejalan
dengan gradien konsentrasi. Contoh transporter pasif adalah transporter glukosa (GLUT),
transporter kolin, transporter NA, transporter GABA.
b. Transporter aktif
Transporter aktif merupakan suatu protein pembawa yang membawa proses transpor
senyawa dengan mekanisme transpor, dimana obat bergerak melawan gradien
konsentrasi. Untuk menggerakan senyawa melawan gradien kadar maka dibutuhkan
senyawa lain yang dapat mendorong pergerakan tersebut atau menggunakan ATP. Contoh
transpor aktif adalah pompa H+/K+-ATPase. Protein pembawa tersebut berfungsi melepas
ion hidrogen menuju kelumen lambung, untuk ditukar dengan ion kalium. Ion hidrogen
tersebut berinteraksi dengan ion klorida membentuk asam klorida. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, protein pembawa ini membutuhkan ATP.

4. Reseptor
Reseptor merupakan suatu molekul target yang jelas dan spesifik terdapat dalam
organisme, tempat molekul obat berinteraksi membentuk suatu komplek yang reversibel
sehingga menimbulkan respon. Suatu senyawa yang dapat mengaktifasi resesptor sehingga
menimbulkan respon adalah agonis. Selain itu senyawa yang dapat membentuk kompleks
dengan reseptor tapi tidak menimbulkan respon dinamakan antagonis. Sedangkan senyawa
yang mempunyai aktifitas diantara kedua kelompok dinamakan agonisparsial.

8
Klasifikasi reseptor

Tipe 1 : reseptor kanal ion

Beberapa farmakolog juga memberikan istilah sebagai Ligand-gated ion channel reseptor jga
disebut dengan reseptor ionotropik.Golongan reseptor ini merupakan suatu reseptor membran yang
langsung terhubung oleh suatu kanal ion, dan merupakan reseptor suatu senyawa atau
neurotransmitter dengan aksi cepat. Contoh reseptor kanal ion ini adalah reseptor asetilkolin
nikotinik,reseptor GABAA dan reseptor glutamat.

Gambar 2. Proses signaling seluler dalam reseptor kanal ion, dan struktur molekulnya.

Tipe 2 : reseptor terhubung protein G

Reseptor ini juga disebut dengan reseptor metabotropik, dan karena protein (asam amino) reseptor
melintasi membran sebanyak 7 kali maka juga disebut dengan 7-transmembrane-spanning reseptors.
Reseptor ini merupakan reseptor bagi neurotransmitter aksi lambat dan beberapa hormon. Contohnya
reseptor asetilkolin muskarinik,reseptor purine.

Gambar 3. Proses signaling seluler dalam reseptor terhubung protein G, dan strukturnya.

9
Reseptor ini merupakan reseptor membran yang terhubung dengan sistem efektor melalui
protein-G. Protein-G merupakan protein pengatur pengikat (dari kelompok guanil nukleotida) yang
berfungsi untuk mengaktifasi efektor. Protein-G dibedakan (berdasarkan aksinya pada efektor adenilat
siklase) menjadi dua jenis yaitu Gs dan Gi.

Tabel 1. Beberapa reseptor beserta stimulus, efektor dan jenis protein G yang terlibat.

Reseptor Stimulus Efektor Protein-G Respon fisiologi


(agonis)
- adrenegik Adrenalin Adenilat siklase G Pemecahan
glikogen,denyut nadi
menaik
Serotonin Serotonin Adenilat siklase Gs Eksitasi neural
Glukagon Glukagon Adenilat siklase Gs Glikogenolisis
Rhodopsin Cahaya Camp fosfodiesterase Transdusin Eksitasi visual
Muskarinik Asetilkolin Kanal kalium Penurunan denyut
jantung
Fosfolipase C Gq Ekstasi atau inhibisi
Adenilat siklase Gi Pusat neuron

Protein-G dan perannya

Protein-G merupakan protein membran sel yang berhubungan dengan nukletida guanin (GTP
dan GDP). Protein-G terdiri dari tiga sub-unit ,,.nukleotida guanin berikatan dengan sub-unit
mengkatalis perubahan GTP menjadi GDP,sedangkan sub-unit dan tetap bergabung menjadi
kompleks. Ketiga sub-unit terletak dalam membran sel melalui rantai asam lemak terikat residu asam
amino melalui reaksi yang dinamakan prenilasi. Protein-g secara difusi dapat bergerak dalam
membran sel,dan berinteraksi dengan beberapa reseptor dan efektor.dalam menjalankan fungsi nya
protein G dibagi dalam empat tahap.

Kondisi istirahat,protein G berada dalam bentuk trimer dan dalam posisi tidak berikatan.Pada
posisi ini, GDP berinteraksi dengan sisi aktif pada sub-unit a. Apabila resptor berinteraksi dengan
molekul agonis,maka akan terjadi perubahaan konfirmasi pada reseptor (reseptor teraktivasi),yang
melibatkandaerah sitoplasmik reseptor.setelah itu,daerah sitoplasmik reseptor menjadi aktif terhadap
protein G.

Tipe 3: Reseptor dengan aktifitas kinase (kinase-linked reseptors)

Reseptor ini merupakan reseptor membran yang mempunyai daerah protein kinase
intraseluler (biasanya tirosin kinase)dalam struktur reseptor.contoh reseptor tipe ini adalah reseptor
insulin,reseptor leptin,beberapa reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan (EGF,VEGF) sedangkan
contoh reseptor dengan aktifitas guanilat siklase adalah reseptor faktor natriuretik atrial. Reseptor
terdiri dari daerah ekstraseluler berupa ligandbinding dan daerah intraseluler berupa efektor (enzim
kinase).Reseptor tipe ini setelah teraktifasi membangkitkan jalur kinase.Penggabungan kinase
intraseluler dari dua reseptor aktif tersebut menghasilkan proses autofosforilasi residu tirosin dalam
domain dua kinase tersebut.Residu tirosin ter-autofosforilasi kemudian menyediakan sisi ikatan yang
beraktifitas tinggi bagi protein intraseluler yang lain yaitu SH2-domain proteins. Protein ini

10
selanjutnya menginisiasi proses biokima dalam sel selanjutnya.Proses biokomia dalam sel tersebut
mempunyai dua jalur utama sebelum terbentuk respons fisiologi yaitu :
1. Jalur Ras/Raf,dimana faktor pertumbuhan ( EGF,VEGF) dan mitogen,transduksi sinyalnya
melibatkan jalur ini
2. Jalur Jak/Stat, dimana sitokin melibatkan jalur ini. Ermigrasi ke inti sel untuk mengaktifasi
ekspresi gen.

Tipe 4 : reseptor intraseluler

Reseptor ini juga disebut reseptor inti sel, meskipun beberapa reseptor terletak pada daerah
sitosol. Karena kebanyakan berfungsi sebagai pengatur transkripsi gen maka juga disebut dengan
reseptor pengatur transkripsi gen. Contoh reseptor ini adalah reseptor untuk hormon steroid,hormon
tiroid, asam retinoat dan vitamin D.Agonis berinteraksi dengan reseptornya merangsan transkripsi gen
secara selektif,dan menghasilkan protein tertentu dan produksi respons seluler.
Reseptor intraseluler merupakan protein monomerik yang besar dengan 400-1000 residu,yang
mengandung daerah dengan 60 residu di bagian tengah molekul yang merupakan daerah ikatan
DNA.Pada reseptor daerah itu merupakan dua lengkung (zinc fingers), tersusun oleh 4 residu sistein
tiap lengkung terdapat satu atom zinc.
Setelah reseptor teraktifasi, dua lengkung tersebut (zinc fingers) kemudian mencengkram dan
berikatan dengan heliks DNA.Reseptor intraseluler dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut :
1. Daerah pengatur (regulatory domain), berfungsi mengaktifasi transkripsi spesifik gen,dan
dapat berikatan dengan faktor protein lainnya.
2. Daerah ikatan DNA (DNA-binding domain),menentukan gen yang akan dipengaruhi oleh
reseptor (mengandung zinc fingers),dapat mengontrol aktifasi transkripsional dan terlibat
dalam formasi dimer.
3. Daerah engsel (hinge domain),terlibat dalam lokalisasi pada inti sel,transkripsi dan formasi
dimer.
4. Daerah ikatan agonis steroid (steroid-binding domain), berikatan dengan steroid dan terlibat
dalam lokalisasi inti sel dan formasi dimer.

Ikatan antara reseptor dengan agonisnya mengakibatkan perubahan konformasi reseptor,dan


memfasilitasi dimerisasi reseptor. Reseptor tersebut kemudian berikatan dengan sekuen spesifik dari
DNA inti sel (hormone-responsive elements) menghasilkan peningkatan aktifitas RNA polimerase
dan produksi mRNA yang berlangsung dalam beberapa menit,dan selama beberapa jam atau bahkan
hari akan merangsang respons fisiologi .

11
3. TEMPAT AKSI OBAT

a. Aksi Obat Pada Tingkat Molekuler


Obat mempunyai tablet pada sistem makromolekuler atau molekul seperti reseptor,
enzim( sistem enzim,sistem transpor atau komponen genetik. Sebagai contoh dari
reseptor,obat berinteraksi dengan komponen biologis pada membran sel yaitu reseptor yang
akhirnya menghasilkan suatu komponen molekuler antara lain cAMP , inositol trifosfat (IP3)
dan diasilgliserol.Reseptor dalam hal ini merupakan suatu glikoprotein dalam membran
sel,sedangkan ketiga senyawa tersebut merupakan komponen tingkat molekuler akibat
interaksi obat dan reseptor.Di samping itu terdapat beberapa obat yang bereaksi pada
komponen genetikmisalnya DNA atau RNA,misalnya faktor pertumbuhan (growth factor)
aksi senyawa tersebut dengan DNA atau RNA merupakan aksi pada tingkat molekuler.
1. Aksi Obat Pada Stuktur Subseluler
Aksi ini memiliki target pada komponen subseluler seperti mitokondria, mikrotubulus,
lisosom ,granul sitoplasma.Granul atau vasikel sitoplasma termasuk dalam aksi obat pada
struktur subseluler seperti vasikel saraf kolinerjik atau adrenergik granul sel mast dan sel
kromafin.
2. Aksi Obat Pada Sel
Sel merupakan unit fundamental dari suatu organisme sehingga pemahaman aksi obat
pada sel adalah sangat penting.Termasuk dalam tingkatan ini adalah senyawa kimia
pengatur endogen (neurotransmitter) meliputi sintesis dan pelepasannya,malaupun
aksinya pada sel lainnya misalnya sel otot atau endokrin.
3. Aksi Obat Pada Jaringan dan Organ
Aksi obat pada jaringan juga merupakan aksi pada sel,akan tetapi beberapa penelitian
tentang farmakodinamika suatu obat hingga tinggkatan seluler sulit dikerjakan.disamping
itu,meskipun aksi dari obat terjadi pada level sel tapi aksi tersebut terjadi pada
sekelompok sel tertentu,seperti aksi obat diuretik pada sekelompok sel atau
jaringan/organ yang dinamakan ginjal sehingga aksi tersebut lebih dikatakan pada level
jaringan atau organ.
4. Aksi Obat Pada Organisme Utuh
Aksi obat dalam tingkatan organisme utuh meliputi sistem kontrol yang terintegral
( mekanisme homeostatik) dari tubuh,menghasilkan efek ikatan pada struktur seluler,sel,
atau jaringan lain.Sebagai contoh antagonis reseptor alfa andrenergi yang dapat
merelaksai otot polos pembuluh darah agar menyebabkan fasodilatasi,dan juga
mempengaruhi kecepatan denyut jantung.Contoh lain, aksi langsung asetil kolin pada
jantung pada kondisi normal adalah menurunkan denyut jantung tetapi injeksi intravena
dosis kecil dapat menghasilkan efek yang sebaliknya.
5. Aksi Obat dan Ineraksi Antar Organisme
Aksi obat pada tingkatan yang lebih kompleks atau tingkatan interaksi antar organisme di
bagi menjadi dua ,yaitu :

A. obat mempengaruhi hubunngan organisme dari jenis yang berbeda


B. obat mempengaruhi hubungan sosial.sebahagi contoh tipe pertama adalah
pengggunaan pestisida untuk pemberantasan hama ,yang melibatkan interaksi dua
organisme yaitu manusia dan hama(tikus),sedangkan tipe dua adalah,terkait denga peran
faktor sosial misalnya ,penggunaan alkohol atau narkoba seseorang yang berdampak pada
orang lain.

12
BAB III
PENUTUP
1. SIMPULAN
Dengan memperhatikan materi-materi yang telah dipaparkan bisa diambil beberapa
kesimpulan :
Prinsip aksi obat dalam farmakodinamika, kerja dan efek merupakan bagian yang paling
fundamental dan kompleks. Terkadang antara kerja dan efek sulit dibedakan. Namun, antara
kerja dengan efek merupakan suatu hal yang sangat berbeda. Kerja merupakan seseuatu yang
diperbuat suatu obat dalam tubuh sedangkan efek merupakan suatubrespons jaringan akibat
kerja dari obat tersebut. Kerja merupakan perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya
suatu efek atau respons. Adapun efek merupakan perubahan fungsi struktur atau proses akibat
kerja obat.

2. SARAN
Makalah ini sifatnya hanya membantu memudahkan mahasiswa untuk memahami teknik
analisis gravimetric yang tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya,
olehnya kami harapkan bagi para pembaca bisa menambah dari referensi lain. Karena jika
hanya menggunakan makalah ini sangat sedikit yang anda dapatkan. Semoga anda tidak puas
dengan membaca makalah ini, sebab jika anda puas niscaya anda tidak akan menambah
pengetahuan anda,
Seorang yang dalam keadaan haus, meminum air laut, niscaya ia akan semakin haus, semoga
andapun demikian. Terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, P.2010 Farmakologi Dasar. Jakarta: Leskonfi

Kenakin, T., 1997, Moleculer Pharmacology, Blackwell science Inc, Oxford

14

Anda mungkin juga menyukai